Anda di halaman 1dari 35

MULTIPLE TRAUMA

(KEPALA & DADA)


Adinda Dewi Utari AK. 1. 18. 002

Alfira Nurfaridah Agustin AK. 1. 18. 009

Anisa Melani AK. 1. 18. 017

Ari Desyana Fitri AK. 1. 18. 021

Crisis Octaria Mellanda XCIX AK. 1. 18. 034

Dewi Handayani AK. 1. 18 043

Fazry Rachmatulloh AK. 1. 18. 062


Definisi Multiple Trauma

Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau cedera definisi ini memberikaan
gambaran superficial dari respon fisik terhadap cedera, trauma juga mempunyai dampak
psikologis dan sosial. Pada kenyataannya trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan
dapat menyebabkan hilangnya produktif seseorang. Informasi tentang pola atau mekanisme
terjadinya cedera seringkali akan sangat terbantu dalam mendiagnosa kemungkinan gangguan
yang diakibatkan. Trauma tumpul terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor ( KKB) dan
jatuh, sedangkan trauma tusuk (penetrasi) seringkali diakibatkan oleh luka tembak atau luka
tikam. Umumnya, makin besar kecepatan yang terlibat dalam suatu kecelakaan, akan makin
besar cedera yang terjadi, misalnya : KKB kecelakaan tinggi, peluru dengan kecepatan tinggi,
jatuh dari tempat yang sangat tinggi (Hudak,carolyn 1996).
Definisi Multiple Trauma Kepala

 Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa
perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak.
(Nugroho, 2015).
 Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak
atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada
kepala (Suriadi dan Yuliani, 2013).
 Menurut Brain Injury Assosiation of America (2012), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Definisi Multiple Trauma Dada

 Trauma toraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga toraks atau dada yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding toraks ataupun isi dari cavum thoraks (rongga dada)
yang di sebabkan oleh benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan keadaan sakit
pada dada. Trauma toraks merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur
dibawah 35 tahun. Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan.
 Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang di sebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, dan diafragma maupun
isi mediastinal baik oleh benda yang tumpul ataupun benda yang taja, yang bisa
menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler,2010).
Etiologi Multiple Trauma

 Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru. Luka tusuk dan
luka tembak pada suatu rongga dapat di kelompokan dalam kategori luka tembus. Untuk
mengetahui bagian tubuh yang terkena,organ apa yang cedera ,dan bagaimana derajat
kerusakannya, perlu diketahui biomekanik terutama cedera pada trauma dapat terjadi
akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan (deselerasi), dan kompresi, baik oleh
benda tajam , benda tumpul, peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia . Akibat cedera ini
dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.
Etiologi Trauma Kepala

 Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma
olehbenda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan/energi yang
diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada
otak, selain itu dapat disebabkan oleh Kecelakaan, Jatuh, Trauma akibat persalinan.
Etiologi Trauma Dada

 Trauma tumpul
 Luka tembak
 Luka tikam/tusuk
 Trauma tumpul
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Jatuh
 Pukulan pada dada
Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang

 Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta pada
aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa bagian ini.
Antara kemungkinan kecederaan yang bisa
 timbul adalah seperti berikut:
 Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada C3 bisa menyebabkan pasien apnu.
Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis hipotonus tungkai atas
dan bawah serta syok batang otak.
 Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral pada tapak
tulang servikal C2.
 Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan cedera
dislokasi.
 Spondilosis servikal juga dapat terjadi.
 Cedera ekstensi yaitu cedera ‘Whiplash’ terjadi apabila berlaku ekstensi pada tulang
servikal.
Trauma toraks

Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru.
a) Cedera dinding torak seperti berikut:
• Patah tulang rusuk.
• Cedera pada sternum atau ‘steering wheel’.
• Flail chest.
• Open ‘sucking’ pneumothorax.
b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:
• Pneumotoraks.
• Hematorak.
• Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema.
• Kontusio pulmonal.
• Hematom pulmonal.
• Emboli paru.
Trauma abdominal

 Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan bagian luar
abdominal yaitu seperti berikut:
 Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kanan abdomen adalah seperti cedera pada
organ hati, pundi empedu, traktus biliar, duodenum dan ginjal kanan.
 Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kiri abdomen adalah seperti cedera pada organ
limpa, lambung dan ginjal kiri.
 Kecederaan pada kuadran bawah abdomen adalah cedera pada salur ureter, salur uretral
anterior dan posterior, kolon dan rektum.
 Kecederaan juga bisa terjadi pada organ genital yang terbagi dua yaitu cedera penis dan
skrotum.
 Tungkai atas
 Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera dan
putus ekstrimitas. Cedera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan bawah,
pergelangan tangan, jari-jari tangan serta ibu jari.
 Tungkai bawah
 Kecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pelvik. Cedera pada bagian lain
ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu
fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki
 (James, Corry dan Perry, 2000).
Patofisiologi Multiple Trauma

 Respon metabolik pada trauma dapat dibagi dalam tiga fase :


 Fase pertama berlangsung beberapa jam setelah terjadinya trauma. Dalam fase ini
akan terjadi kembalinya volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan hiperglikemia.
 Pada fase kedua terjadi katabolisme menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang
negative, hiperglikemia, dan produksi panas. Fase ini yang terjadi setelah tercapainya
perfusi jaringan dengan baik dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
minggu, tergantung beratnya trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan
tindakan pertolongan medisnya.
 Pada fase ketiga terjadi anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak
badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang
dan oksigenasi jaringan secar keseluruhan sudah teratasi. Fase ini merupakan proses
yang lama tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme karena
isintesis protein hanya bisa mencapai 35 gr /hari.
Patofisiologi Trauma Kepala
 Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak
seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.Patofisiologi cedera
kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder,
cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala
sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia
dan perdarahan.
 Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral,
hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita
cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi
autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak.
(Tarwoto, 2007).
Patofisiologi cedera kepala

 Cedera Primer
 Cedera Sekunder
 Edema Sitotoksik
 Kerusakan Membran
 Apoptosis Sinyal
Patofisiologi Trauma Dada

 Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor, antara
lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari 13 cedera, cedera lain yang terkait, dan
penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung
akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder
akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009)
Pathway Multiple Trauma
Manifestasi Klinis Multiple Trauma
 Laserasi, memar,ekimosis  Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang
 Hipotensi disebabkan oleh perdarahan limfa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi recumbent.
 Tidak adanya bising usus
 Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal
 Hemoperitoneum
pada perdarahan peritoneal
 Mual dan muntah
 Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi
 Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal tubuh (pinggang) pada perdarahan
pd auskultasi pembuluh darah, biasanya retroperitoneal
pada arteri karotis)
 Tanda Coopernail adalah ekimosis pada
 Nyeri perineum,skrotum atau labia pada fraktur
 Pendarahan pelvis
 Penurunan kesadaran  Tanda Balance adalah daerah suara tumpul
 Sesak yang menetap pada kuadran kiri atas ketika
dilakukan perkusi pada hematoma limfe
(Scheets, 2002 : 277-278)
Manifestasi Klinis Trauma Kepala
 Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
 Kebingungan
 Iritabel
 Pucat
 Mual dan muntah
 Pusing kepala
 Terdapat hematoma
 Kecemasan
 Sukar untuk dibangunkan
 Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan
telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
 Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.
Manifestasi Klinis Trauma Dada
1) Tamponade jantung
• Gelisah
• Pucat, berkeringat dingin
• Peningkatan TVJ (tekanan vena jugularis)
• Pekak jantung melebar
• Bunyi jantung melemah
2) Hematoraks
• Gangguan pernapasan
• Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
3) Pneumotoraks
• Sesak napas
• Nyeri dada mendadak
• Gagal pernapasan dengan sianosis
• Suara napas terdengar jauh /tidak terdengar sama sekali
• Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ov edoff, 2002)
Klasifikasi Multiple Trauma
 Trauma Tumpul
 Trauma Penetrasi
 Trauma Torakik
 Pneumotoraks dan hematoraks
 Iga melayang
 Kontusio pulmonal
 Cidera Trakeobronkial
 Cedera pada Jantung
 Kontusio Miokard
 Cedera Penetrasi jantung
 Trauma Abdomen
 Cedera pada lambung dan usus halus
 Cedera pada duodenum dan pancreas
 Cedera pada kolon
 Cedera pada hepar
 Cedera pada limpa
Trauma Pelvik
 Cedera pada Kandung Kemih
 Fraktur Pelvik
 Trauma pada Ekstremitas
 Fraktur
 Dislokasi
 Cedera vaskular
Penanganan Darurat Trauma Kepala
 Penurunan kesadaran.
 Tidak bisa menggerakkan salah satu atau kedua lengan dan/atau kaki, kesulitan berbicara, atau
pandangan kabur.
 Muntah lebih dari satu kali.
 Hilang ingatan jangka pendek.
 Mudah mengantuk.
 Tingkah laku tidak seperti biasanya.
 Mengeluh nyeri kepala berat atau kaku leher.
 Pupil (bagian hitam di tengah bola mata) tidak sama ukurannya.
 Orang dengan cedera kepala yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol.
 Orang dengan cedera kepala yang sedang mengonsumsi obat-obatan pengencer darah,
misalnya warfarin dan heparin.
Penatalaksanaan Trauma Kepala
 Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
 Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
 Berikan oksigenasi
 Awasi tekanan darah
 Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
 Atasi shock
 Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan Trauma Dada

 Primary survey, yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini
dimulai dengan menggunakan teknik ABCDE (Airway, breathing, circulation, disability,
exposure)
 Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
 Mempertahankan saluran napas yang paten dengan pemberian oksigen
 Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
 Pemasangan infuse
 Pemeriksaan kesadaran
 Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat dilakukan masage jantung
 Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti foto thorax
Komplikasi Trauma Dada
 Perdarahan intra cranial
 Kejang
 Parese saraf cranial
 Meningitis atau abses otak
 Infeksi pada luka atau sepsis
 Edema cerebri
 Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
 Kebocoran cairan serobospinal
 Nyeri kepala setelah penderita sadar
Komplikasi Trauma Dada

 Iga : Fraktur banyak dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada


 Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/ hemopneumothoraks-emfisema pembedahan
 Jantung : tamponade jantung : ruptur jantung, ruptur otot papilar dan ruptur klep jantung
 Esofagus : mediastinitis
 Pembuluh darah besar : hematothoraks
 Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).
Pemeriksaan Penunjang Trauma Kepala
 Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah.
 CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
 MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
 Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
 X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
 CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
 ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
 Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial. (Musliha, 2010).
Pemeriksaan Penunjang Trauma Dada

 Computed Tomography (CT) abdomen


 Focused Assessment Sonography for Trauma (FAST)
 Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
 Laparotomi eksplorasi
Pencegahan Trauma Kepala
 Jatuh merupakan penyebab utama cedera kepala, terutama pada anak-anak dan lansia.
Meminimalisir kejadian jatuh dapat dilakukan dengan cara memastikan lantai tidak licin,
menggunakan alat bantu jalan, dan melakukan pengawasan pada saat anak atau lansia
berada di kamar mandi atau berjalan di tangga.
 Menggunakan helm, baik pada saat mengendarai sepeda atau sepeda motor, maupun saat
melakukan aktivitas yang berisiko seperti mengendarai skateboard atau olahraga ski.
 Mengendarai mobil dengan aman, yaitu dengan mengenakan sabuk pengaman dan
menghindari aktivitas lain seperti menggunakan handphone pada saat sedang mengemudi.
Jangan mengemudikan mobil atau kendaraan apapun dalam keadaan tidak sadar penuh,
baik karena pengaruh alkohol maupun obat-obatan.
Pencegahan Trauma Dada

 Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada
kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta mengindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan
oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut
(Patriani, 2012).
ASUHAN KEPERAWATAN

 Kasus:
 Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke IGD Sebuah rumah Sakit oleh tim ambulance
PSC 119 karena mobil yang kendarainya menabrak mobil lain dan terguling, pasien saat
ditemukan berada di posisi pengemudi, pasien mengalami benturan di kepala dan dada.
Pada pemeriksaan breathing didapatkan data saat di auskultasi suara nafas redup atau tidak
terdengar pada sisi yang sakit, saat diperkusi terdapat hipersonor, terdapat peningkatan
JVP, terdapat hematom pada daerah kepala, Tensi : 90/60 mmHg, Nadi; 90x/menit, RR;
26x/menit.
Pengkajian
 Identitas Klien
 Nama: Tidak Terkaji
 Usia: 30 Tahun
 Jenis Kelamin: Laki-laki
 Suku bangsa: Tidak Terkaji
 Diagnosa Medis: Trauma Kepala dan Dada
 Riwayat Kesehatan
 Klien dibawa ke IGD sebuah rumah sakit oleh tim ambulance PSC 119 karena mobil yang dikendarainya menabrak
mobil lain dan terguling, pasien saat ditemukan berada pada posisi pengemudi, pasien mengalami benturan di kepala
dan dada. 
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Breathing: Suara nafas redup atau tidak terdengar pada sisi yang sakit, hipersonor, terdapat peningkatan
JVP, terdapat hematom daerah kepala
 Tanda-Tanda Vital:
 Tensi: 90/60 mmHg
 Nadi: 90x/menit
 RR: 26x/menit
Diagnosa Keperawatan

 Pola napas tidak efektif b/d kerusakan neuromuskular ditandai dengan Auskultasi suara
nafas redup atau tidak terdengar pada sisi yang sakit, Saat diperkusi terdapat hipersonor,
RR: 26x/menit
 Gangguan pertukaran gas b/d tekanan dalam darah meningkat ditandai dengan Terdapat
peningkatan JVP, RR: 26x/menit, Tensi : 90/60 mmHg
 Perubahan perfusi jaringan serebral b/d hipoksia jaringan ditandai dengan Terdapat
peningkatan JVP, Terdapat hematom pada daerah kepala, Tensi : 90/60 mmHg, Nadi:
90x/menit, RR: 26x/menit
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai