1. Penelitian menggunakan desain penelitian Case Report
Judul artikel Laporan Kasus COVID Peserta Vaksinasi di Kota Semarang Nama jurnal Jurnal Universitas Negeri Semarang Volume dan halaman Volume 5 No.4 Hal 633 - 640 Tahun terbit 2021 Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas vaksinasi pada peserta vaksin di Kota Semarang Karakteristik desain Karakteristik Desain Penelitian Ini adalah Penelitian penelitian yang merujuk pada desain penelitian Case Report dengan pendekatan Metode Deskriptif Kuantitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau analisa mengenai suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi dengan adanya pola persebaran kasus Covid pasca vaksin pada beberapa jenis vaksin yang digunakan di Kota Semarang Hasil penelitian Dari Hasil Penelitian Pelaksanaan vaksinasi di Kota Semarang hingga saat ini telah berjalan selama kurang lebih 10 bulan terhitung semenjak bulan Januari 2021. Berdasarkan data temuan kasus COVID telah ditemukan sejumlah kasus yang telah melaksanakan vaksinasi. Hal ini menjadi sangat penting untuk ditindak lanjuti oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan kemunculan kasus COVID-19 berikutnya. Berbagai upaya harus dipersiapkan dalam rangka menanggulangi lonjakan kasus COVID-19 agar bisa terkendali seperti penyakit menular lainnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni mengidentifikasi kasus setelah vaksinasi dan menemukan pola kasus yang telah terjadi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 2 jenis kelompok pada kasus COVID setelah vaksinasi yakni kasus yang muncul untuk peserta dosis 1 dan peserta dosis 2. Pada kedua kelompok tersebut juga terlihat bahwa perbedaan signifikan jumlah kasus yang muncul dipengaruhi jenis vaksin yang digunakan. Vaksin CoronaVac memiliki jumlah kasus yang signifikan paling besar dibandingkan jenis vaksin lain. Rata-rata durasi terinfeksi dari dosis 1 pada vaksin CoronaVac sebesar 43,7 hari dengan median 37 hari. Sedangkan rata-rata durasi terinfeksi dari dosis 2 pada vaksin CoronaVac sebesar 24 hari dengan median 19,5 hari. Kesimpulan penelitian Kesimpulan dari penelitian ini bahwa telah ditemukan beberapa pola atau trend untuk kemungkinan kasus yang dapat muncul dari peserta vaksinasi di Kota Semarang. Terdapat banyak variabel lain yang bisa dianalisis pada penelitian berikutnya, seperti resiko pekerjaan, wilayah tempat tinggal, jenis kelamin, umur hingga pelaksanaan protokol kesehatan pada masing- masing individu. Saran penelitian Saran pada penelitian selanjutny berharap mampu memberikan analisis lebih dalam lagi terkait variable atau faktor pemungkin lainnya. Sehingga hasil analisis ini juga nantinya mampu digunakan sebagai dasar dan rekomendasi maupun evaluasi pelaksanaan vaksinasi di Kota Semarang. Sehingga efektifitas vaksinasi di Kota Semarang dapat ditingkatkan dan dapat menjadi solusi penanggulangan pandemic COVID-19.
2. Penelitian menggunakan desain penelitian Case Series
Judul artikel Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps pada pasien di Rumah Sakit khusus Paru Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2015-2016 Nama jurnal Jurnal Kesehatan Palembang Volume dan halaman Volume 12 No 1 Hal 71-82 Tahun terbit 2017 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor risiko Tuberculosis Paru Relapsi Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatra Selatan tahun 2016 Karakteristik desain Karakteristik desain penelitian ini mengunakan penelitian pendekatan Case Series. Penelitian ini dilaksanakan Di instansi Rekam Medik Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2015-2016. Hasil penelitian Hasil penelitian dapat disimpulkan 1.tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,309; CI: 0,54-14,1; OR: 2,79),Sejalan dengan penelitian oleh Aditama (2002)
2.tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian TB paru Relaps (p:0,909;CI:0,308- 2,82;OR:0,933),Sejalan dengan penelitian oleh Sianturi (2003). 3.ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,017; CI: 1,2-14,6; OR: 4,2),Sejalan dengan penelitian oleh Aditama (2005).
4.tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
kejadian TB paru Relaps(p:0,401; CI: 0,18-1,97; OR: 0,6),Sejalan dengan penelitian oleh Wahyuni (2013)
5.ada hubungan antara riwayat merokok dengan
kejadian TB paru Relaps(p:0,045;CI:1,0- 10,3;OR:3,2)Sejalan dengan penelitian oleh Triman (2002).
6.tidak ada hubungan antara dengan kejadian TB paru
Relaps(p:0,309;CI:0,54-14,1;OR:2,79).sejalan dengan penelitian oleh triman (2002). Kesimpulan penelitian Kesimpulan dari pnelitian ini adalah tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,309; CI: 0,54-14,1; OR: 2,79), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,909;CI:0,3082,82;OR:0,933), ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,017; CI: 1,2-14,6; OR: 4,2), tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,401; CI: 0,18-1,97; OR: 0,6), ada hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,045;CI:1,0-10,3;OR:3,2), tidak ada hubungan antara dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,309;CI:0,54-14,1;OR:2,79). Saran penelitian Setelah menganalisa secara keseluruhan, menurut saya jurnal penelitian ini secara sistematika sudah bagus karna penulis telah mengikuti aturan penulisan yang benar dan teori di penelitian ini juga lengkap. Saran saya untuk penelitian ini adalah peneliti harus menuliskan kesimpulan dari penelitian secara jelas dan tepat sehingga tidak terjadinnya miskomunikasi antara pembaca dan penulis jurnal ini.
3. Penelitian menggunakan desain penelitian Studi Ekologi
Judul artikel Determinan yang Berkorelasi dengan Kejadian Malaria di Indonesia. Nama jurnal Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ). Volume dan halaman - dan 13 halaman Tahun terbit 2018 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan yang berhubungan dengan kejadian malaria. Karakteristik desain Jenis penelitian yang digunakan adalah studi ekologi. penelitian Studi ekologi merupakan suatu desain penelitian yang berfokus mengamati kelompok populasi (aggregate), bukan penelitian terhadap individu. Hasil penelitian Hasil studi ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk miskin juga berkorelasi positif dengan kejadian Malaria. Semakin banyak jumlah persentase penduduk miskin di suatu wilayah, akan diikuti dengan peningkatan angka kejadian Malaria. Hasil studi ini sejalan dengan analisis data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, dimana status ekonomi merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Malaria, status ekonomi masyarakat kuintil menengah ke bawah lebih berisiko menderita Malaria dibandingkan kuintil kaya. Kesimpulan penelitian Ada korelasi positif antara proporsi penduduk berpendidikan rendah, jumlah penduduk miskin, dan persentase rumah tangga kumuh. Sedangkan persentase Desa ber-sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), dan akses sanitasi layak menunjukkan korelasi negatif dengan kejadian Malaria. Tidak ada korelasi antara luas lahan kebun sawit, jumlah perusahaan tambang, dan jumlah petani karet dengan kejadian Malaria. Saran penelitian Pemerintah diharapkan melakukan upaya-upaya peningkatan ekonomi kerakyatan serta memberikan edukasi kepada masyarakat secara intensif dan berkesinambungan agar tingkat sosial ekonomi masyarakat meningkat serta sanitasi dan kesehatan lingkungan menjadi lebih baik. Petugas kesehatan diharapkan lebih aktif dalam melakukan promosi kesehatan terkait determinan kejadian Malaria yang ditemukan seperti akses sanitasi layak, lingkungan kumuh dan jumlah desa ber-STBM, dengan lebih menekankan pada peningkatan pengetahuan secara informal terhadap pencegahan dan penanggulangan Malaria dikarenakan Pendidikan rendah berkorelasi dengan angka kejadian Malaria. Masyarakat diharapkan lebih memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat menjadi potensi penularan penyakit Malaria agar menekan angka kejadian Malaria di wilayahnya.
4. Penelitian menggunakan desain penelitian Cross Sectional
Judul artikel Hubungan antara golongan darah dan penyakit jantung koroner Nama jurnal Jurnal e-Biomedik (eBM) Volume dan halaman Volume 1 no 1 Hal 656-661 Tahun terbit Maret 2013 Tujuan penelitian Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara golongan darah dan penyakit jantung koroner Karakteristik desain Karakteristik dari segi umur memperlihatkan, pada penelitian kelompok umur 41-50 tahun jumlah responden yaitu 10 responden, kelompok umur 51-60 tahun yaitu 14 responden, kelompok umur 61-70 tahun yaitu 8 responden, dan kelompok umur >70 tahun sebanyak 10 responden.
Dari segi jenis kelamin memperlihatkan, jumlah
responden berjenis kelamin perempuan yaitu 15 responden sedangkan responden laki-laki berjumlah 27 responden. Hasil penelitian Jumlah subjek pada penilitian ini adalah 42 orang, sedangkan jumlah minimal yang dibutuhkan berdasarkan cara pengambilan sampel adalah 20 orang. Subjek penilitian adalah penderita penyakit jantung kororner (PJK) yang memenuhi kriteria inklusi dari penilitian ini. Kesimpulan penelitian Kesimpulan nya yaitu tidak terdapat hubungan bermakna antara golongan darah dan penyakit jantung coroner (PJK) dengan menggunakan studi Cross Sectional dengan uji Chi Squere karena uji ini berguna untuk menilai/menguji hubungan atau pengaruh dua buah variable nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal yang lainnya. Namun masih bisa diperhitungkan mengenai hubungan Golongan Darah dan PJK melalui pertandingan persentase masing- masing golongan darah penderita PJK dengan persentase keseluruhan prbandingan golongan darah di dunia. Saran penelitian Studi yang digunakan dalam penilitian ini adalah studi cross sectional atau potong lintang yang memberikan keterbatasan dalam penilitian yaitu subjek penilitian hanya diobservasi sekali saja sehingga hanya memperoleh gambaran sesaat sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel independent dan dependen. Penilitian ini menggunakan data primer dan sekunder yaitu data yang diambil bersumber dari responden secara langsung maupun melalui data Rekam Medis periode November hingga Desember. Kendala dari data primer adalah responden yang menolak untuk diperiksa golongan darahnya atau memberikan informasi mengenai golongan darahnya. Sedangkan penilitian dalam menggunakan data sekunder terkadamg kurang akurat, dan dalam pengambilan data pada Rekam Medis tersebut terkadang memiliki data yag kurang lengkap, sehingga data tersebut terkadang memiliki data yang kurang lengkap, sehingga data tersebut dianggap sebagai “missing cases” dan tidak bisa diikutsertakan dalam penilitian.