Anda di halaman 1dari 21

Lag Efek Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan

Moneter Dalam Ketidakpastian Keadaan dan Kepastian


Keadaan serta Contoh Kasus
Kelompok 1
Ekonomi Moneter 2
IRENE ANGELA TAMPUBOLON (19101150070
SHELLYNA RAHMA NUR FITRIA (1910115026)
NANDA FEBRI MARCHELA (1910115038)
Kebijakan Moneter

Kebijaksanaan Moneter adalah salah satu faktor yang


mempengaruhi kegiatan ekonomi yang dapat dipengaruhi
dan dikontrol oleh pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan ekonomi.
Bagan Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter

Sistem moneter yang pertama terpengaruhi kebijakan


moneter

Indikator ini dimonitor dan dibandingkan dengan yang diinginkan


Bank Sentral menggunakan Instrumen Kebijakan Moneter untuk
mempengaruhi tingkat bunga, kredit, dan jumlah uang beredar

Kegiatan ekonomi tercermin pada: GNP, tingkat


pengangguran, inflasi, dan neraca pembayaran
Kebijakan Moneter

Kebijaksanaan moneter untuk tujuan stabilisasi ekonomi tergantung pada:


1. Kuat/tidaknya hubungan antara perubahan kebijaksanaan
moneter dengan kegiatan ekonomi
2. Kedua jangka waktu antara perubahan kebijaksanaan moneter
dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi. Jangka waktu antara
perubahan kebijaksanaan dengan perubahan kegiatan ekonomi
sering disebut tenggang waktu.
Tenggang Waktu (Lag) Efek dari Kebijakan Moneter

Jangka waktu antara perubahan kebijakan dengan perubahan


kegiatan ekonomi sering disebut tenggang waktu (lag).

2 macam lag dalam kebijakan moneter

Inside Lag Outside Lag


Inside lag adalah jarak waktu dari Outside lag adalah jarak waktu antara
timbulnya permasalahan di dalam saat mulai dilaksanakannya langkah
perekonomian sampai dengan
kebijakan dan saat timbulnya akibat
dimulainya tindakan kebijakan untuk
pada perekonomian.
mengatasinya.
Contoh Skema
 Recognition Lag pada tahap t0 - t1
(waktu yang diperlukan Bank Sentral
untuk mengumpulkan data ekonomi
dan menganalisa perubahan kegiatan
ekonomi yang diinginkan dengan
melakukan kebijakan moneter)

 Administrative lag pada tahap t1 - t2


(waktu yang diketahuinya -oleh Bank
Sentral- akan diperkirakan untuk
merubah kebijakan moneter)

 Outside Lag pada tahap t2-t3


(mengukur lamanya waktu dalam tahap
mentransfer perubahan kebijakan
moneter dengan efeknya terhadap
kegiatan ekonomi)
Kebijakan Moneter Dalam
Kepastian Keadaan
Kebijakan  moneter dalam adanya kepastian dapat diketahui
dengan memahami kondisi IS – LM.

1. Intsrumen tingkat suku bunga dengan


menetapkan tingkat bunga sebesar rFE, maka
kurva LM nya adalah L2M2 yang memotong IS
sehingga menghasilkan YFE.

2. Instumen JUB, maka kurva LM nya adalah


L1M1 dan memotong kurva IS yang
menghasilkan YFE.

Kedua instrumen tersebut memberikan hasil yang


sama yaitu dapat mencapai sasaran. Hal tersebut
dapat terjadi karena adanya kepastian baik sektor
rill maupun moneter. 
Kebijakan Moneter Dalam
Ketidakpastian Keadaan
Ketidakpastian Dalam Sektor Riil
Ketidakpastian secara pasti lokasi dari kurva IS. Yang dikethaui hanyalah kemungkinan
lokasi IS tersebut, yakni antara dua ekstrim IS1 dan IS2 seperti pada gambar berikut

1. Apabila pembuat kebijakan moneter menetapkan tingkat


bunga re, maka kurva LM yang relevan adalah LM2.

2. Apabila kebijakan yang diambil berupa penetapan


jumlah uang beredar, maka kurva LM-nya adalah LM1.

Dalam kebijakan penetapan tingkat bunga re, maka tingkat


pendapatan akan berada antara Y1Y4. Sedang pada kebijakan
penetapan jumlah uang beredar (JUB) pendapatan akan
berada antara Y2Y3.
Ketidakpastian Dalam Sektor Moneter

Keadaan ini tergambar dengan kemungkinan letak kurva LM antara dua ekstrim, yakni LM 1
dan LM2, sedang kurva IS-nya sudah pasti. Seperti yang tergambar pada gambar berikut

Kemungkinan kesalahan pada kebijakan penetepan JUB


adalah Y1Y2. Sedang kebijakan penetapan tingkat bunga r e
dapat secara tepat (tanpa adanya penyimpangan) mencapai
sasaran pendapatan pada kesempatan kerja penuh (yakni Y FE).
Dengan demikian, kebijakan penentuan tingkat bunga lebih
baik daripada penentuan JUB.
Ketidakpastian Sektor Riil
Lebih Besar Daripada Sektor Moneter

Pada kurva disamping


menunjukan bahwa
ketidakpastian sektor riil
lebih besar daripada sektor
moneter, yang tergambat
pada jarak IS1 dengan IS2
lebih jauh daripada jarak
LM1 dengan LM2.
Ketidakpastian Sektor Moneter Lebih BesarDaripada Sektor
Riil

Jarak LM1 – LM2 lebih besar daripada IS1 –


IS2, menggambarkan bahwa ketidakpastian
sektor moneter lebih besar dariapada sektor
riil. Dalam keadaan ini kemungkinan
kesalahan (policy error) dari kebijakaan
penetapa tingkat bunga sebesar Y2Y3, lebih
kecil daripada kemungkinan kesalahan
akibat kebijakan JUB yang diambil, yakni
Y1Y4. Dengan demikian kebijakan tingkat
bunga lebih baik dibanding dengan
kebijakan JUB.
Respon dari Kebijakan Bank Indonesia dalam
Peningkatan dan Penurunan BI 7DRR Terhadap
Perekonomian Indonesia
Skema Apabila BI Menaikkan BI 7DRR
Ekspor
berkurang

Kenaikan suku
Kenaikan BI Modal asing Apreisiasi
bunga Indonesia
7DRR bertambah rupiah
dan luar negeri

Menurunkan Konsumsi dan Penurunan


harga aset investasi berkurang tekanan inflasi
Skema Apabila BI menurunkan BI 7DRR

Penurunan Mendoron Upah Kenaikan


BI 7DRR g inflasi tinggi harga
Time Lag Akibat Kebijakan Moneter yang
Dilakukan BI

Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respons


perbankan terhadap penurunan suku bunga BI 7DRR akan lebih lambat.

Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki


permodalan, penurunan suku bunga kredit dan peningkatan permintaan kredit
tidak selalu direspons dengan menaikkan penyaluran kredit.

Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga tidak selalu
direspons oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila
prospek perekonomian sedang lesu. Efektivitas transmisi kebijakan moneter
dipengaruhi oleh kondisi eksternal, sektor keuangan dan perbankan, serta
sektor riil. 
Respon Perbankan Terhadap Penurunan suku
bunga Acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) Tidak Kondusif bagi Perekonomian.

Kasus
BI sejak Juni 2019 telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 225
basis poin hingga ke level terendah menjadi 3,5 %. Hal tersebut menjadi
sangat responsif karena suku bunga deposito hampir sama dengan
penurunannya. Tetapi, suku bunga kredit masih sangat rigid. Hal ini juga
dari spread suku bunga dasar kredit (SBDK) terhadap BI7DRR
cenderung melebar dari 5,72 % pada Juni 2019 menjadi 6,36 % pada
Desember 2020. artinya bank mencoba mendapatkan keuntungan. upaya
BI untuk menurunkan suku bunga acuan hingga ke level terendah
bertujuan untuk mendorong pemulihan ekonomi. Saat ini yang terjadi
justru sebaliknya, dengan penurunan suku bunga kredit perbankan yang
lamban tersebut. faktor spread yang melebar antara SBDK dan BI7DRR
tersebut juga merupakan salah satu faktor orang-orang enggan
mengajukan kredit di perbankan. Karena suku bunganya masih cukup
tinggi.
SUmber

Nopirin. 1987. Ekonomi Moneter Buku 2. Yogyakarta: BPFE

Bank Indonesia. Moneter. Diakses dari Bank Indonesia:


https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/default.aspx#floating-1

Elena, Maria. 22 Februari 2021. Bank Lamban Turunkan Bunga Kredit, BI Sebut Tidak
Kondusif bagi Perekonomian. Diakses dari Financial Bisnis:
https://finansial.bisnis.com/read/20210222/11/1359339/bank-lamban-turunkan-bunga-kr
edit-bi-sebut-tidak-kondusif-bagi-perekonomian
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai