ALIRAN AIR DALAM SALURAN TERBUKA DAN TERTUTUP SERTA SALURAN EKONOMIS DAN STABIL
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi
berbagai tipe tergantung kriteria yang digunakan.
• Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan
mengikuti fungsi waktu, maka aliran dibedakan menjadi
KLASIFIKASI •
aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady)
Berdasarkan fungsi ruang, maka aliran dibedakan menjadi aliran
ALIRAN seragam (uniform) dan tidak seragam (non-uniform)
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
1. Aliran Tunak da
n Tak Tunak
Aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow) adalah kondisi dimana
komponen aliran tidak berubah terhadap waktu.
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
2. Aliran Seragam
dan Berubah
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
3. Aliran Laminer
dan Turbulen
Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan
aliran tampak seperti gerakan serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel
dan beraturan, maka alirannya disebut
aliran laminer 35%
Sebaliknya, jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur yang tidak beraturan,
baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu,
maka alirannya disebut aliran turbulen
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Angka Reynold
Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh relative antara gaya kekentalan
(viskositas) dan gaya inersia.
Jika gaya viskositas yang dominan, maka alirannya laminer.
Jika gaya inersia yang dominan, maka alirannya turbulen.
Nisbah antara gaya kekentalan dan inersia dinyatakan dalam angka Reynold (Re),
Yang didefinisikan seperti rumus berikut.
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
4. Aliran Subkritis, Kri
tis, dan Superkritis
• Aliran dikatakan Sub kritis (mengalir) apabila suatu gangguan
(misalnya batu dilemparkan ke dalam aliran sehingga menimbulkan
gelombang) yang terjadi di suatu titik pada aliran dapat menjalar ke arah
hulu. Aliran subkritis dipengaruhi oleh kondisi hilir, dan dengan kata lain
keadaan dihilir akan mempe-ngaruhi aliran di sebelah hulu.
• Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga gangguan yang terjadi 35%
tidak menjalar ke hulu maka aliran adalah superkritis. Dalam hal ini kondisi di
hulu akan mempengaruhi aliran di sebelah hilir.
• Aliran kritis merupakan tipe aliran di antara aliran subkritis dan
superkritis.
Penentuan tipe aliran dapat didasarkan pada angka Froude (Fr).
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Angka Froude
Angka Froude (Fr) dapat dinyatakan seperti pada persamaan berikut:
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Aliran Seragam
• Di dalam aliran seragam (uniform), dianggap bahwa aliran adalah mantap/permanen dan satu dimensi.
• Aliran tidak mantap yang seragam hampir tidak ada di alam. Dengan anggapan satu dimensi berarti kece-patan aliran di setiap
titik pada tampang lintang adalah sama.
• Contoh aliran seragam adalah aliran melalui saluran drainase yang sangat panjang dan tidak ada peruba- han penampang.
• Aliran di saluran drainase yang dekat dengan bangunan drainase tidak lagi seragam karena adanya pem- bendungan atau
terjunan, yang menyebabkan aliran menjadi tidak seragam (non-uniform).
• Pada umumnya aliran seragam di saluran terbuka adalah turbulen, sedangkan aliran laminer sangat jarang terjadi.
15% 35%
• Aliran seragam tidak dapat terjadi pada kecepatan aliran yang besar atau kemiringan saluran sangat besar.
• Apabila kecepatan aliran melampaui batas tertentu (kecepatan kritik), maka muka air menjadi tidak stabil dan akan terjadi
gelombang.
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Rumus Chezy
Seorang insinyur Perancis yang bernama Antoine Chezy pada tahun 1769 merumuskan kecepatan untuk
aliran seragam yang sangat terkenal dan masih banyak dipakai sampai sekarang.
Dalam penurunan rumus Chezy, digunakan beberapa asumsi berikut ini:
• Aliran adalah permanen,
• Kemiringan dasar saluran adalah kecil,
• Saluran adalah prismatik.
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser (tahanan)
pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja
pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah
aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan
aliran.
Oleh karena sudut kemiringan saluran α adalah kecil, maka kemiringan saluran
I = tg α = sin α dan persamaan di atas menjadi
Dengan, dan,
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Rumus Bazin
Beberapa ahli telah mengusulkan beberapa bentuk koefisien Chezy C dari rumus
Chezy yg sudah ada. Koefisien tersebut tergantung
pada bentuk tampang lintang, bahan dinding saluran, dan
kecepatan aliran.
• Rumus Bazin
Pada tahun 1879, H. Bazin, seorang ahli hidraulika Perancis meng-usulkan
rumus berikut ini.
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Rumus Ganguillet – Kutter
Pada tahun 1896, dua insinyur Swiss, Ganguillet dan Kutter mengusulkan rumus berikut ini:
Koefisien n yang ada pada persamaan tersebut sama dengan koefisien n pada rumus Manning. Rumus tersebut
lebih kompleks dari rumus Bazin, tetapi hasilnya tidak lebih baik dari rumus Bazin. Untuk nilai kemiringan
kecil (dibawah 0,0001) nilai 0,00155/I menjadi besar dan rumus tersebut menjadi kurang teliti.
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Rumus Manning
Seorang insinyur Irlandia bernama Robert Manning (1889)
mengusulkan rumus berikut ini.
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Rumus Strickler
Strickler mencari hubungan antara nilai koefisien n dari rumus Manning dan Ganguillet-Kutter,
sebagai fungsi dari dimensi material yang membentuk dinding saluran. Untuk dinding (dasar dan
tebing) dari material yang tidak koheren, Koefisien Strickler ks diberikan oleh rumus berikut:
dengan R adalah jari-jari hidraulis, dan d35 adalah diameter (dalam meter) yang berhubungan
dengan 35% berat dari material dengan diameter yang lebih besar. Dengan menggunakan koefisien tersebut maka
rumus kecepatan aliran menjadi:
Sumber: Bambang Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Beta Offseta. Yogyakarta. Hal 103-113
Aliran Saluran Tertutup
Jenis Aliran
• Ketentuan-ketentuan mengenai tahanan aliran bagi saluran tertutup yang penuh
adalah tidak dengan yang berlaku pada saluran terbuka
• Aliran dalam saluran terbuka digerakkan oleh gaya penggerak yang dila-kukan oleh
jumlah berat aliranyang mengalir menuruni lereng
• Pada saluran tertutup gaya penggerak tersebutdilakukan oleh gradien tekanan
• Berbeda dengan aliran air pada saluran terbuka, maka saluran tertutup hanya terdapat
satu jenis aliran yaitu aliran tunak (steady flow)
Dimana:
= Energi yang hilang karena geseran
= Panjang pipa (m)
= Garis tengah bagian dalam pipa (m)
= Koefisien Darcy-Weisbach, tanpa dimensi (= Friction Factor)
= Konstanta gravitasi pada percepatan terjun bebas (9,8 m/dt²)
Dimana:
= Kecepatan
= Kekentalan kinematik
Perbedaan:
Pers. Colebrook-White: Menggunakan iterasi untuk menghitung nilai f
Pers. Barr dan Swamee & Jain: Menghitung nilai f tanpa iterasi
• Pipa-pipa ekivalen: Pipa-pipa yang menghasilkan aliran yang sama untuk suatu head turun tertentu
• Pipa-pipa bersambung: Pipa-pipa dari beberapa ukuran yang berhubungan seri
• Pipa-pipa beruntai: Pipa-pipa yang bercabang dan kembali bertemu di arah hilirnya
• Pipa-pipa bercabang: Pipa-pipa yang bercabang dan tidak kembali bertemu di hilirnya
Menggunakan rumus Hazen-Williams:
Dimana: Q = Aliran dalam m³/dt
d = Garis tengah pipa bagian dalam (m)
S = Kemiringan gradien hidraulik
C = Koefisien kekasaran relatif Hazen-Williams
Untuk mendapatkan tinggi tekanan yang turun dapat diperoleh dengan menggunakan diagram
B. Dalam diagram B, aliran Q dinyatakan juta gallon per hari (million gallons per day) = mgd
dengan faktor konversi:
Dimana:
h = Head turun total (m)
f = Koefisien geser dalam pipa
d = Diameter dalam pipa (m)
g = Percepatan gravitasi; 9,8 m²/dt
k = Koefisien kontraksi
P minimum
02 Apabila nilai pembagi R yaitu nilai P (Keliling basah kecil) maka nilai
A dan R akan bernilai maksimum
A P R T D z
Persegiempat
Trapesium
½ lingkaran
Sumber: Kementrian PUPR Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Knstruksi (2016)
Perencanaan Saluran Yang Stabil
Saluran harus direncanakan dengan konsep saluran stabil (stable channel) yaitu
tidak terjadi erosi dan tidak terdapat endapan sedimen.
dengan:
• Kecepatan air maksimum (v) ditentukan untuk saluran tanah v = 0,7 m/dt,
pasangan batu kali v = 2 m/dt dan pasangan beton v = 3m/dt.
• Kecepatan air minimum untuk saluran drainase ditentukan antara 0,3 s/d 0,4 m/d
kecuali untuk kolam tampungan memanjang.
• Dalam hal saluran berfungsi sebagai long storage/channel storage kecepatan
lebih kecil dari 0,3 m/det dengan konsekuensi terjadi endapan di saluran tersebut.
Sumber: Kementrian PUPR Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Knstruksi (2016)
Stabilitas konstruksi bangunan penahan tanah dikontrol keamanannya terhadap
kekuatan penahan tanah (amblas), geser dan guling; sedang stabilitas timbunan
tanah dikontrol dengan lingkaran longsor (sliding circle). Faktor-faktor keamanan
(SF) minimum ditentukan sebagai berikut:
• σ kekuatan penahan tanah ≤ σ yang diijinkan
• SF geser (kondisi biasa) ≥ 1,5
• SF geser (kondisi gempa) ≥ 1,2
• SF guling ≥ 1,5
Sumber: Kementrian PUPR Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Knstruksi (2016)
Untuk perencanaan saluran, terdapat 4 perbedaan sehubungan terdapatnya
sedimen dalam air irigasi dan bahan tanggul
𝐹𝑠 = 𝐶𝑢/𝑁𝑠∙𝐻
Keterangan:
Fs < 1 : kondisi sangat berbahaya
Fs = 1 : kondisi kritis
Fs > 1 : kondisi aman
Sumber: Kementrian PUPR Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Knstruksi (2016)
Terima Kasih