Anda di halaman 1dari 47

Pendidikan Anti Korupsi

M. Zamroji Almursyid, S.Pd., M.E


mzamrojialmursyid@gmail.com
KKN ?
Korupsi, kolusi dan Nepotisme
KORUPSI dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” “corruptio”
dari kata “corrumpere”
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda)

kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian
Di Malaysia dipakai kata “resuah” dari bahasa Arab “risywah”,
menurut Kamus umum Arab Indonesia artinya korupsi
Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang
diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk
memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau
untuk memperoleh kedudukan semua ulama sepakat mengharamkan
risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini
termasuk dosa.
Korupsi artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya

Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang,


penerimaan uang sogok, dan sebagainya

Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi


Pengertian Berdasarkan UU

• Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001,


sebagaimana tercantum dalam Bab II Pasal 2 yang dimaksud dengan korupsi
adalah:

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan


memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”
Pendapat Pakar

corruptie adalah korupsi, perbuatan curang,


tindak pidana yang merugikan keuangan negara

Subekti dan Tjitrosoedibio


menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni menyangkut masalah penyuapan,
yang berhubungan dengan manipulasi di bidang
ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentingan umum

Baharuddin Lopa
ISPUR
OKK
UTNEB

1. Kerugian Keuangan Negara


2. Suap Menyuap

3. Penggelapan Dalam Jabatan


4. Pemerasan
5. Perbuatan Curang
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
7. Gratifikasi
Faktor Faktor Penyebab Korupsi
• Faktor Sejarah (Membudaya)
• Faktor Internal
1. ekonomi (NEED)
2. Sifat (Rakus) Want
• Faktor ekternal
1. Lingkungan ( Tempat Kerja, Teman, sistem)
2. Atasan yang tidak memiliki integritas
3. Hukum
4. politik
Teori Penyebab Korupsi
• Teori korupsi Robert klittgaard CDMA thery, korupsi terjadi karena adanya
faktor kekuasaan dan monopoli yang tidak dibarengi dengan akuntabilitas
• Jack blogne, faktor penyebab korupsi adalah keserakahan, kesempatan,
kebutuhan, pengungkapan
• Cost benefit model, korupsi terjadi jika manfaat korupsi yang dilakukan
dapat lebih besar ketimbang resikonya
• Berdasarkan motivasi pelaku
• Doland R cressey, kecurangan adalah kesempatan, motivasi dan rasionalisasi
• Willingness and opportunity to corrupt, korupsi terjadi bila ada
kesempatan/peluang (kelemahan system, pengawasan kurang,dan
sebagainya), dan niat akibat dorongan kebutuhan dan keserakahan
Bahaya Korupsi
1. Sesuatu yang bersifat amoral
2. Sifat dan keadaan yang busuk
3. Menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah
4. Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian
5. Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga
atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan
Bahaya dan Dampak Korupsi
• Dampak korupsi terhadap perekonomian, kesehatan
• Dampak korupsi terhadap social dan kemiskinan
• Dampak korupsi terhadap lingkungan,
• Terhadap pertahanan dan keamanan nasional,
• Terhadap penegakan hukum,
• Terhadap politik dan demokrasi,
Unsur-unsur Biaya Sosial Korupsi
• Rimawan Pradiptyo (2009) menganalisis hukuman finansial
(nilai eksplisit) yang dikenakan kepada terpidana korupsi.
Berdasarkan data putusan MA, perbandingan biaya korupsi dan
hukuman finansial kasus korupsi tahun 2001-2009
menunjukkan bahwa total hukuman finansial yang dituntutkan
Jaksa hanya 40% dari biaya eksplisit korupsi. Dari jumlah
tersebut, hanya 7,3% dari biaya eksplisit korupsi) yang
dijatuhkan hukuman final oleh hakim.
• Data berikut menjelaskan terdapat 93% biaya eksplisit korupsi
yang harus ditanggung negara karena tidak dibebankan kepada
koruptor. Beban negara tersebut selanjutnya ditransfer kepada
masyarakat dalam bentuk meningkatnya besaran pajak. Dengan
demikian beban biaya sosial (social cost of crime) pada akhirnya
ditanggung oleh masyarakat sehingga masyarakat menjadi pihak
yang paling dirugikan dalam tindak pidana korupsi yang terjadi.
Total Kerugian
Total Hukuman Total Hukuman
Keuangan Negara
Skala Korupsi Jumlah Pelaku Finansial yang Finansial yang
(hasil hitungan
dituntut Jaksa (%) dijatuhkan MA (%)
auditor)

Gurem 22 Rp 108,4 Juta 1682 1141

Kecil 128 Rp 6,3 M 183 401

Medium 240 Rp 101,3 M 119 89

Besar 122 Rp 735,5 M 66 49

Kakap 30 Rp 72,2 T 44 7

Total 542 Rp 73,1 T 44 7


Penjelasan
• Biaya eksplisit korupsi merupakan biaya riil yang keluar sebagai biaya
antisipasi, biaya reaksi dan biaya akibat dari sebuah kejahatan korupsi, yang
dapat dihitung secara langsung. Biaya eksplisit dalam hitungan ini dibatasi pada
biaya yang keluar dari APBN meskipun dimungkinkan adanya biaya yang
keluar dari luar APBN

• Biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara langsung terlihat, seperti
biaya ekonomi (opportunity cost), biaya damage (akibat) yang dampaknya
melalui pasar, dan biaya damage (akibat) yang dampaknya tidak melalui pasar
Indikator Keberhasilan Pemberantasan
Korupsi
• indeks persepsi korupsi semakin meningkat, Indonesia indeksnya 35
• kesejahteraan meningkat, pendidikan dan kesehatan terjamin.
• Bidang bidang yang terdampak oleh korupsi membaik
Hubungan antara dampak korupsi, biaya social korupsi
dan indicator keberhasilan pemberantasan korupsi ???
Perbandingan antara kerugian Negara dengan
hukuman financial koruptor ???
Role Model Negara Anti Korupsi yang
Berhasil
• Denmark (skor 91/peringkat 1)
• Finlandia (skor 90/peringkat 2)
• Swedia (89/3)
• Selandia Baru (88/4)
• Netherlands (87/5)
• Norwegia (87/5)
Alasan mengapa Negara Negara tersebut cocok menjadi
role model anti korupsi dunia adalah karena tingginya
indeks persepsi korupsi, sebab semakin tinggi indeks
persepsi korupsi maka korupsi di Negara tersebut sangat
kecil. Mereka menerapkan 0 toleransi terhadap korupsi,
bahkan setiap instansi memiliki kpknya sendiri yang
dimana masyarakat bisa melaporkan tindak pidana
korupsi ke hotline yang terbuka selama 24 jam.
USAHA MENCEGAH DAN
MENENTANG KORUPSI
Upaya Pencegahan
1. Penanaman semangat nasional
2. Melakukan penerimaan pegawai dengan jujur dan terbuka
3. Himbauan kepada masyarakat
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
5. Pencatatan asset
Upaya edukasi
Upaya penindakan
Prinsip Anti Korupsi

 Akuntabilitas
 Transparansi
 Kewajaran
 Kebijakan
 Kontrol Kebijakan
DASAR-DASAR HUKUM
PEMBERANTASAN KORUPSI
undang undang No 31 tahun 1999 jo undang undang nomor 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
undang undang No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
uu nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih
Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme
uu nomor 15 tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
uu no 3 tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
ketetapan MPR NO X/MPR/1998 tentang penyelenggaran Negara yang
bersih dan bebas KKN
30 Delik Tindak Pidana Korupsi
UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001 memuat 30 (tiga puluh)
bentuk tindak pidana korupsi, yang tersebar dalam 13 (tiga belas) pasal.
Ketigapuluh bentuk tindak pidana korupsi tersebut terwadahi dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal 5 ayat
(2), Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7
ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat
(1) huruf d, Pasal 7 ayat (2), Pasal 8, Pasal 9,  Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf
b, Pasal 10 huruf c, Pasal 11, Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal 12 huruf
c, Pasal 12 huruf d, Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf f, Pasal 12 huruf g, Pasal
12 huruf h, Pasal 12 huruf i, Pasal 12 B jo. Pasal 12 C, dan Pasal 13.
Pengelompokan 30 Delik Menjadi 7
• Pertama, korupsi terkait keuangan negara/perekonomian negara (Pasal 2 dan 3).
• Kedua, korupsi terkait suap-menyuap, termuat dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal
5 ayat (1) huruf b, Pasal 13, Pasal 5 ayat (2), Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal
11,  Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 huruf
c, dan Pasal 12 huruf d.
• Ketiga, korupsi terkait penggelapan dalam jabatan, diatur dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf b, dan Pasal 10 huruf c.
• Keempat, korupsi terkait pemerasan, terwadahi dalam Pasal 12 huruf e, Pasal huruf
f, Pasal 12 huruf g.
• Kelima, korupsi terkait perbuatan curang, termuat dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a,
 Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 7 ayat
(2), dan Pasal 12 huruf h.
• Keenam, korupsi terkait benturan kepentingan dalam pengadaan, diatur dalam Pasal
12 huruf i.
• Ketujuh, korupsi terkait gratifikasi, diakomodasi dalam Pasal 12 B jo. Pasal 12 C.
jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi
Jenis tindak pidana yang demikian ini diatur dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24. Bentuk-
bentuk tindak pidananya mencakup 6 (enam) macam.
• Pertama, merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi, tercantum dalam Pasal 21.
• Kedua, tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, termuat dalam Pasal 22 jo.
Pasal 28.
• Ketiga, pihak bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka, diatur dalam Pasal 22 jo. Pasal
29.
• Keempat, saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu, termuat dalam
Pasal 22 jo. Pasal 35.
• Kelima, orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan
palsu, diatur dalam Pasal 22 jo. Pasal 35. Keenam, saksi yang membuka identitas pelapor, diakomodasi
dalam Pasal 24 jo. Pasal 31
BENTUK KORUPSI

1. Kerugian Keuangan Negara


2. Suap Menyuap
3. Penggelapan Dalam Jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan Curang
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
7. Gratifikasi
Kerugian Negara
o Nilai kerugian negara akibat tindak
pidana korupsi di Indonesia selama
2001-2015 mencapai Rp 203,9 triliun. Kasus korupsi yang merugikan negara 7
Triliun. Korupsi yang dilakukan melalui kredit
o Total kerugian negara Rp 203,9 triliun Bank Bapindo lewat perusahaan Golden Key
itu berasal dari 2.321 kasus yang Group.
melibatkan 3.109 terdakwa Setelah ditangkap, dijatuhi hukuman 20 tahun
penjara dan denda, namun kala ditahan di LP
Cipinang, ia berhasil kabur dan ada kabar yang
Sumber : Hasil kajian Laboratorium Ilmu
mengatakan bahwa dia berada di China,
Ekonomi UGM
membangun bisnis barunya disana.
Suap Menyuap
KPK : Suap Rp 6 M Dikumpulkan untuk Menyuap
DPRD Jambi
Gubernur Jambi dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Jambi, menyuap anggota DPRD
Jambi. Suap diberikan kepada anggota DPRD Jambi untuk
bersedia hadir dalam pengesahan RAPBD Provinsi Jambi
2018.

Sumber : Robertus Belarminus Kompas.com - 02/02/2018, 19:23


WIB
Penggelapan Dalam Jabatan
Dalam UU Tindak Pidana Korupsi Dalam KUHP
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri Penggelapan yang dilakukan oleh orang
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan yang penguasaannya terhadap barang
umum secara terus menerus atau untuk sementara disebabkan karena ada hubungan kerja
waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau atau karena pencarian atau karena
surat berharga yang disimpan karena jabatannya, mendapat upah untuk itu, diancam
atau membiarkan uang atau surat berharga dengan pidana penjara paling lama lima
tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, tahun.
atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut.
Pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun
Pidana penjara minimal 3 tahun, maksiman 15
tahun
Pemerasan
Pemerasan adalah perbuatan Pegawai negeri yang
memiliki kekuasaan dan kewenangan memaksa
orang lain melakukan sesuatu yang menguntungkan
dirinya merupakan tindakan korupsi.
contoh ;
untuk pengurusan surat-surat tertentu seorang
pegawai negeri menetapkan tarif yang mahal,
padahal surat-surat itu bisa diperoleh secara gratis
atau cukup membayar biaya administrasi
secukupnya saja. 
lanjutan

KPK kenakan pasal pemerasan kepada


Gubernur Banten

Pengadaan alat kesehatan di Prov.


Banten. Kerugian negara mencapai Rp
30 M

Sumber : News Antara.com


Perbuatan Curang
Contoh ;
Pemborong proyek fasilitas
negara yang sengaja
menukar bahan proyek
bangunan agar ia meraih
keuntungan. Keuntung
tersebut dibagi dengan
pejabat tertentu.   
Benturan kepentingan dalam pengadaan
Istilah dalam bahasa Inggrisnya
adalah conflict of interest. Seorang
pejabat negara mengalami benturan
kepentingan antara amanah jabatan yang
diembannya dan peluang untuk
menguntungkan dirinya sendiri, keluarga,
atau pun kenalannya.
Misalnya proyek pengadaan seragam
PNS yang ditangani oleh perusahaan
konveksi milik pejabat tertentu tanpa
proses penawaran dan seleksi yang ketat,
langsung tunjuk saja perusahaan si
pejabat. 
Gratifikasi
Gratifikasi dapat dikatakan sebagai
pemberian hadiah serta fasilitas dari
seseorang berupa uang, barang, diskon,
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
pesawat, cek perjalanan, liburan gratis,
atau biaya pengobatan karena jabatan
seseorang di pemerintahan.
Pemberian parcel kepada pejabat pun
dapat merupakan bentuk korupsi.
Perbedaan
Gratifikas
i Uang Pelicin Suap menyuap

pemerasan
Tujuan akhir pemberantasan korupsi ?
• Mewujudkan impian Indonesia tanpa korupsi
• Meningkatkan kesejahteraan dalam bidang pendidikan kesehatan
• Menormalkan kembali dampak dampak dari korupsi pada berbagai bidang
Strategi dan Rencana Aksi Pemberantasan
Korupsi
• Melaporkan tindak pidana korupsi
• Melaporkan LHKPN
• Membangun zona integrasi
• Memantau layanan public
• Mengembangkan media kampanye anti korupsi
• Membangun bisnis berintegrasi
• Membangun tatakelola dan system kampus yang berintegritas

Anda mungkin juga menyukai