Ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan
suatu upaya untuk memecahkan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
Penelitian tindakan yang dilakukan harus memenuhi beberapa prinsip berikut:
• Permsalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata
dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani, serta berada dalam jangkauan
kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan
• Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama
• Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien
• Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka. Setiap langkah dari
tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian
tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya
• Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjuta
atau on going, mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas
tindakan memang tdak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu
• Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian
tidnakan terdiri dari empat komponen pokok
yang juga menunjukkan langkah, yaitu :
• Perencanaan atau planning
• Tindakan atau acting
• Pengamatan atau observing
• Refleksi atau reflecting
• Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas
seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:
• Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan
• Bagian ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,
dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan kelas yang
ideal sebentulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan.
Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada
diri sendiri biasanya kurang teliti dibandingkan dengan pengamatan yang
dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur
subjektivitas yang mudah berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan
dirinya.
• Tahap 2: Pelaksanaan tindakan
• Yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan
di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di
kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam
tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan taat
pada apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar. Tentu
saja membuat modifikasi tetap diperbolehkan,
selama tidak mengubah prinsip. Hindari kekakuan.
• Tahap 3: Pengamatan
• Pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang
tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan
tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu
yang sama. Sebutan tahap 2 diberikan untuk memberikan peluang
kepada guru pelaksana yang bertugas juga sebagai pengamat. Ketika
guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu
dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya
ketika sedang terjadi. Oleh karena itukepada guru pelaksana yang
berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan “pengamatan
balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.
• Tahap 4: Refleksi atau pantulan
• Kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah terjadi.