Baharuddin Lopa
ISPUR
OKK
UTNEB
Kakap 30 Rp 72,2 T 44 7
• Biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara langsung terlihat, seperti
biaya ekonomi (opportunity cost), biaya damage (akibat) yang dampaknya
melalui pasar, dan biaya damage (akibat) yang dampaknya tidak melalui pasar
Indikator Keberhasilan Pemberantasan
Korupsi
• indeks persepsi korupsi semakin meningkat, Indonesia indeksnya 35
• kesejahteraan meningkat, pendidikan dan kesehatan terjamin.
• Bidang bidang yang terdampak oleh korupsi membaik
Hubungan antara dampak korupsi, biaya social korupsi
dan indicator keberhasilan pemberantasan korupsi ???
Perbandingan antara kerugian Negara dengan
hukuman financial koruptor ???
Role Model Negara Anti Korupsi yang
Berhasil
• Denmark (skor 91/peringkat 1)
• Finlandia (skor 90/peringkat 2)
• Swedia (89/3)
• Selandia Baru (88/4)
• Netherlands (87/5)
• Norwegia (87/5)
Alasan mengapa Negara Negara tersebut cocok menjadi
role model anti korupsi dunia adalah karena tingginya
indeks persepsi korupsi, sebab semakin tinggi indeks
persepsi korupsi maka korupsi di Negara tersebut sangat
kecil. Mereka menerapkan 0 toleransi terhadap korupsi,
bahkan setiap instansi memiliki kpknya sendiri yang
dimana masyarakat bisa melaporkan tindak pidana
korupsi ke hotline yang terbuka selama 24 jam.
USAHA MENCEGAH DAN
MENENTANG KORUPSI
Upaya Pencegahan
1. Penanaman semangat nasional
2. Melakukan penerimaan pegawai dengan jujur dan terbuka
3. Himbauan kepada masyarakat
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
5. Pencatatan asset
Upaya edukasi
Upaya penindakan
Prinsip Anti Korupsi
Akuntabilitas
Transparansi
Kewajaran
Kebijakan
Kontrol Kebijakan
DASAR-DASAR HUKUM
PEMBERANTASAN KORUPSI
undang undang No 31 tahun 1999 jo undang undang nomor 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
undang undang No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
uu nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih
Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme
uu nomor 15 tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
uu no 3 tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
ketetapan MPR NO X/MPR/1998 tentang penyelenggaran Negara yang
bersih dan bebas KKN
30 Delik Tindak Pidana Korupsi
UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001 memuat 30 (tiga puluh)
bentuk tindak pidana korupsi, yang tersebar dalam 13 (tiga belas) pasal.
Ketigapuluh bentuk tindak pidana korupsi tersebut terwadahi dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal 5 ayat
(2), Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7
ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat
(1) huruf d, Pasal 7 ayat (2), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf
b, Pasal 10 huruf c, Pasal 11, Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal 12 huruf
c, Pasal 12 huruf d, Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf f, Pasal 12 huruf g, Pasal
12 huruf h, Pasal 12 huruf i, Pasal 12 B jo. Pasal 12 C, dan Pasal 13.
Pengelompokan 30 Delik Menjadi 7
• Pertama, korupsi terkait keuangan negara/perekonomian negara (Pasal 2 dan 3).
• Kedua, korupsi terkait suap-menyuap, termuat dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal
5 ayat (1) huruf b, Pasal 13, Pasal 5 ayat (2), Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal
11, Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 huruf
c, dan Pasal 12 huruf d.
• Ketiga, korupsi terkait penggelapan dalam jabatan, diatur dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf b, dan Pasal 10 huruf c.
• Keempat, korupsi terkait pemerasan, terwadahi dalam Pasal 12 huruf e, Pasal huruf
f, Pasal 12 huruf g.
• Kelima, korupsi terkait perbuatan curang, termuat dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a,
Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 7 ayat
(2), dan Pasal 12 huruf h.
• Keenam, korupsi terkait benturan kepentingan dalam pengadaan, diatur dalam Pasal
12 huruf i.
• Ketujuh, korupsi terkait gratifikasi, diakomodasi dalam Pasal 12 B jo. Pasal 12 C.
jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi
Jenis tindak pidana yang demikian ini diatur dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24. Bentuk-
bentuk tindak pidananya mencakup 6 (enam) macam.
• Pertama, merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi, tercantum dalam Pasal 21.
• Kedua, tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, termuat dalam Pasal 22 jo.
Pasal 28.
• Ketiga, pihak bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka, diatur dalam Pasal 22 jo. Pasal
29.
• Keempat, saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu, termuat dalam
Pasal 22 jo. Pasal 35.
• Kelima, orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan
palsu, diatur dalam Pasal 22 jo. Pasal 35. Keenam, saksi yang membuka identitas pelapor, diakomodasi
dalam Pasal 24 jo. Pasal 31
BENTUK KORUPSI
pemerasan
Tujuan akhir pemberantasan korupsi ?
• Mewujudkan impian Indonesia tanpa korupsi
• Meningkatkan kesejahteraan dalam bidang pendidikan kesehatan
• Menormalkan kembali dampak dampak dari korupsi pada berbagai bidang
Strategi dan Rencana Aksi Pemberantasan
Korupsi
• Melaporkan tindak pidana korupsi
• Melaporkan LHKPN
• Membangun zona integrasi
• Memantau layanan public
• Mengembangkan media kampanye anti korupsi
• Membangun bisnis berintegrasi
• Membangun tatakelola dan system kampus yang berintegritas