Anda di halaman 1dari 45

PERKEMBANGAN INFORMASI ELEKTRONIK

Ignasius Sumarsono Raharjo


NPP. 12.87.263
e-mail: iig_son@yahoo.co.id
Hp. 0856 4033 3875, Telp/fax. 0272.323945
Kondisi TI saat ini:
• Berdampak pada tatanan global dan
eksistensi negara2 krn. mendasarkan pd.
batas2 phisik dan geopolitik;
• Dari sisi hukum: mereduksi tatanan hukum
konvensional dan memunculkan problem
besar dalam sistem hukum nasional dan
internasional shg. berkaitan dng. 3 hal yi.:
substansi hukum, struktur hukum dan budaya
hukum;
• Semua cabang ilmu sibuk untuk menganalisis,
menempatkan diri dan mendaya-gunakan TI;
Informasi yang berbasis internet, memiliki prinsip
Free Flow of Information, yaitu penyebaran dari
informasi tersebut tidak dapat dihambat, namun
tidak berarti seluruh Informasi yang berbasis
internet dapat diakses oleh siapapun tanpa batasan
apapun.

Setiap pemilik informasi dapat menentukan sendiri


perlindungan privasinya terhadap
informasi yang dimiliki oleh yang bersangkutan di
dalam media internet.
Potensi TI:
• Telah mengubah gaya hidup dan hub. antar
manusia…terjadi migrasi besar-besaran dari
real-time ke real-virtuality;
• Kepemilikan informasi elektronik ini
mempunyai konsekwensi ekonomi penting;
• Secara revolusioner, menjadi tumpuan
transaksi dalam bisnis online; Di dalam pusat
tiap-tiap transaksi komersial, penggunaan
teknologi informasi telah menjadikan
komunikasi yang dirancang untuk
memudahkan suatu transaksi, melakukan
transisi dan persetujuan untuk melibatkan
diri dalam menukarkan informasi, memasuki
suatu kontrak, atau pembuatan suatu
pembayaran.
Potensi TI
• Teknologi digital yang digunakan untuk mengimplementasikan dunia
cyber memiliki kelebihan dalam hal duplikasi atau regenerasi. Data
digital dapat direproduksi dengan sempurna seperti aslinya tanpa
mengurangi kualitas data aslinya.
• Hal ini sulit dilakukan dalam teknologi analog, dimana kualitas data asli
lebih baik dari duplikatnya.
• Sebuah salian (fotocopy) dari dokumen yang ditulis dengan tangan
memiliki kualitas lebih buruk dari aslinya. Seseorang dengan mudah
dapat memverifikasi keaslian sebuah dokumen.
• Sementara itu dokumen yang dibuat oleh sebuah wordprocessor dapat
digandakan dengan mudah, dimana dokumen “asli” dan “salinan”
memiliki fitur yang sama. Jadi mana dokumen yang “asli”? Apakah
dokumen yang ada di disk saya? Atau yang ada di memori komputer
saat ini? Atau dokumen yang ada di CD-ROM atau flash disk? Dunia
digital memungkinkan kita memiliki lebih dari satu dokumen asli.
Topological Map of ARPANET in 1969
Topological Map of ARPANET in 1977
University of Buffalo, Campus backbone
Topological map of Internet Initiative Japan backbone
October, 1999
Topological map of the MBone, 1996
Interactive visualitations of traffic flow by Stephen Eick & colleagues
Web traffic ‘skyscrapers’ by Staphen Lamm, Daniel Reel &
Will Scullin
Internet connectivity graph by Bill Cheswick & Hal Burch
Cyberspace 1
• Cyberspace atau dunia maya secara harafiah berarti
‘ruang yang dapat dilayari’ dan diperoleh dari kata
Yunani yaitu kyber (artinya: to navigate)
• Terdapat berbagai teori‘space’, setidak-tidaknya 4
(empat) teori yi: Aristotelian, Newtonian, Leibnizian,
Kantian.
• Aristotelian: space is ‘static, hierarchical, and
concrete’;
• Newtonian: space is ‘a kind of absolute grid, within
which objects are located and events occur’;
• Leibnizian: space is ‘fundamentally relational and
defined entirely in terms of those relationships’;
• Kantian: space is conceptualised as ‘a form imposed
on the world by humans’
Cyberspace 2

• pandangan Aristotelian, Newtonian,


space diartikan sebagai sesuatu
kemutlakan yang dipahami dan
diperlakukan sebagai kontainer yang
berisi obyek-obyek serta perhubungan.
• aliran Leibnizian, Kantian, space
sebagai bentuk konsekuensi dari saling
keterhubungan antara berbagai obyek
Cyberspace 3 (Istilah)
• Novel: ‘Neuromancer’ (William Gibson [1984]) telah
menjadi sumber asli dari istilah cyberspace, menjadi
icon serta reappropriated;
• Cyber juga digunakan oleh Ampere untuk kawat
listrik (1946);
• CYBORG (Cybernetics Organics) yaitu organ buatan
listrik yang berkaitan dengan cyber ;
• "cyberspace" menekankan bahwa itu dapat
diperlakukan sebagai suatu tempat. Juga
cyberspace menjadi suatu khayalan akan suatu visi
(the illusion of vision)
Eksistensi Cyberlaw
 Aspek ontologis
 Aspek epistemologis
 Aspek aksiologis
Aspek ontologis (focus: ‘ada’ dan ‘keberadaan’)
yg. membawa dampak pada hukum yaitu:

• hubungan hukum, karena di dalam cyberspace pada


hakekatnya adalah sebuah bentuk jejaring dan relasi
yang menciptakan interconnectedness dan
interdependency
• “persoon atau rechtpersoon” sebagai subyek hukum
karena di-cyberspace terjadi perubahan mendasar
tentang diri (self) dan identitas (identity),
• “tempat” karena di dalam cyberspace, istilah tempat
adalah merupakan ruang imajiner di dalam bit-bit
komputer yang sangat berbeda dengan ruang nyata
dengan dibatasi oleh geopolitis dan hukum.
Aspek epistemologi (focus: sistematisasi bahan
hukum)

• Cyberspace merupakan realitas virtual yang dicipta-


kan manusia, telah membangun alas hak yuridis
untuk mempedomani perilaku manusia dalam ke-
maya-an yaitu melalui cyberlaw;
• Cyberlaw eksistensinya ditekankan kepada hukum
yang bersifat interdisipliner dengan pola pemikiran
teori cybernetics;
• Cyberlaw yang masuk dalam mazhab command
school berkencenderungan untuk merangkum semua
mazhab yang ada karena kegiatan siber sudah tidak
pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu
dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional
untuk dijadikan obyek dan perbuatan, sebab jika cara
ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan
hal-hal yang lolos dari jerat hukum
Aspek aksiologis (focus: kemanfaatannya atau
kegunaannya)

• bagaimana cyberlaw mempersiapkan putusan hukum


pada tataran mikro maupun makro.
• menunjukkan apa hukumnya tentang kegiatan virtual
di cyberspace (ke arah rechtsschepping) dan
membuat rekomendasi-rekomendasi interpretasi
terhadap aturan-aturan hukum suatu negara, seperti
misalnya di Indonesia, berkenaan dengan interpretasi
melalui rechtsvinding tentang alat bukti tertulis.
• pengeliminasian kontradiksi-kontradiksi yang nampak
ada dalam tata hukum yang ada di suatu negara.
Analisis kritis terhadap putusan hakim untuk
kepentingan yurisprudensi sehingga dapat dijadikan
pedoman hakim-hakim lain apabila mendapatkan
kasus serupa atau sejenis. Contoh adalah analisis
kasus mustika-ratu.com
Pengertian Informasi:
• ‘information’ kata dasarnya ‘inform’ yang secara
leksikal artinya adalah “to give, imbue or inspire
with some specific quality or character”. Jadi
informasi bukan hanya sebagai suatu obyek
ataupun output saja, yang lazim diartikan dalam
pengertian bahasa sebagai suatu keterangan
ataupun berita, melainkan yang penting justru
terletak pada pemrosesannya dalam arti bahwa
informasi dikatakan benar, ada, terjadi, aspek
validitasnya terletak bila informasi itu dapat
dipertanggung-jawabkan secara teknis
Unsur Informasi:

• pemrosesannya (processing)
• validitas dari pemrosesannya.
• ‘hal apa (atau raw material)’, didasarkan
pada perkembangan teknologi informasi
itu sendiri.
Informasi

Paper based Non-paper based

elektronik

digital
3 (tiga) fungsi utama informasi dlm. kertas:

• fungsi informatif (informational function),


• fungsi pembuktian (evidential function),
• fungsi identitas (legal identity function).
Informasi Elektronik merupakan nukleus atau
bahkan nuklei (inti yang sangat esensial) dari
Teknologi Informasi.
Informasi Elektronik sendiri didefinisikan sebagai
satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto, electronic data interchange
(EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang
telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya.
Beberapa istilah yg. digunakan untuk informasi elektronik:

• Electronic Transaction Act of Singapore: “electronic


record”;
• Uniform Computer Information Transaction Act (UCITA)
2002: “computer information” jg. membedakan record
dan message;
• UNCITRAL Model Law on Electronic Signature with
Guide to Enactment, 2002: “data message”;
• UU ITE Indonesia No. 11 Th. 2008: “informasi elektronik”
Definisi Dokumen Elektronik
• Sesuatu yang disimpan dalam struktur yang dikenal, pada
sembarang medium, dapat dimengerti tanpa pemrosesan terlebih
dahulu kecuali untuk presentasi pada layar atau cetakan printer
• Suatu materi / isi bermedia elektronik (selain program komputer
atau file sistem) yang dimaksud untuk digunakan dalam bentuk
elektronik, tanpa dicetak ( walaupun pencetakan dimungkinkan) (17)
• BAB I, Pasal 1,14 (UU-ITE)- Dokumen elektronik adalah setiap
informasi yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal,
atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar
melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau
perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya. (1,5)
Bentuk-bentuk Dokumen Elektronik

• File-file dalam program komputer, seperti


tulisan, gambar, spreadsheet, video,
suara, dll
• E-contract
• Digital signature
• Microfilm
• E-mail
Peraturan Hukum
• Draft Model UNCITRAL
– Keberadaan dokumen elektronik dalam kontrak perdagangan hampir
menjadi semacam standar bagi perdagangan internasional di masa yang
akan datang.
• Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tanggal 24 Maret 1997 tentang
Dokumen Perusahaan Kemajuan teknologi telah memungkinkan catatan
dan dokumen yang dibuat di atas kertas dialihkan ke dalam media
elektronik atau dibuat secara langsung dalam media elektronik
– Pasal 15  Dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam mikrofilm
atau media lainnya dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang
sah
• Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pengalihan
Dokumen Perusahaan
– Suatu data yang originalnya adalah dalam bentuk elektronis atau sejak
semula dibuat atau diterima dalam sarana bukan kertas dapat langsung
dialihkan dalam bentuk media lainnya tanpa harus dibuat dahulu hasil
cetaknya (Hard-Copy)
Hal-hal yang Kurang Mendukung Dokumen
Elektronik
• Dokumen elektronik sangat mudah untuk diduplikasikan sehingga tidak diketahui
lagi data mana yang original
• Dokumen elektronik sebagai alat bukti dikhawatirkan dapat dipalsukan dan
nantinya akan muncul masalah tentang keotentikan dokumen elektronik tersebut.
• Illegal Contents (6)
– Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet
tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar
hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan
suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga
diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan
suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk
melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.
• Data Elektronik Sebagai Alat Bukti Masih Dipertanyakan (14)
– Pengakuan data elektronik sebagai alat bukti di pengadilan nampaknya masih
dipertanyakan validitasnya
– Belum adanya payung hukum
– Belum terjamin keamanan data
Hal-hal yang Mendukung Dokumen
Elektronik
• OnLine Trading dalam kegiatan bursa efek
• Pengakuan mikrofilm sebagai media penyimpanan
• UNCITRAL menyusun draft untuk Konvensi Pembentukan Kontrak Elektronik,
bertujuan :
– Menghapuskan hambatan hukum dalam pembentukan kontrak yang digunakan
secara elektronik dalam komunikasi.
– Memperjelas atau mengadaptasi peraturan tradisional dalam pembentukan
kontrak untuk mengakomodasi kenyataan dalam kontrak elektronik.
• Adanya UU ITE yang mendukung penggunaan dokumen elektronik. (1)
• Diterbitkannya Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informasi Nomor :
56/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Manajemen Sistem Dokumen
Elektronik tanggal 29 Desember 2003 sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden
Nomor 3 Tahun 2003
• Dengan adanya teknologi yang cukup canggih, dokumen yang sengaja atau tidak
sengaja terhapus dapat dilacak / dikembalikan. Hal ini berguna terutama dalam
penyelidikan suatu kasus kriminal / penghilangan barang bukti.
Perlunya Cyber Law
• karakteristik Internet yang tidak mengenal batas-batas teritorial dan
sepenuhnya beroperasi secara virtual (maya), Internet juga
melahirkan aktivitas-aktivitas baru yang tidak sepenuhnya dapat
diatur oleh hukum yang berlaku saat ini (the existing law). 
• Kenyataan ini telah menyadarkan masyarakat akan perlunya
regulasi yang mengatur mengenai aktivitas-aktivitas yang
melibatkan Internet.  

Cyberspace.
”cyberspace” adalah objek atau concern dari ”cyber law”. 
• Istilah ”cyberspace” diperkenalkan oleh William Gibson seorang
penulis fiksi ilmiah (science fiction) dalam novelnya yang berjudul
Neuromancer  
• Perkembangan selanjutnya menjadi ruang elektronik (electronic
space), yaitu sebuah masyarakat virtual yang terbentuk melalui
komunikasi yang terjalin dalam sebuah jaringan kornputer
(interconnected computer networks).’
Hal-hal yang Mendukung Dokumen
Elektronik
• Thesis “Watermarking Pada Dokumen Teks Digital Menggunakan Metode Line-shift
Coding Dengan Persebaran Kode” Oleh : Mohamad Sbastian Widodo, Electrical
Engineering Magister Programme ITB.
– Salah satu cara untuk mengantisipasi duplikasi dokumen elektronik:
– Berupa penerapan teknologi watermark pada dokumen elektronik. Sebuah tanda
yang unik diletakkan secara permanen kedalam sebuah dokumen elektronik, dan
harus memiliki kemampuan untuk tidak terdeteksi melainkan oleh perangkat yang
dirancang khusus untuk mendeteksi dan membaca tanda tersebut. Dalam thesis ini,
diteliti sebuah teknik penyisipan dan pendeteksian watermark pada dokumen digital
berbentuk teks. Hasil pengujian yang diperoleh, detektor memiliki prosentase
akurasi yang cukup baik, meskipun noise telah diberikan untuk merusak dokumen
secara perseptual. Selain itu teknik ini tidak memerlukan dokumen aslinya pada
proses pendeteksian. Penelitian ini padat memberikan kontribusi awal yang baik
sejalan dengan diberlakukannya konsep e-government khususnya di Indonesia.
• Peranti Lunak Dokumen Elektronik Memudahkan Kinerja Banyak Profesi, contoh :
– Spreadsheet (Excel) untuk proses akuntansi
– Visio Drawing, AutoCad, dll untuk menggambar (arsitektur)
– Dll
Perkembangan saat ini
• Saat ini ada beberapa aktivitas utama yang sudah dilakukan di
cyberspace seperti Commercial On-line Services, Bulletin Board
System, Conferencing Systems, Internet Relay Chat, Usenet, EmaiI
list, dan entertainment.

• ”cyberspace” adalah Internet yang juga sering disebut ”a network of


net works”.

• Disebut juga ”virtual community” (masyarakat maya) atau ”virtual


world” (dunia maya).
 
• Mengingat karakteristik aktivitas di Internet yang berbeda dengan di
dunia nyata, maka muncul pro kontra mengenai bisa dan tidaknya
sistem hukum tradisional/konvensional (the existing law) yang
mengatur aktivitas tersebut.
Pro-Kontra Regulasi Aktivitas di Internet
• Munculnya pro-kontra bisa atau ticlaknya sistem hukum
tradisional mengatur aktivitas-aktivitas di Internet disebabkan
karena dua hal yaitu;
• karakteristik aktivitas di Internet yang bersifat lintas-batas,
sehingga tidak lagi tunduk pada batasan-batasan teritorial, dan
• sistem hukum traditional (the existing law) yang justru bertumpu
pada batasan-batasan teritorial dianggap tidak cukup memadai
untuk menjawab persoalan-persoalan hukum yang muncul akibat
aktivitas di Internet.

Prokontra terbagai menjadi tiga kelompok :


 
• Kelompok pertama total menolak, karena Internet adalah ”surga
demokrasi” (democratic paradise) yang menyajikan wahana bagi
adanya lalu-lintas ide secara bebas dan terbuka tidak boleh
dihambat dengan aturan yang didasarkan atas sistem hukum
tradisional yang bertumpu pada batasan-batasan territorial.
Internet harus diatur sepenuhnya oleh system hukum baru yang
didasarkan atas norma-norma hukum yang baru pula yang
dianggap sesuai dengan karakteristik.yang melekat pada
Internet.
• Kelompok kedua sangat mendukung, karena
agar cepat ada aturan hukum, maka paling
mungkin adalah dengan mengaplikasikan
sistem hukum tradisional yang saat ini
berlaku.

• Kelompok ketiga (jalan tengah) berpendapat


bahwa aturan hukum harus dibentuk secara
evolutif dengan cara menerapkan prinsip-
prinsip ”common law” yang dilakukan secara
hati-hati dan dengan menitikberatkan kepada
aspek-aspek tertentu dalam aktivitas
”cyberspace” yang menyebabkan kekhasan
dalam transaksi- transaksi di Internet.
Cyber Law

• Proposal dari Mefford yang mengusulkan ”Lex


Informatica” (Independent Net Law) adalah
”Foundations of Law on the Internet".
• Proposal Mefford merupakan satu sistem hukum yang
dibentuk secara evolutif untuk merespon kebutuhan-
kebutuhan hukum (the legal needs) para pelaku
transaksi dagang yang mendapati kenyataan bahwa
sistem hukum nasional tidak cukup memadai dalam
• menjawab realitas-realitas yang ditemui dalam
transaksi perdagangan internasional.
• Secara demikian maka ”cyber law” dapat didefinisikan
sebagai seperangkat aturan yang
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang muncul
akibat dari pemanfaatan Internet.
Cyber Law dalam Electronic Commerce.
• Sampai saat ini belum ada pengertian yang tunggal
mengenai E-Commerce.
• Hal ini disebabkan karena hampir setiap saat muncul
bentuk- bentuk baru dari Ecommerce dan tampaknya E-
Commerce ini merupakan salah satu aktivitas
cyberspace yang berkembang sangat pesat dan
agresif.
• Definisi E-Commerce dari ECEG-Australia (Electronic
Cornmerce Expert Group) : “Electronic commerce is a
broad concept that covers any commercial transaction
that is effected via electronic means and would include
such means as facsimile, telex, EDI, Internet and the
telephone”.
• Dalam operasionalnya E-Commerce ini dapat
berbentuk B to B (Business to Business) atau B to C
(Business to Consumers).
• Persoalan jaminan keamanan dalam E-Commerce
pada umumnya menyangkut transfer informasi
seperti informasi mengenai data-data credit card
dan data-data individual konsumen.
• Dalam area ini ada dua masalah utama yang
harus diantisipasi yaitu
1.”identification integrity” yang menyangkut identitas
si pengirim yang dikuatkan lewat ”digital
signature”, dan
2.”message integrity” yang menyangkut apakah
pesan yang dikirimkan oleh si pengirim itu benar-
benar diterima oleh si penerima yang dikehendaki
(intended recipient).
• Dalam kaitan ini pula para konsumen memiliki
kekhawatiran adanya ”identity theft”’atau ”misuse
of information” dari data-data yang diberikan
pihak’ konsumen kepada perusahaan.
Persoalan-persoalan/Aspek-aspek hukum terkait.

a. Kontrak

• Persoalan mengenai kontrak dalam E-Commerce mengemuka karena


dalam transaksi ini kesepakatan antara kedua belah pihak dilakukan
secara elektronik.
• Akibatnya, prinsip-prinsip dalam hukum kontrak tradisional seperti waktu
dan tempat terjadinya suatu kontrak harus mengalami modifikasi.
• Selain masalah diatas masih banyak aspek-aspek hukum kontrak
lainnya yang harus dimodifikasi seperti kapan suatu kontrak E-
Commerce dinyatakan berlaku mengingat kontrak-kontrak dalam
Internet itu didasarkan atas ”click and-point agreements”.
• Apakah electronic contract itu dapat dipandang sebagai suatu kontrak
tertulis?
• Bagaimana fungsi dan kekuatan hukum suatu tanda tangan elektronik
(Digital Signature), dan sebagainya.
Persoalan-persoalan/Aspek-aspek hukum terkait.
b. Perlindungan konsumen
• Masalah perlindungan konsumen dalam E-Commerce merupakan aspek yang cukup
penting untuk diperhatikan, karena beberapa karakteristik khas E-Commerce akan
menempatkan pihak konsumen pada posisi yang lemah atau bahkan dirugikan
seperti;
• Perusahaan di Internet (the Internet merchant) tidak memiliki alamat secara fisik di
suatu negara tertentu, sehingga hal ini akan menyulitkan konsumen untuk
mengembalikan produk yang tidak sesuai dengan pesanan;
• Konsumen sulit memperoleh jaminan untuk mendapatkan ”local follow up service or
repair”;
• Produk yang dibeli konsumen ada kemungkinan tidak sesuai atau tidak kompatibel
dengan persyaratan lokal (loca1 requirements);
• Dengan karakteristik E-Commerce seperti ini konsumen akan menghadapi persoalan
hukum yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran, kontrak, dan perlindungan
terhadap data-data individual konsumen yang diberikan kepada pihak perusahaan.
• Undang-undang perlindungan konsumen masing-masing negara seperti yang dimiliki
Indonesia tidak akan cukup membantu, karena E-Commerce beroperasi secara lintas
batas (borderless).
Persoalan-persoalan/Aspek-aspek hukum terkait.
c. Pajak (Taxation)
• Pengaturan pajak merupakan persoalan yang tidak mudah untuk diterapkan dalam
Ecommerce yang beroperasi secara lintas batas. Masing-masing negara akan
menemui kesulitan untuk menerapkan ketentuan pajaknya, karena baik perusahaan
maupun konsumennya sulit dilacak secara fisik.
• Dalam masalah ini Amerika telah mengambil sikap bahwa ”no discriminatory
taxation against Internet Commerce”. Namun, dalam urusan tarif (bea masuk)
Amerika mempertahankan pendirian bahwa Internet harus merupakan ”a tariff free
zone”.
• Sedangkan Australia berpendirian bahwa ”the tariff-free policy” itu tidak boleh
diberlakukan untuk ”tangible products” yang dibayar secara online tapi dikirimkan
secara konvensional.
• Kerumitan-kerumitan dalam masalah perpajakan ini menyebabkan prinsip-prinsip
perpajakan internasional seperti ”source of income”, ”residency”, dan ”place of
permanent establishment” harus ditinjau kembali.
• Sistem perpajakan nasional akan menghadapi persoalan yang cukup serius dimasa
depan apabila tidak diantisipasi mulai dari sekarang. Namun, upaya yang dilakukan
harus melalui satu pendekatan internasional baik melalui harmonisasi hukum
maupun kerjasama institusi penegak hukum.
Persoalan-persoalan/Aspek-aspek hukum terkait.

d. Jurisdiksi (Jurisdiction)
• Peluang yang diberikan oleh E-Commerce untuk
terbukanya satu bentuk baru perdagangan internasional
pada saat yang sama melahirkan masalah baru dalam
penerapan konsep yurisdiksi yang telah mapan dalam
sistern, hukum tradisional.
• Prinsip-prinsip yurisdiksi seperti tempat terjadinya transaksi
(the place of transaction) dan hukum kontrak (the law of
contract) menjadi usang (obsolete) karena operasi Internet
yang lintas batas.
• Persoalan ini tidak bisa diatasi hanya dengan upaya-upaya
di level nasional, tapi harus melalui kerjasama dan
pendekatan internasional
Persoalan-persoalan/Aspek-aspek hukum terkait.

e. Digital Signature
• Digital signature merupakan salah satu isu spesifik dalam E-
Commerce.
• Digital signature ini pada prinsipnya berkenaan dengan jaminan untuk
”message integrity” yang menjamin bahwa si pengirim pesan (sender)
itu benar-benar orang yang berhak dan bertanggung jawab untuk itu
(the sender is the person whom they purport to be).
• Hal ini berbeda dengan ”real signature” yang berfungsi sebagai
pangakuan dan penerimaan atas isi pesan/dakumen, Persoalan hukum
yang muncul seputar ini antara lain berkenaan dengan fungsi dan
kekuatan hukum digital signature.
• Di Amerika saat ini telah ditetapkan satu undang-undang yang secara
formal mengakui keabsahan digital signature.
• Pada level internasional panduannya bisa dilihat dalam Pasal 7
UNCITRAL Model law.
Persoalan-persoalan/Aspek-aspek hukum terkait.
f. Copy Right.
• Internet dipandang sebagai media yang bersifat ”low-cost distribution channel” untuk
penyebaran informasi dan produk-produk entertainment seperti film, musik, dan buku.
• Produk-produk tersebut saat ini didistribusikan lewat ”physical format” seperti video dan
compact disks. Hal ini memungkinkan untuk didownload secara mudah oleh konsumen.
• Sampai saat ini belum ada perlindungan hak cipta yang cukup memadai untuk
menanggulangi masalah ini.

g. Dispute Settlement
• Sampai saat ini belum ada satu mekanisme penyelesaian sengketa yang memadai baik
di level nasional maupun internasional.
• Sehingga yang paling mungkin dilakukan oleh para pihak yang bersengketa saat ini
adalah menyelesaikan sengketa tersebut secara konvensional.
• Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan mengingat transaksi itu terjadi di dunia maya,
tapi mengapa penyelesaiannya di dunia nyata. Apakah tidak mungkin untuk dibuat satu
mekanisme penyelesaian sengketa yang juga bersifat virtual (On-line Dispute
Resolution).

Anda mungkin juga menyukai