Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Mutu Puskesmas

  Manajemen Mutu Puskesmas--

Telah lama penulis ingin membuat ulasan terkait manajemen mutu di Puskesmas, namun
dikarenakan sesuatu dan lain hal baru saat ini ada kesempatan untuk membuat ulasan ini. Ini adalah ulasan
kedua dari penulis, dimana ulasan pertama mengupas tentang bagaiamana akreditasi Puskesmas secara
umum.

Bagi kawan-kawan di Puskesmas yang sedang berusaha membuat dan mengumpulkan dokumen
terkait manajemen mutu ( Bab 3, 6 dan 9 ), mungkin judul diatas tidaklah asing lagi. Namun dalam
kenyataannya hal inilah adalah yang tersulit karena menegakkkan mutu Puskesmas membutuhkan komitmen
dari semua tenaga di Puskesmas terutama komitmen Pimpinan sebagai “top leader” sesuai teori mutu oleh
Crosby bahwa hal paling utama dalam manajemen mutu adalah komitmen manajerial.

Hal yang menyulitkan lagi adalah buku sumber ataupun panduan dalam manajemen mutu sangatlah
sedikit, sehingga beberapa hanya terpaku pada instrumen akreditasi FKTP yaitu di Bab 3, 6 dan 9. Buku lain
yang bisa membantu adalah “Pedoman Pendampingan Akreditasi FKTP”.

A.   Perbedaan Tim Manajemen Puskesmas dan Tim Mutu Puskesmas

Tim Manajemen Puskesmas disebutkan dalam Permenkes 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas. Jika ada tenaga di Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan Manajemen
Puskesmas harusnya hal ini tidaklah asing lagi karena pelatihan ini mengupas habis isi Permenkes ini.

Tim Manajemen Puskesmas terdiri atas 4 (empat) tim yaitu :

1.    Tim Akreditasi

2.    Tim Sistem Informasi Puskesmas ( SIP )

3.    Tim Pembina Keluarga

4.    Tim Pembina Wilayah

Tim Manajemen Puskesmas disebutkan mempunyai tugas menyusun perencanaan tingkat


Puskesmas, sehingga tim ini dapat saja disamakan sebagai Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas.

Tim Akreditasi Puskesmas dalam perkembangannya dapat digantikan menjadi Tim Manajemen Mutu karena
tim akreditasi seyogyanya hanyalah tim persiapan akreditasi. Tim Manajemen mutu lah yang harusnya
melanjutkan tongkat estafet menegakkan mutu dan kinerja Puskesmas.

Tim SIP dijelaskan sebagai tim yang mensuplai data untuk pembuatan perencanaan seperti renaca lima
tahunan Puskesmas, RPK dan RUK.

Tim Pembina Keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab dalam pembinaan keluarga di wilayah kerja
Puskesmas, sehingga ada baiknya Penanggung Jawab tim ini adalah Penanggung Jawab atau Staf yang
membawahi tugas PIS-PK.

Tim Pembina Wilayah, sangat sedikit informasi mengenai tim ini. Diperkirakan tim ini adalah bertanggung
jawab terhadap pembinaan wilayah kerja Puskesmas baik jaringan Puskesmas, Jejaring Puskesmas ataupun
mitra non Kesehatan lainnya seperti Pemerintah daerah setempat ( kecamatan dan desa ).

Lalu apa bedanya dengan Tim Manajemen Mutu Puskesmas?

Tim Manajemen Mutu mempunyai tugas untuk meningkatkan mutu Puskesmas melalui kegiatan yang
berkesinambungan dalam perbaikan mutu dan kinerja.

Sehingga jika digabungkan akan terlihat bahwa Tim Manajemen Puskesmas bertugas dalam membuat
perencanaan di Puskesmas sedangkan Tim Manajemen Mutu adalah bertanggung jawab dalam meningkatkan
mutu di Puskesmas.
B.   Susunan Tim Mutu Puskesmas

1.    Wakil Manajemen Mutu

Wakil Manajemen Mutu disebutkan juga adalah Penanggung Jawab Mutu. Tenaga yang menduduki
tugas ini dipilih dari salah satu staf di Puskesmas yang dianggap dapat memimpin perbaikan mutu dan kinerja
di Puskesmas. Jadi dapat dipastikan yang menduduki jabatan ini bukanlah Pmpinan Puskesmas.

Hal awal yang dilakukan oleh Wakil Manajemen Mutu adalah memimpin rapat rutin seperti rapat
triwulan seluruh anggota Tim Manajemen Mutu untuk membuat rencana kegiatan tahunan perbaikan mutu dan
kinerja. Setelah perencanaan dibuat barulah setiap Tim Mutu melaksanakan tugasnya sesuai tupoksi masing-
masing, misalnya tim audit melakukan audit sesuai rencana yang telah dibuat, Demikian juga tim survei
kepuasan pelanggan mulai mengumpulkan data  pengukuran kepuasan pelanggan dan juga umpan balik hasil
kegiatan dan pelayanan.

Hasil kegiatan dari semua tim lalu dilaporkan pada Rapat Tinjauan Manajemen (RTM), untuk dibahas
dan ditetapkan rencana tindak lanjut perbaikan yang nantinya hasil RTM ini wajib dijalankan oleh seluruh unit
yang terkait dalam pembahasan hasil RTM.  Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja berdasarkan hasil RTM
yang dilakukan oleh masing-masing unit dipantau oleh Wakil Manajemen Mutu yang selanjutnya dilaporkan
kepada Pimpinan Puskesmas untuk mendapatkan tindak lanjut atas hasil yang dicapai.

Di beberapa Puskesmas pelaksanaan pemantauan perbaikan mutu dan kinerja dilakukan oleh suati tim
yang dinamakan Tim Perbaikan Mutu dan Kinerja. Hal ini dapat saja dilakukan jika di Puskesmas tersebut
seluruh staf sudah tertanam kesadaran untuk terus memperbaiki mutu dan kinerja sehingga tanpa melibatkan
Pimpinan hal ini dapat dilakukan. Namun jika ternyata adalah kebalikannya, tim ini berpotensi tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Artinya arahan dari tim tersebut bisa saja tidak didengarkan oleh unit terkait, Sehingga
beberapa Puskesmas lain tidak mengadopsi sistem ini. Hal ini bisa dilihat dari struktur organisasi Tim Mutu
Puskesmas yang tidak menyebutkan adanya tim Perbaikan Mutu dan Kinerja.

Lalu bagaimana jika terjadi demikian ?

Akan lebih baik jika memungkinkan Wakil Manajemen Mutu yang melakukan hal tersebut bahkan jika
perlu bersama dengan Pimpinan sehingga dapat langsung mengambil kebijakan penting yang tidak mungkin
diambil oleh staf biasa. Misal jika hasil RTM ada rekomendasi perbaikan bahwa pelaksana di ruang IGD agar
dapat melakukan tindakan sesuai SOP, namun dalam kenyataan setelah dilakukan monitoring atas
pelaksanaan hasil rekomendasi RTM ternyata banyak faktor yang mempengaruhi sehingga pelaksana tidak
melakukan tindakan sesuai SOP misalnya SOP dimaksud tidak ada atau peralatan tidak lengkap atau tenaga
pelaksana belum mendapat pelatihan sesuai tindakan seperti BTCLS, maka keputusan bisa diambil Pimpinan
untuk mengarahkan pelaksana agar nantinya diharuskan mengikuti Pelatihan yang akan diadakan
Puskesmas. Keputusan ini tentu saja terkait dengan pengeluaran biaya Puskesmas yang tentu saja perlu
Keputusan Pucuk Pimpinan di Puskesmas.

2.    Tim Audit Internal ( Auditor Internal )

Peran dan tugas Auditor internal adalah mengumpulkan data atau melakukan penilaian atas
kesesuaian antara kondisi yang aktual terjadi dengan regulasi atau standar yang telah ditetapkan. Sehingga
diharapakan nantinya hasil audit dapat menjadi pertimbangan bagi Wakil Manajemen Mutu untuk melakukan
langkah perbaikan Mutu dan Kinerja.

Auditor haruslah menguasai  bidang yang akan diaudit, walaupun hal tersebut bukan menjadi
bidangnya, Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data awal yang merupakan standar dari hal yang
akan diaudit. Misalkan akan melakukan audit pelaksanaan Kelas Ibu Hamil apakah sesuai dengan standar
ataukah tidak?.  Auditor haruslah mempelajari pedoman baik internal maupun eksternal Kelas Ibu Hamil
meliputi tahapan pelaksanaan sampai dengan pelaporan. Demikian juga dokumen regulasi baik eksternal dari
pemerintah pusat atau daerah atau dokumen internal seperti SK dan SOP Pelaksanaan kegiatan,sehingga
nantinya saat audit berlangsung auditor dapat menjadi pembimbing dan pengarah untuk perbaikan atas
permasalahan yang terjadi. Permasalahan atau kesenjangan yang muncul dibahas dengan auditee dan
ditetapkan rekomendasi serta batas waktu penyelesaian oleh unit yang diaudit.

Jadwal audit internal


JADWAL AUDIT INTERNAL

TAHUN………………………

UNIT KERJA
YANG DIAUDIT
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

Tim Audit

Rencana audit

TGL& TGL&
WAKTU WAKTU
UNIT AUDITOR KEGIATAN/ STANDAR/ KRITERIA
AUDIT I AUDIT II
PROSES YANG YANG MENJADI ACUAN
DIAUDIT

MENGETAHUI, KETUA .................................,        20.....


TIM AUDIT

Anggota Tim Audit:

Temuan Audit dan Rencana Tindak Lanjut

Proses UNIT

Kriteria Audit

Bagian I : Detail Ketidaksesuaian

Uraian Ketidaksesuaian Bukti – Bukti Obyektif Metode Audit

Bagian 2: Rencana tindak lanjut dari analisi akar permasalahan, tindakan koreksi dan perbaikan
dengan waktu penyelesaian (Dapat menggunakan  formulir tindkan perbaikan atau pencegahan)

Analisis Akar Permasalahan (Bagaimana/Mengapa hal ini bisa terjadi?)


Tindakan perbaikan dan waktu penyelesaian:

Tindakan pencegahan supaya tidak terulang:

Unit kerja: Auditor Audit

Tanggal:

Monitoring Tindak Lanjut Audit Internal

Status tindak lanjut pertanggal:……………………………….

No Uraian Analisis Rencana Target waktu Penanggung Waktu Status


Ketidak ketidak tindak lanjut penyelesaian jawab Pelaksanaan penyelesaian
Sesuaian/ sesuaian/ tindak lanjut
Masalah masaah

3.    Tm Kepuasan Pelanggan

Survei Kepuasan pelanggan dilakukan bukan hanya di ruangan untuk UKP, tetapi juga di luar gedung
untuk kegiatan UKM.

Teknik survei untuk mengukur kepuasan pelanggan serta meminta umpan balik dapat bermacam-macam
diantaranya :

a.    Survei menggunakan emoticon

b.    Survei melalui kotak saran

c.    Survei menggunakan instrumen pertanyaan untuk mengetahui indeks kepuasan masyarakat ( IKM )

d.    Survei mawas diri ( sebagai survei kebutuhan masyarakat )

e.    Survei dengan cara wawancara langsung seperti pada saat pertemuan lintas sektor atau pertemuan konsultatif
bersama masyarakat lainnya

f.     Survei melalui media elektronik

Dasar atau pedoman yang bisa digunakan untuk melakukan survei indeks kepuasan
masyarakat  adalah PERMENPAN RB NO. 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan
Masyarakat Unit  Penyelenggara Pelayanan Publik.

Dalam PERMENPAN RB No 14 Tahun 2017 cukup banyak dijelaskan bagaimana survei kepuasan
masyarakat harus dilakukan. Waktu pelaksanaan survei bisa 3 bulan, 6 bulan atau minimal satu (1) tahun
sekali. Selain itu juga dijelaskan penetapan sampel untuk responden yang akan mengisi survei, unsur yang
harus ada di instrumen survei ( pertanyaan ), serta cara menganalisa jawaban hingga bisa menghasilkan
keputusan akhir “ Indeks Kepuasan Masyarakat”.

Indeks Kepuasan Masyarakat / IKM di persepsikan ke dalam angka dengan nilai rentang 1 s.d 4. Nilai
4 adalah nilai tertinggi / terbaik. Hasil IKM dapat dipublikasikan kepada masyarakat dengan menempelnya
pada tempat yang mudah dilihat. 
4.    Tim PMKP ( Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien )

Garis besar kegiatan Tim PMKP adalah sebagai berikut :

a.    Penetapan, Monitoring dan Penilaian Indikator Mutu Klinis ( EP 9.1.1 )

b.    Identifikasi dan Tindak Lanjut KTD, KPC, KNC dan KTC ( EP 9.1.1 )

c.    Laporan Pelaksanaan Manajemen Risiko ( Minimal dilakukan FMEA untuk 1 kasus = EP 9.1.1.8 )

d.    Penetapan, Monitoring dan Penilaian Indikator Perilaku Tenaga Klinis ( EP 9.1.2 )

e.    Perencanaan Program Tahunan PMKP ( EP 9.1.3 dan 3.1.2 )

f.     Penetapan Prioritas Perbaikan Pelayanan Klinis berdasarkan 3H (High Risk, High Cost, High Volume) dan
kecenderungan terjadinya masalah.

g.    Monitoring dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien

Hal yang perlu diperhatikan :

1.    Kepala Puskesmas membentuk tim yang bertanggung jawab


untuk mengelola upaya keselamatan pasien dan manajemen risiko. Untuk keselamatan pasien dan keamanan
fasilitas di Puskesmas
menjadi tanggung jawab Tim mutu Klinis dan Keselamatan Pasien
sebagaimana diminta dalam standar akreditasi. Untuk risiko kegiatan
UKM di Puskesmas menjadi tanggung jawab Tim Mutu Upaya
Kesehatan Masyarakat.

2.    Pelaksanaan kegiatan Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko


wajib dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten tiap tiga bulan sekali,
terintegrasi dengan Pelaporan Kegiatan Perbaikan Mutu Puskesmas
dan Keselamatan Pasien.

3.    Jika terjadi Insiden Keselamatan Pasien di Puskesmas yang


berupa Kejadian Tidak Diharapkan dan/atau Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera, dan Kondisi berpotensi Cedera wajib dilaporan
paling lambat 2 x 24 jam kepada atasan langsung dan kepada Kepala
Puskesmas, dan ditindak lanjuti.

4.    Jika terjadi Insiden masuk derajat merah atau kuning, Kepala


Puskesmas menugaskan Tim Mutu Klinis dan Keselamatan
Pasien untuk melakukan investigasi dengan menggunakan RCA.
Analisis dan tindak lanjut harus sudah diselesaikan dalam waktu paling
lambat 45 hari.

5.    Jika terjadi Insiden Keselamatan Pasien yang masuk derajat biru, unit
kerja yang bersangkutan harus melakukan investigasi sederhana dan
menindaklanjuti paling lambat dalam waktu satu minggu

6.    Jika terjadi Insiden Keselamatan Pasien yang masuk derajat hijau, unit
kerja yang bersangkutan harus melakukan investigasi sederhana dan
menindaklanjuti paling lambat dalam waktu dua minggu

7.    Hasil investigasi Insiden Keselamatan Pasien harus segera dilaporkan


ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Penetapan Derajat Risiko / Insiden :

a.    Penetapan Dampak Risiko

b.    Penetapan Kemungkinan Terjadinya ( Probabilitas )

Setelah dilakukan penilaian terhadap dampak dan kemungkinan terjadinya maka tingkat keparahan
risiko ditetapkan dengan matriks sebagai berikut :
Penilaian :

No Warna Derajat Tindakan

1 Merah Ekstrem
RCA
2 Kuning Tinggi

3 Hijau Sedang
Investigasi Sederhana
4 Biru Rendah

Apa itu FMEA ?

Failure Mode and Effect Analys (FMEA):


Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan suatu
pendekatan untuk mengenali dan menemukan kemungkinan
terjadinya kegagalan pada system dan strategi untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut.

FMEA dilakukan jika dalam analisis tim RCA menemukan adanya potensi penyebab kejadian karena
kegagalan sistem. Sehingga dapat disimpulkan hasil akhir dari FMEA adalah disusunnya disain baru atau
prosedur baru.

Untuk menyimpulkan hasil FMEA digunakan 3 unsur yaitu :

1.    Occurence = O ( Sering tidaknya terjadi )

Skala pengukuran 1 – 10, dari tidak pernah terjadi sampai sangat sering terjadi

2.    Severity = S ( Kegawatan )

Skala pengukuran 1 – 10, dari tidak gawat sampai sangat gawat

3.    Detectability = D ( Kemudahan untuk dideteksi )

Skala pengukuran 1 – 10, dari  paling mudah dideteksi sampai sangat sulit dideteksi

4.    Risk Priority Number ( RPN ) = O x S x D

Nilai RPN dengan persentase kumulatif 80%  sebagai cut off point

5.    Tim PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi )

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah
dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.

Pedoman utama yang wajib digunakan TIM PPI adalah PERMENKES No 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Penyebutan unit yang bertugas dalam PPI bisa komite, bisa juga Tim. Penyebutan Komite PPI
biasanya ditujukan bagi TIM PPI yang ada di RS kelas A dan B. Sedangkan di RS kelas C dan D  serta
Puskesmas cukup TIM PPI.

Tugas Komite PPI  :

a.   Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakanPPI.

b.   Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh petugas
kesehatan.

c.   Membuat SPO PPI.


d.   Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

e.   Melakukan investigasi masalah atau kejadian luar biasa HAIs


(Healthcare Associated Infections).

f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan pengendalian infeksi.

g.   Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam
PPI.

h.   Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.

i.    Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia (SDM) rumah sakit dalam PPI.

j.    Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.

k.   Berkoordinasi dengan unit terkait lain dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit, antara lain
:

1). Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba (TPRA) dalam penggunaanan antibiotika yang bijak dirumah sakit
berdasarkan pola kuman dan resistensinya terhadap antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi
antibiotika.

2).     Tim kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk menyusun kebijakan.

3).     Tim keselamatan pasien dalam menyusun kebijakan clinical


governance and patientsa fety.

l.    Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji kembali rencana manajemen PPI
apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah sakit.

m.  Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan bahan kesehatan,
renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.

n. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.

o.   Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang daristandar prosedur / monitoring


surveilans proses.

p.   Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan infeksi bila ada KLB dirumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Struktur Tim PPI

a.        Ketua Tim

eria :     1). Dokter yang mempunyai minat dalam PPI.

2). Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

b.      Anggota

1).  IPCN

Kriteria dan uraian tugas mengikuti kriteria dan tugas IPCN pada komite PPI ,disesuaikan dengan fasilitas
pelayanan kesehatannya.

2).   Anggota lain

eria :   a. Perawat/tenaga lain yang mempunyai minat dalam PPI.

b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

c. Memiliki kemampuan leadership.

gas :     Tugas Tim PPI mengikuti tugas komite PPI disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatannya.
Ruang lingkup penyelenggaraan PPI secara garis besar adalah penerapan terhadap 11 kewaspadaan standar
dan 3 kewaspadaan transmisi.

Kewaspadaan standar meliputi :

a.    Kebersihan Tangan

b.    Alat Pelindung Diri

c.    Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

d.    Pengendalian Lingkungan

e.    Pengelolaan Limbah

f.     Panatalaksanaan Linen

g.    Perlindungan Kesehatan Petugas

h.    Penempatan Pasien

i.      Kebersihan Pernafasan / Etika Batuk dan Bersin

j.      Praktik Menyuntik Yang Aman

k.    Praktik Lumbal Fungsi Yang Aman

Kewaspadaan transmisi meliputi :

a.    Kewaspadaan Transmisi Melalui Kontak

b.    Kewaspadaan Transmisi Melalui Droplet

c.    Kewaspadaan Transmisi Melalui Udara

Untuk memastikan Pelaksanaan Program PPI tetap pada jalurnya, Tim PPI dapat melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi. Lembar Monitoring dapat dibuat
menyesuaikan dengan jenis kewaspdaan yang ingin dikontrol.

Misalnya monitoring dan evaluasi terhadap kepatuhan kewaspadaan standar pertama : Kebersihan tangan
yaitu melakukan kontrol terhadap kepatuhan mencuci tangan petugas kesehatan terutama yang berada pada
unit utama sasaran PPI yaitu ruang IGD, Gigi, Persalinan, Laboratorium.

Contoh tabel sbb :

Kepatuhan Cuci Tangan


Nama Nama
No Jenis Tindakan
Unit Petugas Tepat Dilakukan Tidak
Dilakukan Sebagian Dilakukan

1 2 3 4 5 6 7

Total

C.   Unit Terkait Lainnya

Unit terkait lainnya dalam hal ini adalah unit yang biasanya ikut terlibat dalam perbaikan mutu dan
kinerja Puskesmas karena tugas dan fungsinya. Misalnya Kasubag TU, Penanggung Jawab UKM,
Penanggung Jawab UKP dimana sesuai tugas dan wewenangnya harus melaporkan perbaikan mutu dan
kinerja melalui indikator mutu dan kinerja yang telah ditetapkan secara rutin saat Rapat Tinjauan Manajemen.

Indikator mutu dan kinerja yang telah ditetapkan melalui SK Kepala Puskesmas harus dipantau nilai
capaiannya, dan dibahas terutama bagi unit yang tidak bisa mencapai target kinerja di indikator terkait.
Dengan pembahasan bersama di RTM antara Pimpinan, Wakil Manajemen Mutu dan seluruh staf diharapkan
permasalahan yang dihadapi mendapatkan solusi yang tepat sehingga pencapaian indikator kinerja di masa
mendatang dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.

Penulis :

Tin

(Pendamping Akreditasi Administrasi Manajemen )

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO


DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS WATUMALANG


Jalan Kyai Jebeng Lintang,Kel. Wonoroto,Kode Pos 56352.

W ATUMALANG

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WATUMALANG


NOMOR : 000 / 000 /2013
TENTANG
WAKIL MANAJEMEN MUTU
KEPALA PUSKESMAS WATUMALANG

Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas Watumalang harus dilaksanakan


secara terpadu baik dipandang dari pelayanan program maupun sumber
daya manusia;

b. bahwa untuk pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat tidak mengabaikan


status sosial maupun status ekonomi;

c. bahwa sehubungan dengan yang dimaksud pada huruf a dan b di atas,


diperlukan adanya pelayanan yang berkesinambungan sesuai peraturan yang
berlaku;

d. bahwa apabila tenaga pelaksana berhalangan untuk melaksanakan pelayanan


kepada masyarakat, maka perlu ditunjuk tenaga pengganti yang
menggantikan tugas tenaga pelaksana tersebut;

Mengingat : a. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ( Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3459 );

b. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembatan Negara
Nomor 3637);

c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 850 / Menkes / SK / V / 2000


tentang Kebijakan pengembangan tenaga kesehatan Tahun 2000 – 2010;

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 951 / Menkes / SK / VI / 2000


tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas;

e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 574 / Menkes / SK / IV / 2001


tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1277 / Menkes / SK / XI / 2001
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 128 / Menkes / SK / II / 2004


tanggal 10 Februari 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WATUMALANG TENTANG PENGANGKATAN WAKIL


MANAJEMEN MUTU

PERTAMA Mengupayakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat di


wilayah kerja Puskesmas Watumalang,
:

KEDUA
Pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
: dalam diktum pertama, perlu adanya pendelegasian wewenang dari kepala
puskesmas..

Menetapkan

NAMA : Imam Satoto

NIP : 1965 20420 198801 1 002


KETIGA

GOL/RUANG : IIIc/ Penata

sebagai wakil manajemen mutu Puskesmas Watumalang

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diperbaiki sesuai ketentuan.

KETIGA
Ditetapkan di : Watumalang

Pada Tanggal : 10 April 2013

Kepala Puskesmas Watumalang

Kecamatan Watumalang

dr. Dian Hayu Noormawati

NIP. 19780725 200801 2 018

Anda mungkin juga menyukai