KADER KESEHATAN
SEKSI PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENGERTIAN??
Mendorong
Masyarakat merupakan Subyek Pembangunan
Masyarakat
Kesehatan dipolakan mengikutsertakan Meningkatkan Peran Aktif Masyarakat dalam
masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Pembangunan Bidang Kesehatan
Nasional
kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa
kegiatan yang sederhana tetapi tetap berguna bagi masyarakat kelompoknya
PERAN DAN FUNGSI KADER
SEBAGAI PELAKU
PENGGERAKAN MASYARAKAT :
2 kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Tim pelatihan kader melibatkan beberapa sektor, namun secara teknis oleh kepala
3 puskesmas dengan pelatihan harian oleh staf puskesmas yang mampu melaksanakan
Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan rutin setiap
bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan balita.
2. Kader Posyandu Lansia
Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap bulannya
membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia.
3. Kader Masalah Gizi
PRESENTATION
You can simply impress your audience and add a unique zing and
appeal to your Presentations.
Columns
Style
Thank You
Insert the Sub Title of
Your Presentation
WUJUD PERAN SERTA KADER DALAM BENTUK TENAGA
DAN MATERI. KADER JUGA BERPERAN DALAM
PEMBINAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN
MELALUI KEGIATAN YANG DILAKUKAN DI POSYANDU .
Wujud peran serta kader dalam bentuk tenaga dan materi. Kader juga berperan dalam
pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di
posyandu. Selain kegiatan posyandu kader juga berperan di luar itu kegiatan
posyandu, yaitu sebagai berikut : 1) Merencanakan kegiatan antara lain survei
mawas diri, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan di masyarakat.
2) Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan motivasi tentang kesehatan.
3) Menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong. 4) Memberikan pelayanan
yaitu membagikan obat, pemantauan penyakit serta pertolongan pada kecelakaan. 5)
Melakukan pencatatan seperti KB, KIA, Imunisasi, Gizi, dan Diare. 6) Melakukan
pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB serta kesehatan lainnya. 7)
Melakukan kunjungan rumah. 8) Melakukan pertemuan kelompok (Yulifah, R. Dkk,
2009).
MEKANISME PEMBENTUKAN
KADER
Pembentukan Kader Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu (Meilani, N. dkk, 2009).
Tim pelatihan kader melibatkan beberapa sektor, namun secara teknis oleh kepala puskesmas
dengan pelatihan harian oleh staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Jenis materi yang
disampaikan adalah :
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan dalam rangka
menghadapi tugas-tugas mereka. Salah satu tugas bidan dalam Universitas Sumatera Utara
menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu
disampaikan dalam pembinaan kader : 1) Pemberitahuan ibu hamil tentang untuk bersalin di
tenaga kesehatan (promosi bidan siaga) 2) Pengendalian tanda bahaya kehamilan, persalinan,
dan nifas serta rujukannya 3) Penyuluhan gizi dan keluarga berencana 4) Pencatatan
Kelahiran dan kematian bayi/ibu 5) Promosi tabungan ibu bersalin (TABULIN), donor darah
berjalan, ambulans desa, suami siap antar jaga (SIAGA), satgas gerakan sayang ibu (Meilani,
N. dkk, 2009).
Pemantauan kehamilan resiko tinggi dapat dilakukan dengan program pendampingan secara
berkesinambungan yang melibatkan peran aktif dari pasien, keluarga, dan petugas kesehatan,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. Pendekatan model continuity of
care dalam pengambilan keputusan pada perawatan kehamilan berbasis komunitas dapat
memastikan hasil klinis bermakna, menurunkan risiko, dan lebih berkelanjutan. Pendampingan
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) berbasis Continuity of Care merupakan proses pendampingan
secara berkelanjutan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif pada individu dan
keluarga dalam mengelola kehamilan risiko tinggi.
Masih menurut Sri Wahyuni, Peningkatan upaya kesehatan untuk mengurangi angka kematian
ibu dan bayi dengan memberdayakan peran serta masyarakat seperti ini perlu senantiasa
dijaga dan mendapatkan support dari berbagai unsur masyarakat seperti salah satu
rekomendasi dari WHO.
Memberdayakan masyarakat dengan mengoptimalkan peran kader pendamping. Juga
diharapkan untuk mengurangi kematian ibu dan bayi berfokus pada pendampingan periode
kehamilan dengan menyusun strategi yang efektif, terintegrasi, berkesinambungan dan
berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. she