Anda di halaman 1dari 87

KIMIA MEDISINAL

Definisi, Ruang Lingkup dan


Sejarah Kimia Medisinal
Batasan Kimia Medisinal
Menurut (Burger, 1970)
 Ilmu pengetahuan yang merupakan cabang dari
ilmu kimia dan biologi, yang digunakan untuk
memahami dan menjelaskan mekanisme kerja
obat
 Sebagai dasarnya adalah mencoba menetapkan
hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis
obat, serta menghubungkan perilaku biodinamik
melalui sifat-sifat fisik dan reaktifitas senyawa
kimia.
Batasan Kimia Medisinal
Menurut (IUPAC, 1974)
Ilmu pengetahuan yang mempelajari  penemuan,
pengembangan, identifikasi dan interpretasi
cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada
tingkat molekul.
Batasan Kimia Medisinal
Menurut Taylor dan Kennewell (1981)
Studi kimiawi senyawa atau obat yang dapat
memberikan efek menguntungkan dalam
sistem kehidupan dan melibatkan studi
hubungan struktur kimia senyawa dengan
aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja
senyawa pada sistem biologis, dalam usaha
mendapatkan efek pengobatan yang maksimal
dan memperkecil efek samping yang tidak
menguntungkan.
Ruang Lingkup Kimia Medisinal
1. Isolasi & Identifikasi senyawa aktif dalam tanaman yang
secara empirik telah digunakan untuk pengobatan
2. Sintesis struktur analog dari bentuk dasar senyawa yng
mempunyai aktivitas pengobatan yang potensial
3. Mencari struktur induk baru dengan cara sintesis
senyawa organik, dengan atau tanpa berhubungan
dengan zat aktif alamiah
4. Menghubungkan struktur kimia dengan cara kerja obat
5. Mengembangkan rancangan obat
6. Mengembangkan hubungan struktur dan aktivitas
biologis melalui sifat kimia fisika dengan bantuan
statistik
Kimia Medisinal (Medicinal Chemistry) disebut
pula Kimia Farmasi (Pharmaceutical
Chemistry), Farmakokimia (Farmacochemie,
Pharmacochemistry) dan kimia terapi (Chimie
Therapeutique).
Sejarah Kimia Medisinal
•Kimia medisinal sudah dipraktekkan sejak beribu tahun
yang lalu
•Manusia selalu berusaha mencari pengobatan saat sakit
dengan memanfaatkan berbagai tanaman : herba, buah, akar,
kulit
•Berbagai catatan menunjukkan efek terapi berbagai tanaman
ditemukan di : Cina, India, Amerika Selatan, dan sekitar
Lautan Tengah (Mediterania)
Sejarah Kimia Medisinal
• Dua obat pertama ditemukan ~ 5100 tahun yang lalu dalam
buku tentang tanaman : Pen Ts’ao yang ditulis raja Cina Shen
Nung :
1.Ch’ang Shan (Dichroa febrifuga), akarnya mengandung
alkaloid; saat ini digunakan untuk terapi malaria dan demam
2.Ma Huang (Ephedra sinica)- mengandung ephedrine;
digunakan untuk stimulan jantung, pereda batuk dan asma.
Sekarang digunakan para atlit karena secara cepat mengubah
lemak menjadi energi dan meningkatkan kekuatan serabut
otot.
Sejarah Kimia Medisinal
Opium
•Abad III SM : Theophrastus menyebutkan penggunaannya
sebagai analgesik
•Abad X : Rhazes (Persia) menggunakan pil opium untuk terapi
batuk, gangguan mental, dan nyeri.
• Mengandung : morfin (analgetik poten), codein (pereda batuk)
Daun koka
•Dikunyah oleh pembawa surat (pelari) & pencari erak suku
Inca di pegunungan Andes sebagai stimulan & efek euphoria
•Mengandung : kokain (anestesi)
Sejarah Kimia Medisinal
Akar Rauwolfia serpentina
•Digunakan oleh masyarakat Hindu kuno untuk terapi
hipertensi, insomnia.
• Mengandung reserpin (obat antihpertensi)
Colchicum autumnale
•Alexander Tralles pada abad 6 merekomendasikan untuk
mengatasi nyeri sendi.
• Digunakan Avicenna (Persia) abad 11 untuk terapi gout
•Benyamin Franklin mendengar & membawa ke Amerika
•Mengandung : colchicine (alkaloid yang saat ini digunakan
untuk terapi gout)
Sejarah Kimia Medisinal
Kulit kayu kina
•Penduduk asli Amerika Selatan menggunakan untuk demam.
•1633 Calancha berlayar ke Amerika Selatan dan membawanya
ke Eropa dan digunakan untuk terapi demam & malaria
•1820 senyawa aktif diisolasi, mengandung kuinin (obat
antimalaria)
Daun Digitalis
• 1542 Dokter Inggris menggunakan esktraknya
•1785 Ekstrak digunakan untuk gagal jantung . Diketahui
mengandung glikosida steroid, digitoxin dan digoxin.
Hubungan kimia medisinal dengan
cabang ilmu lainnya

 Art (TEKNOLOGI FARMASI)


 BIOKIMIA
 FARMAKOKINETIK
 FARMAKOLOGI KIMIA
MEDISINAL
 KIMIA ORGANIK
 BIOSEL
 ANALISIS FARMASI
Berdasarkan sumbernya obat
digolongkan menjadi tiga
1. Obat alamiah
Obat yang terdapat di alam.
- Pada tanaman, contoh: kuinin dan kolkisina
- Pada Hewan, contoh : minyak ikan dan hormon
- Pada mineral, contoh : belerang (S) dan kalium
bromida (KBr).
2.  Obat semisintetik
Obat hasil sintesis yang bahan dasarnya berasal
dari bahan obat yang terdapat di alam.
Contoh: morfin menjadi kodein dan diosgenin
menjadi progesteron.
3.  Obat sintetik murni
Obat yang bahan dasarnya tidak berkhasiat,
setelah disintesis akan didapatkan senyawa
dengan khasiat farmakologis tertentu .
Contoh: obat-obat golongan analgetik-
antipiretik, antihistamin dan diuretika.
Dari 252 obat pada daftar obat esensial yang
dikeluarkan oleh WHO (1985), sumber-
sumber obat dapat dibagi sebagai berikut :
1.     Sintesis kimia (48,9%)
2.    Semisintetik (9,5%)
3.    Mikroorganisme (6,4%)
4.    Vaksin (4,32%)
5.    Mineral (9,1%)
6.    Tumbuh-tumbuhan (11,1%)
7.    Hewan (8,7%)
8. Lain-lain (2%)
PENEMUAN
OBAT
Cara tradisional / klasik :
 Ketidaksengajaan
 Skrining acak
 Ekstraksi senyawa aktif dari bahan alam
 Modifikasi molekuler obat
 Seleksi atau sintesis obat lunak
 Pra-obat / prodrug

Cara modern :
 Rancangan obat rasional
1. Ketidak sengajaan :
 Asetanilid (antipiretik) karena kesalahan
pemberian resep untuk pasien infeksi parasit
intestinal  suhu tubuh turun.
 Fenilbutazon (antiinflamasi, analgetik, antipiretik)
ditemukan saat digunakan untuk menambah
kelarutan aminopilin.
 Penisilin (antibakteri) ditemukan pada kultur
bakteri yang terkontaminasi jamur.
 Disulfiram (terapi alkoholisme) ditemukan saat
pencarian antelmintik, sebaliknya piperazin
(antelmintik) justru ditemukan saat digunakan
untuk terapi gout.
 dsb
2. Skrining acak :
 Semua senyawa yang mungkin diuji
aktivitasnya  dengan harapan ada
aktivitas
 Metode ini tidak menguntungkan 
penemuan 1 senyawa antikonvulsan baru
setelah pengujian 500.000 senyawa
kimia.
3. Ekstraksi senyawa aktif
dari bahan alam :
 Beberapa obat yang digunakan saat ini, terutama
antibiotik, vitamin dan hormon, dihasilkan dari
pemurnian ekstrak, isolasi dan identifikasi
berdasarkan aktivitas utama.
 Bumi mempunyai ± 600.000 spesies tanaman, baru
<10% telah dipelajari aspek kimia & farmakologi.
 Keberhasilan penemuan obat baru dari bahan alam
didukung oleh : isolasi, rekayasa genetika,
manipulasi biokimia jalur biosintesis tertentu,
metode deteksi & skrining bioaktivitas.
4. Modifikasi molekuler
 Metode yang paling banyak digunakan untuk
penemuan obat baru.
 Dasar modifikasi molekuler : pemilihan senyawa
pemandu / lead compound (senyawa dengan
aktivitas biologis sudah diketahui)  diuji
senyawa lain yang mirip, homolog atau analog.
 Contoh : sulfonamida (antibakteri) 
menghasilkan antimalaria, antilepra, diuretik,
antidiabetes, antitiroid dan urikosurik.
Keuntungan metode ini :

 Kemungkinan lebih besar senyawa homolog


atau analog mempunyai aktivitas seperti
senyawa induk, dibanding yang dipilih atau
disintesa secara acak.
 Didapatkan senyawa dengan aktivitas
farmakologi tertinggi.
 Lebih ekonomis dan singkat.
 Dapat dirumuskan hubungan struktur-aktivitas.
5. Seleksi atau sintesis obat
lunak (softdrug)
 Banyak obat berkhasiat tapi terlalu toksik bila
digunakan secara klinis  dasar pemilihan
obat bukan hanya berdasarkan aktivitas tapi
keamanan.
 Obat lunak (soft drug): bahan kimia yang mempunyai
aktivitas biologis dan manfaat terapeutik, mampu
diubah secara in vivo (dimetabolisme) secara
terkontrol dan terprediksi menjadi senyawa tidak
toksis, setelah memberikan efek dalam tubuh.
Contoh softdrug :

 Sintesis analog setilpiridinium klorida (I, toksik)


menjadi II yang tidak toksik

H2
H2 H2
Cl -
C C Cl-
C C
H3 C(H2 C) 12 C N H3 C(H2 C) 12 O N
H2

(I) (II)
Rancangan Obat Rasional
 Rancangan obat terdiri dari serangkaian
program dgn tujuan penemuan senyawa kimia
baru yg berguna sbg obat, baik utk pencegahan
penyakit atau pemulihan kesehatan fisik atau
mental.
 Rancangan obat rasional berarti pencarian
obat baru secara logis dan teoritis  obat dgn
efek farmakologi sangat spesifik.
 Memerlukan kerja sama berbagai bidang ilmu :
kimia, biokimia, biologi, fisiologi, mikrobiologi,
parasitologi, imunologi & farmakologi.
Pengaruh Sifat fisika kimia
terhadap aktivitas biologis obat
Sifat-sifat fisika kimia merupakan dasar yang
sangat penting untuk menjelaskan aktivitas
biologis obat, oleh karena:
1. Sifat kimia fisika memegang peranan penting
dalam pengangkutan obat untuk mencapai
reseptor.

2. Hanya obat yang mempunyai struktur dengan


kekhasan tinggi saja yang dapat berinteraksi
dengan reseptor biologis.
Hubungan Struktur, Sifat Kimia Fisika
dengan Proses Absorpsi, Distribusi dan
Ekskresi Obat
Setelah masuk ke tubuh melalui cara tertentu (oral, parenteral,
anal, dermal, dll) obat akan mengalami proses absorpsi,
distribusi, metanolisme dan ekskresi.
Tiga Fasa yang menentukan terjadinya aktivitas biologis obat
adalah :
1.  Fasa farmasetik
Meliputi proses penganturan dosis, formulasi, bentuk sediaan,
pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif. Fasa ini
berperan dalam ketersediaan obat untuk dapat diabsorpsi ke
tubuh.
2.  Fasa Farmakokinetik
Meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi obat (ADME). Fasa ini berperan
dalam  ketersediaan obat untuk mencapai
jaringan sasaran (target) atau reseptor 
sehingga dapat menimbulkan respons biologis.

3.  Fasa Farmakodinamik


Fasa terjadinya interaksi obat-reseptor dalam
jaringan sasaran. Fasa ini berperan dalam
timbulnya respons biologis obat.
Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan
mengalami proses-proses sebagai berikut :
1.     Obat disimpan dalam depo jaringan
2.     Obat terikat oleh protein plasma, terutama albumin
3.     Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel khas
dan menimbulkan respons biologis.
4.     Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan yaitu:
a.   Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami metabolisme akan
menghasilkan senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan reseptor
dan menimbulkan respons biologis (bioaktivasi)
b.  Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar dan
tidak aktif, kemudian diekskresikan (bioinaktivasi)
c.   Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang bersifat
toksik (biotoksifikasi)
5. Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.
 Setelah masuk ke sistem peredaran darah, hanya
sebagian kecil molekul obat yang tetap utuh dan
mencapai reseptor pada jaringan sasaran. Sebagian
besar obat berubah atau terikat pada biopolimer.
Tempat dimana obat berubah atau terikat sehingga
tidak dapat mencapai reseptor disebut sisi kehilangan
(site of loss).
Contoh sisi kehilangan: protein darah, depo-depo
penyimpanan, sistem enzim yang dapat menyebabkan
perubahan metabolisme obat dari bentuk aktif
menjadi bentuk tidak aktif dan proses ekskresi obat
baik sebelum maupun sesudah proses metabolisme.
Hubungan struktur dan proses
Metabolisme Obat
PROSES METABOLISME OBAT
I. Tujuan Umum
a. Mengubah obat mjd metabolit :
- aktif (bioaktivasi)
- tidak aktif (bioinaktivasi)
- toksik (biotoksifikasi)
b. Mudah diekskresikan
II. Manfaat Metabolisme Obat
a. keamanan
b. Pengaturan dosis
c. Bahaya zat pengotor
d. Evaluasi toksisitas
 Studi metabolisme obat dibutuhkan
untuk perijinan obat baru
Contoh bioaktivasi &
bioinaktivasi
NH2
O
O in vitro : tidak aktif
H2N N N S in vivo : aktif
NH2
Protonsil rubrum

reduksi : bioaktivasi
NH2
O
O in vitro : aktif
H2N NH2 H2N S in vivo : aktif
NH2
Benzene-1,2,4-triamine Sulfanilamid

Asetilasi : bioinaktivasi

O O
O in vitro : tidak aktif
H3C C HN S in vivo : tidak aktif
NH2
Asetil sulfanilamid
Contoh bioaktivasi &
biotoksifikasi
NH2
O O
Anilin

NH CH3 NH CH3
bioaktivasi biotoksifikasi
NH2

asetaminofen
Asetanilid
(analgesik)
OH p-aminofenol

OH
Suatu obat dapat menimbulkan respons biologis
dengan melalui dua jalur, yaitu:
a.  Obat aktif setelah masuk ke peredaran darah,
langsung berinteraksi dengan reseptor dan
menimbulkan respons biologis.
b. Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah
mengalami proses metabolisme menjadi obat aktif,
berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan
respons biologis (bioaktivasi).
Metabolisme obat adalah mengubah senyawa yang
relatif non polar, menjadi senyawa yang lebih polar
sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh.
A.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Metabolisme Obat
1.     Faktor Genetik atau Keturunan
Perbedaan individu pada proses metabolisme
sejumlah obat kadang-kadang terjadi dalam
sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor genetik atau keturunan ikut berperan
terhadap adanya perbedaan kecepatan
metabolisme obat.
2.    Perbedaan Spesies dan Galur
Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang
terjadi pada spesies dan galur kemungkinan sama atau
sedikit berbeda, tetapi kadang-kadang ada perbedaan
yang cukup besar pada reaksi metabolismenya.
Pengamatan pengaruh perbedaan dilakukan terhadap
tipe reaksi metabolik atau perbedaan kualitatif dan pada
kecepatan metabolisme atau perbedaan kuantitatif.
3.    Perbedaan Jenis kelamin
Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada
pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan
metabolisme obat.
4.    Perbedaan Umur
Bayi dalam kandungan dan bayi yang baru lahir jumlah
enzim-enzim mikrosom hati yang diperlukan untuk
memetabolisme obat relatif masih sedikit sehingga
sangat peka terhadap obat.

5.    Penghambatan Enzim Metabolisme


Pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama
suatu senyawa yang menghambat kerja enzim-enzim
metabolisme dapat meningkatkan intensitas efek obat,
memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan
juga meningkatkan efek samping dan toksisitas.
6.    Induksi Enzim Metabolisme
Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat
tertentu atau proses induksi enzim mempercepat
proses metabolisme dan menurunkan kadar obat
bebas dalam plasma sehingga efek farmakologis obat
menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat.

7.    Faktor lain-lain


Diet makanan, keadaan kekurangan gizi, ganguan
keseimbangan hormon, kehamilan, pengikatan obat
oleh protein plasma, distribusi  obat dalam jaringan
dan keadaan patologis hati.
B.  Tempat Metabolisme Obat terbesar
Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada
jaringan dan organ-organ seperti hati, ginjal, paru dan
saluran cerna.
Hati adalah organ tubuh yang merupakan tempat utama
metabolisme obat oleh karena mengandung lebih banyak
enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain. Setelah
pemberian secara oral, obat diserap oleh saluran cerna, masuk
keperedaran darah dan kemudian ke hati melalui efek lintas
pertama. Aliran darah yang membawa obat atau senyawa
organik asing melewati sel-sel hati secara perlahan-lahan dan
termetabolisis menjadi senyawa yang mudah larut dalam air
kemudian diekskresikan melalui urin.
C.  Jalur Umum Metabolisme Obat dan
Senyawa Organik Asing
Reaksi metabolisme obat dan senyawa organik
asing ada dua tahap, yaitu:
1.     Reaksi fasa I atau reaksi fungsionalisme
2.    Reaksi fasa II atau reaksi konjugasi
FASE I
 Oksidasi :
 Hidroksilasi

 Dealkilasi

 Pembentukan oksida

 Desulfurisasi

 Oksidasi (alkohol dan aldehid)

 Deaminasi
Hidroksilasi aromatik
Hidroksilasi alifatik
N-, O- dealkilasi
(pembentukan oksida)
N-, Oksidasi
epoksidasi
deaminasi
O-dealkilasi, s-dealkilasi
METABOLISME FASE I
Reduksi
Perubahan struktur yang umum terjadi pada
reaksi reduksi molekul organik?
 Hilangnya O

 Masuknya H2
Azo reduksi, nitro reduksi
METABOLISME FASE I
Reaksi hidrolisis
Perubahan struktur yang khas untuk reaksi
hidrolisis?
 Pengurangan BM (bobot molekul) menjadi BM
pecahannya
 Polaritas lebih tinggi

 Penambahan gugus -OH, H+


Reaksi Fase II (Konjugasi)
 Beberapa reaksi fase II (metilasi dan asetilasi) tidak
menghasilkan metabolit polar tapi lebih untk
menghentikan aktivitas biologi.
 Reaksi konjugasi biasanya terjadi terhadap gugus
nukelofil pada obat, seperti alkohol, asam karboksilat,
amina (termasuk amina heterosiklik) dan tiol. Jika gugus
ini tidak ada pada sebuah obat, biasanya obat tsb
mengalami reaksi fase I terlebih dulu.

-OH, -COOH, -NH2, -NR2, -SH


O-glukuronidasi
asil-glukuronidasi
n-glukuronidasi
Konjugasi sulfat
Konjugasi glisin
Konjugasi asetat
TUGAS MANDIRI
Tugas berupa resume dibuat satu halaman (A4), ditulis tangan, berisi:
• Judul : nama obat
• Struktur kimia
• Bagaimana obat diperoleh (isolasi atau sintesis)
• Bagaimana reaksi metabolisme obat tersebut di dalam tubuh
• Pustaka (pustaka dari internet hanya boleh dari jurnal atau ebook, blog
atau sumber lain yang tidak resmi tidak diperkenankan)
Jangan lupa sertakan identitas (nama & NIM).

Dikumpulkan via Deliswar Adiastra, diserahkan pada saat Ujian tengah


semester
Hubungan Struktur, Sifat Kimia
Fisika dengan Proses Absorpsi
Obat
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah, dan bergantung pada cara pemberiannya.

Metode absorpsi
-  Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses
difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi
tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport pasif terjadi
selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang
membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane
seimbang.
-  Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan
konsentrasi obat tinggi
 Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya
sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai
level pengobatan dalam tubuh.
-   Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
-    Lebih lambat: oral, IM, topical kulit
-    Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained
frelease.

Faktor yang mempengaruhi absorpsi


1.      Aliran darah ke tempat absorpsi
2.      Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3.      Waktu kontak permukaan absorpsi
  Kecepatan Absorpsi
1.  Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan
saluran cerna
2.  Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan
lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
 3.  Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained
release, dll)
4.   Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat
 Proses absorpsi merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas
farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorpsi
akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.

  1.  Absorpsi Obat melalui Saluran Cerna


Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan
didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dulu harus mengalami proses
absorpsi pada saluran cerna.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses absorpsi obat pada saluran


cerna antara lain:
a. Bentuk Sediaan
Terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam
bentuk sediaan yang berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan
waktu yang berbeda-beda dan jumlah ketersediaan hayati kemungkinan
juga berlainan.
b. Sifat Kimia dan Fisika Obat
Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari
bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses
absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi,
kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi
juga mempengaruhi proses absorpsi . Absorpsi lebih
mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan
mudah larut dalam lemak.
c. Faktor Biologis
Antara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan
lambung, gerakan saluran cerna, waktu pengosongan
lambung dan waktu transit dalam usus, serta
banyaknya pembuluh darah pada tempat absorpsi.
d. Faktor Lain-lain
Antara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan
senyawa lain dan adanya penyakit tertentu.

Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat


mempengaruhi bioavaibilitas obat. Karena ada obat-obat yang
tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan
mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme
oleh enzim di dinding usus dan atau di hati pada lintasan
pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme atau
eliminasi lintas pertama
Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah ada
obat yang dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja
sama dengan penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasien
koma.
2.  Absorpsi Obat melalui Mata
Bila suatu obat diberikan secara setempat pada mata,
sebagian diabsorpsi melalui membran konjungtiva dan
sebagian lagi melalui kornea.
Kecepatan penetrasi tergantung pada derajat ionisasi dan
koefisien partisi obat. Bentuk yang tidak terionisasi dan
mudah larut dalam lemak cepat diabsorpsi oleh
membran mata.
Penetrasi obat yang bersifat asam lemah lebih cepat dalam
suasana asam karena dalam suasana tersebut bentuk
tidak terionisasinya besar sehingga mudah menembus
membran mata. Untuk obat yang bersifat basa lemah
penetrasi lebih cepat dalam suasana basa.
3.  Absorpsi Obat melalui Paru
Obat anestesi sistemik yang diberikan secara inhalasi
akan diabsorpsi melalui epitel paru dan membran
mukosa saluran napas. Karena mempunyai luas
permukaan besar maka absorpsi melalui buluh darah
paru berjalan dengan cepat.
 
Absorpsi obat melalui paru tergantung pada:
-     Kadar obat dalam alveoli
-     Koefisien partisi gas/darah
-     Ukuran partikel obat
4.  Absorpsi Obat melalui Kulit
Absorpsi obat melalui kulit sangat tergantung
pada kelarutan obat dalam lemak karena
epidermis kulit merupakan membran lemak
biologis.
Hubungan Struktur, Sifat Kimia
Fisika dengan Proses Distribusi
Obat
Setelah masuk ke peredaran sistemik, molekul obat secara
serentak didistribusikan ke seluruh jaringan dan organ
tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a.  Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan
jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung,
Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan
otot lebih lambat

b.  Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat

c.   Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat
atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja.
Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan
protein tinggi bila >80% obat terikat protein
Gambaran skematik peristiwa absorpsi, metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat
setelah berbagai rute pemberian dapat dilihat pada gambar
(Ansel, 1989)
Hubungan Struktur, Kimia
Fisika dengan Proses Ekskresi
Obat
1.  Ekskresi obat melalui Paru
Obat yang diekskresikan melalui paru terutama obat
yang digunakan secara inhalasi. Sifat fisik yang
menentukan kecepatan ekskresi obat melalui paru
adalah koefisien partisi darah/udara.
2.   Ekskresi obat melalui Ginjal
Ekskresi obat melalui Ginjal melibatkan tiga proses:
-        Penyaringan Glomerulus
-        Absorpsi Kembali secara Pasif pada Tubulus
Ginjal
3.     Ekskresi Obat melalui Empedu
Obat dengan berat molekul lebih dari 150 dan obat yang telah
dimetabolisis menjadi senyawa yang lebih polar, dapat
diekskresikan dari hati, melewati empedu menuju ke usus
dengan mekanisme pegangkutan aktif.

Anda mungkin juga menyukai