Anda di halaman 1dari 43

Referat

Infeksi Dermatofita

Pembimbing:
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun oleh:
Mentari Diandra Sativa G4A019018
Ruth Deanita Purba G4A019023
Habib Laksmana Prima G4A019024

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
Pendahuluan
- Dermatofitosis adalah salah satu kelompok dermatomikosis
superfisialis yang disebabkan oleh jamur dermatofit, terjadi
sebagai reaksi pejamu terhadap produk metabolit jamur dan
akibat invasi oleh suatu organisme pada jaringan hidup.
- Terdapat tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.
- Secara garis besar dermatofitosis dibagi menjadi: 1) tinea
kapitis, 2) tinea barbae, 3) tinea korporis, 4) tinea manus, 5)
tinea kruris, 6) tinea pedis dan 7) tinea unguium.
Definisi
Dermatofitosis
Infeksi dermatofita atau yang lazim disebut sebagai
dermatofitosis adalah infeksi kulit superfisial yang
disebabkan oleh jamur dermatofita yang menyerang
jaringan kulit yang mengandung keratin seperti stratum
korneum, rambut dan kuku. Dermatofitosis juga
biasanya disebut dengan tinea.
Epidemiologi

International
Dermatofitosis banyak ditemukan di negara
berkembang maupun negara yang beriklim tropis
dan memiliki suhu serta kelembaban tinggi.

National
Penyakit kulit  peringkat ketiga dari semua
pasien rawat jalan
Tipe klinis dermatofitosis yang paling banyak
ditemukan adalah tinea kruris (41,46%)
Klasifikasi Dermatofitosis
Tinea Kapitis Tinea Barbae

Tinea Corporis Tinea Kruris

Tinea Manus Tinea Pedis

Tinea Unguium
Tinea Capitis
Definisi
• Infeksi dermatofita terjadi pada skalp dan rambut kepala
• Alopesia setempat dan terbentuknya skuama.
• Dermatofitosis >>
• >> Mengenai anak usia 3-7 tahun, dapat pada neonatus dan dewasa

Cara Penularan
Terjadi secara langsung dan tidak langsung

• Langsung : epitel kulit dan rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang,
atau tanah

• Tidak Langsung : tanaman, kayu, pakaian, debu dan air. sisir, topi, sarung bantal,
mainan, dan kursi teater
• Etiologi
 Gol. Dermatofita
 Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton
 Gray Patch (Microsporum audouin), Black dot (Trichophyton tonsuran dan T. Violaceum),
Cerion celsi M. canis dan M. gypseum, dan Tinea favosa T. Schoenlein

• Klasifikasi
1. Grey patch ringworm
 Diawali dengan papul merah kecil di sekitar rambut
 Papul melebar, bersisik, pucat/abu
 Alopesia
 Terasa gatal dan mudah patah
 Hair pull test >5
 Patah beberapa mili diatas muara folikel rambut
3. Cerion Celsi
2. Black dot ringworm
 Cerion, bahasa yunani  Sarang lebah
 Diawali dengan papul merah kecil di sekitar rambut
 Reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis
 Papul melebar, bersisik, pucat/abu
 Khas berupa massa inflamasi (Jar. Parut) berbentuk
 Alopesia
boggy, berbatas tegas, dengan supurasi yang berasal
 Terasa gatal dan mudah patah
dari orifisium folikular, ditemukan folikulitis
 Hair pull test >5
supuratif dan infiltrasi subkutan  Pus
 Patah tepat pada muara folikel rambut
 Alopesia kadan menetap, terasa gatal
 Terdapat bintik-bintik hitam di ujung muara folikel
 Disertai gejala demam, malaise, nyeri tekan pada
rambut  Blackdot’sign
kepala, pembesaran KGB
4. Tinea Favosa
 Infeksi kronis dermatofita pada kepala, kulit tidak berambut atau
kuku
 Sebelum dewasa – dewasa  Malnutrisi, gizi buruk
 Alopesia kadang menetap, terasa gatal
 Ditandai bercak eritem folikuler disertai skuama ringan perifolikuler
dan invasi hifa yang progresif menggelembungkan folikel sehingga
terjadi papul kekuningan cekung, mengelilingi rambut yang kering
dan kusam.
 Awal: papul plak kuning kemerahan yang kemudian membentuk
krusta tebal berwarna kekuningan (skutula).
 demam, malaise, nyeri tekan pada kepala, pembesaran KGB
 Skutula dapat berkonfluens membentuk plak besar dengan mousy
odor
Pemeriksaan Penunjang

• KOH 10% : Hifa panjang bersepta


• Lampu Wood :

Diagnosis Dermatitis Seboroik

• Psoriasis
Banding
• Alopesia Areata

Tata Laksana
Prognosis
Prognosis tinea kapitis secara umum baik. Namun perlu
diketahui bahwa penyakit ini erat kaitannya dengan higienitas
pasien sehingga meskipun keluhan sudah tidak muncul
apabila kebersihan tidak terpelihara dapat terjadi infeksi
berulang.
Tinea Barbae
Definisi
• Infeksi dermatofita langka pada kulit, rambut, dan folikel rambut pada janggut dan kumis
• diperkenalkan oleh Gruby pada tahun 1842 sebagai infeksi jamur pada area janggut
• Gruby menamakan jamur itu "mentagrophyte,“ artinya "tanaman dagu.“
• Berkaitan penggunaan pisau cukur yang tidak bersih yang digunakan oleh tukang cukur
• sering disebut sebagai “Barber’s itch” dan kurap jenggot

Etiologi
Zoofilik : T. entagrophytes var granulosum dan Trichophyton verrucosum >>

Antrpofilik : T.rubrum dan Trichophyton violaceum

Geofilik : Trichophyton interdigitale dan Microsporum nanum


• Gejala
 Gejala klinis yang khas menimbulkan plak, pustular yang akhirnya
menjadi abses yang menutupi permukaan kulit disertai rasa gatal dan
rambut patah.
• Manifestasi Klinis
Inflamasi  dermatofitosis zoofilik
1. Kerion
• Unilateral/ Multipel/Soliter
• Nodul atau plak eritematosa, lunak, sering steril, dan sinus yang
mengering
• Terlokalisasi di dagu, pipi, atau leher, bibir atas jarang terjadi.
• Rambut sekitar tampak tidak berkilau, rapuh, patah dan mudah dicabut.
• Massa keputihan berisi nanah sampai akar rambut dan folikel.
• Permukaan nodul indurasi ditutupi oleh eksudat dan kerak
Non Inflamasi  dermatofitosis antropofilik
1. Dermatofitosis superfisial pruriginosa
 plak skuamosa eritematosa difus dengan pustula dan
papula perifolikular.
 plak bersisik datar dengan bagian tengah yang bersih
dan tepi aktif berbentuk cincin yang terdiri dari vesikel
dan pustula

• Penegakan diagnosa
 Anamnesis

 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
1. KOH 10% : Hifa panjang bersepta
2. Kultur : Media Sabourod’s Dextrose Agar (SDA).
3. Lampu Wood : sebagian besar dermatofita yang menyebabkan tinea barbae tidak berfluoresensi kecuali
untuk spesies Microsporum.
Tatalaksana

• Terbinafine 125 mg sampai 250 mg sekali sehari


• Ketoconazole 200 sampai 400 mg sehari
• Flukonazol 200 mg sekali sehari
• Itrakonazol 100 mg sekali sehari
Tinea Corporis
Definisi
Tinea corporis adalah infeksi jamur golongan dermatofita pada kulit halus tidak berambut (glabrous skin) di
daerah wajah, leher, badan, lengan, tungkai, dan glutea (Budimulja, 2011).

Etiologi
Etiologi penyakit ini merupakan jamur golongan dermatofita, antara lain Trichophyton rubrum,
Epidermophyton floccosum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton verrucosum (Schieke, 2015).
Tricophyton rubrum dengan prevalensi 47% dari semua kasus tinea corporis. (Lesher, 2012).
Faktor Risiko
Internal Eksternal
 lebih banyak pada usia remaja dan dewasa  Iklim yang panas
 jenis kelamin laki-laki tapi tidak menutup  lingkungan yang kotor dan lembab
kemungkinan pada wanita,  pemakaian bahan pakaian yang tidak menyerap
 memiliki pengetahuan dan perilaku higienitas keringat
yang kurang  lingkungan sosial budaya dan ekonomi
 mengalami keringat yang berlebihan  suka bertukar handuk
 obesitas (BMI ≥ 25)  pakaian dan celana dalam dengan teman atau
 memiliki penyakit metabolik seperti diabetes anggota keluarga yang menderita tinea
melitus, mengalami defisiensi imunitas, riwayat
penggunaan obat-obatan seperti antibiotik,
kortikosteroid, dan imunosupresan lainnya.
Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
a. Keluhan  rasa gatal pada badan dan daerah kruris (lipat paha), intergluteal sampai ke
gluteus, dan genitalia. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah.
b. Keluhan serupa sebelumnya.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Berupa makula/ plak eritematosa, berbatas tegas. Peradangan di bagian tepi lesi lebih
terlihat dengan bagian tengah tampak seperti menyembuh (central healing). Pada tepi lesi
dapat disertai vesikel, pustul, dan papul, terkadang terlihat erosi disertai keluarnya serum
akibat garukan. Pada lesi kronis dapat ditemukan adanya likenifikasi disertai skuama dan
hiperpigmentasi
20
Pemeriksaan Penunjang

• Kerokan kulit dengan KOH 10% ditemukan


hifa panjang bersepta, bercabang dan
artrospora.
• Lampu Wood
• Kultur media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) : didapatkan kolonisasi jamur.
Tata Laksana
• Medikamentosa
• Sistemik
• Antimikotik sistemik : Itraconazole 1x100 mg selama 2 sampai dengan 4 mgg
• Antihistamin : Cetirizine 1x10 mg
• Antimikotik topikal
• Miconazole cream 2% dioles 2x sehari (pagi dan malam).

Edukasi
• Menjaga kebersihan badan.
• Tidak memakai pakaian ketat.
• Menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
• Tidak bertukar handuk dan pakaian dengan orang lain.
• Edukasi pasien supaya tidak menggaruk lesi karena dapat menyebabkan infeksi sekunder.
• Edukasi penyebab penyakit, pemakaian obat baik topikal maupun oral sesuai anjuran dokter.
Prognosis
Prognosis tinea korporis secara umum baik. Faktor-faktor
yang menjadi penyulit kesembuhan dan atau menunjang
kekambuhan tinea korporis diantaranya luas lesi, higienitias
personal buruk, bertahan pada lingkungan dan kebiasaan
berpakian yang lembab, dan terapi tidak adekuat
Tinea Cruris
Definisi
Tinea kruris disebabkan oleh dermatofita pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Lesi kulit dapat
terbatas pada daerah genitokrural saja atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah
atau bagian tubuh yang lain.

Tinea kruris mempunyai nama lain ekzema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur
hidup

Etiologi
Penyebab utama dari tinea kruris adalah Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum,
Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%)
Gambaran Klinis
• Penderita merasa gatal dan kelainan lesi berupa plakat berbatas tegas terdiri atas bermacam-
macam efloresensi kulit (polimorfik).
• Bentuk lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi
menahun.
• Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas
eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi lesi. Daerah di tengahnya
biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi lebih aktif yang sering disebut dengan central
healing.
• Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Kelainan kulit juga dapat dilihat secara
polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu
Penegakan Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yaitu adanya kelainan kulit berupa lesi
berbatas tegas dan peradangan dimana pada tepi lebih nyata daripada bagian tengahnya.
• Pemeriksaan mikologi ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan
mikroskopik langsung memakai larutan KOH 10-20%. Pemeriksaan KOH paling mudah diperoleh
dengan pengambilan sampel dari batas lesi. Hasil pemeriksaan mikroskopis KOH 10 % yang
positif, yaitu adanya elemen jamur berupa hifa yang bercabang dan atau artrospora.
• Pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur di perlukan bahan klinis, yang dapat berupa
kerokan kulit, rambut, dan kuku
Tata Laksana
• Higienis sanitasi
• Mencegah faktor risiko seperti celana dalam yang digunakan, hendaknya dapat menyerap keringat
dan diganti setiap hari. Selangkangan atau daerah lipat paha harus bersih dan kering. Hindari
memakai celana ketat, terutama yang digunakan dalam waktu yang lama.

• Medikamentosa
• Sistemik
• Untuk lesi meluas dan kronis : griseofulvin 500-1.000 mg qid 2-3 minggu. Ketokonazol 200 mg/hari
10-14 hari. Itrakonazol 200mg 2x1 selama 3 hari.
• Topikal
• Konvensional : asam salisilat 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, undesilat 2-
5%,
• Baru : tolnafat 2%, toksilat, haloprogin, imidazole, siklopiroksolamin, naftifine masing-masing 1%.
Tinea Manus

• Definisi • Faktor yang mempengaruhi :


 Dermatofitosis pada tangan yang dominan digunakan - Udara yang lembab

 >> usia dewasa - Tanah yang basah


 Pertama kali dijelaskan oleh Fox pada tahun 1870 dan - Lingkungan yang padat
Pellizaari tahun 1888. - Sosial ekonomi rendah
- Adanya sumber penularan disekitarnya

• Etiologi - Penyakit sistemik

Tricophyton rubrum, Epidermophyton floccosum, dan - Penggunaan obat antibiotik.

Trichophyton mentagrophytes - Penggunanaan pelindung tangan yang


tertutup dengan waktu yang lama
• Gejala
Pasien dapat mengeluhkan gatal pada sela-sela jari, bersisik, basah,
pecah-pecah ataupun mengelupas.

• Manifestasi Klinis
Biasanya unilateral dan terdiri dari 2 bentuk (Wolff, 2012):
 Dishidrotik
Lesi segmental atau anular berupa vesikel dengan skuama di tepi
ada telapak tangan, jari-jari dan tepi lateral tangan
 Hiperkeratotik
Berbentuk vesikel yang mengering dan membentuk lesi sirkular
atau irregular, eritematosa, dengan skuama difus. Garis-garis
tangan menjadi semakin jelas. Lesi kronik dapat mengenai seluruh
telapak tangan dan jari disertai fisurra.
Penegakan Diagnosa
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Penunjang
1. KOH 10%
2. Kultur : Media Sabourod’s Dextrose Agar (SDA).
3. Lampu Wood

Tata Laksana
• Bila lesi masih basah, direndam dalam larutan kalium permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama 15-30 menit,
2 – 4 kali sehari.
• Peradangan hebat : penisilin prokain, penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin
• Sistemik
- Griseofulvin 500-1000mg/hari selama 2-6 minggu,
- Ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu,
- Itrakonazol 100mg/hari selama 2 minggu
- Terbinafin 250mg/hari selama 1-2 minggu.
Tinea Pedis
Definisi
Tinea pedis atau yang disebut juga athlete’s foot adalah salah satu infeksi jamur superfisial pada kulit kaki yang
sering terjadi pada kasus dermatofitosis umumnya saat ini (William et al., 2016).

Etiologi
Tinea pedis biasanya disebabkan tersering oleh Trichophyton rubrum atau Trichophyton mentagrophytes,
kadang juga disebabkan oleh Epidermophyton floccosum dan Microsporum namun sangat jarang sekali
Faktor Risiko
• Tinea pedis dipengaruhi dengan beberapa keadaan seperti iklim tropis, banyak keringat, dan lembab.
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja di
tempat panas, yang banyakberkeringat serta di tempat yang memiliki kelembaban kulit yang tinggi
• Infeksi tinea pedis juga menyerang berbagai tingkat pekerjaan, khususnya pekerjaan yang menuntut
pemakaian sepatu yang ketat dan tertutup, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit
karena mekanis, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor predisposisi yang menyebabkan tinea pedis
• Kurangnya kebersihan memegang peranan penting terhadap infeksi tinea pedis. Keadaan gizi kurang akan
menurunkan imunitas seseorang dan mempermudah seseorang terjangkit tinea pedis
Manifestasi Klinis
Penegakan Diagnosis
• Pemeriksaan Mikroskopik
Diagnosis klinis infeksi dermatofita dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopik, tetapi pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat mengidentifikasi agen infeksius. Sampel kulit diambil dengan kerokan dari telapak kaki, tumit, dan
sisi kaki. Pada pemeriksaan ini, dermatofit memiliki septa serta cabang hifa pada preparat KOH 10-20% (William et al.,
2016).
• Kultur
Identifikasi fungi superfisial didasarkan pada makroskopik, mikroskopis dan karakteristik metabolisme dari
organisme. Sabourad’s Dextrose Agar (SDA) merupakan medium isolasi yang paling umum digunakan karena menampilkan
deskripsi morfologi (Vhisnu et al., 2015).
• Lampu Wood
Pemeriksaan dengan lampu wood (365nm) dapat menunjukkan flourescence pada jamur patogen tertentu. Pada tinea
pedis ditemukan flouresensi negatif di luar eritrasma pada infeksi interdigital (Vhisnu et al., 2015).
Pencegahan dan Pengendalian
• Menjaga kaki agar tetap kering dan bersih
• Menggunakan sepatu dengan aliran udara yang baik dan tidak ketat
• Bedak Tolnaftate (Tinactin) atau bedak Zeasorb, tepung beras, tepung maizena dapat diberikan di kaki, kaos kaki, dan
sepatu untuk menjaga agar kaki tetap kering.

Tata Laksana

• Diberikan secara topikal, sistemik hanya bila lesi luas atau tidak ada perbaikan dengan agen topikal
• Topikal : clotrimazole, miconazole, sulconazole, oxiconazole, ciclopirox dll
• Sistemik
- Dewasa : terbinafrine 250 mg/hari selama 2 minggu atau Itraconazole 200mg dua kali/hari selama 1 minggu
- Anak : terbinafrine 3-6mg/kgBB/hari selama 2 minggu atau itraconazole 5mg/kgBB/hari selama 2 minggu
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam
Tinea Unguium
Definisi
Tinea unguium atau istilah lainnya onikomikosis merupakan infeksi pada lempeng kuku yang disebabkan oleh
jamur kulit dermatofita, nondermatofita, maupun yeast.

Etiologi
Tinea pedis biasanya disebabkan tersering oleh Trichophyton rubrum atau Trichophyton mentagrophytes,
kadang juga disebabkan oleh Epidermophyton floccosum dan Microsporum namun sangat jarang sekali
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Diagnosis Banding
Penunjang
1. Psoriasis Kuku
Dua pemeriksaan penunjang utama yaitu
• Psoriasis ini ditandai dengan lubang atau
pemeriksaan mikroskopik dan kultur.
bercak yang berminyak, onikolisis dan distrofi
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan
kuku
preparat KOH 10%. Sampel diambil dari
2. Paronikia
kerokan jaringan dasar kuku yang terinfeksi.
• Paronikia adalah inflamasi yang mengenai
Pada mikroskop akan tampak elemen jamur
lipatan kulit disekitar kuku. Paronikia ditandai
berupa hifa atau ragi, tetapi tidak bisa
dengan pembengkakan jaringan yang nyeri
membedakan spesies.
dan bernanah. Bila infeksi berlangsung kronik
maka terdapat celah horizontal pada dasar
kuku.
Tata laksana
• Medikamentosa
• Sistemik
• Digunakan untuk subtype OSP (Onikomikosis Subungual Proksimal) dan subtipe OSD (Onikomikosis
Subungual Distal) yang melibatkan daerah lunula
• Terbinafin  lipofilik, distribusi baik di kulit dan kuku. Baik pada T. rubrum dan T. mentagrophytes.
Dosis 250mg/hari selama 6 bulan (tangan) & 12 bulan (kaki).
• Itrakonazole  Dosis 250mg/hari selama 6 bulan (tangan) & 9 bulan (kaki).
• Griseofulvin  Dewasa 500-1000 mg/hari selama 6-9 bulan (tangan) & 12-18 bulan (kaki)
Tata laksana
• Antimikotik topikal
• Digunakan pada OSPT (Onikomikosis Superfisial Putih) dan OSD (Onikomikosis Subungual Distal) yang terbatas pada
distal kuku
• Amolorfine  golongan morpholine sintetis dengan spektrum fungisida yang luas. Dioles 1-2x sehari selama 6-12
bulan.
• Ciclopirox  turunan hydroxypyridone dengan aktivitas antijamur spektrum luas terhadap T. rubrum, S. brevicaulis, dan
Candida spesies. Durasi pengobatan 24 bulan (tangan) dan 48 bulan (kaki)
• Laser
• Laser mempunyai efek bakterisidal. Energi yang disalurkan menyebabkan hipertermia lokal, destruksi mikroorganisme
patogen, dan stimulasi proses penyembuhan.
• Energi laser menghasilkan reaksi fotobiologi atau fotokimia yang merusak sel patogen atau melalui mekanisme yang
memicu respons imun yang menyerang organisme patogen
Infeksi dermatofita adalah infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh
jamur dermatofita yang menyerang jaringan kulit yang mengandung
keratin seperti stratum korneum, rambut dan kuku.

Terdapat tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu Trichophyton,


Microsporum, dan Epidermophyton, dengan spesies terbanyak
penyebabnya adalah Trichophyton rubrum.

Kesimpulan Klasifikasi dermatofita adalah tinea kapitis, barbae, korporis, kruris,


manus, pedis dan unguium

Tatalaksana tinea dapat menggunakan agen topikal maupun sistemik,


dengan beberapa obat yang sering digunakan adalah griseovulfin,
terbinafin dan itrakonazol. Prognosis tinea sebagian besar baik tergantung
pada tipe, keparahan serta terapi yang adekuat.
Thank You

43

Anda mungkin juga menyukai