Anda di halaman 1dari 14

“OBAT ANTI

EPILEPSI”
Disusun Oleh :
Windy Tiara Ramadhanti P17211201028
Azzah Amurita P17211201030
Asti Rahmawati M.U P17211201031
ShofiyahKarimah P17211203043
Putri Malikal Bulqis P17211203047

Dosen Pembimbing:
Budiono, SKp., M. Kes
LATAR BELAKANG
Epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi, namum dengan gejala yang
khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal secara
berlebihan (Mardjono dan Sidharta, 2008). Pada usiabayi, penyebab paling sering adalah asfikasi atau
hipoksia dan trauma intrakranial ketika lahir, gangguan metabolik, malformasi kongenital pada otak atau
infeksi. Sedangkan pada usiaanak-anak dan remaja, penyebab mayoritas adalah epilepsi idiopatik, yang
tidak diketahui penyebabnya dimana pada usia 5-6 tahun umumnya disebabkan karena demam tinggi.
Pada usia dewasa penyebabnya lebih bervariasi, antara lain idiopatik, karena birth trauma, cedera
kepala, tumor otak (pada usia 30-50 tahun), dan penyakit serebrovaskular (lebih dari usia 50 tahun)
(Ikawati, 2011).
Saat ini, pilihan obat antiepilepsi sangat terbatas kesediannya terutama di Indonesia karena
beberapa obat belum beredar di Indonesia. Obat-obatan antiepilepsi yang telah lama digunakan seperti
Fenitoin, Barbiturat, Karbamazepin, dan Asam Valproat, menunjukan efek samping serius serta
merupakan inducer metabolism yang poten sehingga dapat menimbulkan interaksi obat, terutama pada
jalur metabolisme (Gidal and Garnett, 2005)
Definisi
EPILEPSI Epidemiologi

Definisi konseptual : (Kusumastuti Epilepsi merupakan salah satu


dan Basuki, 2014) penyakit neurologi yang dapat dijumpai
Epilepsi adalah kelainan otak yang pada semua umur dan dapat
ditandai dengan kecenderungan untuk menyebabkan hendaya serta mortalitas.
menimbulkan bangkitan epileptik yang Insiden epilepsi di negara berkembang
terusmenerus, dengan konsekuensi sekitar 50 per 100.000 orang per tahun
neurobiologis, kognitif, psikologis, dan (24-70 per 100.0000 orang per tahun),
sosial. Definisi ini mensyaratkan dan prevalensi yaitu sekitar 4 dan 10 per
terjadinya minimal 1 kali bangkitan 100.000 orang (Sander, 2004).
epileptik. Bangkitan epileptic adalah
terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat
akibat aktifitas neuronal yang abnormal
dan berlebihan di otak.
MONOGRAFI
OBAT
FENITOIN
Indikasi : terapi pada semua jenis epilepsi, kecuali
Petit mal : status epileptikus
Peringatan : hati-hati pada gangguan fungsi hati (dosis diturunkan), hindari pemutusan obat dengan tiba-tlba, hindari
pada porifiria. Kategori risiko ibu hamil dan menyusui:
Kategori risiko ibu menyusui : terdapat dalam air susu ibu (ASI). Sebaiknya dihindari.
Efeksamping : gangguan saluran cema, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer, hipertrofi gingival,
ataksia, bicara tak jelas, nistagmus, penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme, demam, hepatitis, lupus
eritematosus, eritema multiform, efek hematologik (leucopenia, trombositopenia, agranulositosis).
Dosis:
oral (dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150- 300 mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan bertahap)
Dosis lazim (300-400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari)
Statusepileptikus: i.v. lambat atau infus, 15 mg/kg,kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading dose). Dosis pemeliharaan sekitar
100 mg diberikan sesudahnya, interval 6-8 jam. Monitor kadarplasma. Pengurangan dosis berdasar berat badan.
ANAK : 5-8 mg/kg/hari, dosis tunggal/terbagi 2 kali sehari.
KARBAMAZEPIN
Indikasi : epilepsi semua jenis, kecuali petit mal,
neuralgia trigeminus : propilaksis pada manik depresif.
Peringatan : gangguan hati atau ginjal, hamil, menyusui, hindari pemutusan obat mendadak,
riwayat penyakit jantung, glaukoma, riwayat reaksi hematologik terhadap obat lain.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui:Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusi dalam air susu ibu (ASI),
tidak direkomendasikan. Efek samping: biasanya dihubungkan dengan hipermagnesemia, mual, muntah,
haus, flushing kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi nafas, ngantuk, bingung, hilang refleks tendon, lemah
otot, kolik, dan diare pada pemberian oral.
Dosis : Penanganan bangkitan: dosis untuk dewasa dananak diatas 12 tahun adalah 200 mg 2 kali sehariatau
100 mg, 4 kali sehari. Dosis dinaikkan sampai200 mg, 3-4 kali sehari.Penanganan neuralgia trigeminus:
dosis awal100 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkanmenjadi 200 mg setiap hari dengan
peningkatan100 mg setiap 12 jam untuk tablet ataupeningkatan 50 mg, 4 kali sehari sampai rasasakit hilang.
ANAK : penanganan bangkitan: 6-12 tahun adalah 100 mg, 2 kali sehari atau 50 mg, 4 kali sehari. dosis
untuk anak di bawah 6 tahun adalah 10-20
mg/kg berat badan dalam 2-3 dosis terbagi.
GABAPENTIN
Indikasi : terapi tambahan untuk epiiepsi parsial dengan atau tanpa kejang umum, yang tidak
dapat dikendalikan dengan anti epiiepsi lain.
Peringatan :hindari pemutusan obat mendadak (bertahap sekurang-kurangnya 1 minggu); epiiepsi
campuran dengan petit mal (yang mungkin kambuh). usia lanjut (kurangi dosis), gangguan ginjal
(kurangi dosis), hamil dan menyusui.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui :C
Kategori resiko ibu menyusui : Terdistribusi dalamair susu ibu (ASI), gunakan dengan hati-hati.
Efeksamping : somnolens, pusing, ataksia, lesu, nistagmus, nyeri kepala, tremor, diplopia, mual
dan muntah, rinitis, ambliopia, kejang, faringitis, disartri, dispepsi, amnesia, gugup, batuk.
Dosis : Hari ke1: 300 mg, kemudian 300 mg 2 kali sehari pada hari ke2, kemudian 300 mg 3 kali
sehari pada hari ke3. Selanjutnya dinaikkan sesuai respons, sampai mencapai 1,2 g/hariE terbagi
dalam 3 dosis. Bila perlu dinaikkan lagi bertahap 300 mg/hari (dalam 3 dosis terbagi), sampai
maksimal 2,4 g/hari.
Dosis lazim : 0,9-1,2 g/hari; periode diantara dosis tak boleh melebihi 12 jam.
Anak : tidak dianjurkan.
OBAT ANTI EPILEPSI
Sejak tahun 1912 beberapa OAE telah di kenalkan namun hanya beberapa yang sering digunakan. Sebagian besar
pasien epilepsi di terapi dengan 4 macam OAE, yaitu: fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, dan asamvalproat (Ambrosio
dkk, 2002). Sampai dengan tahun 1993, OAE utama yaitu fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, dan asamvalproat.
Kemudian terdapat beberapa OAE lainnya, dengan prinsip farmakoterapi yang lebih baik. Obat Anti Epilepsi generasi
terbaru disebut juga dengan OAE generasi kedua dan ketiga (Conway, 2012).
Sebagian besar mekanisme kerja OAE sebagaian tikonvulsan tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Mekanisme
utama OAE yaitu menurunkan eksitasi dari neuron dengan cara memblok saluran sodium dan saluran kalsium atau reseptor
glutamatantagonis. Beberapa jenis OAE dapat meningkatkan gamma amino butyric acid (GABA). Mekanisme kerja dari
beberapa OAE dapat dilihat pada tabel 1 (Conway, 2012). Pada sebagian besar pasien epilepsi, monoterapi merupakan
pilihan utama dalam manajemen epilepsi. Monoterapi memiliki keuntungan seperti menghindari interaksi antara obat dan
mengurangi komplikasi. Namun, apabila kejang tidak teratasi, maka perlu diberikan politerapi (Pylvanen, 2005).
PERAN PERAWAT
DALAM
PEMBERIAN
OBAT ANTI
EPILEPSI
Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan
memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu,
dokumentasi dan benar dalam informasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahappengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien (Doenges, 2000).Untuk menetapkan kebutuhan
terhadap terapi obat dan respon potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.Adapun data hasil
pengkajian dapat dikelompokkan ke dalam data subyektif dan data obyektif.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan hasil pengkajian
3. Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang
diharapkan.
4. Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai tujuan yangtelah ditetapkan.Penyuluhan
dan pengajaran pada fase ini merupakan tanggungjawabperawat.Dalam beberapa ruang lingkup praktek,
pemberian obat dan pengkajian efek obatjuga merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting. Selain itu
dalam implementasi perawat harus mampu mencegah resiko kesalahan dalam pemberian obat. Kesalahan
pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalampembuatan resep, transkripsi, persiapan,
penyaluran, dan pemberian obat.
Kesimpulan
Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan
kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptik yang terus
menerus, dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan
sosial. Definisi ini masyarat kanterjadinya minimal 1 kali bangkitan
epileptik. Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi yang dapat
dijumpai pada semua umur dan dapat menyebabkan hendaya serta
mortalitas. Insidenepilepsi di negara berkembang sekitar 50 per 100.000
orang per tahun (24-70 per 100.0000 orang per tahun), dan prevalensi
yaitu sekitar 4 dan 10 per 100.000 orang (Sander, 2004).
Obat anti epilepsi sebagian besar ada 4 macam, yaitu fenobarbital,
fenitoin, karbamazepin, dan asamvalproat. Mekanisme utama OAE yaitu
menurunkan eksitasi dari neuron dengan cara memblok saluran sodium
dan saluran kalsium atau reseptor glutamatantagonis. Beberapajenis
OAE dapat meningkatkan gamma amino butyric acid (GABA).
Mekanisme kerja dari beberapa OAE dapat dilihat pada tabel 1 (Conway,
2012).
SARAN
1. Bagi rumah sakit agar lebih memperhatikan dalam
pemberian dosis OAE pada pasien epilepsi.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih melihat
tanda/gejala pada penyakit epliepsi, dengan melihat jenis
epilepsy, kondisi fisik pasien, dan lainnya.
3. Bagi penyandang epilepsi diharapkan makalah ini dapat
dijadikan edukasi agar patuh dalam pengobatan sehingga
dapat meningkatkan kepuasan hasil terapi.
THANK
YOU!!!

Anda mungkin juga menyukai