Anda di halaman 1dari 49

EDH

• Pengumpulan darah antara tulang kepala dan duramater yang terjadi


akibat separasi tulang (tabula interna) dan duramater (Periosteal
layer) sehingga mengakibatkan robekan pada pembuluh darah yang
berjalan disekitar duramater dan tulang
PF
• Trauma → Besar gaya yang diterima > elastisitas tulang → Fraktur →
• Robekan pada:
• a  vena Emisaria
• b  Vena Diploeica
• c  Arteri Meningea media (> 50%)
• d  Vena Meningea media
• e  Sinus duralis
Lokalisasi
• Temporal ( > 60%) → paling sering
• EDH TP
• EDH TB
• Di tempat coup, tak pernah merupakan contra coup
• Di tempat terjadi fraktur (60 – 80% menyertai fr. Tengkorak)
• 3 hal penting berkaitan dengan EDH:
• Lucid interval
• Local impact
• lateralisasi

Lucid Interval:
a lucid interval is a temporary improvement in a patient's condition
after a traumatic brain injury, after which the condition deteriorates.
Gejala
• Gangguan kesadaran
Terdapat 2 gejala gangguan kesadaran:
1) Gangguan kesadaran awal karena trauma beberapa jam sampai 2
hari (initial unconsciousness)
2) Gangguan kesadaran karena kompresi otak oleh hematoma disertai
gejala neurologis saru sisi (lateralisasi):
a. Pupil anisokor (dilatasi), biasanya ipsilateral dengan hematoma
b. Hemiparesis kontralateral
c. Refleks patologis kontralateral
• Gangguan kesadaran dapat timbul atau tidak , atau dapat lama sekali
tergantung berat ringan cedera otak yang terjadi  terdapat variasi.
Indikasi Pembedahan
• Indikasi pembedahan :
• 1) Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan volume > 30 cc, atau
ketebalan > 15 mm, atau pergeseran midline > 5 mm, atau
• 2) Pasien EDH akut (GCS <9) dan anisokor pupil

• Pengambilan keputusan operatif atau non operatif berdasarkan


radiologis dan keadaan klinis penderita. Evakuasi massa dilakukan bila
ada efek massa dan penurunan fungsi neurologi secara progresif
• Waktu :
• Pasien EDH akut dengan koma (GCS < 9) dan anisokoria pupil secepat
mungkin dilakukan tindakan evakuasi
SDH
• Merupakan penumpukan darah antara duramater dan arakhnoid
mater (Ruang subdural)
• Gambaran pada CT Scan : Crescentic shaped (hiperdens bulan sabit)
PF
• Memar otak, coup/contra coup → laserasi arteri dan vena cortical.
• Robekan bridging vein yang menghubungkan permukaan korteks
dengan sinus vena duralis (Pada anak dan lansia)
• Robekan dalam sinus duralis
Berdasarkan perkembangan lesi
1. SDH Akut
2. SDH Sub Akut
3. SDH Kronis
SDH Akut
• < 3 hari dari trauma
• Gejala klinis:
• Adanya penurunan kesadaran
• Kadang disertai lateralisasi
• Mual, muntah, sakit kepala
•  CT Scan: Gambaran hiperdens bulan sabit/lentikuler
Indikasi Pembedahan SDH Akut
1)  Pasien SDH tanpa melihat GCS :
• Dengan ketebalan > 10 mm
• Atau midline shift (MLS) > 5 mm pada CT Scan
2)  Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK
3)  Pasien SDH dengan GCS < 9 :
• Ketebalan SDH < 10 mm dan pergeseran struktur midline, jika mengalami
penurunan GCS lebih dari 2 poin atau lebih antara saat kejadian dengan saat
masuk ke rumah sakit
• Dan atau jika didapatkan pupil yang dilatasi asimetri atau fixed
• Dan/atau TIK > 20 mmHg
SDH Sub Akut
• 3 hari-3 minggu setelah trauma
• Klinis : sama dengan SDH akut tetapi kesadaran naik turun
• < 1 Minggu → Mirip SDH akut
• > 1 Minggu → Mirip SDH kronis
• CT Scan : gambaran hiperdens bercampur dengan isodens ataupun
hipodens
• Terapi :
• Jika gambaran hiperdens lebih dominan → Trepanasi
• Jika gambaran hipodens lebih dominan → Burr Hola Drainage
SDH Kronis
• > 3 minggu setelah trauma
sering terjadi pada lansia oleh karena sudah terjadi atrofi otak sehingga
jarak antara permukaan korteks dan sinus jauh sehingga rentan terhadap
guncangan → Robekan pada bridging vein
• Hematom terbentuk membran (kapsul)
Kapsul luar → Minggu I
Kapsul dalam→ Minggu II
Kapsul → Membran osmotik
• Menarik cairan dari luar (Osmotik ↑) → Hematom membesar. Kapsul
mengandung pembuluh darah baru. Terjadi perdarahan berulang
intracapsular → Hematoma membesar
• Klinis:
1. Biasanya cederanya ringan/trivial (25-50% SDH kronik  Anamnesa
tanpa riwayat trauma)
2. Pada orang tua (Umur ≥ 50 tahun)
3. Yang dominan kesadaran naik turun
• CT-Scan : gambaran hipodens yang berbentuk bulan sabit (15-20%
bilateral)
Predisposisi
• Alkoholism
• Epilepsi
• Koagulopati
• Gagal ginjal terminal
Indikasi Pembedahan
• Terdapat gejala klinis penurunan kesadaran maupun defisi neurologis
fokal atau kejang
• Ketebalan lesi > 1cm

• Burrhole drainage 2 lubang dan irigasi dengan PZ 3 liter


• Bila pada tindakan boorhole drainage keluar cairan isodens/hipodens
(cloth (-)) maka dilakukan drainage. Tetapi bila muncul cairan
hiperdense (cloth (+)) maka disetting trepanasi dengan incisi linear →
Kraniotomi, evakuasi hematoma dan eksisi sebagian kapsul
ICH
• Hematom yang terjadi di dalam parenkim otak, biasanya diakibatkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak/kortikal bagian dalam
• Mekanisme : Akselerasi (AC) –Deselerasi (DC)
• Gejala klinis :
• Gangguan kesadaran
• Kadang disertai lateralisasi
• Gambaran radiologis: lesi hiperdens, perifokal edema, biasanya
daerah frontal dan temporal
Indikasi Pembedahan
• Pasien dengan GCS 6-8 dengan perdarahan parenkim otak pada
daerah frontal atau temporal dengan volume perdarahan > 20 cc,
dengan pergeseran struktur midline ≥ 5 mm dan atau kompresi pada
sisterna.
• Perdarahan parenkim otak dengan volume perdarahan > 50 cc
• Pasien dengan perdarahan parenkim otak dan tanda-tanda deteriorasi
neurologis yang progresif sesuai dengan lesi, hipertensi intrakranial
yang refrakter dengan medikamentosa, atau didapatkan tanda-tanda
efek massa pada CT scan.
Waktu dan Metode
• Kraniotomy dan evakuasi lesi massa direkomendasikan pada pasien
dengan lesi fokal dan dengan indikasi pembedahan di atas.
Kraniektomy dekompresi bifrontal dalam 48 jam sejak trauma
merupakan pilihan penanganan untuk pasien dengan cerebral edema
diffusa dan hipertensi intrakranial membandel dengan pengobatan.
Prosedur dekompresi termasuk dekompresi subtemporal, lobektomi
temporal dan kraniektomy dekompresi hemisfer, merupakan pilihan
penanganan untuk pasien dengan hipertensi intrakranial yang
membandel dan trauma parenkimal diffusa dengan klinis dan
radiologis adanya impending herniasi transtentorial
Fr. Impresi
Definisi
• Jika fragmen tulang masuk ke dalam rongga kranium setebal tulang
tersebut atau jika level tabula eksterna berada pada level tabula
interna
Klasifikasi
• Fraktur tertutup (simple)
Secara klinis pada daerah kulit di atas fraktur tidak didapatkan adanya
luka terbuka ataupun laserasi → resiko terjadinya infeksi sangat kecil
• Fraktur terbuka (compound)
Klinis didapatkan adanya laserasi kulit yang sampai menembus galea
atau garis fraktur meluas sampai sinus paranasalis
Tatalaksana
1. Fraktur impresi tertutup
• Operasi elevasi dari fragmen tulang dikerjakan segera jika didapatkan:
1)  Gangguan neurologis
2)  Menyebabkan gejala neurologis berupa hemiparese/plegi, aphasia, kejang-kejang
3)  Adanya komplikasi berupa ICH,EDH,SDH, langsung di bawah fragmen fraktur
4)  Pada Ro’: intraparenchymal bone fragment
5)  Sign of ↑ ICP
6)  Sign of CSF leak to deep galea
7)  Kesulitan dalam follow up jangka panjang
• Operasi elevasi dari fragmen tulang dikerjakan secara elektif biasanya oleh alasan:
1)  Kosmetik seperti fraktur di daerah frontal
2)  Fragmen fraktur sangat besar > 5 cm
3)  Merupakan fokus terjadinya epilepsi
2. Fraktur impresi terbuka
• Golden period > 24 jam
• Fragmen tulang dikembalikan jika:
• Duramater tidak tegang
• Operasi kurang dari 24 jam dari saat kejadian
• Luka tidak kotor
• < 4 jam tulang dibuang bila:
• Tulang hancur (berupa fragmen yang sulit untuk direkonstruksi)
• Kotor dan sulit dibersihkan
• Sebelum tulang dikembalikan harus dibersihkan dari kotoran yang ada dan direndam di larutan antibiotika
• Jika fragmen tulang terlalu kecil maka dapat diatur seperti mozaik
• Jika luka operasi duramater > 5 cm harus dipasang drain vacum dan pemberian antibiotika profilaksis sampai vacum drain lepas
• Vacum drain dilepas jika produksi < 15 cc atau jika terjadi kebocoran LCS
• Pada fraktur depresi yang mengenai sinus frontalis, maka mukosa sinus harus dikerok kemudian ditutup kedap udara dengan
bahan yang sebelumnya direndam dengan larutan antibiotika
• Fraktur impresi jarang mengakibatkan ↓ kesadaran karena jejas yang terjadi bersifat lokal bukan diffuse
Indikasi CT Scan
Indikasi pemeriksaan CT kepala pada pasien cedera kepala :

1. GCS< 13 setelah resusitasi.


2. Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih, hemiparesis memberat, kejang.
3. Nyeri kepala, muntah yang menetap
4. Terdapat tanda fokal neurologis atau lateralisasi
5. Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur
6. Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus
7. Evaluasi pasca operasi
8. Pasien multitrauma ( trauma signifikan lebih dari 1 organ )
9. Indikasi sosial
Indikasi Foto Cervical
Cervical Spine
X-Ray
For Dummies
GEB - 2017
• Cervikal Spine X Ray indikasi:
1  Jejas pada daerah leher (di atas klavikula)
2  Neck pain
3  Mekanisme trauma: Wisplash injury
4  Cervical signs: tetraplegia/paralitik
5  Unconscious patients (Pasien COB)
Evaluasi Radiologi
Pedoman X-ray Cervical
AABBCDS

• Adequacy, Alignment
• Bone abnormality, Base of skull
• Cartilage
• Disc space
• Soft tissue
Adequacy

• Harus menunjukan seluruh 7 C-


spine
• X-ray yang tidak menunjukan batas
atas dari V Th 1 termasuk
inadequate
• Kadang dibutuhkan traksi pada
lengan
• Bila tetap sulit diperlukan
swimmer’s view atau CT
Swimmer’s view
Alignment
• Linea Vertebralis Anterior,
Linea vertebralis posterior,
dan linea spinolaminaris
harus membentuk kurva
yang selaras tanpa disertai
steps dan/atau
diskontinuitas

• Malalignment pada bagian


vertebra posterior memiliki
makna yang sangat
signifikan dibandingkan
dengan bagian depan

• Step-off sebesar >3.5mm


memiliki makna yang
signifikan
Lateral Cervical Spine X-Ray

• Subluksasi anterior dari suatu


korpus vertebra terhadap vertebra
lain mengindikasikan suatu
dislokasi facet
• < 50% lebar korpus vertebra 
dislokasi facet unilateral
• > 50%  dislokasi facet bilateral
Bones
Disc

• Disc Spaces (tinggi


diskus
intervertebralis)
• Harus selaras (ukuran
kurang lebih sama)
• Perhatikan jarak
antara procesus
spinosus
Soft tissue
• Nasopharyngeal space (C1)
• 10 mm (adult)

• Retropharyngeal space (C2-


C4)
• 5-7 mm

• Retrotracheal space (C5-C7)


• 14 mm (children)
• 22 mm (adults)
AP C-spine Films

• Spinous processes should


line up
• Disc space should be
uniform
• Vertebral body height
should be uniform. Check
for oblique fractures.
Open mouth view

• Adequacy: all of the


dens and lateral
borders of C1 & C2
• Alignment: lateral
masses of C1 and C2
• Bone: Inspect dens
for lucent fracture
lines
Indikasi MRS
Secara general
Pasien cidera kepala akan dirawat di rumah sakit dengan kriteria sebagai berikut:
• Kebingungan atau riwayat pingsan atau penurunan kesadaran
• Keluhan dan gejala neurologik, termasuk nyeri kepala menetap dan muntah
• Kesulitan dalam penilaian klinis, misalnya pada alkohol, epilepsi
• Kondisi medik lain : gangguan koagulasi, diabetes mellitus
• Fraktur tengkorak
• CT scan abnormal
• Tak ada yang dapat bertanggung jawab untuk observasi di luar rumah sakit
• Umur pasien diatas 50 tahun
• Anak-anak
• Indikasi sosial
Observasi Intensif
• Kriteria pasien cedera otak yang memerlukan perawatan di ruang
intensif :
-  GCS<8
-  GCS < 13 dg tanda TIK tinggi
-  GCS < 15 dengan lateralisasi
-  GCS < 15 dengan Hemodinamik tidak stabil.
- Cedera kepala dengan defisit neurologis belum indikasi tindakan operasi.
- Pasien pasca operasi
HCU
• Kriteria pasien pindah dari intensif ke Ruang HCU
-  Pasien cedera kepala yang tidak memerlukan ventilator dan transportable
(layak transport).
-  Perlu observasi ketat tanda vital dan kelainan neurologi.

• Pasien dengan CT scan abnormal yang belum indikasi operasi dan


memerlukan observasi yang ketat.
• Pasien COR dan COS yang tidak memenuhi kriteria masuk intensive
care dan memerlukan observasi ketat.
Low Care - KRS
• VS Stabil (hemodinamik stabil)
• Status Neurologis stabil

KRS:
1. Sadar dan orientasi (waktu dan tempat) baik, tidak pernah pingsan
2. Tidak ada gejala fokal neurologis
3. Keluhan berkurang, muntah atau nyeri kepala hilang
4. Tidak ada fraktur kepala atau basis kranii
5. Ada yang mengawasi dengan baik di rumah
6. Tempat tinggal dalam kota

Anda mungkin juga menyukai