Anda di halaman 1dari 63

PPh PASAL 21

DASAR HUKUM PEMOTONGAN


PPh Pasal 21

UU No 6 th 1983 stdtd UU No 16 th 2000 ttg KUP


UU UU No 7 th 1983 stdtd UU No 36 Th 2008 ttg PPh

PP PP No 68 Tahun 2009

PMK No 252/PMK.03/2008 (PPh 21)


PMK No 250/PMK.03/2008 (Biaya Jabatan/Pensiun)
PMK PMK No 16/PMK.03/2010
PMK No 206/PMK.11/2012
PMK No 162/PMK.011/2012

PER PER-16/PJ./2016
Pengertian PPh Pasal 21/26
Cara pelunasan PPh dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima WP
orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan

- Pekerjaan
m atau Jabatan
- Jasa
m dan Kegiatan,
yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi

Penghasilan berupa :
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan
Pembayaran Lain dengan Nama/bentuk
apapun

WP DN WP LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


1. Pegawai
a. Pegawai Tetap
b. Pegawai tidak tetap (tenaga kerja lepas)
1. Penerima uang pesangon
2. Bukan pegawai
3. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap
4. Mantan pegawai
5. Peserta kegiatan
Bukan pegawai yang menerima penghasilan sehubungan dengan jasa,
meliputi:
TETAP Ph NETO - PTKP

PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP


TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 450 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>4,5 jt s.d. 10,2jt) –
PTKP Harian

Ph BRUTO(>10,2 jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/
PEGAWAI
PESERTA KEGIATAN Ph Bruto
Penghitungan PPh Pasal
21
Pegawai tetap Penerima pensiun
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.
Bruto maks. Rp6.000.000 Biaya Pensiun, 5% dari
tahun atau Rp500.000 per bulan
per pengh. Bruto maks.
2. Iuran pensiun, THT/JHT Rp2.400.000
tahun atau Rp200.000
per perbulan
yang dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


UNSUR PENAMBAH DAN PENGURANG PENGHASILAN
DALAM PENGHITUNGAN PPH 21

Jenis asuransi Perlakuan Perlakuan bagi karyawan


bagi pemberi
kerja
premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), biaya bagi Dalam menghitung PPh
premi Jaminan Kematian (JK) dan premi perusahaan Pasal 21, premi tersebut
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) digabungkan dengan
(Untuk perusahaan yang masuk program penghasilan bruto yang
Jamsostek) yang dibayar oleh pemberi kerja dibayarkan kepada
pegawai
premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), - bukan biaya bagi OP
premi Jaminan Kematian (JK) dan (tidak boleh menjadi
premi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pengurang dalam
(JPK) (Untuk perusahaan yang masuk menghitung PPh 21)
program Jamsostek) yang dibayar oleh
karyawan
UNSUR PENAMBAH DAN PENGURANG PENGHASILAN
DALAM PENGHITUNGAN PPH 21

Jenis asuransi Perlakuan Perlakuan bagi karyawan


bagi pemberi
kerja
premi asuransi kesehatan, asuransi biaya bagi Dalam menghitung PPh
kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi perusahaan Pasal 21, premi tersebut
dwiguna, dan asuransi bea siswa yang digabungkan dengan
dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai penghasilan bruto yang
kepada perusahaan asuransi lainnya dibayarkan kepada
pegawai
premi asuransi kesehatan, asuransi - bukan biaya bagi OP
kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi (tidak boleh menjadi
dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar pengurang dalam
oleh karyawan menghitung PPh 21)
Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar oleh biaya bagi Tidak menambah
pemberi kerja perusahaan penghasilan bruto
karyawan
UNSUR PENAMBAH DAN PENGURANG PENGHASILAN
DALAM PENGHITUNGAN PPh 21

Jenis asuransi Perlakuan Perlakuan bagi karyawan


bagi pemberi
kerja
Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar oleh - biaya bagi karyawan dan
karyawan menjadi pengurang
penghasilan bruto dalam
menghitung PPh 21
Tunjangan PPh Dapat dibiayakan. Penambah penghasilan
bruto karyawan.
PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja Tidak dapat Bukan
dibiayakan karena penambah
termasuk natura penghasilan
bruto karyawan
Natura dan/ atau kenikmatan Tidak dapat Bukan
dibiayakan penambah
penghasilan
bruto karyawan, kecuali
(Pasal 7 ayat (1) PER-
31/PJ/2012).
Mekanisme Umum - Pemotongan PPh Psl 21
PEMBERI
- Penghasilan PENGHASILAN
- Bukti Pemotongan : 1721 A1/A2 PEMOT
Bukti Potong ONG
PPh Ps 21
Non Final
Bukti Potong
Final
Penerima
Penghasilan

Lapor PPh Ps 21:


- SPT Masa
- SSP

Batas akhir setor : KPP


tgl 10 bln
berikutnya
Contoh: pegawai tetap

Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT


Jaya Abadi dengan memperoleh gaji sebulan
Rp5.750.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp200.000,00.
Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada
bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi
hanya dari gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan
Januari adalah:
Jawaban:
Contoh: pegawai tetap
 Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana,
menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp8.000.000,00. PT
Candra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan
0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari
Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program
pensiun untuk pegawainya.
 PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko
ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, setiap bulan sebesar Rp200.000,00, sedangkan
Bambang Eko membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00.
Pada bulan Juli 2016 Bambang Eko hanya menerima pembayaran
berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016 adalah:
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Bruto
Gaji 8,000,000
Premi JKK 0.5% 40,000
Premi JKK 0.3% 24,000 8,064,000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5.0% 403,200
Iuran pensiun 100,000
Iuran JHT 2.0% 160,000 663,200
Penghasilan Neto 7,400,800
Penghasilan Neto Setahun 12 88,809,600
PTKP K/0 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak 30,309,600 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 30,309,000
PPh 21 Terutang 1,515,450
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 126,288 1 bulan
Contoh: pegawai tetap menerima bonus

 Sudiro (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya


dengan memperoleh gaji sebesar Rp5.000.000,00
sebulan. Pada bulan Maret 2016 Sudiro memperoleh
bonus sebesar Rp8.000.000,00, sehingga pada bulan
Maret 2016 Sudiro memperoleh penghasilan berupa
gaji sebesar Rp5.000.000,00 dan bonus sebesar
Rp8.000.000,00. Setiap bulannya Sudiro membayar
iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar
Rp80.000,00
 PPh Pasal 21 atas bonus adalah:
Jawaban (1)
I PPh 21 setahun utk gaji (disetahunkan) dan bonus
Penghasilan Bruto setahun
Gaji 5,000,000 12 60,000,000
Bonus 8,000,000
68,000,000
Pengurangan setahun
Biaya jabatan 5.0% 3,400,000
Iuran Pensiun 80,000 12 960,000
4,360,000
Penghasilan Neto setahun 63,640,000
PTKP TK/0 54,000,000
Penghasilan Kena Pajak 9,640,000
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 9,640,000
PPh 21 Terutang setahun 482,000
PPh 21 Terutang sebulan (dibagi 12) 40,166
Jawaban (2)
II PPh 21 setahun utk gaji (disetahunkan)
Penghasilan Bruto setahun
Gaji 5,000,000 12 60,000,000

60,000,000
Pengurangan setahun
Biaya jabatan 5.0% 3,000,000
Iuran Pensiun 80,000 12 960,000
3,960,000
Penghasilan Neto setahun 56,040,000
PTKP TK/0 54,000,000
Penghasilan Kena Pajak 2,040,000
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 2,040,000
PPh 21 Terutang setahun 102,000

Maka, PPh 21 untuk Bonus adalah 482,000


102,000
380,000
Contoh: pegawai tetap baru bekerja di
tengah tahun
 Suwondo bekerja pada PT Xiang Malam sebagai
pegawai tetap sejak 1 September 2016. Suwondo
menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan
adalah sebesar Rp 15.500.000,00 dan iuran
pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp
150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk
bulan September 2016 dalam hal Suwondo hanya
memperoleh penghasilan berupa gaji adalah:
 Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2016 adalah:
Pegawai tetap (WNI) baru bekerja di
tengah tahun
Penghasilan Bruto
Gaji 15,500,000

15,500,000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5.0% 500,000
Iuran pensiun 150,000
650,000
Penghasilan Neto 14,850,000
Penghasilan Neto 4 bulan 59,400,000
PTKP K/0 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak 900,000 4 bulan
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 900,000
PPh 21 Terutang 45,000
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 4) 11,250 1 bulan
Contoh: pegawai tetap baru memiliki
kewajiban pajak subjektif
 David Raisita (K/3) mulai bekerja 1 September
2016. Ia bekerja di Indonesia s.d. Agustus 2018.
Selama Tahun 2016 menerima gaji per bulan
Rp20.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21
bulan September tahun 2016 dalam hal David
Raisita hanya menerima penghasilan berupa gaji
adalah:
Pegawai tetap baru bekerja dan baru
memiliki kewajiban pajak subjektif
Penghasilan Bruto
Gaji 20,000,000

20,000,000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5.0% 500,000

500,000
Penghasilan Neto 19,500,000
Penghasilan Neto 4 bulan 78,000,000 4 bulan
Penghasilan Neto disetahunkan (12/4) 234,000,000
PTKP K/3 72,000,000
Penghasilan Kena Pajak 162,000,000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 162,000,000
PPh 21 Terutang 19,300,000
PPh 21 Terutang untuk 4 bulan (4/12) 6,433,333 4 bulan
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 4) 1,608,333 1 bulan
Pegawai Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
karena meninggal dunia

 Sulistiyo Wibowo yang berstatus belum menikah


adalah pegawai pada PT Mahakam Utama di
Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Oktober 2016, yang
bersangkutan berhenti bekerja di PT Mahakam Utama.
Sulistiyo Wibowo setiap bulan memperoleh gaji
sebesar Rp 6.500.000,- dan yang bersangkutan
membayar iuran pensiun kepada Dana Pensiun yang
pendiriannya telah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan sejumlah Rp 100.000,- setiap bulan. Selama
bekerja di PT Mahakam Utama Sulistiyo Wibowo
hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.
 Hitung PPh Pasal 21 terutang tahun 2016 dan PPh 21
terutang masa September 2016?
Penghitungan PPh 21 -
awal
Penghasilan Bruto
Gaji 6.500.000

6.500.000
Pengurangan
1 bulan
Biaya jabatan 5% 325.000
Iuran pensiun 100.000
425.000
Penghasilan Neto 6.075.000
Penghasilan Neto Setahun 12 72.900.000
PTKP TK/0 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 18.900.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 18.900.000
PPh 21 Terutang 945.000
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 78.750 1 bulan
Penghitungan kembali PPh 21 saat pegawai berhenti
bekerja karena resign

Penghasilan Bruto 9 bulan


Gaji 6.500.000 9 58.500.000

58.500.000
Pengurangan 9 bulan
Biaya jabatan 5% 2.925.000
Iuran Pensiun 100.000 9 900.000 9 bulan
3.825.000
Penghasilan Neto 9 bulan 54.675.000
PTKP TK/0 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 675.000
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 675.000
PPh 21 Terutang 9 bulan 33.750

>>> PPh 21 RIIL 9 bulan 33.750


>>> PPh 21 dipotong Jan s.d. Agustus 630.000
PPh 21 Lebih Bayar (596.250)
kelebihan ini dikembalikan kepada pegawai
Pegawai Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
karena meninggal dunia

 Adam Taher bekerja di PT Z sejak tahun 2010.


Pada tanggal 11 Mei 2016, Adam Taher
meninggal dunia. Selama tahun 2016, Adam Taher
menerima penghasilan gaji sebulan Rp
10.000.000,-. Hitung PPh Pasal 21 terutang tahun
2016?

Penghitungan PPh 21 -
awal

Gaji 10.000.000

10.000.000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5,0% 500.000
Iuran pensiun -
500.000
Penghasilan Neto 9.500.000

Penghasilan Neto Setahun 12 114.000.000


PTKP K/1 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 51.000.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 51.000.000
PPh 21 Terutang 2.650.000
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 220.833 1 bulan
Penghitungan kembali PPh 21 saat pegawai berhenti
bekerja karena meninggal dunia

Penghasilan Bruto 5 bulan


Gaji 10.000.000 5 50.000.000

50.000.000
Pengurangan 5 bulan 5 bulan
Biaya jabatan 5,0% 2.500.000

2.500.000
Penghasilan Neto 5 bulan 47.500.000

Penghasilan Neto Disetahunkan (12/5) 114.000.000


PTKP K/1 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 51.000.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 51.000.000
PPh 21 Terutang disetahunkan 2.650.000
PPh 21 5 bulan (5/12) 1.104.167 5 bulan

>>>>>> PPh 21 RIIL 5 bulan 1.104.167


>>>>>> PPh 21 dipotong Jan s.d. April 883.333
PPh 21 Mei 2016 220.833
Pegawai Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
dan Sekaligus Kehilangan Kewajiban Pajak
Subjektif
 Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2014 dan

berhenti bekerja sejak 1 Juni 2016 dan


meninggalkan Indonesia ke negara asalnya
(kehilangan kewajiban pajak subjektif).
 Selama tahun 2016 menerima gaji Januari – Mei

sebesar Rp15.000.000,-.
 Di bulan Mei, Lewis Oshea menerima bonus

sebesar Rp 50.000.000,-
Penghitungan PPh 21 atas
gaji
Penghasilan Bruto
Gaji 15.000.000

15.000.000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5,0% 500.000
Iuran pensiun -
500.000
Penghasilan Neto 14.500.000
Penghasilan Neto Setahun 12 174.000.000
PTKP K/3 72.000.000
Penghasilan Kena Pajak 102.000.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 102.000.000
PPh 21 Terutang 10.300.000
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 858.333 1 bulan
Penghitungan kembali PPh 21 saat pegawai berhenti
bekerja dan meninggalkan Indonesia selama-lamanya

Penghasilan Bruto 5 bulan


Gaji 15.000.000 5 75.000.000
Bonus 50.000.000
125.000.000
Pengurangan 5 bulan 5 bulan
Biaya jabatan 5% 2.500.000

2.500.000
Penghasilan Neto 5 bulan 122.500.000

Penghasilan Neto Disetahunkan (12/5) 294.000.000


PTKP K/3 72.000.000
Penghasilan Kena Pajak 222.000.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 222.000.000
PPh 21 terutang disetahunkan 28.300.000
PPh 21 selama 5 bulan (5/12) 11.791.667 5 bulan

>>>>>> PPh 21 RIIL 5 bulan 11.791.667


>>>>>> PPh 21 dipotong Jan s.d. April 4.291.667
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 atas
Penghasilan dalam Mata Uang Asing

 Neill Mc Leary adalah seorang pegawai tetap


memperoleh gaji pada bulan Januari 2016 dalam
mata uang asing sebesar US$2,000 sebulan. Kurs
yang berlaku untuk bulan Januari 2016
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan adalah
Rp 13.766,00 per US$1.00. Neill Mc Leary
berstatus menikah dengan 1 anak.
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 atas
Penghasilan dalam Mata Uang Asing

Penghasilan Bruto
Gaji $ 2.000 x Rp 13.766 27.532.000

27.532.000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5% 500.000
(Maksimum biaya jabatan per bulan) -
500.000
Penghasilan Neto 27.032.000
Penghasilan Neto Setahun 12 324.384.000
PTKP K/1 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 261.384.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 261.384.000
PPh 21 Terutang 35.346.000
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 2.945.500 1 bulan
PPh Pasal 21 Seluruh atau Sebagian
Ditanggung oleh Pemberi Kerja

 Adi Putro adalah seorang pegawai dari PT Lautan


Otomata dengan status menikah dan mempunyai 3
orang anak. Dia menerima gaji Rp6.500.000,- sebulan
dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia
membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sebesar Rp 150.000,-
 Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Juli 2016
dalam hal Adi Putro hanya menerima pembayaran gaji
saja adalah:
PPh Pasal 21 Seluruh atau Sebagian Ditanggung
oleh Pemberi Kerja

Penghasilan Bruto
Gaji 6.500.000

6.500.000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5% 325.000
Iuran pensiun 150.000
475.000
Penghasilan Neto 6.025.000
Penghasilan Neto Setahun 12 72.300.000
PTKP K/3 72.000.000
Penghasilan Kena Pajak 300.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 300.000
PPh 21 Terutang 15.000
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 1.250 1 bulan
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap
Pegawai Tetap yang Menerima Tunjangan Pajak

 Edward Simatupang (status belum menikah dan tidak


mempunyai tanggungan) bekerja pada PT Kartika
Kawashima Pionirindo dengan memperoleh gaji
sebesar Rp5.500.000,- sebulan. Kepada Edward
Simatupang diberikan tunjangan pajak sebesar Rp
150.000,-. Iuran pensiun yang dibayar oleh Edward
Simatupang adalah sebesar Rp 100.000,- sebulan.
 PPh Pasal 21 bulan September 2016 dalam hal
Edward Simatupang tidak menerima penghasilan dari
PT Kartika Kawashima Pionirindo selain gaji adalah:
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap
Pegawai Tetap yang Menerima Tunjangan Pajak

Penghasilan Bruto
Gaji 5.500.000
Tunjangan pajak 150.000
5.650.000
Pengurangan 1 bulan
Biaya jabatan 5% 282.500
Iuran pensiun 100.000
382.500
Penghasilan Neto 5.267.500
Penghasilan Neto Setahun 12 63.210.000
PTKP TK/0 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 9.210.000 1 tahun
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan 000) 9.210.000
PPh 21 Terutang 460.500
PPh 21 Terutang untuk 1 bulan (dibagi 12) 38.375 1 bulan
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
Contoh: pegawai tidak tetap upah harian

 Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan


Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT
Cipta Mandiri Sejahtera. Ia bekerja selama 10 hari
dan menerima upah harian sebesar Rp450.000,00
Jawaban:
Upah sehari 450,000

Batas Upah sehari tidak dikenakan PPh 21 450,000 1 hari

Penghasilan Kena Pajak sehari -

PPh 21 sehari 5% -

sampai dengan hari ke 10, tidak di potong PPh 21


Perhitungan sebenarnya
(dilakukan setelah melebihi batas Rp4.500.000,00)
Upah setelah melebihi batas kumulatif 11 450,000 4,950,000
PTKP sebenarnya 11 150,000 1,650,000
Penghasilan Kena Pajak 11 hari 3,300,000 11 hari
>>> PPh 21 Terutang 11 hari 5% 165,000

>>> PPh 21 telah dipotong 10 hari 10 - -


PPh 21 kurang dipotong untuk 11 hari 165,000
maka, karyawan pada hari ke 11 terima THP 450,000
Contoh: pegawai tidak tetap upah satuan

 Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang


karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada
suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar
berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang
diselesaikan yaitu Rp 125.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6
hari kerja) dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan
upah Rp3.000.000,00
Jawaban:

Upah sehari 500,000


Batas Upah sehari tidak dikenakan PPh 21 450,000 1 hari
Penghasilan Kena Pajak sehari 50,000
PPh 21 sehari 5% 2,500

Upah seminggu 6 3,000,000


PPh 21 seminggu 6 15,000
>>> karyawan terima bersih 2,985,000
PPh Pasal 21:
Bukan
Pegawai
Berkesinambungan Tidak
berkesinambunga Exc. Pasal 13 ayat berkesinambunga
n (1) n

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
-
PTKP sebulan, (50 % x Ph Bruto)
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dikenakan Tarif Pasal 17

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
Contoh: bukan pegawai

 Toga Marolop Simanjuntak adalah seorang


pengacara. Dalam menangani sebuah kasus, Toga
Marolop Simanjuntak mendapatkan fee sebesar
Rp450.000.000,00 dari PT Manis Manja.
Bagaimana penghitungan PPh 21?
Jawaban:
Contoh: bukan pegawai
 Dedy Efriliansyah melakukan jasa perawatan AC
kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan Rp
10.000.000,00. Dedy Efriliansyah mempergunakan
tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah
harian masing-masing sebesar Rp 180.000,00. Upah
harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama
melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. Selain
itu, Dedy Efriliansyah membeli spare part AC yang
dipakai untuk perawatan AC sebesar Rp 1.000.000,00
 Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang
diberikan Dedy Efriliansyah, dapat diketahui bagian imbalan
bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada
pekerja harian yang dipekerjakan oleh Dedy
PPh 21 = 50% x Rp 4.500.000 x 5% = Rp 112.500
 Dalam hal PT Wahana Jaya tidak memperoleh informasi
berdasarkan perjanjian yang dilakukan atau dokumen yang
diberikan oleh Dedy Efriliansyah mengenai upah yang harus
dikeluarkan Dedy Efriliansyah atau pembelian material/bahan,
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya adalah
jumlah sebesar :
PPh 21 = 50% x Rp 10.000.000 x 5% = Rp 250.000
PPh Pasal
21:
Lainnya
Dewan Peserta program
Komisaris/ Mantan Pensiun yang masih
Pengawas non Pegawai Berstatus pegawai
Pegawai tetap

jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang bersifat penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


Contoh: bonus mantan
pegawai
 Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa.
Pada tanggal 1 Januari 2016 telah berhenti
bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun.
Pada bulan Maret 2016 Victoria Endah menerima
jasa produksi tahun 2014 dari PT Fajar Wisesa
sebesar Rp55.000.000,00
 PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
Jawaban:

PPh 21 Terutang
Tarif 5% 50.000.000 2.500.000
15% 5.000.000 750.000
25% 0 0
PPh 21 dipotong 3.250.000
Contoh: komisaris yang tidak merangkap
pegawai tetap
 Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media
Primatama, yang bukan sebagai pegawai tetap.
Dalam tahun 2016, yaitu bulan Desember 2016
menerima honorarium sebesar Rp 60.000.000,00.
Jawaban:

PPh 21 Terutang
Tarif 5% 50.000.000 2.500.000
15% 10.000.000 1.500.000
25% 0 0
PPh 21 dipotong 4.000.000
Contoh: penarikan dana pensiun oleh
pegawai
 Nicholas Sinulingga adalah pegawai PT Abadi Sejahtera menerima
gaji Rp2.000.000,00 sebulan. PT Abadi Sejahtera mengikuti
program pensiun untuk para pegawainya. PT Abadi Sejahtera
membayar iuran dana pensiun untuk Nicholas Sinulingga sebesar
Rp 100.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Abadi Sejahtera, yang
merupakan dana pensiun yang dibentuk bagi pengelolaan uang
pensiun pegawai PT Abadi Sejahtera yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan. Nicholas Sinulingga membayar
iuran serupa ke dana pensiun yang sama sebesar Rp50.000,00
sebulan. Pada bulan April 2016 Nicholas Sinulingga memerlukan
biaya untuk perbaikan rumahnya, maka ia mengambil iuran dana
pensiun yang telah dibayar sendiri sebesar Rp20.000.000,00. Pada
bulan Juni 2016 ia menarik lagi dana sebesar Rp 15.000.000,00.
Kemudian pada bulan Oktober 2016 untuk keperluan lainnya ia
menarik lagi dana sebesar Rp25.000.000,00.
Jawaban:
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
a.atas penarikan dana sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan
April 2016 terutang PPh Pasal 21 sebesar
5% x Rp20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00.
b.atas penarikan dana sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan
Juni 2016 terutang PPh Pasal 21 sebesar
5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
c.atas penarikan dana sebesar Rp25.000.000,00 pada bulan
Oktober 2016 terutang PPh Pasal 21
5% x Rp 15.000.000 = Rp 750.000,00
15% x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000,00
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal
17 UU
PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah
Ketentuan
Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010


a. Uang
Pesangon

b. Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,


atau Jaminan Hari Tua
 Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima
atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan
komisaris dan anggota dewan pengawas, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur.
 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang
bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah
hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
 Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap
dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang
memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah
atau permintaan dari pemberi penghasilan.
 Bersifat Berkesinambungan adalah imbalan kepada Bukan
Pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali
dalam satu tahun kalender.
 Tidak Bersifat Berkesinambungan adalah imbalan
kepada Bukan Pegawai yang dibayar atau terutang
hanya satu kali dalam satu tahun kalender.
 Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti
rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan
lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam
kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai