DEWASA DALAM
PENYULUHAN PERTANIAN
Diposkan pada 18 Agustus 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting
dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Belajar dirasa penting karena
kehidupan manusia semakin berkembang dan semakin maju seiring dengan
berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, tanpa belajar manusia akan
tertinggal dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman.
Pada dasarnya orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman belajar dalam
hidupnya sehingga dalam proses pengajarannya harus dilakukan dengan
menggunakan teori belajar untuk orang dewasa yang tentunya sangat berbeda
dengan teori pengajaran untuk anak-anak serta pengajarannya pun harus
dilakukan oleh tenaga pendidikan yang telah memahami berbagai teori dan
konsep tentang pengajaran untuk orang dewasa. Pendidikan orang dewasa
dapat dilakukan secara mandiri (self education ) yang tidak tergantung pada
lembaga pendidikan yang menyusun program pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
II.TINJAUAN PUSTAKA
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: “aner”, dengan akar kata andr,
yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau
membina. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni
mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang
sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi
yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri
yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan
kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered
Training/Teaching).
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh Alexander Kapp,
Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang
Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli
filsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembangan
penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan
baru di samping teori pedagogi:
1. Pada abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan
istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori
pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat
seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang
asal mula penggunaan istilah andragogi.
2. Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan
sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa
“pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan
juga untuk orang dewasa”.
3. Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan
orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan
filsafat khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of
Adult Education” yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan
Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama
pendidikan orang dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga
menyatakan ada empat asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu:
4. Orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.
5. Orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan.
6. Pengalaman adalah sumber belajar.
7. Pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan bentuk,
waktu, tempat dan lingkungan.
8. Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of
education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan
orang dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada
pendapatan dan kehidupan.
9. Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang
hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan
untuk manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari
hasil studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar orang
dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari,
sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup
sehari-hari.
10. Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult
Education” yang membahas secara terperinci tentang tujuan
pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk
mencapai kesamaan tujuan program pada semua institusi
pendidikan orang dewasa.
11. Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult
Education bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah
berdasarkan penggunaan metode baru sebagai prosedur atau
langkah pada pembelajarannya.
12. Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult
Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa
mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga
proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan orang
yang belajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat
Ben H. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult
Education, bahwa pada pendidikan orang dewasa yang demokratis,
orang belajar menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas
memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi
oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwa
pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam
keindividualan dan tanggung jawab sosial.
13. Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles
menyusun “Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti
Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional.
Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan
perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran
orang dewasa.
14. Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi
sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan
oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan
kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif
dilakukan melalui kelompok.
15. Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang
dewasa tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang
dewasa belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the
activity – oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
16. Tahun 1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang
dewasa, peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers
menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus
dapat menunjukan fungsinya.
Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan
mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat
diaplikasikan.
Selain itu, sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik,
maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran,
gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan
dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar
orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula
mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka
harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri
tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan
pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan
dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas,
walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki
perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka
boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh
sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara
khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang
terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang
diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam
kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat
membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran
tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu,
latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa
lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada
setiap keputusan yang diambil.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar
itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh
seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di
mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya
bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar
baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun).
Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan
berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai
pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan
perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman
melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman
harus dicari melalui pendidikan.
Ada beberapa kondisi belajar dan prinsip belajar yang bersifat andragogis
diantaranya ketika peserta merasa ada kebutuhan belajar maka prinsipnya
pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk pemenuhan dirinya dan
membantu setiap peserta.
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar teori belajar orang dewasa:
1. Prinsip kemitraan
3. Prinsip kebersamaan
4. Prinsip partisipasi
5. Prinsip keswadayaan
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar
dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan
peranan sebagai subyek atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip
keswadayaan.
6. Prinsip kesinambungan
7. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang
dewasa adalah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang
dewasa akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan
yang harus dipenuhi. Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya
minat untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa
maka timbul kesiapanya untuk belajar.
8. Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar
untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat
melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk
melakukannya, apakah itu karena belum siap fisiknya atau belum siap
mentalnya.
9. Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local.
Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit
dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan
kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan
masalah pelajar pada tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang juga.
Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu
teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja.
Hasil pembelajaran sekarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan
untuk memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang.
Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana
saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena hasil
pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki
oleh pelajar.
1. Motivasi
seorang penyuluh harus mau dan mampu untuk memberikan motivasi kepada
sasaran agar usahataninya dapat meningkat. Dengan memberikan motivasi,
sasaran akan lebih tertarik kepada kita dan mau untuk menerima inovasi yang
akan diberikan. Tentunya motivasi yang diberikan harus berhubungan dengan
cara mneingkatkan kesejahteraannya.
Orang dewasa selalu merasa kekurangan ilmu sehingga selalu timbul dalam
dirinya untuk selalu mau tahu apa saja yang dapat berguna bagi kehidupannya.
1. Kondisi fisik
2. Psikologis
3. Ekonomi
Tidak sedikit orang dewasa yang tidak mau untuk mengikuti pendidikan
dengan alasan kondisi ekonomi. Jika keadaan ekonominya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari atau belum cukup, maka orang dewasa
lebih memilih untuk tidak mengikuti pendidikan terutama yang formal. Maka
pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu
dengan pendidikan nonformal tanpa membebankan biaya.
4. Budaya
Budaya juga mempengaruhi orang dewasa dalam belajar. Jika orang dewasa
ditempatkan belajar pada daerah yang memiliki budaya yang tidak sama
dengan asalnya, maka akan menghambat proses pembelajarannya, perlu waktu
baginya untuk beradaptasi dengan budaya byang baru.
Metode pembelajaran orang dewasa yang cocok digunakan bagi kelompok tani
yaitu :
2. Tanya jawab
Suatu cara memfasilitasi, fasilitator dan warga belajar aktif bersama, didahului
oleh fasilitator yang memancing dengan pertanyaan, dan warga belajar
menjawabnya atau sebaliknya.
3. Brainstorming
4. Role play
5. Demonstrasi / peragaan
6. Study lapangan
7. Penugasan,
metode yang digunakan oleh fasilitator dalam berinteraksi dengan warga
belajar, dengan pemberian tugas tertentu baik perorangan maupun kelompok
dengan sistem hubungan putus.
8. Sosiodrama
Jika penyuluh sudah mampu memahami arti dari orang dewasa, prinsip belajar
orang dewasa, factor pendukung dan penghambat orang dewasa belajar serta
metode pembelajaran yang cocok bagi orang dewasa yang akan diterapkan di
kelompok tani dan sasaran lainnya, maka penyuluhan akan berjalan dengan
lancer dan Pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani pasti akan berubah
lebih baik. Dengan berubahnya PKS sasaran ke arah yang lebih baik, maka
dapat meningkatkan hasil usahataninya yang nantinya juga akan berujung ke
kesejahteraanya. Dan saat itulah seorang penyuluh dapat juga dikatakan
berhasil.
IV. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA