Persalinan Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2
jam sesudahnya, yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembai normal. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil ( masase ) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat, dan perlu dipastikan bahwa plasenta lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus dan jg tidak terjadi perdarahan lanjut. 1. Evaluasi Uterus : Kontraksi, Atonia Kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tidak kuat secara terus menerus dapat menyebabkan atonia uteri dapat terjadi perdarahan dan menyebabkan kematian ibu. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan masase agar uterus tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Apabila uterus selama 15 detik dimasase tidak berkontraksi maka dapat dinyatakan Atonia Uteri. Maka menejemen aktif kala III sangat penting yaitu injeksi oksitosin 10 UI , PTT, masase uterus segera setela plasenta lahir. B. Pemeriksaan cervix , Vagina dan Perineum Berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi (adanya robekan )yang dapat diketahui dari adanya perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap serta adanya kontraksi uterus. Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam waktu 5 sampai 10 menit setelah kelahiran bayi atau akhir kala II. C. Pemantauan dan Evaluasi lanjut 1. Tanda Vital Pemantauan tanda vital pada persalinan kala IV antara lain : a. kontraksi uterus harus baik b. tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya. c. plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap. d. kandung kencing harus kosong e. Luka – luka pada perineum harus terawat baik dan tidak terjadi hematoma. f. Bayi dalam keadaan baik g. Ibu dalam keadaan baik Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan untuk memastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah. Adapun gejala syok antara lain :nadi cepat, lemah ( 110 x/ menit atau lebih ), tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat, berkeringat atau dingin, kulit lembab, nafas cepat, ( lebih dari 30 x/ mnt ) cemas kesedaran menurunatau tidak sadar serta produksi urine. 2. Kontraksi Uterus pemantauan kontraksi sangatlah penting dalam asuhan persalinan kala IV, perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil. Setelah kelahiran plasenta tinggi fundus uteri 1 – 2 jari dibawah pusat dan akhirnya hilang dihari ke 10 persalinan. 3. Lochea melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar 1000 gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50 gr pada saat 3 minggu masa nifas. Servik jg kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran sekret rahim ( lochia) tampak merah ( lochia rubra ) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lochia tampak lebih pucat (lochia serosa), dan dihari ke 10 lochia tampak putih atau putih kekuningan ( lochia alba), lochia yang berbau busuk diduga adanya Endometriosis. 4. Kandung Kemih setelah plasenta keluar kandung kencing harus kosong agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan yang berakibat fatal bagi ibu. Kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah melahirkan bayinya, jika ibu tidak dapat berkemih bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat ke periniumnya atau masukkan jari- jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang untuk berkemih secara spontan. kalau tidak berhasil maka lakukan cateterisasi ( nelaton cateter ) DTT, selesei cateterisasi segera masase uterus agar segera berkontraksi. 5. Perineum : Robekan bgm betuk luka, derajat berapa, perdarahan aktif ada atau tidak, dilakukan pejahitan secara delujur dan penyuluhan perawatan perineum dg jahitan.