Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN KRITIS KAJIAN ISLAM DAN

BUDAYA SUNDA DALAM


MENYONGSONG ERA 5.0

Dedi Koswara
KAPAN ISLAM
MASUK TATAR SUNDA?

Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari


Tahun 1470 Masehi oleh Sunan (CPCN), sebelum datang Syarif Hidayatullah ke
Gunung Jati, bernama Syarif Cirebon, telah terjadi persahabatan antara juru
labuan, bernama Ki Gedeng Tapa yang dijuluki Ki
Hidayatullah yang bergelar Sayid Gedeng Jumajanjati dengan ulama Islam dari Mekah
Al Kamil (Hidayat, 2012:4) 1 2 dan ulama Islam dari Cempa, bernama Syekh
Hasanuddin. Bahkan dialah orang yang mendirikan
pondok Quro di Karawang
Di Banten, penyebaran Islam 3 4 Islam mulai muncul sekitar tahun 1357, ditandai
dengan peristiwa masuknya tokoh Sunda pertama
pertama dilakukan oleh putra Syarif yang memeluk Islam, yaitu Bratalegawa atau Haji
VER Purwa Galuh. Dia adalah putra Raja Sunda yang
Hidayatullah yang menjadi raja
SI bernama Prabu Guru Pangadiparamarta
Islam pertama di Banten, bernama Jayadewabrata atau Sang Bunisora (Iskandar,
1997:209)
Pangeran Hasanuddin.
VERSI LAIN MASUKNYA ISLAM KE TATAR SUNDA
(1) Ali bin Abi Thalib datang dan bedakwah di Garut,
Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia,
tahun 625 M
(2) Ja’far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa
Tengah (Jawa Dwipa), Indoesia, sekitar Tahun 626 Masehi,
(3) Ubay bin Ka’ab, berdakwah di sumatera Barat, Indonesia, kemudian
Kembali ke Madinah, sekitar tahun 626 M,
(4) Abdullah bin Mas’ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan Kembali lagi
ke Madinah sekitar tahun 626 M.,
(5) Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, dan putra-putranya Mahmud dan
Isma’il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah,
Sumatera Utara sekitar tahun 625 M.,
(6) Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera
Selatan dan sebelum Rasulullah wafat, ia Kembali ke Madinah sekitar
tahun 623 M.,
(7) Salman al-Farisi, berdakwah ke Perlak, Aceh Timur dan kembali ke
Madinah sekitar tahun 626 M.
HAIKAL HASSAN
RELEVANSI BUDAYA SUNDA DAN
AJARAN ISLAM
Budaya Sunda Ajaran Islam
‫ب َو ٰلَ ِك َّن ْالبِ َّر‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ِ ‫ْس ْالبِ َّر أَ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬ َ ‫لَي‬
‫ِّين َوآتَى‬َ ‫ب َوالنَّبِي‬ ِ ‫َم ْن آ َم َن بِاهَّلل ِ َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر َو ْال َماَل ئِ َك ِة َو ْال ِكتَا‬
‫يل‬ ِ ِ‫ين َواب َْن ال َّسب‬ َ ‫ْال َما َل َعلَ ٰى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
‫ون‬ َ ُ‫صاَل ةَ َوآتَى ال َّز َكاةَ َو ْال ُموف‬ َّ ‫ب َوأَقَا َم ال‬ ِ ‫ين َوفِي الرِّ قَا‬ َ ِ‫َوالسَّائِل‬
‫ين‬ َ ‫ضرَّا ِء َو ِح‬ َّ ‫ين فِي ْالبَأْ َسا ِء َوال‬ َ ‫بِ َع ْه ِد ِه ْم إِ َذا َعاهَ ُدوا َوالصَّابِ ِر‬
ٰ
َ ِ‫ص َدقُوا َوأُولَئ‬ ٰ
َ ِ‫س أُولَئ‬ ْ
‫ك هُ ُم‬ َ ‫ين‬ َ ‫ك الَّ ِذ‬ ِ ‫ْالبَأ‬
Al Baqarah, ayat 177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
Wangsit (pernyataan) yang tertuang dalam Prasasti barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
Kawali 1 dan II yang disampaikan Mahaprabu kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Niskala Wastu Kancana, tentang sumber hakiki bagi kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
kesentosaan negara yang pada prinsipnya terbagi memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
dua, yaitu anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
(1) membiasakan diri berbuat kebajikan (pakena meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
gawe rahayu), dan mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-
(2) membiasakan diri berbuat kesejahteraan sejati orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
(pakena kereta bener) (Iskandar, 1997: 210-211) orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
Naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian

Harus menjaga:
Cutatan SSKK: Telinga
Ini byakta: ceuli ulah barang denge mo ma nu Mata
sieup didenge kenana dora bancana, sangkan
Kulit
urang nemu mala na iunas papa naraka; hengan
Lidah
lamun kapahayu ma sinengguh utama ti pang-
reungeu. Mata ulah barang deuleu mo ma nu Hidung
sieup dideuleu kenana dora bancana, sangkan Mulut
urang nemu mala na lunas papa naraka; hengan Tangan
lamun kapahayu ma sinengguh utama ning Kaki
deuleu. ……… Pelepasan
Kemaluan

DASAKRETA
1. Dasakreta (Sepuluh
Kesejahteraan),
2. Sasanakreta (Ajaran/peraturan
Mengenai Kesejahteraan
3. Dasamarga (Sepuluh Jalan),
4. Dasaindria (larangan untuk
berbuat sesuai dengan fungsi
indra manusia)
5. Dasakalesa (Sepuluh Noda)
6. Dasaprebakti (Sepuluh Tingkat
Kesetiaan)
7. Pancagati (Lima Keadaan Asali)
8. Dasapasanta (Sepuluh
Pemenang)
9. Dasasila (sepuluh Azas)
10. Wuku Lima
11. Tri Tangtu di Bumi (Tiga
tempat atau kendali kehidupan di
Bumi)
Nilai-nilai etnopedagogi yang berupa moralitas bangsa tersebut oleh
Masnur Muslich (2010) di dalam bukunya Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Kritis Multidimensional dijabarkan lagi
menjadi 9 pilar nilai karakter bangsa , yaitu:
1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
2) kemandirian dan tanggung jawab;
3) kejujuran akan amanah dan bijaksana,
4) hormat dan santun,
5) dermawan, suka menolong dan gotong royong;
6) Percaya diri, kreatif dan pekerja keras;
7) Kepemimpinan dan keadilan;
8) Baik dan rendah hati; dan
9) toleransi, kedamaian dan kesatuan.
Budaya Sunda Nilai-Nilai Luhung Berbasis
Contoh: Naskah, Prasasti, dll. Kearifan Lokal

Digitalisasi
Etnopedagogi Ajaran Islam

Literasi
Digital Pendidikan Karakter

Teknologi Manusia Berkarakter


Berbasis Teknologi

Era Society 5.0

HUBUNGAN ISLAM DAN SUNDA


UNTUK MENGHADAPI ERA SOCIETY 5.0
Pendidikan karakter bangsa Indonesia umumnya dan bangsa Sunda
khususnya yang perlu diangkat kepermukaan saat ini adalah lima pilar
nilai karakter, yaitu kejujuran, kepercayaan diri, apresiasi terhadap
kebhinekaan, semangat belajar dan semangat bekerja. Karakter-karakter
tersebut dipersiapkan untuk menghadapi dan mengatasi persoalan besar
yang selama ini menjadi salah satu penyebab kemunduran bangsa
Indonesia. Sebagai akibat adanya korupsi, krisis horizontal yang
panjang, perasaan sebagai bangsa kelas dua dan rendahnya semangat
belajar dan bekerja (Koswara, 2015).
Demikian selayang pandang tentang konsepsi kehidupan berbudaya
masyarakat Sunda masa lalu sebagai salah satu wujud budaya primodial
Sunda pada zamannya. Semoga hal ini menjadi bahan renungan kita
semua (lenyepaneun urang saréréa) dalam menyikapi dan
menyongsong (mapag) kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada era 5.0 yang menjadi taruhan kita semua.
“Hana Nguni hana mangke, tan hana
Nguni tan hana mangke. Aya ma
beuheula aya tu ayeuna, hana tunggak
hana watang, tan hana tunggak tan hana
watang. Hana ma tunggulna aya tu
catangna” (Aya baheula aya ayeuna.
Lamun teu aya baheula moal aya ayeuna.
Lantaran aya mangsa bihari jadi aya
mangsa kiwari. Aya tunggul tangtu aya
tangkal. Mun teu aya tunggul tangtu moal
aya tangkal. Mun aya tunggulna tangtu
aya catangna)
naskah Koropak 632 ti Kabuyutan
Ciburuy
Cag! Urang teundeun di handeuleum sieum, urang
tunda di hanjuang siang, teundeun sampeureun, tunda
alaeun di mangsa datang, muga Sunda tanjeur ‘na
juritan, Sunda jaya di buana!

Anda mungkin juga menyukai