▪ Kontrak Perkuliahan
▪ Rancangan Pembelajaran Kegiatan Persemester(RPKPS)/ Rencana
Pembelajaran Semester (RPS)
Materi
1. Sejarah Perkembangan bahasa Indonesia
2. Kedudukan bahasa Indonesia
3. Fungsi bahasa
4. Ragam bahasa
5. Laras bahasa
6. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
7. Pilihan Kata/ diksi
8. Kalimat bahasa Indonesia
9. Kalimat efektif
10. Paragraf efektif
11. Wacana/ karangan
12. Pembinaan dan pengembangan bahasa Mahasiswa
a. Presentasi Ilmiah
b. Pidato
c. Resensi
12. Penelitian dan proposal penelitian
SEKILAS MENGENAL
BAHASA INDONESIA
Sekilas Mengenal Bahasa Indonesia
▪ Konsep Bahasa
▪ Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
▪ Kedudukan Bahasa Indonesia
▪ Fungsi Bahasa Indonesia
KONSEP BAHASA
tersistem universal
arbitrer dinamis
unik
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
▪ Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Melayu yang sejak dahulu sudah digunakan
sebagai bahasa perantara (lingua franca) di seluruh Asia Tenggara, termasuk Nusantara.
▪ Beberapa prasasti kuno ditemukan yang menjadi tanda penggunaan bahasa Melayu di
Nusantara.
▪ 1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683
▪ 2. Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684
▪ 3. Prsasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686
▪ 4. Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi tahun 688
▪ 5. Prasasti Gondosuli di Jawa Tengah tahun 832
▪ 6. Prasasti Bogor di Bogor tahun 942
Prasasti Kedukan Bukit
Alih Aksara Prasasti Kedukan Bukit
▪ svasti śrī śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śukla-
▪ klapakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṃnāyik di
▪ sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa
▪ vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṃmaŕlapas dari minānga
▪ tāmvan mamāva yaṃvala dua lakşa dangan kośa
▪ duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu
▪ tlurātus sapulu dua vañakña dātaṃdi mata jap (mukha upaṃ)
▪ sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vulan... (āsāḍha)
▪ laghu mudita dātaṃmarvuat vanua ...
▪ śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa nityakāla
Alih Aksara Prasasti Kedukan Bukit
▪ Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 605, pada hari ke sebelas
▪ paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di
▪ sampan mengambil siddhayātra. pada hari ke tujuh paro-terang
▪ bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga
▪ tamwan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan
▪ dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
▪ tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang)
▪ sukacita. pada hari ke lima paro-terang bulan....(Asada)
▪ lega gembira datang membuat wanua....
▪ Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna....
Prasasti Talang Tuo
Alih Aksara Prasasti Talang Tuo
▪ śwasti . śri śaka warṣa titā . 606 . diŋ dwitiya ṣuklapakṣa wulan caitra . sāna tatkālāña parlak śri kṣetra ini . niparwuat
▪ parwaṇḍa punta hiyaŋ śrī jayanāga . ini priṇadhānāṇḍa punta hiyaŋ . sawañakña yaŋ nitanaŋ di sini . ñīyur pinaŋ hanāu . ru
▪ mwiya . dṅan samigra . ña yaŋ kāyu nimakan wuaḥña . tathapi hāur wuluḥpattuŋ ityewamādi . punarapi yaŋ parlak wukan
▪ dṅan tawad talāga sawañakña yaŋ wuatku sucarita parāwis prayojanākaḥpuṇyaña sawwa satwa sacarācara waropāyāña tmu
▪ sukha . di āsannakala di antara mārgga lai . tmu muaḥya āhāra dṅan āir niminuŋña . sawañakña wuatña huma parlak mañcak
mu
▪ aḥya . maŋhidupi paśu prakāra . marhulun tuwi wṛddhi muaḥya jāṅan ya niknāi savañakña yaŋ upasargga . pidanna
swapnawighna . waraŋ wua
▪ taña kathamapi . anukūla yaŋ graha nakṣatra parāwis diya . nirwyadhi ajara kawuatanāña . tathāpi sawañakña yaŋ bhṛtyāna
▪ saṭyārjjawa dṛḍhabhagti muaḥya dya . ya mitrāña tuwi jāṅān ya kapaṭa yaŋ winiña mulang anukūla bhāryya muaḥya waraŋ sthā
▪ naña lāgi jāṅān cūri ucci wadhañca . paradāra di sāna . punarapi tmu ya kalyāṇamitra . marwwaṅun wodhicitta dṅan maitri
▪ ṭadhāri di daŋ hyaŋ ratnatraya jāṅān marsarak dṅan daŋ hyaŋ ratnatraya . tathāpi nityakāla tyaga marśila kṣānti . marwwaṅun
wiryya rājin
▪ tāhu di samiśraña śilpakalā parāwis . samāhitacinta . tmu ya prajñā . smṛti medhāwi . punarapi dhaiyyamāni mahāsa(ttwa)
▪ wajra śarira . anupamaśakti . jaya . tathāpi jātismara . awikalendriya . mañcak rupa . subhaga hāsin hālap āde
▪ yawākya . wrahmaswara . jādi lāki swayaŋbhu puna(ra)pi tmu ya cintāmaṇinidhāna . tmu janmawaŋśitā . karmmawaśitā .
kleśa(va)śi(ta)
▪ awasāna tmu ya anuttarābhisaŋmyaksaŋ wodhi
Alih Bahasa Prasasti Talang Tuo
▪ Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Śrīksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda
Śrī Jayanāśa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon,
buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman
lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk
kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk
mendapatkan kebahagiaan. Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan, semoga mereka menemukan makanan
serta air minum. Semoga semua kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah ternak bermacam
jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik mereka. Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa
karena tidak bisa tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan bintang menguntungkan mereka, dan semoga
mereka terhindar dari penyakit dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka. Dan juga semoga semua hamba mereka setia
pada mereka dan berbakti, lagipula semoga teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga istri mereka menjadi
istri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu tidak ada pencuri, atau orang yang
mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau penzinah. Selain itu, semoga mereka mempunyai seorang kawan sebagai
penasihat baik; semoga dalam diri mereka lahir pikiran Boddhi dan persahabatan (...) dari Tiga Ratna, dan semoga mereka tidak
terpisah dari Tiga Ratna itu. Dan juga semoga senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar; semoga
dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, pengetahuan akan semua kesenian berbagai jenis; semoga semangat mereka
terpusatkan, mereka memiliki pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya, bertubuh
intan seperti para mahāsattwa berkekuatan tiada bertara, berjaya, dan juga ingat akan kehidupan-kehidupan mereka
sebelumnya, berindra lengkap, berbentuk penuh, berbahagia, bersenyum, tenang, bersuara yang menyenangkan, suara
Brahmā. Semoga mereka dilahirkan sebagai laki-laki, dan keberadaannya berkat mereka sendiri; semoga mereka menjadi
wadah Batu Ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga
akhirnya mereka mendapatkan Penerangan sempurna lagi agung.
Prasasti Kota Kapur
Alih Aksara Prasasti Kota Kapur
▪ Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah makamatai tandrun
luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.
▪ Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana. manraksa yan kadatuan
çrivijaya. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.
▪ paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari
drohaka talu din drohaka. tida ya.
▪ Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana
uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi-
▪ jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila.
mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.
▪ Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan
tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-
▪ ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida
bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-
▪ tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti
muah kavuatana. dngan gotrasantanana.
▪ Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa
vulan vaichaka. tatkalana
▪ Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka
çrivijaya.
Alih Bahasa Prasasti Kota Kapur
Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)
Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadātuan Śrīwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang
mengawali permulaan segala sumpah !
Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadātuan ini akan ada orang yang memberontak yang bersekongkol dengan
para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak; yang mengenal pemberontak, yang tidak
berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang
yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan
datu atau beberapa datu Śrīwijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang
jahat; seperti mengganggu:ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai
racun upas dan tuba, ganja, saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan
itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula
biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum
langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut mati kena
kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha
mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segala
nya untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah
kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru berangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak
takluk kepada Śrīwijaya.
Prasasti Karang Brahi
Prasasti Gondosuli
Prasasti Bogor
Lanjut...
▪ Faktor Sejarah
▪ Faktor Kesederhanaan Sistem
▪ Faktor Psikologis
▪ Faktor Reseptif
Peristiwa Penting Perkembangan BM/BI
▪ Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch.A. Van
Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu
▪ Tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman
Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti
Nurbaya dan Salah Asuhan
▪ Tahun 1928, Sumpah Pemuda
▪ Tahun 1933, berdirinya sebuah angkatan sastrawan muda, yaitu
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-
kawan
▪ 18 Agustus 1945 penandatanganan UUD 1945, salah satunya pasa 36
“Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”
Lanjutan...
▪ Bahasa Nasional (Ikrar sumpah Pemuda tahun 1928, “Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”)
▪ Bahasa Negara (UUD 1945 Bab XV pasal 36, “Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia”)
Bahasa Nasional
Fungsi bahasa terbagi secara (Gorys Keraf, 2004; Abdidin, dkk, 2010;
Dibia dan Dwantara, 2017 ).
▪ Umum
▪ khusus
Umum
Ragam Bahasa
Media Situasi
pengantarnya pemakainya
Ragam Lisan
a. Jika di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut dilakukan di antara kedua vokal
itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.
b. Jika di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan
itu.
Misalnya: a-nak, ba-rang, su-lit.
Karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan
sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Misalnya : sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat, a-khir, ang-ka, akh-lak.
45
c. Jika di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,
pemisahan tersebut terdapat di antara kedua konsonan itu.
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa,
makh-luk.
Catatan:
47
B.NAMA DIRI
▪ Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
48
Pemakaian Huruf
▪ Pelafalan harus sesuai dengan pelafalan fonem (bunyi) bahasa Indonesia.
▪ Contoh : AC dibaca a-ce bukan a-se
▪ Cara penulisan nama diri (nama jalan, sungai, gunung dan nama lainnya)
harus mengikuti EBI, kecuali ada pertimbangan khusus yang menyangkut
segi adat, hukum, atau sejarah.
▪ Contoh :
- Rumahnya di Jalan Pajajaran No. 5 Bandung.
- Ayahku dosen di Universitas Padjajaran Bandung.
PENULISAN HURUF
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk. Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras. Selamat pagi.
50
3.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih Quran
Alkitab Weda
Islam Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
52
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah Wage Rudolf Supratman
Amien Rais
Dewi Persik Nicholas Saputra
7.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia bahasa Turki
suku Sasak suku Toraja
54
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Jalan Diponegoro
Blitar Jazirah Arab
Bukit Barisan Kali Ciliwung
Cirebon Selat Karimata
55
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama negara, badan, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali konjungsi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional
Keputusan Presiden RI Nomor 156 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Majelis Permusyawaratan Rakyat
56
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas
12. Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. Doktor Sdr.Saudara
dr. Dokter S.Sos. Sarjana Sosial
M.A. Master of Arts S.H. Sarjana Hukum
Catatan:
Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.
57
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat? Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Catatan:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
58
B.Huruf Miring (kursif)
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
1.menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya:
Kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ditulis oleh Seno
Gumira Ajidarma.
2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
59
3. menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang
telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Sebaiknya kita menggunakan kata kudapan untuk kata snack.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring diberi satu garis di bawahnya.
60
C. HURUF TEBAL
61
PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kami percaya bahwa kamu anak yang pandai.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
62
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya:
bergeletar diberikan
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya:
bertepuk tangan sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat
awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan mempertanggungjawabkan 63
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
monoteisme antarkota multilateral
caturtunggal dasawarsa kontrarevolusi
Catatan:
(1) Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya
huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika
diikuti oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa.
64
C. Bentuk Ulang
Misalnya:
anak-anak centang-perenang porak-poranda gerak-gerik sayur-mayur
65
D.Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam
orang tua sepak bola persegi panjang
2.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah
baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
ibu-bapak kami buku sejarah-baru watt-jam
3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya:
daripada silaturahmi halalbihalal syahbandar
hulubalang wasalam olahraga sukarela
66
E. Kata Ganti -ku, kau- , -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Adiknya pergi ke luar negeri.
Mereka ada di rumah.
Perhatikan penulisan berikut:
Ia keluar sebentar.
Kemarikan buku itu! 67
G. Kata si dan sang
H.Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Apatah lagi yang akan diucapkannya?
68
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
Kelompok kata yang lazim dianggap padu, seperti adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
3. Partikel per yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
69
I. Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan
waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya:
a.10 liter beras b.I jam 20 menit cRp5.000,00
4 meter persegi
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No.15 ; Hotel Sofyan Kamar 69
70
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Misalnya:
Bab X, pasal 5, halaman 212 ; Surah Yasin: 9
5.Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
12 dua belas ; 22 dua puluh dua ; 222 dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
1/2 setengah 3/4 tiga perempat
1/100 seperseratus 1 % satu persen
71
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut
Misalnya:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut
Misalnya:
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
72
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
pemerincian dan pemaparan.
Misalnya:
Anti menonton film itu sampai tiga kali.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang
memberikan suara setuju, 15 suara tidak
setuju, dan 5 suara blangko.
73
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250
juta rupiah.
74
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan
kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua ratus orang pegawai.
Bukan: Kantor kami mempunyai 200 (dua ratus)
orang pegawai.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima sebesar
Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
75
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Salatiga.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
Maman S. Mahayana
3.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administration)
Sdr. (Saudara) 76
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Misalnya:
a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat)
5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A.Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
B.Direktorat Jenderal Agraria.
Penyisipan Naskah: 1.Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 GambarTangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
77
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan
jumlah.
Misalnya:
Sugiarto lahir pada tahun 1972 di Jakarta.
78
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau
gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga-lembaga nasional atau
internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya:
TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)
sinetron (sinema elektronika)
tilang (bukti pelanggaran)
10.Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang.
Misalnya:
Cu (Kuprom)
10 cm Panjangnya 10 cm lebih sedikit.
kg Berat yang diizinkan l00 kg ke atas.
Rp567. 000,00 Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.
79
11.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakankepala karangan, atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pertanian
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
12.Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Sudirman 45
Yth. Sdr. Burhanudin
Kantor BTA Group
80
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli disket, spidol, dan penggaris.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan, namun, sedangkan dan sebagainya.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Nugraha bukan anak saya, melainkan anak Pak Udin.
81
3a.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat apabila anak kalimat
tersebut mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
82
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
O, begitu
Wah, bukan main!
83
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus.“
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Margonda Raya 21, Depok
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
84
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk
membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
Misalnya:
Drs. Sugito, M.M.
Maman S. Mahayana, M.Hum.
Yono Sugiyono, S.S.
85
10.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
Misalnya:
Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik!)
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Agus, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki
makan sirih.
12.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung
tersebut berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Mustafa.
86
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk
memasak di dapur; adik menghafalkan
nama-nama menteri kabinet; saya sendiri asyik
menonton sinetron.
87
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan
itu: hidup atau mati.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Zaenal Arifin
Sekretaris : Irman Nashori
Bendahara: Usman
88
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman; (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-
kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Misalnya:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin: 9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.
89
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba-
ru juga
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di
depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
... cara baru meng-
ukur panas.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
90
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-charter
pen-tackle-an
92
J. Tanda Kurung ( )
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
93
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga
diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya:
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah yang berikut:
(1) alam;
(2) tenaga kerja; dan
(3) modal.
a) alam;
b) tenaga kerja; dan
c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.
94
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa
kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
(perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I]
tidak dibicarakan.)
95
L. Tanda Petik (”...”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
”Sudah siap?” tanya Yono.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Massa, dari
Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul ”Rapor dan
Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
96
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat”
saja. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama ”cutbrai”.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, ”Saya juga minta satu.”
97
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Daus mendapat julukan ”Si
Hitam ”.
Bang Munir sering disebut ”pahlawan”; ia sendiri
tidak tahu sebabnya.
98
M. Tanda Petik Tunggal (’...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Sally, ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’ tadi?”
”Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak
anakku, ’lbu! Bapak pulang!’ dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Ibu Arini.
2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
rate of inflation ‘laju inflasi’
99
N. Tanda Garis Miring (/)
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/1embar
Jalan Sigma III/47
100
O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (’)
101
5. Penulisan Unsur Serapan
▪ Berdasar integrasinya, unsur serapan (pinjaman) dibagi dua:
▪ Pertama, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap dalam
bahasa Indonesia, dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi
pengucapan masih mengikuti cara asing seperti reshuffle, shuttle cock.
▪ Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia, ejaan diubah seperlunya sehingga
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Misal; risk (risiko),
system (sistem), effective (efektif).
PILIHAN KATA
(DIKSI)
KALIMAT
Pengertian Kalimat
▪ Subjek (S)
▪ Predikat (P)
▪ Objek (O)
▪ Keterangan (K)
▪ Pelengkap (Pel.)
Subjek (S)
▪ Subjek adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
▪ Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nomina), klausa, atau kata/frasa
kerja (verba).
▪ Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
▪ Dapat diperluas dengan kata itu, ini
▪ Dapat diperluas dengan menggunakan frasa atau klausa dengan kata penghubung
yang
▪ Contoh :
▪ Arfan sedang membaca.
▪ Pacar Aldo cantik.
▪ Meja dosen besar.
▪ Memancing hobi Andri.
▪ Yang berbusana merah istri saya.
▪ Berjalan kaki menyehatkan badan.
▪ Membangun jalan layang sangat mahal.
Predikat (P)
1. Kesepadanan
2. Keparalelan
3. Ketegasan
4. Kehematan
5. Kecermatan
6. Kepaduan
7. Kelogisan
Kesepadanan
▪ Contoh :
▪ Andi sedang tidur. Sedangkan kakaknya membaca buku. (tidak efektif)
▪ Perbaikan:
▪ Andi sedang tidur sedangkan kakaknya membaca buku. (efektif)
Keparalelan
▪ Contoh:
▪ Harapan Direktur Poliban agar para wisudawan bisa menerapkan ilmu yang
didapatkan pada perguruan tinggi secara kreatif dan inovatif.
Membuat urutan kata yang logis
▪ Contoh:
▪ Pencuri itu merangkak, meloncat, dan berlari agar tidak terlihat
orang.
Melakukan pengulangan kata-repitisi
▪ Dia bukan anak yang malas dan bodoh, tetapi rajin dan cerdas.
Menggunakan partikel penekanan/
penegasan
▪ Contoh:
▪ Saudaralah yang harus ikut dalam kegiatan itu
Kehematan
▪ Contoh:
▪ karena ia sakit keras, dia tidak bisa mengikuti perlombaan renang.
(tidak efektif)
▪ Perbaikan:
▪ karena sakit keras, dia tidak bisa mengikuti perlombaan renang.
(efektif)
Menghindari pemakaian superordinat pada
hiponimi kata
▪ Contoh:
▪ Andi pergi ke Bandung menggunakan mobil Avanza. (tidak efektif)
▪ Andi pergi ke Bandung menggunakan Avanza. (efektif)
Menghindari kesinoniman
▪ Contoh:
▪ Andi hanya belajar komputer saja. (tidak efektif)
▪ Arman memberikan instruksi kepada Ismail agar turun ke bawah.
(tidak efektif)
▪ Perbaikan:
▪ Andi hanya belajar komputer. (efektif)
▪ Arman memberikan instruksi kepada Ismail agar turun. (efektif)
Menghindari menjamakkan kata yang sudah
kata jamak
▪ Contoh:
▪ Para mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir diwajibkan mengikuti
seminar hasil penelitian. (tidak efektif)
▪ Perbaikan:
▪ Para mahasiswa tingkat akhir diwajibkan mengikuti seminar hasil
penelitian. (efektif)
Kecermatan
▪ Paragraf Deduktif
▪ Paragraf Induktif
▪ Paragraf Campuran
▪ Paragraf Tersirat
Contoh sebuah paragraf
Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan
pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai
masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini
mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah
pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah
itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjdai masalah.
Paragraf di atas terdiri dari enam kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal sampah. Oleh sebab itu,
paragraf itu mempunyai topik “masalah sampah” karena pokok permasalahan dalam paragraf itu adalah masalah
sampahI.
2. SYARAT-SYARAT PARAGRAF
a) Kesatuan Paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu
ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang
menyimpang dari pokok pikirab paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus
dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas
Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu
kota Provinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali
emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan
Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.
Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar
dari permasalahan yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.
b) Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan
(kata-kata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf yaitu 1) ungkapan penghubung transisi, 2) kata ganti,
atau 3) kata kunci (pengilangan kata yang dipentingkan.
3. PEMBAGIAN PARAGRAF MENURUT JENISNYA
1) Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf
pembuka harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan
selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang
terkemuka atau orang yang terkenal.
2) Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu.
Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang
akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf itu dapat
dikembangkan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif yang akan dibicarakan pada
halaman-halaman selanjutnya.
3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya,
paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
4. TANDA PARAGRAF
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok ke dalam kira-kira lima
ketukan mesin ketik atau kira-kira dua sentimeter. Dengan demikian, para pembaca mudah dapat melihat
permulaan tiap paragraf sebab awal paragraf ditandai oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis sejajar
dengan garis margin atau garis pias kiri. Selain itu, penulis dapat pula menambahkan tanda sebuah paragraf
itu dengan memberikan jarak agak renggang dari paragraf sebelumnya.
5. RANGKA ATAU STRUKTUR SEBUAH PARAGRAF
Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Apabila
dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-
kalimat di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud
pembicaraannya pada kalimat topik.
Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam
paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya mempunyai satu kalimat utama.
Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya
sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
6. PARAGRAF DEDUKTIF DAN PARAGRAF INDUKTIF
1) Paragraf Deduktif ialah paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf.
Contoh :
Arang aktif ialah sejenis arang yang diperoleh dari suatu pembakaran yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Arang ini
dapat diperoleh dari pembakaran zat-zat tertentu, seperti ampas tebu, tempurung kelapa, dan tongkol jagung. Jenis arang ini
banyak digunakan dalam beberapa industri pangan dan nonpangan. Industri yang menggunakan arang aktif adalah industri kimia
dan farmasi, seperti pekerjaan memurnikan minyak, menghilangkan bau yang tidak murni, dan menguapkan zat yang tidak perlu.
2) Paragraf Induktif ialah paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf.
Contoh:
Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jenderal Sudirman. Seminggu kemudian anak wanita hilang ketika pulang
dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil Jhon. Polisi juge menemukan potret
dua orang anak yang tewas di Jalan Jenderal Sudirman di dalam kantong celana Jhon. Dengan demikian, John adalah orang yang
dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu.
7. PENGEMBANGAN PARAGRAF
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian,
dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Oleh karena
itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah
kalimat topik
8. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF
Teknik pengembangan paragraf itu, secara garis besarnya, ada dua macam. Pertama dengan
menggunakan “ilustrasi”, kedua dengan “analisis”.
Di dalam praktik, kedua bentuk di atas dapat diperinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, di
antaranya (a) dengan memberikan contoh, (b) dengan menampilkan fakta-fakta, (c) dengan memberikan
alasan-alasan, dan (d) dengan bercerita.
9. PEMBAGIAN PARAGRAF MENURUT TEKNIK PEMAPARANNYA
a. Deskriptif (melukiskan)
Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari
atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.
b. Ekspositoris
Disebut juga dengan paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya
dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan.
c. Argumentatif
Paragraf argumentatif dapat dimasukkan ke dalam ekspositoris. Paragraf argumentasi disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih bersifat
membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis.
d. Naratif
Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita
temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat.
Paragraf Deduktif
Paragraf Deduktif
Umum Khusus
Khusus
contoh
Khusus Umum
Khusus
contoh
Khusus
contoh
Desa itu tidak indah, nyaris buruk, dan ternyata juga tidak makmur
dan subur. Mereka semakin terkejut lagi waktu menemukan rumah Mbok
Jah. Kecil, miring, dan terbuat dari gedek, dan kayu murahan. Tegalan yang
selalu diceritakan ditanami dengan palawija nyaris gundul tidak ada apa-
apanya.
Gagasan utama paragraf tersebut adalah “Keadaan/kondisi tempat
tinggal Mbok Jah”
WACANA/ KARANGAN
▪ Karangan merupakan suatu bentuk karya tulis yang dipakai untuk
mengungkapkan gagasan kepada para pembaca.
▪ Berdasarkan tujuannya, karangan terbagi menjadi 5 jenis karangan,
diantaranya yaitu
▪ Deskripsi
▪ NarasI
▪ Eksposisi
▪ Argumentasi
▪ Persuasi.
Karangan deskripsi
Singkong merupakan tumbuhan umbi akar yang kaya karbohidrat. Singkong amat mudah
untuk ditanam dengan hanya meletakan batang singkong di tanah singkong pun akan
tumbuh. Tak hanya itu singkong bisa dapat tumbuh di semua jenis tanah. Meskipun proses
penanamannya amat mudah, proses penanaman singkong memerlukan perhatian khsusus
untuk hasil yang maksimal adalah sebagai berikut:
Pilih batang singkong yang bawah, kemudian potong sekitar 15 cm dan tajamkan
ujungnya. Lalu letakan ditempat yang lembab selama 2 minggu sampai tumbuh tunas
kecil.
Setelah 2 mingggu, tanam singkong ditanah yang sudah digemburkan sebelumnya.
Usahakan jangan menanam singkong dengan cara saling berdekatan karena akan
mengganggu umbi yang dihasilkan. Tancapkan ujung singkong pada tanah jangan terlalu
dalam supaya singkong mudah di cabut saat panen.
Demikianlah cara menanam singkong yang baik dan benar untuk mendapatkan hasil
panen yang maksimal
Karangan argumentasi
Saat ini kita sudah mamasuki zaman tekhnologi yang amat luar biasa perkembangannya. Semua urusan
manusia kini sudah dimudahkan dengan hadirnya tekhnologi ini. Salah satu tekhnologi yang amat sangat
berkembang saat ini adalah alat komunikasi atau telephone pintar. Aka tetapi, tanpa disadari telephone
pintar selama ini justru membuat manusia menjadi bodoh dan malas.
Kenapa bisa seperti itu? Hal ini bisa terjadi sebab kita sudah dimanjakan dengan fitur yang ada. Kemudahan
informasi yang bisa didapatkan manusia itu membuat manusia malas mencari dan mempelajari suatu
informasi sampa manusia akan terbiasa untuk mengandalkan smart phone.
Tak hanya itu saja, smart phone juga membuat manusia jadi pasif dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya. Terdapat banyak fitur-fitur yang bisa mengalihkan manusia dari dunianya seperti game,
social media, video, dan musik, fitur-fitur itu membuat manusia sibuk terhadap smart phone bahkan ketika
kumpul bersama teman pun mereka saling sibuk dengan smartphone masing-maing.
Yang terakhir yaitu smart phone menghilangkan budaya yang ada dalam masyarakat. Saat ini ada fitur peta
atau biasa disebut GPS yang memudahkan manusia mencari tempat, kemudahan ini membuat nilai
menyapa seseorang di jalan untuk bertanya sudah hilang. Padahal dengan bertanya mereka bisa saja
menjadi saudara atau teman yang baik.
Itulah pengaruh buruk smart phone yang tidak disadari sudah membuat mansia, malas, bodoh, dan pasif.
Padahal manusia adalah makhluk sosial yang wajib bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya.
▪ Karangan persuasi yaitu salah satu bentuk karya tulis yang memiliki ajakan-ajakan
terhadap para pembacanya guns melakukan atau mempercayai suatu hal. Sama
halnya dengan jenis karangan argumentasi, karangan persuasi dilengkapi dengan
pendapat penulis yang disertai juga dengan pembuktian supaya pembaca yakin dan
mau mengikuti apa yang disampaikan si penulis. Karena sifatnya ajakan, karangan
ini memiliki tujuan untuk meyakini pembaca yang disampaikan si penulis untuk
melakukan serta mempercayai sesuatu.
▪ Ciri-ciri karangan persuasi
1. Bersifat mengajak pembacanya
2. Mempunyai alasan berupa data, fakta, dan lain-lain untuk meyakinkan pembaca.
3. Berusaha menghindari konflik supaya pembaca tidak kehilangan kepercayaan.
4. Berusaha mendapatkan kesepakatan juga kepercayaaan antara penulis dan
pembaca.
contoh
Hidup bersih adalah dambaan semua orang, Dengan melakuka hidup bersih,
akan menciptakan lingkungan yang sehat dan bermanfaat bagi semua mahluk
hidup hingga bisa berdampak baik pula bagi penghuninya. Seperti ada pada
pepatah latin, di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang kuat, oleh sebab itu,
marilah jaga lingkungan agar menjadi bersih.
Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk berperilaku hidup bersih
yaitu, bersihkanlah lingkungan yang terdekat seperti rumah, halaman, dan
lingkungan sekitar rumah. Dengan lingkungan bersih, semua bibit penyakit
tak akan tumbuh dan berkembang. Kemudian jaga kebersihan diri sendiri
seperti misalnya, mandi yang teratur, menyikat gigi, dan juga memotong
kuku. Menjaga kebersihan tubuh dengan teratur membuat diri terhindar dari
berbagai jenis penyakit. Dan yang terakhir konsumsilah makanan sehat serta
bergizi agar tubuh menjadi sehat dan kuat.
PRESENTASI ILMIAH
Pengertian
2. Pelaksanaan Presentasi
a. Mengurangi gangguan komunikasi
1) kecukupan pencahayaan
2) kapasitas peserta
3) menghindari multitafsir
4) berpikir positif
5) peserta rasa nyaman, dihormati
dan dihargai
6) budaya peserta
7) bersikap terbuka
8) pakai rapi dan tepat
lanjutan
▪ Membantu pembaca atau penikmat karya untuk mengetahui gambaran dan penilaian
dari sebuah karya secara lebih ringkas dan mendalam.
▪ Membantu pembaca atau penikmat karya untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
suatu karya.
▪ Membantu pembaca atau penikmat karya untuk mengetahui latar belakang dan alasan
mengapa sebuah karya dibuat.
▪ Menguji kualitas karya untuk dibandingkan dengan karya sejenis lainnya.
▪ Memberi masukan atau rekomendasi kepada pembuat karya berupa kritik atau pun
saran.
▪ Mengajak pembaca untuk turut mendiskusikan karya yang diulas atau diresensi.
▪ Memberikan informasi dan pemahaman secara komprehensif mengenai karya yang
diresensi.
Unsur yang ada dala resensi
▪ 1. Judul
Judul resensi harus mempunyai kesesuaian dengan isi buku atau karya yang diresensi.
Kemudian, judul harus dibuat semenarik mungkin sehingga dapat memancing pembaca
untuk membacanya.
▪ 2. Identitas Buku atau Karya
Bila yang diresensi adalah buku, bagian ini dapat berisi:
1. Judul buku,
2. Pengarang,
3. Penerbit,
4. Tahun terbit (beserta cetakannya), dan
5. Jumlah halaman.
lanjutan
▪ 3. Isi Resensi
▪ Bagian ini berisi ulasan karya. Ulasan dapat berupa sinopsis, ulasan
singkat, kutipan, keunggulan, serta kelemahan yang terdapat dalam
karya yang diresensi.
▪ 4. Penutup
▪ Bagian ini biasanya berisi alasan mengapa buku atau karya itu perlu
dibaca atau dinikmati. Selain itu, latar belakang penulisan buku juga
bisa diletakkan di bagian ini.
contoh
Ini dilakukan demi membangun taman bacaan bernama Taman Bacaan Pelangi. Kini, berkat bantuan dari
berbagai pihak, Taman Bacaan Pelangi telah mendirikan 39 perpustakaan yang tersebar di 15 pulau di Timur
Indonesia. Sebuah pencapaian yang luar biasa.
Nila Tanzil menceritakan semua pengalamannya dalam buku Lembar-Lembar Pelangi yang ditulisnya
sendiri. Semua diceritakan dengan bahasa yang mengalir dan mudah dipahami meskipun ada beberapa
kosakata bahasa Inggris yang dimasukkan.
Melalui buku ini, kita akan lebih memahami bagaimana kondisi pendidikan yang sebenarnya di timur
Indonesia sana. Dengan dilengkapi gambar dan foto-foto kegiatan, semakin nyatalah gambaran mengenai
kondisi pendidikan di sana.
Setidaknya, ada dua hal yang akan kita dapat dari buku ini. Pertama, perjalanan Nila Tanzil dalam
mendirikan dan mengelola Taman Bacaan Pelangi.
Kedua, bagaimana kondisi riil masyarakat di Timur Indonesia sana serta respons mereka terhadap Taman
Bacaan Pelangi. Dua hal yang sebenarnya tidak dapat terpisahkan. Dalam buku inilah Nila menyatukan
keduanya menjadi bacaan yang menarik dan inspiratif.
Mungkin tidak pernah terbayang oleh kita bahwa cita-cita anak-anak di timur sana hanya dua, yaitu guru
dan pastor. Mereka tidak pernah dikenalkan oleh profesi lain semacam dokter, tentara, polisi, dan
sebagainya.
Lanjutan contoh
Hadirnya Nila dengan Taman Bacaan Pelangi nyatanya mampu membawa perubahan bagi anak-anak di sana. Beberapa
minggu setelahnya, jawaban mereka berubah. Dokter, pilot, tentara, mereka menjadi mengenal profesi lain selain guru dan
pastor. Taman Bacaan Pelangi telah menggantungkan mimpi-mimpi mereka setinggi langit.
Kita juga dapat mengambil beberapa hal yang bisa menjadi kritik sosial atas apa yang terjadi di negeri ini.
“Aku percaya, masing-masing orang dilahirkan ke dunia ini untuk misi tertentu. There are bigger things that I have to do,
other than ‘just’ working for corporation as a carrer woman.” (hlm. 196).
Memang benar bahwa banyak orang terlalu sibuk bekerja pada orang lain (di perusahaan) tanpa melihat apa yang
sebenarnya terjadi di lingkungan sekelilingnya.
Dalam ruangan ber-AC, bagaimana mungkin seseorang memikirkan keadaan orang lain yang hidupnya jauh di timur sana?
Barangkali masih ada.
Memang ada beberapa bagian dari buku ini yang dirasa tidak perlu untuk ditampilkan, seperti tentang cerita hidup Kapten
Tim pada bagian awal dan sex education pada bagian empat belas. Hal semacam itu terlalu vulgar untuk ditampilkan dalam
buku seperti ini.
Akan tetapi, seorang Nila Tanzil tentu mempunyai alasan untuk menyertakannya dalam bagian buku. Alasan itu tersirat di
bagian yang sama.
Inilah kecerdikan penulis yang mampu membawakan dan memasukkan ‘unsur’ lain ke dalam buku yang sejati tidak
berkaitan dengan ‘unsur’ itu.
Buku ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggali lebih dalam mengenai kondisi pendidikan di Timur Indonesia.
Dengan gaya bahasa yang cenderung bercerita, tentu tidak akan membuat pembaca cepat merasa bosan.
Buku ini cocok sebagai bacaan siswa terutama mereka yang bersekolah di kota-kota besar untuk ‘melihat’ sekilas nasib
saudara kita di timur sana. Terlebih lagi bagi orang-orang yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, buku ini sangat
direkomendasikan untuk dibaca
Tugas:
silahkan cari buku kemudian diresensi
KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
208
CIRI-CIRI KARYA ILMIAH
▪ SISTEMATIS
▪ OBJEKTIF
▪ CERMAT, TEPAT, DAN BENAR
▪ TIDAK PERSUASIF
▪ TIDAK EMOTIF
209
SIKAP ILMIAH
▪ Ingin tahu
▪ Terbuka dan objektif
▪ Menghargai karya orang lain
▪ Berani mempertahankan kebenaran
▪ Sikap menjangkau ke depan
▪ Konsisten
210
BENTUK KARYA ILMIAH
• Makalah
• Laporan tugas akhir
• Skripsi
• Tesis
• Disertasi
211
Makalah
tetapkann
TENTUKAN JUDUL
Judul menarik dan terbatas
Sesuaikan
OUTLINE
Bentuk & jenis krgn dgn metode penulisan
laksanakan
KUMPUL DATA Studi pustaka, wawncara, observasi
Klasifikasikan
ORGANISASIR Data lalu susun jadi wacana
Suntinglah
EDITING Kaidah bhs, ejaan, diksi, alinea
PENULISAN AKHIR
PERWAJAHAN TULISAN
• Tulisan diketik dengan ukuran font 12.
• Jenis huruf : Times New Roman, Arial, Tahoma, Courier New,
atau Book Antiqua
• Kertas berukuran kuarto atau letter (21,9 x 28 cm)
• Pengetikan dilakukan pada satu muka kertas dengan ukuran:
pias atas 4 cm, pias bawah 3 cm, pias kiri 4 cm, dan pias
kanan 3 cm.
• Judul bab, kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka
diletakkan di tengah (simetris) dan pada halaman baru.
• Panjang karya tulis minimal 20 halaman.
224
▪ Spasi:
– Pengetikan antara baris satu dengan baris berikutnya
dalam teks 2 spasi.
– Jarak antara anak bab dan baris pertama teks adalah 2
spasi.
– Baris terakhir teks dan tajuk anak bab berikutnya 3
spasi.
– Paragraf baru menjorok ke dalam 5 ketukan dari
margin kiri dan jarak antara paragraf 2 spasi.
225
DAFTAR PUSTAKA
▪ Ditulis secara alfabetis setelah nama pengarang yang
terdiri atas dua kata dibalik susunannya. Misalnya
Gorys Keraf menjadi Keraf, Gorys.
▪ Gelar pengarang tidak dicantumkan dalam penulisan.
▪ Tidak diberi nomor urut.
226
▪ Sistematika penulisan daftar pustaka
– Nama pengarang. Tahun terbit. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.
227
– Judul buku ditulis dengan huruf kapital setiap unsurnya, kecuali bila unsur tersebut kata
depan / kata penghubung.
– Judul buku digaris bawahi setiap unsurnya atau dicetak miring dan diakhiri dengan tanda titik.
– Kota penerbit ditulis nama kota tempat penerbit berada dan diakhiri tanda titik dua.
– Penerbit ditulis namanya saja, tidak perlu disertakan CV atau jenis lainnya dan diakhiri tanda
titik.
228
▪ Apabila ada nama pengarang yang sama, maka untuk
buku yang berikutnya nama pengarang diganti dengan
garis lurus sepanjang nama pengarang itu.
▪ Apabila ada 3 pengarang dalam satu buku, maka
pengarang pertama susunannya dibalik, sedangkan
pengarang berikutnya susunannya tetap sesuai nama
aslinya.
▪ Pengarang yang terdiri lebih dari 3 orang, maka hanya
ditulis nama pengarang pertama saja yang susunannya
dibalik ditambah et all.
229
▪ Jarak antara daftar pustaka yang satu dengan
berikutnya adalah 2 spasi, sedangkan jarak dalam
satu daftar pustaka antara satu baris dengan baris
berikutnya adalah 1 spasi.
▪ Baris berikutnya dalam satu daftar pustaka ditulis
menjorok ke dalam pada spasi ke-9.
230
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad. dan Sakura H. Ridwan. 1988.
Erlangga.
Nasional.
Usaha Nasional.
231
ARTIKEL
232
Majalah
▪ Nama penulis
▪ Judul artikel di antara tanda kutip
▪ Nama majalah digarisbawahi dan diakhiri tanda koma
▪ Nomor majalah
▪ Tanggal dan tahun penerbitan
Parera, J.D. “Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Dilihat Dari Segi
Sosiopolitiklinguistik” Analisis Kebudayaan Depdikbud tahun IV-No.3. 1983/1984.
233
Surat Kabar
234
Karya yang Tidak Diterbitkan
▪ Unsur-unsurnya:
– Nama penulis
– Judul tulisan
– Untuk apa tulisan itu ditujukan
– Lembaga yang menerima tulisan
– Tahun diajukannya karya
▪ Penulisan
– Unsur pertama dan kedua diberi sela 2 ketukan
– Unsur kedua dan ketiga diberi jarak 2 ketukan
– Unsur-unsur lain diberi jarak 1 ketukan
Sakura Hatamarrasjid, “Perbandingan Fonologi Bahasa Bangka dengan Bahasa Indonesia.” Tesis
Sarjana, Fakultas Ilmu Pendidikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bandung, 1967.
235
CATATAN KAKI (FOOTNOTE)
Fungsi footnote:
▪ untuk menunjukkan sumber informasi bagi pernyataan
ilmiah yang terdapat yang terdapat dalam tulisan
▪ Sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil yang kalau
dsatukan dengan uraian akan mengganggu kelancaran
penulisan.
▪ Sebagai keterangan tambahan
236
Catatan kaki dipergunakan sebagai:
▪ Pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang
tercantum dalam teks atau sebagai petunjuk sumber
▪ Tempat memperluas pembahasan yang diperlukan
▪ Referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagian mana /
halaman berapa, hal yang sama dibahas di tulisan.
▪ Tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima
dari orang lain.
237
Penulisan Buku
238
Penulisan Artikel dalam Majalah
▪ Nama pengarang
▪ Judul artikel di antara tanda kutip
▪ Nama majalah digarisbawahi
▪ Tanggal penerbitan
▪ Nomor halaman
239
CATATA KAKI SINGKAT
▪ Ibid
– Ibidium artinya sama dengan di atas
– Digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang
tepat di atasnya.
– Ditulis dengan huruf besar, digarisbawahi, diikuti titik dan koma lalu nomor
halaman.
240
▪ Op.cit.
– Oprea citati artinya dalam karya yang telah dikutip
– Dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan
kaki lain dari sumber lain.
– Urutannya: nama pengarang, op.cit, nomor halaman.
241
▪ Loc. Cit.
– Loco citati artinya tempat yang telah dikutip seperti di atas tetapi dari halaman
yang sama
– Urutannya: nama pengarang loc. Cit. (tanpa nomor halaman)
242
2 John Dewey, How We Think (Chicago: Henry Regnery Company, 1974), p. 75
3 BP3K, Strategi pengembangan Kekuatan Penalaran (Jakarya Departemen P dan K,
1979)pp. 81-95.
4 Ibid., p. 15.
5 John Dewey, op.cit., p. 18.
6 John Dewey, loc.cit.
243
CATATAN KAKI, KUTIPAN,
DAN DAFTAR PUSTAKA
Catatan Kaki
Soelaiman, D.A. (Ed). 2003. Warisan Budaya Melayu Aceh. Banda Aceh.
Banda Aceh: Pusat Studi Melayu.
Soelaiman, D.A. (Eds). 2003. Warisan Budaya Melayu Aceh. Banda Aceh.
Banda Aceh: Pusat Studi Melayu.
Rujukan dari artikel dalam buku
kumpulan artikel yang ada editornya
Margono. 2007. Manajemen Jurnal Ilmiah. Dalam M.G. Waseso & A.
Saukah (Ed.), Menerbitkan Jurnal Ilmiah (hlm. 41-59). Malang:
Kalio Saiyo.
Margono. 2007. Manajemen Jurnal Ilmiah. Dalam M.G. Waseso & A.
Saukah (Eds.), Menerbitkan Jurnal Ilmiah (hlm. 41-59). Malang:
Kalio Saiyo.
Catur, S. 14 Juli 2010. HKTI dalam Sandra Parpol. Jawa Pos. Hlm 4.
Koran tanpa penulis
Aswadi, D. 2014. Pekerjaan Begitu Indah. JBSP, 6 (1): hlm. 123, (Online),
dalam Jurnal Bahasa (http://jurnal_bahasa.com), diakses
tanggal 6 Januari 2014.
Catatan kuliah