Bab 5 Pajak Penghasilan Pasal 22 & Pasal 24
Bab 5 Pajak Penghasilan Pasal 22 & Pasal 24
PPh 22 & 24
Lanjutan1……..
PPh 22 & 24
Lanjutan2……
3
Pemungut Pasal 22 (lanjutan)
Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang
bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis
premix dan gas, atas penjualan hasil produksinya
kepada penyalur dan/atau agennya.
Badan Urusan Logistik (Bulog), atas penyerahan
gula pasir dan tepung terigu.
PPh 22 & 24
Lanjutan3…….
Besarnya Pungutan PPH Pasal 22
4 Atas Impor :
Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API),
sebesar 2,5% dari nilai impor :
Yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% dari nilai
impor
Yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang
(Catatan: Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
perhitungan bea masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF)
ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan
berasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di
bidang impor)
PPh 22 & 24
Lanjutan4………
PPh 22 & 24
Lanjutan5………
6
Industri rokok kretek/putih sebesar 0,1% dari harga
bandrol, dan bersifat final
Industri kertas sebesar 0,1% dari DPP PPN
Industri baja sebesar 0,3% dari DPP PPN
Industri otomotif sebesar 0,45% dari DPP PPN
PPh 22 & 24
Lanjutan6……
PPh 22 & 24
Lanjutan7……
8
Solar untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3% dari
penjualan atau Rp. 1.140,-/KL dan untuk SPBU
Pertamina sebesar 0,25% dari penjualan atau Rp.
950,-/KL
Premix untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3% dari
penjualan dan untuk SPBU Pertamina sebesar 0,25%
dari penjualan
Minyak tanah sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp.
912,-/KL
Gas LPG sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp. 2.250/Kl
Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan
PPh 22 & 24
Lanjutan8……
PPh 22 & 24
Lanjutan9….
PPh 22 & 24
Lanjutan10……
11
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang
yang bersifat final berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang PPh
Pengecualian tersebut harus dinyatakan dengan Surat
Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh
Dirjen Pajak
PPh 22 & 24
Lanjutan11……
PPh 22 & 24
Lanjutan12…..
13
Pembayaran atas penyerahan barang yang
dibebankan kepada belanja negara/daerah yang
meliputi jumlah kurang dari Rp. 500.000,- (bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah)
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,
listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda pos,
dan telepon
PPh 22 & 24
Lanjutan13…..
PPh 22 & 24
BUKTI PEMUNGUTAN PPH PASAL 22 DALAM
RANGKAP 3 YAITU : 15
PPh 22 & 24
Lanjutan….
17
Badan usaha yang bergerak di bidang industri
semen, rokok, kertas, baja dan otomotif yang
ditunjuk oleh Kepala KPP harus memungut PPh
pasal 22 atas penjualan hasil produksinya di dalam
negeri dan wajib menerbitkan Bukti Pemungutan
PPh Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu:
Lembar pertama untuk pembeli
Lembar kedua untuk disampaikan kepada Dirjen Pajak
sebagai lampiran bulanan
Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang
bersangkutan
PPh 22 & 24
18
LANJUTAN…..
PPh 22 & 24
Lanjutan…..
PPh 22 & 24
20
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Pengertian :
PPh pasal 24 mengatur tentang perhitungan besarnya
pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan
yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam
negeri
PPh 22 & 24
21
Penggabungan Penghasilan
Penggabungan Penghasilan yg berasal dari LN dilakukan sbb:
PPh 22 & 24
Batas Maksimum Kredit Pajak
Batas Maksimum Kredit Pajak diambil yang terendah dari 3
22 unsur/perhitungan berikut ini :
Jumlah Pajak yang terutang atau dibayardi Luar
Negeri
( Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan
Kena Pajak ) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif
pasal 17
Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh
penghasilan kena pajak (dalam hal penghasilan kena
pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar
negeri)
PPh 22 & 24
23
PPh 22 & 24
24
PPh 22 & 24
Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
25
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang
terutang atau dibayar di luar negeri, Wajib Pajak wajib
menyampaikan permohonan kepada Dirjen Pajak
dengan melampirkan :
Laporan Keuangan dari penghasilan di luar negeri
Fotocopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di
luar negeri
Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang
PPh 22 & 24
26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Pengertian :
PPh pasal 24 mengatur tentang perhitungan besarnya pajak
atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri
PPh 22 & 24
Penggabungan Penghasilan Penggabungan
27
Penghasilan yg berasal dari LN dilakukan sbb:
Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam
tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual
basis)
Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun
pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis)
Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18
ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat
perolehan dividen tersebut di tetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan
PPh 22 & 24
Batas Maksimum Kredit Pajak
Batas Maksimum Kredit Pajak diambil yang terendah
28
dari 3 unsur/perhitungan berikut ini :
Jumlah Pajak yang terutang atau dibayardi Luar Negeri
( Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena
Pajak ) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17
Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan
kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah lebih
kecil daripada penghasilan luar negeri)
PPh 22 & 24
29
PPh 22 & 24
30
PPh 22 & 24
Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak
yang terutang atau dibayar di luar negeri,
31
Wajib Pajak wajib menyampaikan
permohonan kepada Dirjen Pajak
dengan melampirkan :
PPh 22 & 24