Anda di halaman 1dari 89

BAB 9 Hambatan

Perdagangan
Nontarif dan
Proteksionisme
Baru
IR. MALA GANATRI, MM
Your best quote that reflects your
approach… “It’s one small step for
man, one giant leap for mankind.”

- NEIL ARMSTRONG
9.2 Kuota Impor
Kuota merupakan hambatan perdagangan nontarif yang paling penting. Kuota merupakan hambatan
kuantitatif langsung berupa jumlah komoditas yang diperbolehkan untuk diimpor atau diekspor. Pada
bagian ini, kita membahas kuota impor. Kuota ekspor (dalam bentuk pembatasan ekspor secara
sengaja) dibahas pada Bagian 9.3A. Kuota impor dibahas pada bagian ini dengan jenis analisis
ekuilibrium sebagian yang digunakan di Bagian 8.2 untuk menganalisis pengaruh dari tarif impor.
Persamaan antara kuota impor dengan tarif impor yang senilai juga diperhatikan.
9.2A Pengaruh Kuota Impor
Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi industri dalam negeri, melindungi pertanian dalam
negeri. dan/atau demi alasan neraca pembayaran. Kuota impor sangatlah umum di Eropa Barat
seketika setelah Perang Dunia II. Semenjak itu, kuota impor telah digunakan oleh seluruh negara
industri pada umumnya untuk melindungi pertanian dan oleh negara berkembang untuk menggerakkan
substitusi impor produk manufaktur dan demi alasan neraca pembayaran. Pengaruh ekuilibrium
sebagian dari kuota impor dapat diilustrasikan melalui Gambar 9.1, yang hampir serupa dengan
Gambar 8.1. Pada Gambar 9.1, DX merupakan kurvn permintaan dan SX merupakan kurva penawaran
komoditas X di negara tersebut. Dengan perdagangan bebas pada harga dunia PX = $1, negara
tersebut mengonsumsi 70X (AB), yang mana 10X (AC) diproduksi
GAMBAR 9.1.
Pengaruh
Ekuilibrium
Sebagian dari
Kuota Impor.
9.2B Perbedaan Kuota Impor
dengan Tarif Impor
Pergeseran dari Dx ke D’x pada Gambar 9.1 menunjukkan salah satu dari beberapa perbedaan penting
antara kuota impor dengan tarif impor yang senilai (tak disebutkan). Jadi, dengan kuota impor tertentu,
kenaikan permintaan akan berakibat pada harga dalam negeri yang lebih tinggi dan produksi dalam negeri
yang lebih besar dibanding dengan tarif yang senilai. Di sisi lain, dengan tarifimpof tertentu. kenaikan
pemuntaan akan menyebabkan harga dalam negeri dan produksi dalam negeri tidak berubah map; akan
berujung pada konsumsi dan impor yang lebih tinggi dibanding dengan kuota impor yang senilai (lihat
Gambar 9.1). Pergeseran ke bawah pada D, sem pergcscnn P.!“ 5,[ dapat dianalisis dengan cara serupa tetapi
dijadikan sebagai soal di akhir bab. Akibat penyewa…) terhadap pergeseran D, atau 5" teriadi pada harga
dalam negeri dengan kuota impor (efektif). tetlr'i dalam jumlah impor dengan tarif. kuota impor seutuhnya
menggantikan mekanisme pasar darlpld' sekedar mengubahnya (seperti yang dilakukan tarif impor).

 
Perbedaan penting kedua antara kuota impor dengan tarif impor adalah bahwa knot. mencakup penyaluran
lisensi impor. [ika pemerintah tidak melelang lisensi tersebut di pasar YI"! penuh persaingan. perusahaan
yang menerima lisensi akan meraup keuntungan monopoli. Pad. kasus tersebut. pemeriniah harus
menentukan dasar untuk menyalurkan lisensi di antara il'nPOI’“r komoditas yang berpotensi. Pilihan
semacam itu barangkali didasarkan pada pertimbangan resmi yang sewenang-wenang daripada
penimbangan akan ehsiensi. dan pilihan tersebut cenderung tetap kaku, bahkan dalam menghadapi
perubahan efisiensi relatifmengenal berbagal importir komoditi! yang sebenarnya dan berpotensi. Lebih
jauh lagi. karena lisensi impor menghasilkan keuntungan monopoli. importir yang berpotensi cenderung
mencurahkan usaha kerasnya unruk melobi dan bahkan menyuap petugas pemerintah untuk
mendapatkannya (disebut juga aktivitas rent-seeking). Jadi. kuota impor tidak hanya menggantikan
mekanisme pasar. tetapi juga berakibat |la-ala dad sudut pandang ekonomi secara keseluruhan dan
menimbulkan benih-benih korupsi.
Terakhir. kuota impor membatasi impor pada tingkat tertentu dengan pasti. sementara pengaruh perdagangan
dari tarif impor barangkali tidak pasti. Alasannya adalah bentuk atau dastlsltaa dari D, dan S, sering kali
belum diketahui, menjadi sulit diperkirakan mengenai tarif impor yang diperlukan untuk membatasi impor
pada tingkat yang diinginkan. Selanjutnya. eksportir asing akan mengisap seluruh atau sebagian tarif dengan
meningkatkan operasi ehsiensinya atau dengan menerima keuntungan yang lebih rendah. Akibatnya,
penurunan impor sesungguhnya kurang dari yang diduga. Eksportir tidak dapat melakukannya dengan kuota
impor karena jumlah impor yang diperbolehkan memasuki negara secara jelas ditetapkan oleh kuota. Hal ini
merupakan alasannya, dan juga karena kuota impor ku rang “terlihat”, produsen dalam negeri jauh lebih
menyukai kuota impor dibandingkan tarif impor. Akan tetapi, karena kuota impor lebih membatasi
dibandingkan tarif impor yang senilai, masyarakat umum hendaknya menolak usaha tersebut. Seperti yang
akan kita lihat di Bagian 9.7A, salah satu putusan dari Putaran Uruguay adalah mengubah kuota impor dan
hambatan nontarif lainnya menjadi tarif yang senilai (suatu proses yang dikenal sebagai “tarification”).
9.3 Hambatan Nontarif Lainnya
dan Proteksionisme Baru
Di bagian ini, kita membahas hambatan perdagangan selain tarif impor dan kuota. Hambatan tersebut
meliputi pembatasan ekspor sukarela beserta peraturan teknis, administrasi, dan lain-lain. Hambatan
perdagangan juga berasal dari adanya kartel internasional dan dari dumping serta subsidi ekspor.
Selama dua dekade terakhir, hambatan perdagangan nontarif (nontariftrade barrier-NTB) tersebut, atau
proteksionisme baru (new protectionism), telah menjadi lebih penting dibandingkan tarif sebagai
hambatan akan arus perdagangan internasional dan sebagai ancaman besar terhadap sistem
perdagangan dunia. Di bagian ini, kita membahas NTB dan proteksionisme baru, dimulai dari
pembatasan ekspor sukarela.
9.3A Pembatasan Ekspor
Sukarela
Salah satu hambatan perdagangan nontarif yang terpenting, atau NTB, adalah pembatasan ekspor
sukarela (voluntary export restraint-VER). Hal ini mengacu pada kasus di mana negara pengimpor
membebani negara lainnya untuk mengurangi ekspor komoditasnya secara “sukarela", melalui serentetan
ancaman hambatan perdagangan yang lebih berat, ketika ckspor tersebut mengancam seluruh industri dalam
negeri. Pembatasan ekspor sukarela telah disepakati sejak 1950-an oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan
negara industri lainnya untuk membatasi ekspor tekstil. baja, barang elektronik, mobil, dan barang lain dari
Jepang, Korea, dan negara lainnya. Industri tersebut merupakan industri matang yang menghadapi
penurunan tajam dalam pengerjaannya di negara industri selama tiga dekade terakhir. Terkadang disebut
“rancangan pemasaran teratur", pembatasan ' ekspor sukarela tersebut telah memungkinkan Amerika
Serikat dan negara industri lainnya untuk menggunakannya demi menjaga kelanjutan dukungan terhadap
prinsip perdagangan bebas. Putaran Uruguay memerlukan penghapusan seluruh VER di akhir 1999 dan
larangan akan pengenaan VER jenis baru.
Ketika pembatasan ekspor sukarela berhasil, pembatasan tersebut memiliki seluruh pengaruh ekonomi
(dan kemudian dapat dianalisis dengan cara yang jelas sama) dari kuota impor yang senilai. kecuali
bahwa pembatasan tersebut diatur oleh negara pengekspor, dan juga pengaruh penerimaan atau sewa
yang ditangkap oleh eksportir asing. Contoh dari hal ini berupa pembatasan ekspor mobil Jepang
secara “sukarela" ke Amerika Serikat yang disepakati pada 1981.
Amerika Serikat juga menyepakati pembatasan ekspor sukarela dengan pemasok baja pada 1982 yang
membatasi impor menjadi sekitar 20 persen pasar baja Amerika Serlkn. Diperkirakan bahwa
persetujuan tersebut telah mengamankan 20.000 pekerjaan. namun meningkatkan harga baya di
Amerika Serikat sebesar 20 hingga 30 persen. VER tersebut berakhir di tahun ”93 tetapi tiba tiba
terganukan oleh permintaan industri akan kebijakan antidumping bagi eksportir baja luar negeri (lihat
Bagian 9.3D). yang berakibat pada perselisihan pahit antara Amerika Serikat, jepang, Uni Eropa. dan
negara lainnya.
Pembatasan ekspor sukarela kurang efektifdalam membatasi impor dibandingkan kuota impm' karena
negara pengekspor enggan untuk menyetujui pengekangan ckspornYaEksportir asing juga cenderung
mengisi kuotanya dengan mutu yang lebih tinggi dan satuan produk yang harganya lebih maha!
sepanjang waktu. Peningkatan mutu produk tersebut jelas merupakan bukti dalam kann mengenai
pembatasan sukarela Iepang terhadap ekspor mobilnya ke Amerika Serikat… Selanjutnya, sebagai
aturan. hany: negara pemasok terbesar saja yang terlibat. pintu masih ":… bag: “€83" lain untuk
menggantikan jatah ekspor dari pemasok terbesar beserta pcmindilhal’m‘)fa melalui “983“ dunia
ketiga.
9.3B Peraturan Teknis,
Administrasi, dan Lain-Lain
Perdagangan Internasional juga terhambat oleh berbagai aturan teknis, edministrasi, dan lain-lain. Hal
ini berupa aturan keamanan untuk perlengkapan mobil dan listrik, Aturan kesehatan untuk produk
kebersihan dan paket produk makanan yang di impor, dan persyaratan label yang menunjukan asal
mula dan komposisi. Ketika banyak di antara aturan tersebut menjalankan tujuan yang resmi.
beberapa Amerika Serikat juga menyepakati pembatasan ekspor sukarela dengan pemasok baja pada
1982 yang membatasi impor menjadi sekitar 20 persen pasar baja Amerika Serikat. Diperkirakan
bahwa persetujuan tersebut telah mengamankan 20.000 pekerjaan. namun meningkatkan harga baja di
Amerika Serikat sebesar 20 hingga 30 persen. VER tersebut berakhir di tahun 1992, tetapi tiba-tiba
tergantikan oleh permintaan industri akan kebijakan antidumping bagi eksportir baja luar negeri (lihat
Bagian 9.3D). yang berakibat pada perselisihan pahit antara Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, dan
negara lainnya.
Pembatasan ekspor sukarela kurang efektif dalam membatasi impor dibandingkan kuota impor karena
negara pengekspor enggan untuk menyetujui pengekangan ekspornya. Eksportir asing juga cenderung
mengisi kuotanya dengan mutu yang lebih tinggi dan satuan produk yang harganya lebih mahal
sepanjang waktu. Peningkatan mutu produk tersebut jelas merupakan bukti dalam kasus mengenai
pembatasan sukarela Jepang terhadap ekspor mobilnya ke Amerika Serikat. Selanjutnya, sebagai
aturan, hanya negara pemasok terbesar saja yang terlibat, pintu masih terbuka bagi negara lain untuk
menggantikan jatah ekspor dari pemasok terbesar beserta pemindahannya melalui negara dunia ketiga.
9.3C Peraturan Teknis,
Administrasi, dan Lain-Lain
Perdagangan internasional juga terhambat oleh berbagai aturan teknis, administrasi, dan lain-lain. Hal ini berupa
aturan keamanan untuk perlengkapan mobil dan listrik, aturan kesehatan untuk produk kebersihan dan paket produk
makanan yang diimpor, dan persyaratan label yang menunjukkan asal mula dan komposisi. Ketika banyak di antara
aturan tersebut menjalankan tujuan yang resmi, beberapa di antaranya (misalnya larangan Prancis untuk iklan Wiski
dan pembatasan Inggris terhadap tayangan film asing di televisi Inggris) semata-mata hanya berkedok membatasi impor.

Hambatan perdagangan lainnya berasal dari hukum yang mewajibkan pemerintah untuk membeli dari pemasok dalam
negeri (disebut kebijakan pembekalan pemerintah). Sebagai contoh. menurut “Buy American Act” yang diterbitkan pada
1933, badan pemerintah Amerika Serikat memberikan keuntungan harga yang mencapai 12 persen (50 persen untuk
kontrak pertahanan) bagi pemasok dalam negeri. Sebagai bagian dari Putaran Tokyo mengenai liberalisasi perdagangan
(lihat Bagian 9.6D), Amerika Serikat dan negara lainnya menyetujui undang-undang pembekalan pemerintah untuk
menjalani praktik dan aturan tersebut guna membuka dan memberi kesempatan yang adil bagi pemasok dalam negeri.
Perselisihan masih saja terjadi, terutama antara Amerika Serikat dengan Jepang.
Berbagai perhatian juga telah ditekankan di tahun-tahun terakhir pada pajak perbatasan. Hal ini merupakan
potongan berupa pajak tidak langsung dari dalam yang diberikan bagi eksportir komoditas dan dibebankan
(sebagai tambahan tarif ) kepada importir komoditas. Contoh dari pajak tidak langsung adalah bea cukai
dan pajak penjualan di Amerika Serikat dan pajak nilai tambah di Eropa. Karena penerimaan berbagai
pemerintah diperoleh melalui pajak langsung (misalnya, pajak pendapatan) di Eropa, eksportir Amerika
Serikat menerima bea cukai jauh lebih sedikit dibanding eksportir Eropa (atau tanpa bea cukai sama sekali)
dan kemudian persaingannya tidak menonjol.

Perjanjian komoditas internasional dan nilai tukar berganda juga membatasi perdagangan. Akan tetapi, karena
di awal berfokus pada negara berkembang dan di akhir terkait dengan keuangan internasional, hal tersebut
dibahas pada Bab 11 dan Bab 18, secara berturut-turut.
9.3D Kartel Internasional
Kartel internasional merupakan organisasi pemasok komoditas yang berlokasi di negara berbeda (atau
sekelompok pemerintah) yang sepakat untuk membatasi output dan ekspor komoditas dengan tujuan
memaksimalkan atau meningkatkan total keuntungan organisasi. Meskipun kartel dalam negeri
tidaklah sah di Amerika Serikat dan dibatasi di Eropa, kekuatan kartel internasional tidak mudah
dihadapi karena mereka tidak berada di batas negara tertentu.

Kartel internasional yang paling ternama saat ini adalah OPEC ( Organisasi Negara Pengekspor
Minyak), yaitu dengan membatasi produksi dan ekspornya, mereka berhasil melipatgandakan harga
minyak mentah di antara 1973 dan 1974. Contoh lainnya adalah International Air Transport
Association, karter maskapai internasional terbesar yang bertemu setiap tahun untuk menetapkan
kebijakan dan tarif internasional.
Kartel internasional akan lebih berhasil jika hanya terdapat beberapa pemasok internasional untuk
komoditas tertentu yang tidak ada pengganti terdekatnya. OPEC memenuhi prasyarat tersebut dengan
sangat baik selama 1970-an. Ketika terdapat banyak pemasok internasional, bagaimanapun akan lebih
sulit untuk mengaturnya menjadi kartel yang efektif. Sama halnya, ketika pengganti yang baik untuk
suatu komoditas tersedia, maksud dari kartel internasional untuk membatasi output dan ekSpor guna
meningkatkan harga dan keuntungan hanya akan mendorong pembeli untuk mengganti komoditasnya
saja. Hal ini menjelaskan kegagalan, atau ketidakmampuan untuk mendirikan kartel logam
internasional dibandingkan minyak dan timah, serta produk pertanian selain gula. kopi, cokelat, dan
karet.
Karena kekuatan kartel terletak pada kemampuannya untuk membatasi output dan ekspor, terdapat
insentif bagi tiap-tiap pemasok untuk tetap jujur atau “curang" dengan tidak membatasi penjualannya
sedikit di bawah harga kartel. Hal ini menjadi bukti pahit bagi OPEC selama 1980-an ketika harga
minyak yang tinggi memicu pencarian dan produksi minyak besar-besaran oleh bukan anggotanya
(misalnya, Amerika Serikat, Norwegia, dan Meksiko). Naiknya pasokan, bersamaan dengan tindakan
pelestarian alam yang mengurangi kenaikan permintaan produk minyak. mendorong harga minyak
jatuh secara tajam pada 1980-an dan 1990-an sebagai perbandingan dengan 1970-an. Ditunjukkan
pula bahwa, seperti yang diduga oleh teori ekonomi, kartel tetaplah tidak stabil dan sering kali
bangkrut atau gagal. Iika berhasil, kartel tentunya dapat berperilaku seperti monopolis (kartel
terpusat) dalam memaksimalkan total keuntungannya (lihat di Bagian A9.l).
9.3E Dumping
Hambatan perdagangan juga berasal dari dumping. Dumping merupakan ekspor komoditas di bawah biayanya atau setidaknya
menjual komoditas dengan harga lebih rendah di luar negeri dibandingkan di dalam negeri. Dumping digolongkan menjadi
dumping terus-menerus, ganas, dan sporadis. Dumping terus-menerus (persistent dumping), atau diskriminasi harga internasional,
merupakan kecenderungan terus-menerus monopolis dalam negeri untuk memaksimalkan total keuntungan dengan menjual
komoditas pada harga yang lebih tinggi di pasar dalam negeri (yang terisolasi oleh biaya transportasi dan hambatan perdagangan)
dibandingkan secara internasional (yang harus memenuhi persaingan dengan produsen luar negeri). Bagian A93. menunjukkan
bagaimana monopolis dalam negeri dapat menentukan harga yang pasti untuk ditanggung di dalam negeri dan di luar negeri demi
memaksimalkan total keuntungan dalam kasus mengenai dumping terus-menerus, atau diskriminasi harga internasional.

Dumping ganas (predatory dumping) merupakan penjualan komoditas sementara di bawah biaya nya atau pada harga yang lebih
rendah di luar negeri yang mendorong kebangkrutan produsen luar negeri setelah harga dinaikkan demi mengambil keuntungan dari
kekuatan monopoli baru yang diperoleh di luar negeri. Dumping sporadis (sporadic dumping) merupakan penjualan berkulu suatu
komoditas di bawah biayanya atau pada harga yang lebih rendah di luar negeri dibanding di dalam negeri demi melimpahkan
surplus komoditas yang tak terduga dan bersifat sementara tanpa harus menurunkan harga di dalam negeri.
Pembatasan perdagangan untuk mengatasi dumping ganas dibenarkan dan diperbolehkan guna melindungi industri dalam negeri
dari persaingan yang tidak adil dengan luar negeri. Pembatasan tersebut biasanya dalam bentuk bea cukai anti dumping guna
menanggung kerugian perbedaan harga, atau ancaman berupa pengenaan bea cukai semacam itu. Akan tetapi, sering kali sulit
untuk menentukan jenis dumping, dan produsen dalam negeri tanpa terkecuali meminta perlindungan yang menentang bentuk
dumping apa pun. Dengan demikian, mereka takut mengimpor (“dugaan gangguan") dan meningkatkan produksi mereka sendiri
beserta keuntungannya (sewa). Pada beberapa kasus mengenai dumping terus-menerus dan sporadis, manfaat bagi konsumen
dengan harga murah sesungguhnya akan melampaui kerugian produksi para produsen di dalam negeri.

Selama tiga dekade terakhir, Jepang disalahkan atas dumping baja dan televisi di Amerika Serikat. dan negara-negara Eropa
atas dumping mobil, baja, dan produk lainnya. Berbagai negara industri, terutama yang termasuk Uni Eropa, memiliki
kecenderungan untuk melakukan dumping komoditas pertanian terus-menerus yang berasal dari program bantuan pertaniannya.
Ketika dumping terbukti, negara atau perusahaan yang melanggar biasanya memilih menaikkan harganya (seperti yang
dilakukan Volkswagen pada 1976 dan eksportir televisi Jepang pada 1977) dibandingkan menghadapi bea cukai anti dumping.
Pada 1980, hanya delapan negara yang memiliki hukum antidumping; di akhir 2001, 97 negara ( Uni Eropa dihitung sebagai
anggota tunggal) memberlakukannya (termasuk berbagai negara berkembang).
Pada 1978, Pemerintah Amerika Serikat memperkenalkan mekanisme pemicu harga (trigger-price
mechanism) ketika biaya baja diimpor ke Amerika Serikat dengan harga di bawah biaya terendah
produsen luar negeri ( Korea di akhir l980=an) terkait dengan pengusutan cepat anti dumping. Iika
dumping terbukti, pemerintah Amerika Serikat akan memberikan pertolongan cepat bagi industri
baja dalam negeri dalam bentuk bea cukai yang akan membuat harga baja yang diumpor sama dengan
biaya terendah di negara tersebut. Sejak 1992. ketika pembatasan ekspor sukarela terhadap ekspor
baja ke Amerika Serikat berakhir. Produsen baja Amerika Serikat telah mengajukan ratusan gugatan
anti dumping melawan produsen baja luar negeri, yang berakibat pada perselisihan pahit.
Pada 1985. produsen Amerika Serikat mengajukan gugatan anti dumping terhadap eksportir cip komputer
Jepang (otak komputer dan mesin yang paling modern saat ini). Persetujuan tercapai pada 1986 di mana
Iepang akan berhenti melakukan dumping cip di Amerika Serikat dan seluruh dunia. Pembebanan
melanjutkan dumping, akan tetapi, Amerika Serikat membebankan bea impor 100 persen senilai $300
juta pada ekspor Jepang ke Amerika Serikat 1987. Tarif tersebut dihapuskan pada I991 ketika Jepang
merundingkan kembali perjanjian semikonduktor, di mana Jepang setuju membantu produsen asing
(Amerika Serikat) meningkatkan kontribusinya atas pasar cip Jepang dari 8 persen pada 1986 menjadi
20 persen pada I992. Perselisihan tetap berlanjut ketika produsen cip Amerika Serikat gagal mencapai
pangsa pasar yang disetujui di Jepang sebesar 20 persen pada 1994. Pada I996, perjanjian tersebut
diperbarui, tetapi perjanjian tersebut hanya memerlukan industri cip komputer Amerika Serikat dan
Jepang untuk saling mengawasi pasar satu sama lain tanpa persyaratan pangsa pasar.
Rata – rata, sekitar setengah pengusustan antidumping dihentikan tanpa tindakan apapu yang
dikenakan dan sisanya berakhir dengan pengenaan bea cukai atau eksportir yang menaikan harga
komuditas ekspor. Jumlah tindakan antidumping yang kuat meningkat dari 880 diakhir 1997 menjadi
1.349 dipertengahan 2004. Permintaan akan pengusutan antidumping oleh industri baja relatif sering
dalam tahun-tahun terakhir, terutama di Amerika Serikat karena kelebihan pasokan terus-menerus
dipasar dunia. Studi kasus 9-3 memperlihatkan total ukuran kekuatan antidumping diberbagai negara
pada pertengahan 2004.
9.3F Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor merupakan pembayaran langsung (atau bantuan keringanan pajak dan pinjaman bersubsidi) bagi
eksportir negara tersebut atau eksportir berpotensi dan/atau pinjaman berbunga rendah bagi pembeli asing untuk
menggerakkan ekspor negara. Jadi, subsidi ekspor dapat dianggap sebagai bentuk dumping. Meskipun subsidi ekspor
ilegal menurut perjanjian internasional, berbagai negara menerapkannya secara sembunyi-sembunyi dan sedikit kentara.

Sebagai contoh, seluruh negara industri besar memberi pinjaman ekspor negara berbunga rendah kepada pembeli
asing untuk mendanai pembelian melalui agen. misalnya Bank Ekspor Impor Amerika Serikat. Pembiayaan kredit
berbunga rendah ini sekitar 2 persen ekspor Amerlka Serikat, tetapi jauh lebih besar persentasenya dari ekspor Iepang.
Prancis, dan Jerman. Tentunya. hal ini merupakan keluhan perdagangan yang paling serius bahwa Amerika Serikat
telah menyerang negara industri lainnya saat ini. Jumlah subsidi yang disediakan dapat diukur melalui perbedaan antara
bunga yang harus drbayarkan pada pinjaman perniagaannya dan tingkat subsidi yang dibayarkan pada kenyataannya.

 
Contoh lainnya adalah "pendapatan di luar teritori” Amerika Serikat atau ketetapan Foreign Sales Corporation
(PSC) mengenai undang-undang pajak yang telah digunakan sejak I971 oleh 3.600 perusahaan Amerika Serikat
(meliputi Boeing, Microsoft. dan Caterpillar) untuk menghasilkan tambahan luar negeri demi menikmati
pembebasan sebagian dari undang-undang pajak Amerika Serikat mengenai pendapatan yang diperoleh dari
ekspor. Ketetapan ini menghemat pajak perusahaan Amerika sekitar $4 tiap tahunnya. Pada 1999, Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) menyatakan bahwa keringanan pajak tersebut merupakan bentuk subsidi ekspor
dan memerintahkan Amerika Serikat untuk mencabutnya. Amerika Serikat naik banding tetapi merugi, dan
begitu juga pada 2004. Amerika Serikat mencabut skema FSC dengan menghadapi denda $4 miliar. Karena
Amerika Serikat tidak menghapus seluruh subsidi ekspornya, WTO memberi kuasa kepada negara-negara
Uni Eropa untuk mengenakan sanksi senilai $336 dari perdagangan Amerika Serikat pada 2006.

 
Kesulitan pada umumnya adalah sangat tingginya nilai dukungan yang disediakan oleh Uni Eropa untuk
menjaga pendapatan petaninya berdasarkan kebijakan umum pertanian (common agricultural policy-CAP).
Subsidi pertanian yang tinggi ini mendorong surplus pertanian dan subsidi ekspor yang besar. yang
menyebabkan pasar ekspor jauh dari Amerika Serikat dan negan lainnya, serta bertanggung jawab terhadap
beberapa perselisihan perdagangan yang berujung tajam antara Amerika Serikat dengan Uni Eropa (lihat Studi
Kasus 9-4).

Perselisihan serius juga muncul akibat subsidi yang disediakan Uni Eropa bagi Industri maskapainya (Airbus)
serta dari kementrian Industri dan perdagangan Internasional Jepang terhadap komputer dan industri
berteknologi maju lainnya. Bea Cukai Penyeimbangan (countervailingduities-CVD) sering kai dibebankan
oleh pemerintah luar negeri terhadap impor guna menutup subsidi ekspor. Studi kasus 9-5 membahas
perluasan hambatan non tarif terhadap impor dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada.
Subsidi ekspor dapat dianalisis dengan Gambar 9.2, yang serupa dengan Gambar 8.1. Pada Gambar 9.2. D X dan
Sx Sebagai kurva penawaran dan permintaan komoditas X di Negara 2. Jika harga dunia perdagangan bebas
komoditas X sebesar $3.50 (dibandingkan 51,00, seperti pada Gambar 8.1), Negara 2 akan memproduksi 35X
(A'C'), mengonsumsi 20X (A’B’'), dan mengekspor sisanya sebanyak 15X (B’C‘). Jadi, pada harga di atas $3
(titik E dalam gambar), Negara 2 menjadi eksportir daripada menjadi importir komoditas X. ,

Jika pemerintah Negara 2 (di asumsikan negara kecil) saat ini menyediakan Slleldl sebesar $0.50 untuk setiap
unit komoditas X yang diekspor (setara dengan subsidi ad valorem sebesar 16.7 persen), P X meningkat menjadi
$4.00 bagi produsen dalam negen dan konsumen komoditas X. Pada P X = S4, Negara 2 memproduksi 40X
(67'), mengonsumsi 10X (G’H'), dan mengekspor 30X (H '] '). . Semakin tinggi harga komoditas X, semakin
menguntungkan produsen tetapi merugikan konsumen di Negara 2. Negara 2 juga menanggung biaya subsidi.
GAMBAR 9.2.
Pengaruh Ekuilibrium
Sebagian dari Subsidi
Ekspor.
9.4 Ekonomi Politik dari
Proteksionisme
Di bagian ini, Kita menganalisis berbagai pendapat mengenai proteksi. Bagian ini berkisar dari dalil
yang jelas keliru hingga pendapat yang dapat bertahan, dengan beberapa batasan, yang mendekati
penelitian ekonomi.
9.4A Pendapat mengenai Proteksi
yang Keliru dan Meragukan
Salah satu pendapat yang keliru bahwa hambatan perdagangan diperlukan untuk melindungi pekerja
dalam negeri melawan upah dalam negeri yang murah. Pendapat ini keliru Karena bahkan

jika upah dalam negeri lebih tinggi dibandingkan upah dalam negeri, biaya pekerja dalam negeri
masih dapat diturunkan produktivitas pekerja jauh lebih tinggi di dalam negeri dibanding diluar
negeri. Bahkan, jika hal ini bunkan perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat didasarkan
atas keunggulan komparatif di mana negara dengan tenaga kerja murah berspesialisasi ekspor
komoditas padat karya, dan negara yang tenaga kerjanya mahal berspesidisasi dan ekspor komoditas
padat modal (lihat kembali di Bagian 2.4).
Pendapat yang keliru lainnya mengenai proteksi tarif (scientific tariff). Tarif tersebut merupakan tingkatan tarif yang akan
menyebabkan harga impor sama dengan harga dalam negeri dan (menurut pendapat tersebut) memungkinkan produsen negeri
untuk mengikuti persaingau negeri. Akan hal in akan menghapus perbedaan harga internasional dan perdagangan seluruh
komoditas yang terkait dengan tarif “imiah” tersebut.

Dua pernyatannya yang meragukan bahwa proteksi itu diperlukan (1) untuk mengurangi pengangguran dalam negeri dan (2)
untuk mengobati defisit neraca pembayaran negara ( yakin pengeluaran negara ke luar negeri melebihi penerimaan luar
negeri). Proteksi akan mengurangi pengangguran dalam negeri dan defisit neraca pembayaran dengan mendorong substitusi
impor melalui produksi dalam negeri. Bagaimana pun, pendapat tersebut merupakan pendapat beggars-thy-nezghbor mengenai
proteks: karena mereka berasal dan pengeluaran dan negara lam. bemra rinci, ketika proteksi digunakan untuk menurunkan
pengangguran dalam negeri dan defisn neraca pembayaran negara, proteksi menyebabkan pengangguran yang lebih banyak dan
memperburuk neraca pembayaran luar negeri. Akibatnya, negara lain mungkin akan membalas, dan seluruh negara merugi pada
akhirnya. Pengangguran dalam negeri dan defisit neraca pembayaran negara seharusnya diperbaiki melalui kebijakan moneter,
fiskal. dan perdagangan yang tepat (dibahas pada Bab 18 dan 19) daripada melalui hambatan perdagangan.
9.4B Industri Muda dan Pendapat Lain
yang Memadai mengenai Proteksi
Salah satu penjelasan mengenai proteksi yang dekat dengan segi ekonomi (tetapi jarang yang layak)
adalah pendapat industri muda (infant-industry argument). Pendapat tersebut menekankan bahwa suatu
negara memiliki keunggulan komparatif komoditas yang berpotensi, tetapi karena tidak tahu caranya
dan tingkat output awal yang sedikit. industri tersebut tidak akan terbangun atau, jika telah dimulai,
tidak dapat sukses bersaing dengan perusahaan asing yang lebih mapan. Proteksi perdagangan
sementara kemudian dibentuk untuk memapankan dan melindungi industri dalam negeri selama “masa
pnrtumbuliannya” hingga industri tersebut dapat mengikuti persaingan asing, mencapai skala
ekonomis, dan menunjukkan keunggulan komparat ifjangka panjang negara tersebut. Pada waktu itu,
proteksi dihapuskan. Akan tetapi, agar pendapat tersebut sahih, keuntungan industri yang tumbuh itu
haruslah cukup tinggi untuk menutup harga lebih tinggi yang dibayarkan oleh konsumen dalam negeri
untuk komoditas tersebut selama periode pertumbuhan.
Pendapat industri muda mengenai proteksi sudah benar, tetapi diperlukan beberapa prasyarat penting yang secara
bersamaan menghilangkan signifikansinya. Pertama, sudah jelas bahwa pendapat semacam itu lebih tepat bagi
negara berkembang (di mana pasar modal tidak berperan penting) dibanding negara industri. Kedua, sulit untuk
menentukan industri atau industri yang berpotensi manakah yang layak untuk penafsiran berikut, dan pengalaman
telah menunjukkan bahwa proteksi, sekali lagi, sulit untuk dihapuskan. Ketiga, dan yang paling penting, apa yang
berlaku dari proteksi perdagangan (semisal dalam bentuk tarif impor), subsidi produksi yang senilai dengan
industri muda dapat berlaku lebih baik Alasannya adalah gangguan yang murni dari dalam negeri seperti hal ini
seharusnya diatasi melalui kebijakan yang murni dari dalam negeri (misalnya, subsidi produksi langsung bagi
industri muda) dibanding melalui kebijakan perdagangan yang juga mengacaukan harga relatif dan konsumsi
dalam negeri. Subsidi produksi juga merupakan bentuk bantuan yang lebih langsung dan lebih mudah untuk
dihapuskan dibandingkan tarif impor. Salah satu kesulitan utamanya adalah subsidi tersebut memerlukan
penerimaan, bukan mencetak penerimaan, seperti yang diakibatkan dari tarif impor. Namun, prinsipnya tetap sama.
Prinsip umum yang sama juga menekankan pada setiap jenis lain dari gangguan dalam negeri. Sebagai contoh, jika
industri menyebabkan eksternalitas ekonomi (yakni manfaat besar bagi masyarakat, misalnya, dengan melatih
pekerja yang kemudian meninggalkan pekerjaan di industri lainnya), akan menjadi investasi yang bernilai rendah di
industri tersebut (karena industri tersebut tidak menerima manfaat secara utuh dari investasinya). Salah satu cara
untuk mendorong industri dan memberi eksternalitas ekonomi bagi masyarakat adalah dengan membatasi impor. Hal
ini menggerakkan industri, tetapi juga meningkatkan harga produk bagi konsumen dalam negeri. Kebijakan yang
lebih baik adalah dengan memberikan subsidi langsung bagi industri tersebut. Hal ini akan mendorong industri
tersebut .tanpa adanya gangguan konsumsi dan kerugian bagi konsumen yang berasal dari hambatan perdagangan.
Sama halnya, pajak langsung cenderung lebih baik dibandingkan tarif untuk mengecilkan aktivitas (misalnya,
perjalanan mobil) yang menimbulkan disekstemalitas ekonomi ( polusi) karena pajak tidak mengganggu harga relatif
dan konsumsi. Prinsip umum yang merupakan cara terbaik untuk memperbaiki gangguan dalam negeri adalah
melalui kebijakan dalam negeri daripada melalui kebijakan perdagangan yang tertera secara grafis di Bagian A9.3
dari lampiran.
Hambatan perdagangan dianjurkan untuk melindungi industri dalam negeri yang penting bagi
pertahanan negara. Namun, bahkan pada kasus ini, subsidi produksi langsung secara umum lebih baik
dibandingkan proteksi tarif. Beberapa tarif dapat disebut sebagai “tariftawaran” yang digunakan untuk
mendorong negara lain agar setuju terhadap penurunan tarif yang menguntungkan. Di sini, ahli politik
akan lebih layak untuk menilai seberapa efektif tarif tersebut dalam mencapai tujuan yang
dimaksudkannya. Pendapat ekonomi yang benar-benar sahih yang paling dekat kita tuju mengenai
proteksi adalah tarifoptimal yang dibahas di Bagian 8.6. Yaitu, jika negara tersebut cukup mampu
memengaruhi neraca perdagangannya, negara tersebut dapat memanfaatkan kekuatan pasarnya dan
memperbaiki neraca perdagangan beserta kesejahteraan melalui tarif optimal. Akan tetapi, negara lain
cenderung akan membalas, sehingga pada akhirnya seluruh negara merugi.
9.4C Siapa yang Mendapat
Perlindungan?
Dengan menaikkan harga komoditas, proteksi perdagangan menguntungkan produsen dan merugikan
konsumen (dan biasanya negara secara keseluruhan). Akan tetapi, karena produsennya sedikit dan
bermaksud memperoleh manfaat yang banyak dari proteksi, mereka memiliki insentif kuat untuk
melobi pemerintah demi tindakan proteksionisme. Di sisi lain, karena kerugian ditanggung oleh
banyak konsumen, masing-masing di antaranya merugi sangat sedikit dari proteksi, mereka cenderung
tidak mengelola dengan efektif dalam menolak tindakan proteksionisme. Jadi. terdapat penyimpangan
dalam hal proteksionisme. Sebuah contoh disajikan mengenai kuota gula Amerika Serikat (lihat Studi
Kasus 9-1).
Pada tahun-tahun terakhir, para ekonom telah mengembangkan beberapa teori mengenai kelompok dan
industri manakah yang mendapat perlindungan, dan beberapa teori tersebut telah disepakati secara empiris.
Di negara industri, proteksi lebih cenderung ditujukan bagi industri padat karya yang pekerjanya tidak
memiliki keahlian, pekerja dengan upah rendah yang akan menghadapi kesulitan besar saat mencari
pekerjaan sampingan jika mereka kehilangan pekerjaannya saat ini. Beberapa dukungan empiris juga telah
diperoleh berupa teori kelompok yang berkepentingan atau kelompok yang ditekankan, yang merumuskan
bahwa industri yang banyak dikelola (misalnya, industri mobil) menerima proteksi perdagangan yang lebih
banyak dibandingkan industri yang sedikit dikelola. Suatu industri lebih cenderung terkelola jika industri
tersebut terdiri atas sedikit perusahaan saja. Selain itu, industri yang memproduksi barang-barang konsumen
pada umumnya mampu memperoleh lebih banyak proteksi dibandingkan industri yang menghasilkan barang
setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain karena industri tadi dapat menggunakan
kekuatan penyeimbang dan menghalangi proteksi (karena akan menaikkan harga bahan bakunya).
Selanjutnya, lebih banyak proteksi terlihat berlangsung di industri yang terdesentralisasi secara geografis
yang memakai banyak pekerja dibanding industri yang hanya beroperasi di beberapa wilayah dan memakai
pekerja yang relatif sedikit. Jumlah pekerja yang banyak memiliki daya pilih kuat untuk memilih pejabat
pemerintah yang mendukung proteksi bagi industri tersebut. Desentralisasi menjamin bahwa pejabat yang
terpilih dari berbagai wilayah akan mendukung proteksi perdagangan. Teori lain menggagas bahwa kebijakan
perdagangan itu menyimpang dalam hal mempertahankan sta'tus quo. Yaitu, akan terdapat kecenderungan
bagi industri untuk dilindungi saat ini jika industri tersebut dilindungi di masa lalu. Pemerintah juga terlihat
enggan dalam mengambil kebijakan perdagangan yang berakibat terhadap perubahan besar pada distribusi
pendapatan, tak peduli siapa Yang untung dan siapa yang rugi. Terakhir, proteksi terlihat lebih mudah
didapatkan oleh industri Yang bersaing dengan produk-produk dari negara berkembang karena negara tersebut
memiliki kekuatan politis dan ekonomi yang lebih lemah dibandung negara industri yang sukses membatasi
hambatan perdagangan terhadap ekspornya.
Beberapa teori di atas saling bertautan dan beberapa dl antaranya berselisih paham, dan teori tersebut
hanya sebagian yang terbukti secara empiris. Industri yang paling banyak dilindungi di Amerika
Serikat saat ini adalah industri tekstil dan pakaian. Untuk perkiraan pengaruh dari penghapusan seluruh
bentuk proteksi pada industri tersebut dan Iainnya, lihat Studi kasus 9-7. Studi Kasus 9-8 kemudian
memberikan perkiraan mengenai manfaat dari liberalisasi perdagangan terhadap perekonomian dunia.
9.5 Kebijakan Industri dan
Perdagangan Strategis
Di bagian ini kita membahas kebijakan industri dan strategis, yang pertama secara umum ( Baglan
9.5A) dan kemudian dengan menggunakan teon permainan (Bagian 9.58). Di Bagian 9.5C. kita
membahas tanggapan Amerika Serikat terhadap penargetan industri luar negeri dan kebijakan
perdagangan strategis.
9.5A Kebijakan Perdagangan
Strategis
Kebijakan perdagangan strategis merupakan perkembangan terkini yang relatif maju dalam hal kebijakan perdagangan aktif dan proteksionisme.
Menurut pendapat ini, negara dapat menciptakan keunggulan komparatif (melalui proteksi perdagangan sementara, subsidi, keuntungan pajak. dan
program kerjasama pemerintah-industri) dalam bidang tertentu seperti semikonduktor, komputer. telekomunikasi. dan industri lain yang dianggap
penting bagi pertumbuhan negara di masa datang. Industri berteknologi tinggi ini terkait dengan risiko tinggi, memerlukan produksi berskala besar
untuk mencapai skala ekonomi, dan menimbulkan eksternalitas ekonomi luas ketika berhasil. Kebijakan perdagangan strategis menggagas bahwa
dengan mendorong industri tertentu, suatu negara dapat meraup eksternalitas ekonomi yang besar yang berasal dari kebijakan itu dan mendorong
prospek pertumbuhan di masa datang. Hal ini serupa dengan pendapat industri muda di negara berkembang. kecuali bagi negara industri maju
demi mendapatkan keunggulan komparatif pada industri penting yang berteknologi tinggi. Berbagai negara berperilaku demikian. Tentunya,
beberapa ekonom akan beranjak sejauh yang disebutkan bahwa urusan besar mengenai keberhasilan industri dan teknologi Jepang pascaperang
terkait dengan kebijakan perdagangan dan industri strategisnya. Contoh dari perdagangan strategis dan kebijakan industri ditemukan pada industri
baja pada 1950~an. mengenai-semikonduktur pada 1979-an dan 1980-an di Jepang, pada pembuatan Concorde (pesawat supersonik) pada 1970-
an, dan Airbus dari 1970-an di Eropa. Semikonduktor di Jepang biasanya tertera sebagai kasus keberhasilan kebijakan industri dan perdagangan
strategis di buku teks. Pasar semikonduktor (misalnya, cip komputer, yang digunakan di berbagai produk baru) didominasi oleh Amerika Serikat
pada 1970-an. Dimulai dari pertengahan 1970-an, Menteri Perdagangan dan Industri (MITI) Jepang yang berkuasa menargetkan perkembangan
industri ini dengan mendanai penelitian dan pengembangan, menghibahkan keringanan pajak bagi investasi industri tersebut, dan menjalin kerja
sama pemerintah industri. ketika melindungi pasar dalam negeri dari persaingan asing (terutama Amerika Serikat).
Kebijakan ini tercatat sebagai keberhasilan Jepang yang berjuang mengendalikan pasar semikonduktornya dari Amerika Serikat pada
pertengahan 1960-an. Sebagian besar ekonomi tetap ragu dan. bagaimanapun. menghubungkan kinerja Jepang yang menarik perhatian
dalam bidang ini terutama dengan kekuatan lain nya, misalnya penekanan pendidikan yang lebih besar terhadap ilmu pengetahuan dan
matematika. tingginya tingkat investasi, dan kemauan untuk mengambil pandangan akan investasi jangka panjang daripada menekankan
keuntungan kuartalan. seperti di Amerika Serikat. Baja, industri lain yang ditargetkan di Jepang. tingkat keuntungannya lebih rendah
dibandingkan rata-rata keuntungan di seluruh industri Jepang selama periode pascaperang. Di Eropa, Concorde merupakan suatu prestasi
teknologi tetapi bencana perniagaan. dan Industri Airbus tidak akan bertahan tanpa subsidi besar terus-menerus dari pemerintah. Ketika
kebijakan perdagangan strategis secara teoretis dapat memperbaiki hasil pasar di pasar oligopolistik terkait dengan eksternalitas ekonomi
yang luas dan meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan negara. penggagas dan pengusung teori ini bahkan mengakui kesuliian serius
saat menjalankannya. Pertama, sangatlah sulit untuk memilih pemenang (yakni memilih industri yang akan menghasilkan eksternalitas
ekonomi besar di masa datang) dan menyarankan kebijakan yang sesuai agar berhasil memeliharanya. Kedua, karena negara yang paling
unggul menggunakan kebijakan perdagangan strategis di waktu yang sama, usahanya ternetralkan secara besar-besaran, sehingga
keuntungan potensial bagi masing-masingnya mengecil. Ketiga, ketika negara mencapai kesuksesan besar melalui kebijakan perdagangan
strategis. hal ini mendatangkan biaya bagi negara lainnya (yakni, kebijakan beggar-thy-nelghbor) dan begitu juga negara lain akan
membalasnya.
Dihadapkan dengan seluruh kesulitan praktis ini. pendukung kebijakan perdagangan strategis bahkan
dengan enggan mengakui bahwa perdagangan bebas tetaplah merupakan kebijakan terbaik. ]adi,
perdagangan bebas barangkali kurang optimal dalam teori, tetapi optimal dalam praktiknya.
9.5B Kebijakan Industri dan Perdagangan
Strategis melalui Teori Permainan
Kita dapat menggunakan teori permainan untuk membahas kebijakan industri dan perdagangan strategis. Akan lebih baik jika kita dapat
menunjukkannya dengan contoh. Anggaplah bahwa Boeing dan Airbus sedang memutuskan apakah akan memproduksi pesawat baru.
Anggaplah juga bahwa karena tingginya biaya pembuatan pesawat yang baru, seorang produsen harus menguasai seluruh pasar dunia
sendiri demi menghasilkan keuntungan, katakanlah, $100 juta. Jika kedua produsen membuat pesawat, masing-masing merugi $10 juta.
Informasi ini tertera pada Tabel 9.7. Kasus di mana kedua perusahaan memproduksi pesawat dan masing-masing menanggung kerugian
sebesar $10 juta tertera pada baris_ pertama dan kolom pertama (bagian tepi kiri atas) Tabel 9.7. ]ika hanya Boeing yang memproduksi
pesawat, Boeing menghasilkan keuntungan $100 juta, sementara Airbus tidak menghasilkan keuntungan (baris pertama dan kolom kedua,
atau bagian tepi kanan atas tabel). Di sisi lain, jika Boeing tidak memproduksi pesawat sementara Airbus memproduksi, Boeing tidak
menghasilkan keuntungan sementara Airbus menghasilkan keuntungan $100 juta (baris kedua dan kolom pertama, atau bagian tepi kiri
bawah tabel). Terakhir, jika tidak ada perusahaan yang memproduksi pesawat, tidak ada yang menghasilkan keuntungan (baris kedua dan
kolom kedua, atau bagian tepi kanan bawah tabel).

Anggaplah bahwa untuk alasan apa pun, Boeing memasuki pasar pertama dan memperoleh keuntungan $100 juta Airbus saat ini tidak
dapat memasuki pasar karena ia tidak dapat menghasilkan keuntungan. Inilah kasus yang tertera di baris pertama dan kolom kedua (bagian
tepi kanan atas) tahel. jika Airbus memasuki pasar, kedua perusahaan akan menanggung kerugian (dan kita akan mendapati kasus yang
tertera dibaris pertama dan kolom pertama,atau bagian tepi kiri atas tabel).
Anggaplah bahwa saat im pemerintah Eropa memberikan subsidi $15 juta per tahun kepada Airbus.
Kemudian, Airbus akan membuat pesawat meskipun Boeing sedang membuat pesawat karena dengan
subsidi $15 Juta Airbus akan mengubah kerugian sebesar $10 juta menjadi keuntungan sebesar $5 juta.
Tanpa subsidi, Boeing lalu akan beranjak dari menghasilkan keuntungan scbcsar $100 juta (tanpa
Airbus di dalam pasar) menjadi rugi sebesar $ 10 juta setelahnya. (Kita masih berada di baris pertama
dan kolom pertama. atau bagian tepi kiri atas tabel. tetapi dengan masukan Airbus yang berubah dari
-10 tanpa subsidi menjadi +5 dengan subsidi).Akibat kerugian yang tidak tersubsidi, Boeing lalu akan
berhenti membuat pesawat. lalu secepatnya meninggalkan seluruh pasarnya bagi Airbus, yang
kemudian akan menghasilkan keuntungan sebesar $l0())ula tanpa adanya subsidi lagi (baris kedua dan
kolom pertama. atau bagian tepi kiri bawah tabel).
Pemerintah Amerika Serikat tentunya dapat membalas dengan subsidinya sendiri demi menjaga agar
Boeing memproduksi pesawat. Kecuali dalam kasus pertahanan negara, bagaimanapun. pemerintah
Amerika Serikat jauh lebih sedikit memberikan bantuan subsidi bagi perusahaan dibandingkan
pemerintah Eropa. Ketika dunia nyata jauh lebih rumit daripada hal ini, kita dapat melihat bagaimana
suatu negara dapat mengatasi kelemahan pasar dan memperoleh keunggulan komparatifstrategis pada
bidang berteknologi tinggi dengan menggunakan kebijakan industri dan perdagangan strategis.
Faktanya, pada 2000,Airbus memutuskan untuk membangun super-jumbo A380 yang siap mengangkut
550 penumpang pada 2006 dengan biaya pembuatan lebih dari $10 miliar, dan kemudian bersaing
langsung dengan Boeing 747 (yang telah melayani sejak 1969 dan dapat mengangkut hingga 475
penumpang).
Boeing menyambut keputusan Airbus untuk membuat A380 dcngan mengumumkan rencana membuat
jet Boeing 787 Dreamliner terbaru pada 2001 yang dapat mengangkut. tanpa henti. 250 penumpang ke
titik mana pun di bumi dengan mendekati kecepatan suara pada 2008. Boeing percaya bahwa
penumpang lebih memilih tiba di tujuannya sesegera mungkin dan menghindari titik-titik kemacetan
serta benturan dan penundaan di pemberhentian lanjutan. Kemudian. pada November 2005, Boeing
mengejutkan Airbus dengan mengumumkan versi baru Boeing 747 yang lebih besar (747-8) untuk
memasuki layanan pada 2009. Airbus menanggapi dengan mengumumkan pembuatan Airbus A350
untuk bersaing langsung dengan Boeing 787 yang baru melalui pinjaman pemerintah yang dibayarkan
kembali sebesar 51,75 miliar (sepertiga biaya pembuatan yang diperkirakan)mendorong Boeing
mengajukan keluhannya di WTO. WTO diduga memberikan keputusan (yang hampir pasti akan
terjadi) di awal 2007.
jenis analisis ini pertama kali diperkenalkan pada perdagangan internasional oleh James Brander dan Barbara
Spencer (1985). Salah satu kelemahan serius dari analisis ini adalah bahwa pada umumnya sangat sulit
meramalkan secara akurat hasil dari kebijakan perdagangan dan industri pemerintah (yaitu memperoleh data untuk
mengisi tabel seperti pada Tabel 9.7). Bahkan, perubahan kecil pada tabel dapat mengubah seluruh hasilnya.
Sebagai contoh, anggaplah jika Airbus dan Boeing membuat pesawat, Airbus mengalami kerugian $10juta (seperti
sebelumnya), tetapi Boeing saat ini menghasilkan keuntungan sebesar $10 juta (tanpa subsidi apapun), misalnya,
karena lebih efisien. Lalu, bahkan jika Airbus memproduksi pesawat dengan subsidi, Boeing akan tetap di pasar
karena Boeing menghasilkan keuntungan tanpa subsidi apapun. Kemudian, Airbus akan memerlukan subsidi yang
tak terhingga, tahun demi tahun, demi melanjutkan produksi pesawat tersebut. Pada kasus ini. memberikan subsidi
bagi Airbus tidak terlihat sebagai ide bagus. Jadi, sangatlah sulit mematenkan analisis jenis ini dmgan benar. Kita
harus meramalkan hasil dari strategi yang berbeda dengan sangat tepat. dan hal ini sulit dilakukan. Inilah alasan
mengapa banyak ekonom berkata bahwa perdagangan bebas masih menjadi kebijakan yang paling baik sejauh ini.
9.5C Tanggapan Amerika Serikat terhadap
Kebijakan Perdagangan Strategis dan
Penargetan Industri Luar Negeri
Ketika secara umum menentang kebijakan perdagangan strategis dan penargetan industri di dalam negeri,
Amerika Serikat menanggapi dan membalas negara yang memberlakukan kebijakan tersebut untuk merusak
kepentingan ekonomi Amerika Serikat. Contoh terbaik dari dukungan pemerintah pusat secara langsung bagi
peradaban teknologi adalah Sematech. Sematech didirikan di Austin,Texas. pada 1987 sebagai konsorsium
nirlaba dari 14 perusahaan semikonduktor terbesar di Amerika Serikat dengan anggaran tahunan sebesar $225
juta ($100 juta dari pemerintah dan sisanya dari 14 anggota perusahaan). Tujuannya adalah membantu
mengembangkan teknik dasar perakitan cip komputer guna membantu anggotanya bersaing lebih baik dengan
perusahaan Jepang. Di tahun 1991, Sematech menyatakan bahwa akibat dari usahanya, perusahaan cip
komputer Amerika Serikat telah menangkis pesaingnya dari Jepang. Semenjak itu, Sematech telah menjadi
swasta seutuhnya (yakni tak lagi menerima bantuan keuangan pemerintah Amerika Serikat), dan pada 1998
Sematech mendirikan Sematech Internasional, cabang yang seluruhnya dimiliki nleh 12 perusahaan komputer
terbesar. termasuk beberapa perusahaan asing (dengan kantor pusat di Albany, New York).
Amerika Serikat Juga telah mengambil langkah unilateral untuk mendorong pasar using terbuka lebih lebar bagi
ekspor Amerika Serikat dan telah membalasnya dengan hambatannya sendiri terhadap negara yang gagal
memberikan tanggapan. Contohnya adalah persetujuan semikonduktor pada 1991 yang disetujui Jepang untuk
membantu produsen komputer Amerika Seiikal memperoleh 20 persen saham dari pasar cip Jepang. Perjanjian
tersebut diperbarui pada 1996, tetapi industri cip komputer Amerika Serikat dan Jepang hanya diiminta untuk
saling mengawasi pasar satu sama lain tanpa prasyarat pembagian pasar tertentu. Semenjak itu, perusahaan cip
komputer Amerika Serikat telah merajai dunia kembali pada bidang ini. dan perjanjian tersebut tak lagi berlaku
Di awal 1990an, Amerika Serikat juga menyepakati perjanjian dengan Jepang untuk membuka pasar konstruksi
Jepang yang ditawar oleh perusahaan Amerika Serikat sewaktu ancaman mendekati pasar Amerika Serikat bagi
perusahaan konstruksi Jepang. Pada lingkup yang lebih luas. Amerika Serikat dan Jepang terikat pada
kesepakatan (disebut Structural lmpediments Initiative, atau 511) selama pertengahan 1990-an, di antara hal
lainnya, pada pembukaan sistem distribusi di seluruh Jepang yang lebih luas bagi perusahaan Amerika Serikat.
Semenjak awal 1990-an, Amerika Serikat telah meminta penurunan tajam subsidi yang dihibahkan
bagi industri Airbus dari pemerintah Prancis. Jerman,Inggris, dan Spanyol serta untuk subsidi yang
disediakan Uni Eropa bagi petaninya menurut Common Agricultmal Policy (CAP). Sclanjutnya,
Amerika Serikat meminta negara lain, misalnya Brasil, Cina, dan India, untuk menghapus pembatasan
berlebih terhadap ekspor Amerika Serikat dan meminta proteksi bagi hak miliknya (misalnya, bahan
baku yang dipatenkan) dari penggunaan yang tanpa izin dan tak berimbang. Menjelang akhir 2005,
Amerika Serikat menyepakati batasan kenaikan ekspor tekstil dan pakaian Cina ke Amerika Serikat
sebesar 7,5 per tahun hingga 2008 (Uni Eropa melakukan hal yang sama dengan batasan 10 persen
hingga 2008). Hambatan tersebut dianggap penting ketika penghapusan seluruh kuota ekspor tekstil
dan pakaian pada 2004 sebagai bagian dari penerapan Putaran Uruguay menyebabkan ekspor Cina
akan produk tmehul membanjiri Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Selama dekade terakhir, Amerika Serikat telah mendebatkan hambatan dan Uni Eropa berupa impor pisang dari
Amerika Tengah dan Karibia (dari perkebunan yang dimiliki oleh Amerika Serikat) dan larangan impor Uni Eropa
berupa daging sapi Amerika yang dibesarkan dengan hormon dan produk atau biji yang secara genetis diubah.
WTO umumnya telah mengatur keberatan Amerika Serikat dalam perselisihan ini dan meminta Uni Eropa untuk
menghapus hambatan perdagangan tersebut atau menghadapi bea cukai pembalasan Amerika Serikat. Pada 1998
dan 1999, Amerika Serikat membebankan bea antidumping terhadap impor baja dari Uni Eropa, Jepang, Korea,
Brasil, dan Rusia, pada Maret 2002, Amerika Serikat mengenakan 30 persen bea impor baja dari Rusia, Brasil, ]
epang, dan Cina, yang mana WTO memutuskan bahwa hal tersebut ilegal ( dan Amerika Serikat menghapusnya
pada Desember 2013). WTO juga memutuskan subsidi sebesar $3 miliar yang dihibahkan Amerika Serikat bagi
petani katunnyn ilegal pada kasus yang digugat oleh Brasil pada 2004. Seperti yang telah kita lihat di Bagian 9.3E,
WTO memutuskan untuk menentang keringanan pajak yang dihibahkan Amerika Serikat bagi eksportirnya
menurut ketetapan Foreign Sales Corporation mengenai undang-undang pajak.
9.6 Sejarah Kebijakan Perniagaan
Amerika Serikat
Bagian berikut menelusuri sejarah kebijakan perniagaan Amerika Senkat. Km mulai dengan membahas
Trade Agreement Act 1934 dan kemudian membahas pentingnya General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT). Kemudian, kita membahas Trade Expansion Act 1962 dan hasi! dari Putaran Kennedy
mengenai kesepakatan dagang. Selanjutnya. kula membahas Trade Reform Act 1974 dan hasil dari
Putaran Tokyo mengenal kesepakatan dagang. Terakhir, kita membahas Trade Acts 1984 dan 1988.
9.6A Trade Agreements Act 1934
Selama awal 1950-an. perdagangan dunia secara umum dan ekspor Amerika Serikat pada umumnya menurun dengan
tajam akibat (1) penurunan aktivitas ekonomi besar-besaran di seluruh dunia sebagai imbas dari Depresi Besar dan (2)
tulisan pada 1930 berupa Smoot-Hawley Tariff Act, di mana rata-rata bea impor di Amerika Serikat mencapai puncaknya
sebesar S9 persen pada 1932, yang memicu pembalasan oleh luar negeri.

Smoot-Hawley Tariff Act mula-mula diperkenalkan guna membantu pertanian Amerika. Namun, melalui pargantian
Kongres, tarif yang besar dibebankan bagi impor manufaktur. Tuiuannya jelas merupakan beggar-thy-neighbor guna
membatasi impor dan menggerakkan pekerjaan di dalam negeri. Rancangan undang-undang diberlakukan meskipun
terdapat protes dari 36 negara bahwa tarif tersebut akan melukai mereka dengan serius dan mereka akan membalasnya.
Presiden Hoover menandatangani rancangan undang-undang ke dalam hukum meskipun petisi yang ditandatangani oleh
lebih dari 1.000 ekonom Amerika memperingatkannya untuk mengajukan veto. Hasilnya bencana. Pada 1932, 60 negara
membalasnya dengan meningkatkan tariftinggi. dalam menghadapi depresi dunia yang semakin dalam. Hasil akhirnya
adalah kejatuhan perdagangan dunia (impor Amerika pada 1932 hanya 31 persen dari impor 1929. dan ekspor turun,]ebih
jauh), dan hal ini sangat berperan dalam menyebarkan dan memperparah depresi di seluruh dunia.
Demi membalikkan tren yang mengarah ke penurunan perdagangan dunia yang tajam. Kongres
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Roosevelt yang baru memberlakukan Trade Agreements
Act 1934. Prinsip umum yang melekat pada undang-undang ini menjadi dasar bagi seluruh undang-
undang perdagangan berikutnya d1 Amerika Serikat. Undang-undang tersebut memindahkan
perumusan kebijakan perdagangan dari Kongres yang berpemikiran lebih politis ke presiden dan
member: wewenang Presiden bersama negara lain untuk menyepakati penurunan tarif yang
menguntungkan sebesar 50 persen dari tingkatan yang ditetapkan pada Smoot-Hawley Tanti Act. Trade
Agreements Act diperbarui sebanyak 11 kali sebelum digantikan pada 1962 oleh Trade Expansion Act.
Pada I947, rata-rata bea impor Amerika Serikat sebesar 50 persen di bawah bea impoa' pada 1934.
Trade Agreement Act 1934 dan seluruh undang-undang perdagangan selanjutnya didasarkan pada
prinsip yang menguntungkan negara. Prinsip nondiskriminasi ini diberikan bagi seluruh rekan dagang
berupa penurunan tarif timbal balik manapun yang disepakati oleh Amerika Serikat bersama rekan
dagangnya. Amerika Serikat akan mendapatkan keuntungan dari penurunan tarif bilateral yang
disepakan dengan negara lain yang turut menandatangani perjanjian yang menguntungkan negara.
Akan tetapi, pendekatan perdagangan bilateral ini menghadapi kelemahan serius bahwa penurunan
tarif hanya disepakati pada sebagian besar komoditas yang mendominasi perdagangan bilateral.
Sebaliknya, banyak negara “tukang bonceng", yang secara tidak langsung terlibat di dalam
kesepakatan dan tidak melakukan kelonggaran (penurunan) tarifnya sendiri, juga akan memperoleh
keuntungan dari penurunan tarif timbal balik yang disepakati dengan negara lainnya.
9.6B General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT)
General Agreement on Tariifs and Trade (GATT) merupakan organisasi internasional yang dibentuk
pada 1947 dan berpusat di Jenewa (Swiss), yang mengajukan perdagangan lebih bebas melalui
kesepakatan dagang multilateral. Awalnya, GATT digagas akan menjadi bagian dari Organisasi
Perdagangan Internasional. (ITO), yang piagamnya disepakati di Havana pada 1948 untuk mengawasi
perdagangan internasional. Ketika ITO tidak disahkan oleh Senat Amerika Serikat dan oleh pemerintah
di negara lain, GATT (yang kurang berambisi dibandingkan ITO) diselamatkan.

GATT bersandar pada tiga prinsip dasar:


1. Nondiskriminasi. Prinsip ini mengacu pada penerimaan tanpa syarat mengenai prinsip yang
menguntungkan negara yang dibahas lebih awal. Pengecualiannya hanyalah prinsip tersebut dibuat pada
kasus integrasi ekonomi. misalnya serikat pabean (dibahas pada Bab 10), dan pada perdagangan antara
negara dengan koloni dan daerah kekuasaannya.

2. Penghapusan hambatan perdagangan nontarif(misalnya kuota), kecuali pada produk pertanian dan pada
negara dengan kesulitan neraca pembayaran.

3. Perundingan antarnegara dalam memecahkan perselisihan dagang di dalam kerangka GATT. Pada 1993,
total sebanyak 123 negara (termasuk Amerika Serikat dan seluruh negara besar, dengan pengecualian
negara-negara pecahan Uni Soviet dan Cina) merupakan perserta penandatanganan GATT, dan 24 negara
lain telah mengajukan pendaftaran. Perjanjian tersebut mencakup lebih dari 90 persen perdagangan dunia.
Menurut panduan GATT, tarif berkurang dengan total kira-kira 35 persen di lima kesepakatan dagang
berbeda antara 1947 hingga 1962. Pada 1965, GATT diperpanjang guna memungkinkan perlakuan
dagang yang mengistimewakan negara Berkembang dan guna memungkinkan mereka memperoleh
keuntungan dari penurunan tarif yang disepakati oleh negara industri tanpa timbal balik (hal ini
dibahas pada Bab 11).

Kesuksesan lebih besar dalam penurunan tarif tidak tercapai sebelum 1962 karena kesepakatan tarif
berlangsung dengan dasar produk demi produk dan karena pada 1950-an, Kongres Amerika Serikat
mengambil sarana proteksionisme sei ius guna memperbarui Trade Agreement Act secara berkala.
Sarana proteksionisme tersebut meliputi hal-hal berikut.
1. Pokok ketentuan risiko, yang menghalangi presiden dari kesepakatan penurunan tarif tertentu yang akan
menimbulkan kerusakan serius bagi industri dalam negeri.

2. Ketentuan lepas, yang memungkinkan industri dalam negeri yang mengalami kerugian akibat impor untuk
mengajukan permohonan di international Trade Commission ( U S. Tariff Commission hingga 1975), yang
kemudian dapat menganjurkan presiden untuk mencabut penurunan tarif yang disepakati. Kenaikan kontribusi
impor di suatu industri sudah cukup untuk “membuktikan” kerugian.

3. Ketentuan jaminan nasional, yang menghalangi penurunan tarif ( bahkan jika sudah disepakati) ketika
penurunan tersebut melukai industri yang penting bagi ketahanan negara.

Karena penurunan tariftentunya merugikan beberapa industri ( industri yang memiliki keunggulan komparatif
negara), hambatan perdagangan tersebut, terutama ketentuan lepas, menunjukkan halangan yang serius bagi
penurunan tarif yang lebih besar.
9.6C Trade Expansion Act Tahun
1962 dan Putaran Kennedy
Hal ini semata-mata untuk menghadapi situasi baru yang diciptakan oleh pembentukan Uni Eropa, atau
Common Market, yang mana Trade Expansion Act 1962 disahkan oleh Kongres untuk mengganti
Trade Agreements Act.

Trade Expansion Act 1962 memberi wewenang kepada presiden untuk menyepakati penurunan tarif
lintas batas hingga 50 persen dari tingkatan 1962 (dan menghapuskan bea cukai seutuhnya yang
besarnya 5 persen atau kurang pada 1962). Undang-undang ini menggantikan pendekatan produk demi
produk dari Trade Agreements Act. Sebagai tambahan, undang-undang 1962 menyediakan Trade
Adjustment Assistance (TAA) bagi pekerja terlantar dan perusahaan yang merugi akibat penurunan
tarif.
Undang-undang ini menggantikan ajaran tanpa rugi dan menggunakan bentuk latihan dan pemindahan bantuan
bagi pekerja terlantar beserta keringanan pajak. pinjaman berbiaya rendah, dan bantuan teknis bagi perusahaan
yang merugi.

Prinsip dari bantuan pemulihan merupakan aspek yang paling penting dari Trade Expansion Act di tahun 1962
karena masyarakat luas (yang merupakan penerima manfaat dari ekspansi dagang akibat penurunan tarif)
diminta untuk menghasilkan. atau setidaknya menanggung beban pemulihan. Akan tetapi, hingga di awal 1970-
an, ketika kriteria bantuan dilonggarkan, beberapa pekerja atau perusahaan akan layak untuk bantuan
pemulihan. Pada 1980, tahun puncak program bantuan dagang, lebih dari setengah juta pekerja menerima sekitar
$1.6 miliar sebagai bantuan. Semenjak itu, program tersebut telah menyusut besar-besaran, hanya dengan sekitar
30.000 hingga 40.000 pekerja yang menerima total sejumlah $200 juta hingga $400 juta sebagai bantuan tiap
tahun. Jumlah bantuan yang disediakan secara besar-besaran diperbesar menjadi $2 miliar per tahun melalui
Trade Adjustment Reform Act 2002.
Menurut wewenang Trade Expansion Act tahun 1962, Amerika Serikat memprakarsai. menurut
bantuan GATT, kesepakatan dagang multilateral berjangkauan luas. Kesepakatan tersebut dikenal
dengan Putaran Kennedy. Kesepakatan dalam Putaran Kennedy berakhir pada 1967 dan berakibat pada
persetujuan untuk memotong tingkatan tarif rata-rata terhadap produk industri dengan total 35 persen
dari tingkatan 1962, yang berlangsung selama periode lima tahun. Di akhir 1972, ketika persetujuan
tersebut diterapkan seutuhnya. tingkatan tarif rata-rata produk industri sebesar kurang dari 10 persen di
negara industri. Akan tetapi, masih terdapat berbagai hambatan perdagangan yang serius, terutama di
bidang pertanian.
9.6D Trade Reform Act I974 dan
Putaran Tokyo
Trade Expansion Act 1962 digantikan pada I974 oleh Trade Reform Act. Undang undang ini memberi wewenang kepada
presiden untuk (1)menyepakati penurunan tarif hingga mencapai 60 persen dan menghapuskan tarif sebesar 5 persen atau
kurang dan (2) menyepakati penurunan hambatan perdagangan nontarif. Undang undang tersebut juga meliberalisasi
kriteria bantuan pemulihan.

Menurut wewenang Trade Reform Act I974. Amenka berikat turut serta dalam kesepakatan tarif multilateral yang dikenal
dengan Putaran Tokyo (sebenarnya berlangsung di Jenewa, kecuali pertemuan pembukanya yang digelar di Tokyo). yang
berakhir pada I979. Penurunan tani yang disepakati berlangsung selama periode delapan tahun, dimulai pada 1980.
dengan rata-rata 31 persen di Amerika Serikat, 27 persen di Uni Eropa, dan 28 persen di Jepang. Tata cara bagi negara
dalam menerapkan hambatan perdagangan nontarif juga ditentukan demi mengurangi pengaruh yang membatasi hambatan
nontarif tersebut. Tatanan ini meliputi (1) persetujuan akan tata usaha pemerintah, (2) keseragaman penerapan bea cukai
pada kasus penyeimbangan dan anti dumping,dan (3) “sistem preferenst umum” bagi ekspor manufaktur,semimanufaktur,
dan lain-lain di negara berkembang. (Bagaimanapun,tekstil, sepatu. barang elektronik, baja, dan berbagai produk lain yang
sangat penting bagi negara berkembang tidak termasuk. )
Total keuntungan statis dari liberalisasi perdagangan berdandan Putaran Tokyo terhitung sebesar $1.7
miliar tiap tahun. Dengan keuntungan dinamis yang timbul akibat skala ekonomi dan efisiensi seluruh
putaran yang semakin besar beserta Informasinya. nilanya mungkin bertambah sebesar $8 miliar per
tahun. Nilai tersebut. bagaimanapun. hanyalah 'angka' kasar Meskipun Amerika Sertkat secara
keseluruhan mendapat untung dari penurunan tarif yang disepakati menurut Putaran Tokyo, tenaga
kerja (faktor yang relatif langka di Amerika Serikat) dan industri dengan kontribusi yang relatif lebih
besar di usaha kecil (yang sangat dilindungi di Amerika Serikat) terkadang merugi.
9.6E Trade Act 1984 dan 1988
Trade Reform Act tahun 1974 diikuti oleh Trade and Tariff 1984. Hukum tersebut memiliki tiga putusan
utama, yaitu (1) Hukum tersebut memberi wewenang pada presiden) untuk menyepakati perjanjian
internasional guna perlindungan hak milik intelektual dan untuk menurunkan hambatan perdagangan
dalam bentuk jasa. produk benrteknologi tinggi, dan investasi langsung (2) Hukum tersebut menjabarkan
Preferensi Sistem Umum (Generalized System of Preferences-GSP). yang memberikan akses yang lebih
disukai bagi negara berkembang ke Amerika Serikat (lihat Bagian 11.6C) hingga Juli 1993. tetapi dengan
“pelepasan” atau penghapusan akses yang lebih disukai untuk ekspor yang terdepan di negara
berkembang, misalnya Korea dan Taiwan. (3) Hukum tersebut memberi wewenang bagi kesepakatan yang
mendorong perjanjian perdagangan bebas dengan Israel. Kesepakatan tersebut berdasarkan putusan dari
undang-undang ini yang dihimbau oleh Amerika Serikat demi kesepakatan dagang multilateral baru
(Putaran Uruguay) yang dimulai pada 1986 (lihat Bagian 9.7A).
Omnibus Trade and Competitiveness 1988 mencakup putusan Super 301, yang (1) memmta U.S.
Special Trade Representative (USTR) untuk menunjuk negara prioritas yang menegakkan hambatan
perdagangan yang besar dan dapat merembes. (2) menetapkan jadwal ketat keteguhan yang digelar untuk
menghapuskan hambatan tersebut, dan (3) memerlukan pembalasan dengan mengekang impor dari negara
tersebut jika kesepakatannya tidak berbau Pada Mei 1989,Amerika Serikat menyebut Jepang, Brasil, dan
India sebagai pedagang yang paling curang Jepang & akibat penolakan pemerintahnya dalam membeli
satelit Amerika Serikat dan komputer serta melarang produk hutan pabrikan Amerika Serikat. Brasil
disebut akibat prasyarat lisensi yang ia bebankan untuk seluruh impor pada umumnya. serta India akibat
pembatasan investasi asing dan kekangan terhadap perusahaan asuransi asing, Menurut putusan Super 301
dari Trade Act 1988, negara tersebut menghadapi tarif sebesar 100 persen untuk ekspor yang terpilih ke
Amerika Serikat jika mereka tidak melonggarkan hambatan perdagangannya.
GAMBAR 9.3. Tingkatan Tarif Rata-Rata Amerika
Serikat terhadap Impor yang Terkena Bea Cukai,
1990-2005
9.7 Putaran Uruguay,Masalah
Perdagangan Serius,dan Putaran Doha
Pada Decmber 1993, Putaran Uruguay mengenai kesepakatan perdagangan multilateral telah
selesai,tetapi berbagai masalah perdagangan musuh tersisa Pada bagian ini, mula-mula meninjau
kembali keputusan dari Putaran Uruguay dan kemudian membahu masalah besar perdagang yang
dihadapi dunia saat ini, yang diperbincangkan saat Putaran Doha.
9.7A Putaran Uruguay
Pada Desember 1993. Putaran Uruguay, putaran kedelapan dan yang paling ambisius mengenai
kesepakatan dagang multilateral sepanjang sejarah ketika 123 negara turut serta, selesai setelah tujuh
tahun kesepakatan yang berliku. Putaran tersebut telah dimulai di Punta del Este, Uruguay, pada
September 1986 dan telah dijadwalkan akan selesai pada Desember 1990, tetapi perselisihan antara
Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE), terutama Prancis, dalam menurunkan subsidi pertanian telah
menunda kesimpulannya selama tiga tahun. Tujuan dari Putaran Uruguay adalah menetapkan aturan untuk
memeriksa perkembangan proteksionisme baru dan membalikkan trennya; membawa jasa, pertanian, dan
investasi asing ke dalam kesepakatan; menyepakati aturan internasional mengenai perlindungan hak milik
intelektual; dan memperbaiki mekanisme penyelesaian sengketa dengan memastikan keputusan yang
lebih tepat waktu dan pemenuhan aturan GATT. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Amerika Serikat
dan banyak negara lainnya pada 15 April 1994, dan membawa pengaruhnya pada 1 Juli 1995.
Putusan utama dari perjanjian tersebut adalah:

1. Tarif Tarif terhadap produk industri diturunkan dari rata-rata sebesar 4,7 persen menjadi 3 persen,dan kontribusi barang
dengan tarif nol meningkat dari 20-22 persen menjadi 40-45 persen; tarif yang dihapuskan seluruhnya meliputi obat-obatan, alat
konstruksi, alat medis, produk kertas, dan baja.

2. Kuota, Negara menggantikan kuota terhadap impor pertanian beserta impor tekstil dan pakaian (menurut Perjanjian Multifiber)
dengan tarif yang sedikit ketat di akhir 1999 untuk pertanian dan di akhir 2004 untuk tekstil dan pakaian, tarif terhadap produk
pertanian diturunkan sebesar 24 persen di negara berkembang dan sebesar 36 persen di negara industri dan tarif terhadap tekstil
dipotong sebesar 25 persen.

3. Antidumping, Perjanjian yang diadakan demi tindakan yang lebih keras dan lebih cepat untuk menyelesaikan sengketa akibat
penggunaan hukum antidumping, tetapi perjanjian itu tidak melarang penggunaannya.

4. Subsidi, Volume ekspor pertanian yang disubsidi diturunkan sebesar 2 persen selama periode enam tahun subsidi pemerintah
untuk penelitian industri dibatasi hingga 50 persen dari biaya penelitian yang digunakan.
5. Perlindungan. Negara sementara dapat menaikkan tarif atau hambatan lainnya terhadap sentakan impor yang membahayakan
industri dalam negeri, tetapi perjanjian itu menghalangi negara menggunakan patokan kesehatan dan keamanan kecuali berdasarkan
bukti ilmiah dan tidak dengan mudah membatasi perdagangan. Sebagai contoh, negara hanya dapat menolak impor daging sapi dari
ternak yang dibesarkan melalui hormon pertumbuhan dengan menunjukkan bahwa daging sapi yang dihasilkan tidaklah aman bagi
konsumsi manusia.

6. Hak milik intelektual. Perjanjian diadakan untuk melindungi paten, merek dagang, dan hak cipta 20 tahun, tetapi perjanjian itu
memperbolehkan kelangsungan periode 10 tahun bagi perlindungan paten obat-obatan di negara berkembang

7. jasa. Amerika Serikat gagal mengamankan akses bank dan perusahaan sekuritasnya ke pasar Jepang, Korea, dan berbagai negara
berkembang, dan tidak berhasil meminta Prancis dan Uni Eropa menaikkan pembatasan akan tayangan film Amerika dan acara
televisi di Eropa.

8. Putusan industri lainnya. Amerika Serikat dan Eropa sepakat untuk terus berdebat mengenal kelanjutan pembatasan subsidi
pemerintah bagi pembuat pesawat sipil, pembukaan pasar telepon berjarak, dan pembatasan subsidi Eropa bagi pembuat baja;
Amerika Serikat juga menyatakan bahwa ia bermaksud melanjutkan kesepakatan lanjutan mengenai pasar cip komputer Jepang.
9. Tindakan investasi yang terkait dengan perdagangan, perjanjian itu menghapuskan prasyarat investor asing (misalnya,
pembuat mobil) dalam membeli pasokan secara lokal atau ekspor sebanyak yang mereka impor.

10. Organisasi Perdagangan Dunia, Perjanjian itu juga menyerukan penggantian sekretariat General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT) dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization-WTO) di Jenewa dengan wewenang yang
tidak hanya pada perdagangan produk industri tetapi juga pada barang dan jasa pertanian. Sengketa dagang juga dapat
diselesaikan melalui suara sejumlah dua pertiga atau tiga perempat negara daripada menurut GATT dengan suara bulat (yang
berarti bahwa negara yang bersalah dapat menghalangi tindakan apa pun yang menyerangnya).

Meskipun akhir dari Putaran Uruguay telah terjadi dengan pencapaian besar, hanya beberapa tujuannya saja yang terpenuhi dan
berbagai masalah perdagangan masih tersisa (lihat bagian berikutnya). Diperkirakan bahwa penerapan Putaran Uruguay pada
2005 meningkatkan kesejahteraan dunia sebesar $73 miliar, yang mana $58,3 miliar dari keuntungan tersebut jatuh ke negara
maju dan 19,2 miliar ke negara berkembang (lihat Studi Kasus 9-9). Kejatuhan Putaran Uruguay, bagaimanapun, menjadi
malapetaka secara psikologis dan dapat memicu perkembangan hambatan perdagangan tanpa batas serta perang dagang yang
bersifat merusak.
Selama 1996 dan 1997, perjanjian multilateral untuk membuka perdagangan telekomunikasi, jasa
keuangan, dan teknologi informasi (yang tidak tercapai saat Putaran Uruguay) disimpulkan. Selama
ini, perjanjian tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih besar terhadap volume perdagangan
dibandingkan seluruh pakta Putaran Uruguay. Pada 1999, Uni Eropa mencapai perjanjian perdagangan
bebas dengan Meksiko (yang menjadi efektif pada Juli 2000) untuk mengakhiri selu ruh tarif
perdagangan bilateralnya pada 2007. Pada Desember 2001, Cina diakui sebagai anggota WTO ke-l44
dan di awal 2006, total keanggotaanya berjumlah 150.
Pada Agustus 2002, Kongres _memberikan presiden wewenang dukungan dagang (trade promotion
authority), yang disebut dengan “Jalur cepat (fast track)”, untuk menyepakati perjanjian dagang yang
memungkinkan tidak adanya amandemen, tetapi hanya melalui suara naik turun oleh Kongres guna
mengesahkan atau menolak perjanjian tersebut. Tujuan dari undang-undang ini adalah untuk meyakinkan
pemerintah asing yang akan ditindak Kongres dengan cepat mengenai perjanjian apa pun yang mereka
sepakati dengan pemerintah Amerika Serikat. Perundang-undangan juga memerlukan presiden untuk
mempertimbangkan perlindungan lingkungan, hak pekerja, dan hukum antidumping di dalam
kesepakatannya, dan perundang-undangan menyediakan hingga $1.2 miliar setahun pada asuransi kesehatan
dan keuntungan lain bagi pekerja yang kehilangan pekerjaannya, dan menambahkan petani beserta peternak
ke dalam daftar yang layak. Wewenang dukungan dagang diberikan bagi lima presiden sebelumnya tetapi
telah berakhir pada 1994, dan mantan Presiden Clinton tidak mampu memenangkan perpanjangannya.
Di antara 2001 dan 2005, Amerika Serikat mencapai persetujuan perdagangan bebas (FTA) dengan
Australia, Bahrain, Cile, Yordania, Maroko, dan Singapura, serta menandatangani CAFTA (Perjanjian
Perdagangan Bebas Amerika Tengah dengan Kosta Rika, El Salvador, Guatemala, Honduras,
Nikaragua, dan Santo Domingo). Pada 2006, Amerika Serikat sedang menyepakati FTA serupa dengan
Korea Selatan, Thailand, Mesir, Swiss, Peru. dan Oman (FTA dibahas pada Bab 10). Studi Kasus 9-10
memberikan rangkuman dari delapan putaran kesepakatan dagang multilateral yang diselenggarakan
menurut bantuan GATT sejak 1947, beserta Putaran Doha baru (kesembilan) yang didukung oleh
WTO, yang diumumkan pada November 2001 di Doha, ibukota negara Qatar, tetapi semuanya gagal
pada Juli 2006 akibat perselisihan subsidi pertanian.
9.7B Masalah Besar Perdagangan
dan Putaran Doha
Di samping keuntungan besar yang berasal dari kesuksesan akhir Putaran Uruguay, berbagai masalah dagang yang serius masih tersisa.
Salah satu masalahnya adalah perselisihan dagang serius antara Amerika Serikat dan Uni Eropa mengenai perubahan pajak yang
disediakan Amerika Serikat bagi perusahaannya berupa pendapatan yang diperoleh dari ekspor, subsidi yang diberikan Uni Eropa bagi
pembuatan pesawat Airbus super besar, dan larangan Uni Eropa terhadap ekspor Amerika Serikat berupa daging sapi yang dibesarkan
dengan hormon dan makanan yang diubah secara genetis (bioteknologi). Pada musim gugur 2005. Amerika Serikat dan Uni Eropa juga
sangat membatasi ekspor Cina yang tumbuh cepat berupa kain rajutan dan produk tekstil lainnya. Pada Mare! 2001. Amerika Serikat
juga mengenakan tarif impor 30 persen terhadap beberapa produk baja yang dimpor dari Uni Eropa. lepang. dan negara lainnya. letapi
menghapuskannya pada Dcsember 2003 ketika Eropa memberi ancaman sanksi pembalasan berat WTO.

Masalah kedua adalah bahwa subsidi dan tarif pada produk pertanian masih sangat tinggi; tindakan antidumping dan perlindungan
masih mungkin dan sering disalahgunakan. dan juga potensi mengenai sengketa dagang yang serius masih tersisa. Masalah dagang
ketiga adalah kecenderungan bahwa dunia akan pecah menjadi tiga blok perdagangan besar: Uni Eropa (UE), Area Perdagangan Bebas
Amerika Utara (North America Free Trade Area-NAFTA), dan ( jarang disebutkan) blok Asia. (Blok perdagangan dibahas secara rinci di
Bab 11.) Meskipun blok dagang tersebut dapat dianggap sebagai blok pembangun sistem perdagangan yang lebih bebas, mereka juga
dapat menjadi blok sandungan dan menyebabkan lebih banyak transaksi bilateral, proteksionisme, dan konflik dagang antarblok.
Masalah keempat adalah pengerahan dari beberapa negara maju, misalnya Amerika Serikat dan
Prancis, mengenai kemapanan tenaga kerja dan standar lingkungan. Hal ini dimaksudkan demi
memastikan “mengatur kondisi kerja” antara negara maju dengan negara berkembang serta
menghindari "dumping sosial” oleh negara berkembang (yakni, negara berkembang bersaing secara
tidak adil dengan mengabaikan hak asasi pekerjanya beserta upah yang layak dan kondisi kerjanya).
Bahayanya adalah pergerakan memapankan tenaga kerja dan standar lingkungan tersebut dapat dengan
mudah ditangkap oleh kekuatan proteksionisme. Standar lingkungan yang sama dibenarkan (lihat
Bagian 6.6C). Kebijakan persaingan yang terkait dengan perdagangan (misalnya, subsidi dan
peraturan) beserta tindakan investasi yang terkait dengan perdagangan (TRIM) juga perlu ditangani
dengan lebih memadai dibandingkan ketika di Putaran Uruguay. _
Suatu usaha diusung demi meluncurkan “Putaran Milenium” berupa kesepakatan dagang di Konferensi
Perdagangan WTO yang digelar di Seattle pada Desember 1999. Usaha tersebut gagal karena (1)
negara berkembang bersikeras menentang meletakkan standar lingkungan dan tenaga kerja pada
agenda di putaran baru; (2) Uni Eropa dan Jepang menolak keinginan Amerika Serikat untuk
meletakkan agenda liberalisasi perdagangan terhadap produk pertanian; dan (3) Amerika Serikat
menolak membahas persaingan dan kebijakan investasi yang diinginkan Uni Eropa. Semua ini terjadi
dalam menghadapi demonstrasi besar yang diusung oleh gerakan antiglobalisasi yang kuat, yang
menyalahkan globalisasi atas persoalan manusia dan lingkungan di seluruh dunia dan karena
mengorbankan manusia dan lingkungan hidup demi keuntungan perusahaan multinasional.
Seperti yang tertera di Bagian 1.7, globalisasi itu penting dan tak dapat dihindari-penting karena globalisasi meningkatkan efisiensi dan tidak
dapat dihindari karena persaingan internasional membutuhkannya. Bank Dunia telah menyatakan bahwa globalisasi telah menguntungkan
banyak negara dan globalisasi telah mengurangi jumlah orang yang sangat miskin di dunia selama dua dekade terakhir, terutama di Cina dan
lndia. Akan tetapi, beberapa negara termiskin, terutama di Afrika Sub Sahara dan Amerika Tengah, telah mengalami kemunduran dalam
menghadapi kekeringan. kelaparan, kerusuhan dari dalam, perang. dan aids. Di negara tersebut, globalisasi tidak begitu banyak membantu,
bahkan menimbulkan perasaan putus asa dan tanpa pengharapan bagi orangorang di negara tersebut. Tantangan di abad ke-21 adalah bagaimana
globalisasi mampu membantu manusia di manapun berada, menurunkan kesenjangan internasional, dan melindungi lingkungan bagi generasi di
masa datang. Pada November 2001, Putaran Doha diselenggarakan di Doha. Qatar. Agenda tersebut melipvti (1)liberalisasi produksi dan
perdagangan lebih lanjut di bidang pertanian, produk industri. dan jasa. _ dan (2) pengetatanaturan lebih lanjut untuk tindakan antidumping dan
perlindungan, serta kebijakan investasi dan persaingan (Studi Kasus 9-11 memberikan perkiraan mengenai manfaat kesejahteraan bagi negara
maju dan berkembang dari kemungkinan skenario Doha). Sejak awal, negara berkembang rentan melakukan kelonggaran karena mereka
meraSa bahwa Putaran Uruguay gagal memberikan hasil yang baik mengenai apa yang dijanjikan dan menyerukan Putaran Doha menjalankan
“putaran pembangunan” yang nyata. Putaran Doha diperkirakan selesai di akhir 2004, tetapi gagal pada bulan 2006 setelah lima tahun
kesepakatan seluruh Putaran akibat perselisihan mengenai subsidi pertanian antara negara maju dengan negara berkembang serta di antara
negara berkembang itu sendiri. Meskipun terdapat perbincangan untuk melanjutkan kesepakatan tersebut, sekarang (pertengahan Juli 2006)
terlihat tidaklah mungkin Putaran tersebut akan berakhir sukses.
A9.1 Kartel Terpusat
Pada Gambar 9.4, Dx merupakan kurva permintaan dunia untuk ekspor komoditas X, dan MRx
merupakan kurva penerimaan marjinal yang sesuai. Perhatikan bahwa kurva MRI berada dn
tengahtengah antara sumbu tegak dan Dx Sx merupakan kurva penawaran kartel untuk ekspor
komoditas X. Sx merupakan penjumlahan mendatar dari kurva marjinal seluruh anggota kartel ( ∑MC
Qx) Menurut persaingan sempurna, ekuilibrium internasional berada di titik E, di mana 400X
diperdagangkan pada Px = $3.
Kartel internasional eksportir komoditas X yang bertindak sebagai monopolis (atau kartel terpusat) akan
memaksimalkan total keuntungan dengan membatasi ekspor menjadi 300X (diperoleh dari perpotongan
kurva Sx atau ∑MCx dengan kurva MRx di titik F) dan pembebanan Px = $3,50 (diperoleh dari titik G
pada Dx). Kenaikan total keuntungan eksportir komoditas X sebagai satu kelompok (yakni, kartel)
diperoleh dari area yang diarsir di dalam gambar. Alasan bagi kenaikan ini adalah bahwa dengan
membatasi total ekspor komoditas X menjadi 300x, kartel internasional menghapuskan seluruh ekspor di
mana MCx melebihi MRx sehingga total keuntungannya lebih tinggi dengan menjumlahkan selisihnya.

Soal Dimulai dengan Dx dan Sx pada Gambar 9.4, buatlah gambar yang menunjukkan hasil monopoli
jika hanya terdapat dua eksportir komoditas X yang sama persis dan mereka sepakat untuk membagi
pasarnya dengan adil. Ini adalah kartel pembagian pasar.
GAMBAR 9.4. Maksimalisasi Total
Keuntungan Kartel Internasional
A9.2 Diskriminasi Harga
Internasional
Dumping terus-menerus, atau diskriminasi harga internasional, tertera pada Gambar 9.5. Di dalam
gambar. penjumlahan mendatar dari kurva penerimaan marjinal di pasar dalam negeri (MRd,) dan
kurva penerimaan marjinal di pasar luar negeri (MKf) disebut ∑MR. Titik E, di mana kurva MC
memotong kurva ∑MR dari bawah. menunjukkan bahwa monopolis dalam negeri sebaiknya menjual
total sebanyak 300X untuk memaksimalkan total keuntungannya. Distribusi penjualan dari 300X
tersebut di antara pasar asing dan dalam negeri ditunjukkan oleh titik di mana sumbu mendatar dari
titik E memotong MRf dan MRd, berturut-turut. Lalu, monopolis dalam negeri seharusnya menjual
2OOX di pasar asing pada Px= $3, dan 100x di pasar dalam negeri pada Px =$4 PX lebih tinggi di
pasar dalam negeri (yang terisolasi oleh biaya transportasi dan hambatan perdagangan) dibandingkan
di pasar asing (di mana monopolis dalam negeri menghadapi persaingan asing).
Prinsip umum untuk memaksimalkan total keuntungan adalah bahwa MRd = MRf jika MRd ≠ MRf
total keuntungan dapat ditingkatkan dengan memindahkan penjualan dari pasar dengan MR yang lebih
rendah kc pasar dengan MR yang lebih tinggi hingga MR di kedua pasar sama. Pf < Pd karena Df lebih
elastis daripada Dd di kisaran yang relevan. Df lebih elastis dibandingkan Dd karena ketersediaan
substitusi terdekat di pasar internasional.

Soal jika nilai mutlak elastisitas harga dari permintaan di pasar dalam negeri (Ed) adalah 2 dan Ef di
pasar asing adalah 3 serta ∑MR = MC = $10, hitunglah pada harga berapa monopolis dalam negeri
menerapkan diskriminasi harga internasional yang harus dijual di pasar dalam negeri (Pd) dan di pasar
asing (Pf) untuk memaksimalkan total keuntungan. (Petunjuk: gunakan rumus MR = P(1-1/e) dari teori
mikroekonomi)
GAMBAR 9.5. Diskriminasi Harga
InternasionaI.
A9.3 Tarif, Subsidi, dan Tujuan
dalam Negeri
Di bagian ini, kita menunjukkan secara grafis bahwa subsidi lebih baik dibandingkan tarif untuk mencapai tujuan yang
murni dalam negeri. Gambar 9.6 (kelanjutan dari Gambar 8.5) menunjukkan bahwa dengan perdagangan bebas,
negara berproduksi di titik B (40X dan 120Y) dan mengonsumsi di titik E (100X dan 60Y) pada kurva indiferen III
dengan Px/Py = Pw = 1. jika saat ini negara tersebut ingin memproduksi 65X (titik F pada gambar), negara tersebut
dapat melakukannya dengan mengenakan tarifimpor 100 persen pada komoditas X atau memberikan subsidi 100
persen pada produsen komoditas X di dalam negeri. Dengan membebankan tarif 100 persen pada impor komoditas X
(sehingga Px/Py = Pf = 2), negara tersebut akan berproduksi di titik F (65X, seperti yang diperlukan, dan 85Y) dan
melakukan konsumsi di titik H’ pada kurva indiferen ll” (jika pemerintah menyalurkan kembali penerimaan tarif
sebagai subsidi umum bagi konsumen). Sejauh ini, hal ini serupa dengan Gambar 8.5. Dengan subsidi 100 persen bagi
produsen komoditas X di dalam negeri, harga yang dibayarkan konsumen tetaplah Px/Py = 1 (seperti sewaktu
perdagangan bebas) dan negara itu akan mencapai kurva indiferen II” (yang lebih tinggi dibanding kurva indiferen
II”). Jadi, subsidi masih lebih baik dibandingkan tarif yang memberikan jumlah proteksi yang sama bagi produsen
dalam negeri karena subsidi, sebagai lawan dari tarif, tidak mengganggu harga yang dibayarkan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai