Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN TINGKAT

KECEMASAN PERAWAT PADA


MASA PANDEMI COVID-19 DI
RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
RUANGAN IGD DAN ISOLASI
KOTA MAKASSAR

YULINAR LIATU
2116003
LATAR BELAKANG
PREVALENSI

PREVALENSI TEKANAN KECEMASAN INSOMNIA DEPRESI


JURNAL OF 71,5 % 45,0% 34,0% 50,0%
AMA

WHO 71,5% 57,0% 50,4 52,0%


INDONESIA   88,5% 77,2 % 82,1%

Coordinator Logistik satgas IDI Makassar tanggap corona Dr


Muhammad Petrus Johan Sp.OT (K) mengatakan seluruh dokter dan
paramedis selalu siap menangani pasien corona yang dirujuk dirumah
sakit rujukan namun kendala utama dokter serta paramedic masih
kendala dengan Alat Pelindung Diri (APD). Apalagi penderita sulsel
semakin bertambah maka dari itu mereka mengalami kecemasan.
Berdasarkan uraian di atas maka rumuskan masalah dalam penelituan
ini adalah bagaimana gambaran tingkat kecemasan perawat pada
RUMUSAN
masa pandemik virus COVID-19 di Rumah Sakit Labuang Baji ruangan
MASALAH
IGD dan isolasi kota Makassar

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini


adalah untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan perawat
TUJUAN
PENELITIAN
pada masa pandemik COVID-19 di Rumah Sakit Labuang Baji
ruangan IGD dan isolasi kota Makassar.
MANFAAT
PENELITIAN

TEORITIS
PRAKTIS
Penelitian ini bersifat non
eksperimental dengan menggunakan
desain deskriptif. Dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui
DESAIN bagaimana gambaran tingkat
PENELITIAN kecemasan perawat pada masa
pandemik COVID-19 di Rumah Sakit
Labuang Baji ruangan IGD dan isolasi kota
Makassar

TEMPAT

N G
A
A BU I WAKTU
S L AJ
R B
B ER
V EM 0
NO 202
Populasi merupakan keseluruhan objek
atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang sudah
POPULASI ditentukan oleh peneliti sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat yang berada ruangan IGD
dan isolasi Rumah Sakit Labuang Baji

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat


dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
sampling (Nursalam, 2017).
SAMPEL Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah total sampling dengan cara
pengambilan sampel yaitu seluruh perawat yang
berada di ruangan IGD dan isolasi Rumah Sakit
Labuang Baji berjumlah 64 perawat
INSTRUMEN PENELITIAN

PENGUMPULAN DATA
Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala ordinal.
Kuosioner yang digunakan pada
variabel kecemasan adalah
kuosioner yang sudah baku yaitu
HARS ( Hamilton Anxiety Rating
Scale). Kuosioner ini menggunakan DATA
skor dengan rentang skala likert 0- PRIMER
4, yang terdiri dari: 0= tidak ada, 1=

&
ringan, 2= sedang, 3= berat,
4=berat sekali. Hasil pengukuran
menurut Nursallam (2013) adalah
skor <14 : tidak cemas, 14-20:
kecemasan ringan, 21-27:
kecemasan sedang, 28-41 DATA
SEKUNDER
kecemasan berat, 42-56:
kecemasan berat sekali.
PENGOLAHAN
DATA

A
Editing

B
Koding
C
Tabulasi data
TEKHNIK ANALISA
DATA

Analisa yang dipakai adalah analisis


univariat yang dilakukan untuk
menganalisis variabel yang ada secara
deskriptif frekuensi. dengan
menggunakan Windows 10 dan IBM SPSS
statistics 22.
1 Informed
Informed consent
consent // Lembar
Lembar
persetujuan
persetujuan

2 Anonimity
Anonimity / Kerahasiaan identitas

ETIKA 3 Confidentiality
Confidentiality // Kerahasiaan
Kerahasiaan
PENELITIAN informasi
informasi
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin perawat di Rumah sakit
Labuang Baji ruangan IGD dan isolasi kota Makassar
tahun 2020

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-Laki 34 53,1

Perempuan 30 46,9

Total 64 100.0

Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia perawat di Rumah sakit Labuang Baji
ruangan IGD dan isolasi kota Makassar
tahun 2020
Usia Frekuensi Presentase (%)

20-30 tahun 39 60,9


31-40 tahun
10 15,6
41-50 tahun
7 10,9
51-60 tahun
2 12,5

Total 64 100.0
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan perawat perawat di
Rumah sakit Labuang Baji ruangan IGD dan isolasi kota Makassar
tahun 2020Tahun 2020

Kecemasan perawat Frekuensi Presentase (%)

Tidak Cemas 6 9,4


Cemas Ringan 26 40,6
Cemas Sedang
20 31,3
Cemas Berat
12 18,8

Total 64 100.0
PEMBAHASAN

Petugas kesehatan rentan terhadap berbagai konsekuensi kesehatan


karena pandemi covid-19. Bagi mereka yang terinfeksi covid 19, gejala umum
yang sering dirasakan yaitu demam dan mengalami batuk, yang serupa dengan
yang terlihat di masyarakat. Beberapa faktor risiko teridentifikasi; jam kerja yang
panjang, bekerja di ruang perawatan berisiko tinggi, kurangnya Alat Pelindung
Diri, anggota keluarga yang terdiagnosis, mencuci tangan yang tidak memenuhi
syarat, dan pengendalian infeksi yang tidak tepat. Selain itu, penggunaan Alat
Pelindung Diri yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan kulit, dengan
jembatan hidung menjadi tempat yang paling umum. Memerangi covid-19 di
garis depan membuat petugas kesehatan rentan terhadap tekanan psikologis.
Temuan menunjukkan tingkat depresi, stres, kecemasan, kesusahan,
kemarahan, ketakutan, insomnia, dan gangguan stres pascatrauma yang tinggi
di petugas kesehatan. Wanita dan perawat lebih terpengaruh pada kesehatan
mental mereka. Perawat wanita garis depan bekerja dalam kontak dekat dengan
pasien untuk jam kerja yang lebih lama, yang dapat menyebabkan kelelahan,
stres, dan kecemasan (Si et al., 2020).
NEXT

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan perawat yang di ukur menggunakan alat ukur kecemasan HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale), hasil yang diperoleh untuk masing-masing tingkat kecemasan perawat di rumah sakit Labuang Baji adalah yang tidak
mengalami kecemasan 6 orang (9,3%), yang mengalami kecemasan ringan 26 orang (40,6%) kecemasan sedang 20 orang (31,3%),
serta kecemasan berat 12 orang (18,8%)
Pembahasan tingkat kecemasan yang terjadi pada perawat yang memberikan pelayanan keperawatan pada pasien selama masa
pandemi Covid-19 ini dapat dikaji berdasarkan karakteristik responden seperti usia, umur dan jenis kelamin. Berdasarkan
karakteristik usia diketahui jika sebagian responden berusia 20-30. Periode kecemasan di mulai pada usia 30-40 an. Di Amerika
serikat, usia rata-rata terjadinya gangguan kecemasan muncul mulai usia 31 tahun. Tenaga medis yang berusia 31-40 tahun lebih
khawatir menulari keluarga mereka, sedangkan pada tenaga medis usia >50 adanya kematian pasien menyebabkan lebih banyak
stress. Pada staf berusia 41-50, factor-faktor seperti kekhawatiran tentang keselamatan mereka juga penting. Tenaga medis yang
lebih tua mengalami peningkatan stress karena kelelahan jam kerja (Cai et al., 2020).
Tenaga perawat pada penelitian ini sebagian besar responden mengalami kecemasan berat, menurut peneliti dapat disebabkan
karena kurangnya alat pelingdung diri yang dimiliki dan perawat yang menangani langsung pasien Covid tersebut yang dapat
meningkatkan resiko terinfeksi. Menurut Groth, (2020) penggunaan alat perlindungan diri menjadi cara penting untuk
menghentikan penularan covid-19 dan menjaga petugas kesehatan yang menjadi garda depan dalam pelayanan kesehatan
selama pandemik dengan aman. Kekurangan alat pelindung diri dapat membuat petugas kesehatan kontak dengan pasien Covid-19
yang meningkatkan resiko tertular.Alat pelindung diri menjadi perhatian besar dalam mengurangi kecemasan. Peneliti di Cina
melaporkan bahwa kekurangan alat pelindung diridikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi
(Rodriguez et al., 2020). Pada awal penyebaran virus, rumah sakit memiliki ketersediaan alat pelindung diri yang terbatas
dan pedoman atau pengobatan belum baik (Xiang et al., 2020). Oleh karena itu, banyak tenaga kesehatan profesional merasa
bingung dan tidak siap untuk merawat pasien yang terinfeksi virus secara memadai (Huang et al., 2020). Akibatnya, mereka
merasakan adanya perasaan tidak pasti, tidak berdaya, terasing, dan kesulitan dalam mengelola beban kerja. Selain itu, operator
harus menghadapi kesepian, stigma yang dapat menyebabkan beberapa hasil emosional dan psikologis seperti kemarahan,
kecemasan, insomnia, dan stres terkait dengan ketidakpastian wabah (Giusti et al., 2020)
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat
KESIMPULAN kecemasan perawat pada masa pandemi Covid-19 di
rumah sakit Labuang baji ruangan IGD dan isolasi kota
Makassar, maka dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa perawat pada masa pandemi Covid-19 ini
mengalami kecemasan ringan, sedang dan berat. yaitu
tidak cemas dengan frekuensi 6 jiwa(9,4%) cemas
ringan dengan frekuensi 26 jiwa (40,6%), cemas sedang
20 jiwa ( 31,3%), dan cemas berat 12 jiwa (18,8%)

SARAN

BAGI
BAGI BAGI
INSTITUSI
PENELITI PERAWAT PENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai