IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Implementasi kebijakan dalam model klasik

didasarkan pada struktur komando yang

bersifat top down dengan kewenangan
deskresi yang sangat sedikit. Asumsinya
adalah bahwa setelah sebuah kebijakan
dibuat, maka kebijakan tersebut akan
diimplementasikan dan hasilnya akan sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pengambil
keputusan.
Sedangkan pada kenyataannya, implementasi
kebijakan adalah suatu proses yang komplek
yang berada dalam setting tertentu dan
melibatkan banyak stakeholder. Pada
dasarnya proses kebijakan adalah proses
untuk mencapai misi yang telah ditetapkan
(Jones, 1994),
 Parson menyatakan bahwa implementasi adalah
sebuah proses yang melibatkan ”jaringan” atau
multiplisitas organisasi. Pertanyaannya adalah
bagaimana organisasi berinteraksi satu sama lain.

 Ahli-ahli yang lainnya, seperti Pressman dan

Wildavsky, memaknai implementasi sebagai suatu
kecakapan atau kemampuan untuk mewujudkan
hubungan sebab akibat sehingga kebijakan yang
telah dibuat dapat memberikan hasil (Islamy 2001:
31).
 b. MODEL DONALD VAN METER DAN CAREL VAN HORN

AKTIVITAS
IMPLEMENTASI &
KOMUNIKASI
STANDARD & ANTAR
TUJUAN ORGANISASI

CIRI BADAN KECENDERUNGAN

PELAKSANA DARI KINERJA
KEBIJAKAN
PELAKSANA/IMPLE- KEBIJAKAN
PUBLIK
MENTOR PUBLIK

SUMBER KONDISI EKONOMI,

DAYA SOSIAL & POLITIK
3. MODEL MERILEE S. GRINDLE

TUJUAN
KEBIJAKAN A.ISI KEBIJAKAN
1. KEPENTINGAN YG DIPENGARUHI
2. TIPE MANFAAT
3. DERAJAT PERUBAHAN YG DIINGINKAN
4. LETAK PENGAMBILAN KEP. HASIL KEBIJAKAN
5. PELAKSANA PROGRAM A.DAMPAK PD MASY.,
6. SUMBER DAYAYG. DILIBATKAN. INDIVIDU, & KLP.
B.PERUBAHAN &
B. KONTEKS IMPLEMENTASI PENERIMAAN OLEH
MASY.
1. KEKUASAAN, KEPENTINGAN &
STRATEGI AKTOR YG TERLIBAT.
2. KARAKTERISTIK LEMBAGA &
TUJUAN YG. PENGUASA
INGIN DICAPAI 3. KEPATUHAN & DAYA TANGGAP
 
PROGRAM AKSI
& PROYEK
INDIVIDU YG
DIDESAIN DAN
DIBIAYAI PROGRAM YG DIJALANKAN
SEPERTI YG DIRENCANAKAN

MENGUKUR KEBERHASILAN
 MODEL DANIEL A. MAZMANIAN DAN PAUL A. SABATEIR

MUDAH TIDAKNYA MASALAH DIKENDALIKAN:

1.DUKUNGAN TEORI DAN TEKNOLOGI
2.KERAGAMAN PERILAKU KELOMPOK SASARAN
3.TINGKAT PERUBAHAN PERILAKU YANG DIKEHENDAKI

KEMAMPUAN KEBIJAKAN U/
MENSTRUKTURKAN PROSES IMPLEMENTASI
1.KEJELASAN & KONSISTEN TUJUAN
2.DIPERGUNAKANNYA TEORI KAUSAL
3.KETEPATAN ALOKASI SUMBER DANA
4.KETERPADUAN HIRAKIS DI ANTARA
LEMBAGA PELAKSANA
5.ATURAN PELAKSANA DARI LEMBAGA
PELAKSANA
6.PEREKRUTSAN PEJABAT PELAKSANA
VARIABEL DI LUAR KEBIJAKAN YG
MEMPENGARUHI PROSES IMPLEMENTASI.
1.KONDISI SOSIO-EKONOMI & TEKNOLOGI
2.DUKUNGAN PUBLIK
3.SIKAP DAN RESOURCES DARI KONSULTAN
4.DUKUNGAN PEJABAT YANG LEBIH TINGGI
5.KOMITMREN DAN KUALITAS KEPEMIMPINAN
DARI PEJABAT PELAKSANA

TAHAPAN DALAM PROSES IMPLEMENTASI

KEPATUHAN
OTUPUT
TAR-GET U/ HASIL NYATA DITERIMANY REVISI
KEBIJAKAN
MEMENU-HI OUTPUT A HASIL UNDANG-
DARI LEMBAGA
OUTPUT KEBIJAKAN TERSEBUT UNDANG
PELAKSANA
KEBIJAKAN
 KEPENTINGAN YG DIPENGARUHI ISI
KEBIJAKAN.
• JENIS MANFAAT YG AKAN DIHSLKN.
• DERAJAT PERUBAHAN YG
A. ISI DIINGINKAN
DILIHAT DARI
KEBIJAKAN • KEDUDUKAN PEMBUAT KEBIJAKAN.
• SIAPA PELAKSANA PROGRAM
• SUMBER DAYA YG DIKERAHKAN

B. FAKTOR ORGANISASI
1. UKURAN & TUJUAN KEBIJAKAN,
KEBERHASILAN 2. SUMBER KEBIJAKAN,
IMPL KEBIJKN 3. SIFAT INSTANSI PELAKSANA,
4. KOM. ANTAR ORGANISASI & ANTAR
DITENTUKAN
KEGIATAN YG DILAKUKAN,
OLEH: 5. SIKAP PELAKSANA.

PROSES INTERAKSI & REAKSI

ORGANISASI PELAKSANA,
DI
TERJA
C. LINGKUNGAN
FAKTOR LINGKUNGAN DLM IMPLE.
KEBIJAK. HRS. DILIHAT DARI
PENDEKATAN SISTEM
 8. 1. KURANGNYA KAN
K A
PE OM INFORMASI BIJ LAS
LA IT
M I KE JE
RE KS EN IS DAK
ND AN D .
2 TI
AH A Y AR
G I

7. STRUKTUR KEGAGALAN
ORGANISASI YG IMPLEMENTASI 3. PELAKSANANYA TDK
KURANG KEBIJAKAN MENDPT. DUKUNGAN YG
DISEBABKAN
MEMADAI CUKUP
OLEH:

4.
P
S N W EM
TA YA J E E W BA
A LA EN GI
RB DA S AN AN
T E R G TU
E BE YG G
K 5. KARAKTER A
6. SUM TD S &
PELAKSANA K.
 Kritik terhadap model Top-Down (Rasional):
1. tidak menjelaskan peran aktor dan unsur
lain dalam proses implementasi;
2. tidak efektif dalam praktinya;
3. tidak meyakinkan secara teoritis.
(Lipsky, R. Wetherley, 1971, 1976, 1977)
 Menurut Elmore (1985):
Ketimbang menganggap manusia sebagai mata
rantai dalam garis komando, pembuat kebijakan
mestinya menyadari bahwa kebijakan paling baik
dengan “Backward mapping” (pemetaan mundur)
problem dan kebijakan.

Yaitu: mendifinisikan sukses berdasarkan term

manusia atau perilaku manusia, dan karenanya
kesuksesan bukanlah sekedar pemenuhan sebuah
“hipotesis” pemetaan maju (Forward mapping)
 PERAN PEM: REGULASI, PELAYANAN,
PEMBANGUNAN.

 FORMULASI
 Raskin perspektif pemerintah (top down).
 Bisa jd bukan itu yg dikehendaki warga.
 Pilihan tidak berbasis data/ukuran miskin

EGO SEKTOR (BPS, BKKBN, : JUMLAH RTS,

ukuran berbeda
 Masyarakat tdk dilibatka jd rawan resistensi