Modul 7.1
Kelompok 4
Nama Kelompok
5
6
7
Klas II Angle
Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri dalam hubungan
mesiodistal yang lebih ke distal terhadap maksila.
▪ Tanda-tanda :
a. Tonjol mesiobukal M1 atas terletak pada ruangan diantara tonjol
mesiobukal M1 bawah dan tepi distal tonjol bukal gigi P2 bawah.
b. Tonjol mesiolingual gigi M1 atas beroklusi pada embrasur dari
tonjol mesiobukal gigi M1 bawah dan tepi distal tonjol bukal P2
bawah.
c. Lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak
dalam hubungan yang lebih ke distal terhadap lengkung gigi di
maksila sebanyak 1/2 lebar mesiodistal M1 atau selebar mesiodistal
gigi P 8
Kelas II Angle dibagi menjadi:
9
Kelas III Angle subdivisi:
10
Kelas II Divisi 1 Kelas II Divisi 2
11
12
“
Klas III Angle
Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya
sendiri terletak dalam hubungan yang lebih ke mesial
terhadap lengkung gigi di maksila.
Tanda-tanda :
a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi dengan bagian distal tonjol distal
gigi M1 bawah dan tepi mesial tonjol mesial tonjol mesial gigi M2 bawah.
b. Terdapat gigitan silang atau gigitan terbalik atau cross bite anterior pada
relasi gigi anterior.
c. Lengkung gigi mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih mesial terhadap lengkung gigi maksila.
d. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi pada ruangan interdental antara
bagian distal gigi M1 bawah dengan tepi mesial tonjol mesial gigi M2
bawah.
13
Klasifikasi Kelas III:
▪ True Class III
Maloklusi dengan hubungan dental dan
skeletal kelas III.
▪ Pseudo Class III
Maloklusi dengan hubungan dental kelas
III, namun hubungan skeletal Kelas I.
▪ Clas III subdivisi
Hubungan molar kelas III di satu sisi dan
kelas I di sisi lengkung gigi lain.
14
Sasbel 2
Macam bedah orthognatik
“
Pengertian
• Perawatan bedah ortognati adalah pembedahan untuk
mengkoreksi kelainan skeletal wajah yang berhubungan dengan
kelainan rahang atas maupun rahang bawah.
• Perawatan ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus
disertai dengan perawatan ortodonti untuk mendapatkan hasil
yang maksimal .
• Pasien dewasa yang telah melewati masa pertumbuhan lebih
banyak memilih perawatan kamuflase karena lebih tidak invasif
dibanding bedah ortognati
16
• Bedah ortognatik adalah tindakan pembedahan pada kelainan yang terjadi
pada maksila, mandibula atau keduanya. Kelainan ini dapat terjadi kongenital
dan akan terlihat jelas ketika masa tumbuh kembang ataupun juga akibat
trauma.
• Istilah ortognatik berasal dari bahasa Yunani, ortho yang berarti meluruskan,
dan gnathia, yang berarti rahang. Bedah ortognatik oleh karenanya
bermakna sederhana “meluruskan rahang”.
Osteotomi segmental maksila terbagi atas Osteotomi satu gigi, Kortikotomi, Osteotomi segmen
anterior maksila, dan Osteotomi subapikal posterior maksila (Teknik Kufner, Schuchardt, dan Perko
dan Bell).
Osteotomi segmen anterior maksila terbagi lagi antara lain: Teknik Wassmund, Teknik Wunderer,
Osteotomi anterior maksila Teknik Epker, dan Teknik Cupar
17
2. Osteotomi total maksila yaitu pembedahan tulang maksila seluruhnya.
Sedangkan Osteotomi total maksila terbagi menjadi :
Osteotomi Lefort I
Osteotomi Lefort II
Osteotomi Lefort III
18
Bedah Ortognatik pada
Mandibula
Pembedahan pada tulang mandibula digolongkan dalam:
Osteotomi pada ramus (Osteotomi ramus vertikal ekstraoral, Osteotomi ramus
vertikal intraoral, Osteotomi split sagital)
Osteotomi subapikal (Osteotomi anterior subapikal, Osteotomi posterior
subapikal, dan Osteotomi subapikal total)
1. Genioplasti (Osteotomi horisontall) dengan reduksi antero posterior, Osteotomi
horisontal double sliding,
2. Genioplasti dengan reduksi vertikal dan augmentasi aloplastik).
19
Sasbel 3
Indikasi dan Kontraindikasi
Bedah Orthognathic
Klas III
skeletal
Openbite
anterior dan Klas II
peningkatan skeletal
overbite
Maloklusi
Diskrepa Diskrepa
nsi nsi
antero- Transver
posterior sal
Diskrepa
nsi
INDIKASI
Vertical
Asimetri
Gangguan Gangguan
wajah dan
psikososial bicara
oklusal
Disfungsi
Post-
Cleft lip dan saluran
traumatic jaw
cleft palate nafas/sleep
deformities
apnea
Hemifacial Bedah
TMJ disorder
macrosomia preprosthetic
INDIKASI
22
Pasien usia tua
Kasus minor
- Karet penghapus
Bagian-bagian yang perlu ditapak pada sefalogram
lateral antara lain Bagian 2:
Bagian 1:
Bagian 1:
Kontur internal kranium
Profil jaringan lunak
Atap orbita
Kontur eksternal kranium
Sella tursika atau fossa
Vertebra servikalis pertama pituitari
dan kedua
Ear rod
Bagian 3:
Bagian 4:
Tulang nasal dan sutura
frontonasalis Simfisis mandibula
Rigi infraorbital Tepi inferior mandibula
Fisura pterigomaksilaris Kondilus mandibula
Spina nasalis anterior
Mandibular notch dan prosesus
Spina nasalis posterior koronoideus
Molar pertama atas dan insisivus
sentralis atas Molar pertama bawah dan
insisivus sentralis bawah
Titik, garis & bidang referensi
Bidang Palatal (Bispinal) : bidang yang melalui spina nasalis anterior (ANS) dan spina
nasalis posterior (PNS)
Bidang Orbital (dari Simon) : bidang vertikal yang melalui titik orbital dan tegak lurus
FHP
Analisis Dental
1. Maxillary Incisor Position
▪ Letak dan inklinasi aksial gigi insisif atas ditentukan dengan menghubungkan
gigi tersebut ke garis N-A.
▪ Gigi insisif atas terhadap garis N-A dibaca dalam derajat untuk menentukan
hubungan angular gigi – gigi insisif atas, sedangkan apabila dibaca dalam
mm, memberikan informasi posisi gigi insisif lebih didepan / belakang dari
garis N-A.
▪ Jarak permukaan gigi insisif paling labial terhadap garis N-A sebesar 4 mm di
depan garis N-A dan inklinasi aksialnya membentuk sudut 22o dengan garis
N-A.
▪ Pembacaan sudut tidak cukup, demikian juga apabila hanya pembcaan jarak
saja.
▪ Maxilllary Incisor Angle ini untuk mengetahui posisi insisif terhadap facial
skeleton.
2. Mandibular Incisor Position
▪ Letak gigi insisif bawah dalam arah antero-posterior dan angulasinya
ditentukan dengan menghubungkan gigi tersebut dengan garis N-B.
▪ Pengukuran gigi insisif bawah terhadap garis N-B dalam mm
menunjukkan posisi gigi didepan / belakang garis N-B. Pembacaan gigi
insisif sentral bawah terhadap garis N-B dalam derajat menentukan
inklinasi aksial gigi tersebut.
▪ Titik paling labial gigi insisif sentral bawah terletak 4 mm didepan garis
N-B, sedangkan inklinasi aksial gigi ini terhadap garis N-B sebesar 25 o.
3. Interincisal Angle
▪ Untuk mengetahui inklinasi gigi insisif dan relasi gigi
insisif atas dan bawah. Merupakan perpanjangan
garis dari tepi insisal dan apeks akar gigi insisif atas
dan bawah.
▪ Rentang 130o – 150o, rerata 135,4o.
Analisis Skeletal
Sudut SNA Sudut ANB
Sudut SNB • Menentukan
• Sudut SNB untuk
• Sudut SNA untuk hubungan maksila dan
mengetahui apakah mandibula.
menentukan apakah mandibula protrusif
maksila protrusif atau • Rerata sudut ANB 2o;
atau retrusif terhadap jika >2o menunjukkan
retrusif terhadap basis kranial. kecenderungan
basis kranial. • Rerata sudut SNA 82o; skeletal kelas II; jika
• Rerata sudut SNB >82o berarti maksila <2o dan terbaca
80 ; <80
o o
protrusif; <82o maksila kurang dari 0o (-1o, -2o,
menunjukkan -3o) menunjukkan
retrusif. mandibula didepan
mandibula resesif;
>80o mandibula maksila atau
hubungan skeletal
prognatik. kelas III.
“
Facial Angle
Sudut ini menunjukkan derajat retrusi atau protrusi dari pogonion Pog).
Dibentuk oleh perpotongan garis FHP – Npog dengan rerata 87,8 o.
Angle of Convexity
Sudut ini menunjukkan derajat protrusi dari maxila ditinjau dari seluruh profil, dibentuk oleh titik N-A – Pog
dengan rerata 0o.
“
layak untuk dirujuk.
▪ Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan
tidak mampu diatasi
▪ Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan
penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi
▪ Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang
lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai
pasien yang bersangkutan
▪ Apabila telah diobati dan dirawat ternyata
memerlukan pemeriksaan,pengobatan dan
perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Prosedur standar merujuk pasien
▪ Prosedur klinis
“
Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang medik
Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus
Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
Untuk pasien gawat darurat harus didampingi
petugas medis / paramedis yg berkompeten
dibidangnya
Apabila pasien diantar dengan kendaraan
puskesmas sebaiknya petugas dan kendaraan
tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan
dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan
Prosedur Administratif
Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
Membuat catatan rekam medis pasien
Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan)
a) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2
lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan
b) Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
Mencatat identitas pasien pada buku regist rujukan pasien.
Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan.
Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan
Keuntungan sistem rujukan
46