Anda di halaman 1dari 47

Prakata

Bank Indonesia mempunyai satu tujuan Laporan Kebijakan Moneter (LKM)


tunggal, yaitu mencapai dan memelihara dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan (RDG) pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan
nilai mata uang terhadap barang dan jasa November. Laporan ini memiliki dua fungsi
yang terefleksi dalam inflasi yang stabil, serta utama, yaitu: (i) menyediakan data, analisis
kestabilan terhadap mata uang negara lain. dan proyeksi ekonomi untuk mendukung
Target inflasi tahun 2019 ditetapkan oleh pembentukan ekspektasi, yang merupakan
Pemerintah yaitu sebesar 3,5±1%. Dalam bagian dari kerangka kerja antisipatif dalam
rangka mencapai tujuan tersebut, Bank perumusan kebijakan moneter; dan (ii)
Indonesia melaksanakan kebijakan moneter sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk
secara berkelanjutan, konsisten, transparan, memberikan penjelasan kepada masyarakat
dan harus mempertimbangkan kebijakan luas mengenai berbagai pertimbangan yang
umum pemerintah di bidang perekonomian. melandasi keputusan kebijakan moneter yang
Sesuai dengan bidang tugasnya, Bank ditempuh Bank Indonesia.
Indonesia menempuh bauran kebijakan
moneter, makroprudensial, serta sistem
pembayaran dan pengelolaan uang rupiah.

Dewan Gubernur
PERRY WARJIYO SUGENG
Gubernur Deputi Gubernur

MIRZA ADITYASWARA ROSMAYA HADI


Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur

ERWIN RIJANTO DODY BUDI WALUYO


Deputi Gubernur Deputi Gubernur

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 i


Daftar Isi

Prakata i 3. Perkembangan Ekonomi


Domestik dan Pasar Keuangan 10

Dewan Gubernur i Pertumbuhan Ekonomi 10


Ketenagakerjaan 16

Daftar Isi ii Neraca Pembayaran Indonesia 19


Nilai Tukar Rupiah 21
Inflasi 23
1. Ringkasan Eksekutif 01
Pasar Keuangan 26
Box: Inflasi Makanan Pengaruhi Inflasi Kelompok 33
2. Perkembangan Ekonomi Global 04 Bawah

Perkembangan Ekonomi Dunia 04 4. Prospek Perekonomian 35


Pasar Keuangan Global 08
Prospek Perekonomian Global 35
Respons Kebijakan Global 08
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global 35
Pasar Komoditas Global 08
Prospek Volume Perdagangan dan Harga 36
Komoditas Global
Prospek dan Risiko Perekonomian Domestik 37
Prospek Inflasi 41
Risiko Inflasi 42

ii Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


1 Ringkasan Eksekutif
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Tiongkok juga diprakirakan belum kuat, meskipun
pada 15-16 Mei 2019 memutuskan untuk telah ditempuh stimulus fiskal melalui pemotongan
mempertahankan BI 7-day Reverse Repo pajak dan pembangunan infrastuktur. Pertumbuhan
Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit ekonomi dunia yang melambat berpengaruh kepada
Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending volume perdagangan dan harga komoditas global yang
Facility sebesar 6,75%. Keputusan tersebut sejalan menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode
dengan upaya menjaga stabilitas eksternal perekonomian terakhir dipengaruhi faktor geopolitik. Sementara itu,
Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan ketidakpastian pasar keuangan dunia yang meningkat
global yang meningkat. Bank Indonesia akan terus dipengaruhi oleh eskalasi perang dagang AS dan
mencermati kondisi pasar keuangan global dan Tiongkok sehingga kembali memicu peralihan modal
stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam dari negara berkembang ke negara maju, meskipun
mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan respon kebijakan moneter global mulai melonggar.
moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya Kedua perkembangan ekonomi global yang kurang
inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi menguntungkan tersebut memberikan tantangan
di dalam negeri. Bank Indonesia juga tetap memastikan dalam upaya menjaga stabilitas eksternal baik untuk
ketersediaan likuiditas di perbankan serta menempuh mendorong ekspor maupun menarik modal asing.
kebijakan makroprudensial yang akomodatif antara lain
Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah
dengan mempertahankan rasio Countercyclical Capital
dari prakiraan dipengaruhi ekonomi global yang
Buffer (CCB) sebesar 0%, rasio Penyangga Likuiditas
menurun.Ekonomi Indonesia pada triwulan I 2019
Makroprudensial (PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas
tumbuh 5,07% (yoy), lebih rendah dari triwulan
repo sebesar 4%, dan kisaran Rasio Intermediasi
sebelumnya sebesar 5,18% (yoy), meskipun meningkat
Makroprudensial (RIM) sebesar 84-94%. Kebijakan
dari 5,06% pada triwulan I 2018. Menurunnya
sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan
pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas
juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan
yang lebih rendah telah berdampak pada menurunnya
ekonomi. Koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas
pertumbuhan ekspor Indonesia, yang kemudian
terkait terus dipererat untuk mempertahankan stabilitas
berpengaruh pada konsumsi rumah tangga dan investasi
ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta
nonbangunan yang melambat. Pengaruh belanja
meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk
terkait kegiatan Pemilu 2019 terhadap konsumsi lebih
modal asing.
rendah dari prakiraan. Secara spasial, perlambatan
Pemulihan ekonomi global lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional terutama dipengaruhi
prakiraan dengan ketidakpastian pasar keuangan oleh menurunnya pertumbuhan di Jawa, Kalimantan,
yang kembali meningkat. Pertumbuhan ekonomi dan Papua, sedangkan kawasan lain meningkat. Ke
AS diprakirakan menurun dipicu stimulus fiskal yang depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik
terbatas, pendapatan dan keyakinan pelaku ekonomi dari sisi investasi khususnya swasta perlu ditingkatkan
yang belum kuat, serta permasalahan struktur pasar untuk memitigasi dampak negatif dari belum pulihnya
tenaga kerja yang terus mengemuka. Perbaikan kinerja ekspor akibat perlambatan ekonomi dunia.
ekonomi Eropa diprakirakan lebih lambat akibat Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan
melemahnya ekspor, belum selesainya permasalahan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah
di sektor keuangan, serta berlanjutnya tantangan titik tengah kisaran 5,0-5,4%. Bank Indonesia akan
struktural berupa aging population. Ekonomi menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 1


otoritas terkait guna menjaga momentum pertumbuhan membaik. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai
ekonomi. tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank
Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat
keuangan, baik di pasar uang maupun valas.
surplus sehingga menopang stabilitas
eksternal. Pada triwulan I 2019, Neraca Pembayaran Inflasi April 2019 terkendali sehingga menopang
Indonesia (NPI) mencatat surplus 2,4 miliar dolar AS stabilitas perekonomian secara keseluruhan. Inflasi
seiring dengan lebih besarnya surplus neraca modal dan Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap rendah yang
finansial sebesar 10,1 miliar dolar AS dari defisit transaksi pada April 2019 tercatat sebesar 0,44% (mtm) atau
berjalan yang tercatat sebesar 7,0 miliar dolar AS 2,83% (yoy), meskipun meningkat dibandingkan
(2,6% dari PDB). Pada April 2019, neraca perdagangan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,11% (mtm)
mengalami defisit 2,5 miliar dolar AS sejalan dengan atau 2,48% (yoy). Peningkatan inflasi April 2019
perlambatan ekonomi global, di samping karena faktor terutama dipengaruhi kenaikan inflasi volatile food dan
musiman. Sementara itu, aliran masuk modal asing inflasi administered prices, sedangkan inflasi inti stabil.
berlanjut pada April 2019, terutama ditopang aliran Inflasi volatile food terutama bersumber dari komoditas
masuk investasi portofolio. Posisi cadangan devisa bawang, cabai dan telur. Inflasi kelompok administered
Indonesia akhir April 2019 tercatat sebesar 124,3 prices terutama berasal dari tarif angkutan udara dan
miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,0 bulan rokok. Sementara itu, inflasi inti yang terkendali tidak
impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia
luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam
kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya.
depan, Bank Indonesia memprakirakan bahwa prospek Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga
aliran masuk modal asing masih berlanjut sehingga NPI stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan
2019 diprakirakan mencatat surplus. Defisit transaksi dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil
2018, yaitu dalam kisaran 2,5–3,0% PDB, meskipun yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran
tidak serendah prakiraan semula. Sinergi kebijakan Bank sasaran inflasi 3,5±1% pada 2019. Koordinasi dengan
Indonesia, Pemerintah dan Otoritas terkait akan terus Pemerintah dan otoritas terkait juga ditempuh dalam
diperkuat guna meningkatkan ketahanan eksternal. mengendalikan inflasi pada bulan suci Ramadan dan hari
raya Idulfitri 1440 H.
Nilai tukar Rupiah melemah pada Mei 2019
dipengaruhi dampak ketidakpastian global Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai
serta pola musiman peningkatan permintaan fungsi intermediasi yang berjalan baik dan risiko
valas. Setelah sebelumnya menguat pada April 2019, kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital
nilai tukar Rupiah pada 15 Mei 2019 tercatat melemah Adequacy Ratio/CAR) perbankan Maret 2019 tetap tinggi
1,45% secara point to point dibandingkan dengan level yakni 23,3% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non
akhir April 2019 dan 1,36% secara rerata dibandingkan Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 2,5% (gross)
rerata April 2019. Nilai tukar rupiah yang melemah pada atau 1,2% (net). Dari fungsi intermediasi, pertumbuhan
Mei 2019 tidak terlepas dari pengaruh sentimen global kredit pada Maret 2019 tercatat 11,5% (yoy), menurun
terkait eskalasi perang dagang sehingga memberikan dibandingkan dengan pertumbuhan kredit Februari
tekanan terhadap mata uang negara berkembang, 2019 sebesar 12,1% (yoy). Pertumbuhan Dana Pihak
termasuk Rupiah. Selain itu, pola musiman peningkatan Ketiga (DPK) pada Maret 2019 sebesar 7,2%, meningkat
permintaan valas untuk kebutuhan pembayaran dividen dibandingkan dengan pertumbuhan Februari 2019
nonresiden turut memengaruhi pelemahan rupiah. Ke sebesar 6,6%. Likuiditas perbankan terjaga, antara lain
depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak
akan bergerak stabil dengan mekanisme pasar yang Ketiga (AL/DPK) sebesar 21,1% pada Maret 2019.
tetap terjaga sejalan dengan prospek NPI 2019 yang Sementara itu, kinerja korporasi go public tetap baik

2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


ditopang kemampuan membayar yang terjaga. Ke terus mendorong perluasan program elektronifikasi
depan, Bank Indonesia memandang terbuka ruang untuk untuk penyaluran bansos, moda transportasi, dan
mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu transaksi Pemda sebagai upaya peningkatan efisiensi dan
stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang masih pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan triwulan I 2019,
berada di bawah level optimum dan terdapatnya realisasi penyaluran bansos nontunai Program Keluarga
potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya Harapan (PKH) telah mencapai 37,41% atau Rp12,3
kebijakan makroprudensial akomodatif. Ke depan, Bank triliun, sementara Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Indonesia memprakirakan kredit perbankan berada pada telah mencapai 20,43% atau Rp3,3 triliun dari target
kisaran 10-12% (yoy) sedangkan DPK tumbuh dalam penyaluran bansos nontunai 2019 sebesar Rp49,12
kisaran 8-10%. triliun (target PKH sebesar Rp32,77 triliun dan target
BPNT sebesar Rp16,35 triliun). Menjelang perayaan
Kelancaran sistem pembayaran tetap terpelihara,
Idulfitri, Bank Indonesia bersama industri memastikan
baik dari sisi tunai maupun nontunai selama
kelancaran dan keamanan sistem pembayaran; kesiapan
triwulan I 2019. Pembayaran tunai tumbuh positif,
operasional, distribusi dan persediaan uang layanan kas;
dengan Uang Yang Diedarkan (UYD) naik 5,6% (yoy).
dan ketersediaan stok UE serta layanan top up di sektor
Di sisi pembayaran nontunai, penggunaan ATM-Debit,
transportasi. Bank Indonesia juga menyiapkan layanan
Kartu Kredit dan Uang Elektronik (UE) tumbuh sebesar
penukaran uang di 2.900 titik penukaran di seluruh
14,4% (yoy), dengan pertumbuhan UE yang terus tinggi
wilayah NKRI termasuk di daerah 3T (Terdepan, Terluar,
mencapai 100,4% (yoy). Peningkatan penggunaan
dan Terpencil) terhitung mulai tanggal 13 Mei sampai
UE seiring meluasnya integrasi UE dengan ekosistem
dengan 1 Juni 2019.
digital di e-commerce. Selanjutnya, Bank Indonesia

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 3


2 Perkembangan Ekonomi Global
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA kurang menguntungkan tersebut memberikan tantangan
dalam upaya menjaga stabilitas eksternal baik untuk
Pemulihan ekonomi global lebih rendah dari
mendorong ekspor maupun menarik modal asing.
prakiraan dengan ketidakpastian pasar keuangan
yang kembali meningkat (Grafik 2.1). Pertumbuhan Perekonomian Amerika Serikat (AS) pada triwulan
ekonomi Amerika Serikat (AS) diprakirakan menurun I 2019 di atas ekspektasi, namun dengan struktur
dipicu stimulus fiskal yang terbatas, pendapatan dan yang lemah. Ekonomi AS pada triwulan I 2019 tumbuh
keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat, serta sebesar 3,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
permasalahan struktur pasar tenaga kerja yang terus pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya
mengemuka. Perbaikan ekonomi Eropa diprakirakan sebesar 3,0% (yoy) (Grafik 2.2). Pertumbuhan pada
lebih lambat akibat pelemahan ekspor, permasalahan triwulan ini didorong oleh kenaikan inventori dan
di sektor keuangan yang belum selesai, serta tantangan perlambatan impor. Sementara itu, pertumbuhan
struktural berupa aging population yang berlanjut. konsumsi tertahan dan investasi masih melambat.
Ekonomi Tiongkok juga diprakirakan belum kuat, Pertumbuhan konsumsi tertahan tercermin dari
meskipun telah ditempuh stimulus fiskal melalui pertumbuhan pendapatan – personal income yang masih
pemotongan pajak dan pembangunan infrastuktur. stagnan dan keyakinan pelaku ekonomi – sentiment
Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat index yang dalam tren melambat. Investasi residensial
berpengaruh kepada volume perdagangan dan harga maupun nonresidensial juga melambat, sebagaimana
komoditas global yang menurun, kecuali harga minyak tercermin dari penurunan building permit dan
yang naik pada periode terakhir dipengaruhi faktor perlambatan pertumbuhan pemesanan barang modal.
geopolitik. Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan Dengan struktur pertumbuhan tersebut, ke depan
dunia yang meningkat dipengaruhi oleh eskalasi perang pertumbuhan AS diprakirakan lebih rendah. Sejalan
dagang AS dan Tiongkok sehingga kembali memicu dengan perlambatan ekonomi, perbaikan pasar tenaga
peralihan modal dari negara berkembang ke negara kerja terkendala partisipasi tenaga kerja yang rendah. Hal
maju, meskipun respon kebijakan moneter global mulai tersebut tercermin dari participation rate yang stagnan
melonggar. Kedua perkembangan ekonomi global yang berada pada level yang rendah.

Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Global


Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi AS
% %
7,0 5
Dunia (yoy) 6,0 Investasi Swasta 4
Negara Maju PDB (yoy) 3,2
5,0 3

3,6 4,0 2
1
3,0
0
2,0
Konsumsi -1
1,0 Pengeluaran
Ekspor Netto
-2
0,0
Negara Berkembang -3
-1,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019


Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg

4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Tekanan inflasi AS semakin rendah. Penurunan Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Eropa
tekanan inflasi sejalan dengan konsumsi yang tertahan %
3,5
dan investasi yang melambat. Inflasi Indeks Harga Pengeluaran Pemerintah PDB (yoy) 3,0
Konsumen (IHK) pada triwulan I 2019 tercatat sebesar Investasi
2,5
1,9%, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada 1,2
2,0
triwulan sebelumnya sebesar 2,0% (Grafik 2.3). Sejalan 1,5
dengan hal tersebut, inflasi inti IHK juga mengalami 1,0
penurunan dari 2,21% pada triwulan IV 2018 menjadi 0,5
0,0
1,95% pada triwulan I 2019. Turunnya inflasi IHK
Konsumsi -0,5
didorong oleh pergerakan harga minyak . Inflasi IHK
Ekspor Netto -1,0
dan inti IHK pada April yang tercatat masing-masing -1,5
sebesar 2,0% dan 2,1% juga menunjukkan tekanan I II III IV I II III IV I II III IV 1 2 3 4 1F
inflasi yang relatif rendah. Sementara itu, inflasi Personal 2015 2016 2017 2018 2019
Consumption Expenditure (PCE) pada triwulan I 2019 Sumber: Bloomberg, diolah
tercatat sebesar 1,5% (yoy), mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar perlambatan investasi non-bangunan sejalan dengan
1,8% (yoy). Penurunan tersebut karena penurunan perbaikan produksi manufaktur yang belum solid. Kinerja
tingkat reimbursement rumah sakit (Affordable Care Act ekspor masih belum memperlihatkan indikasi perbaikan
– ACA) dan penurunan jasa physician (Medicare Access terutama karena perlambatan ekspor barang antara
and CHIP Reauthorization Act - MACRA). untuk industri dan ekspor barang modal. Impor juga
turut melambat sejalan dengan perlambatan konsumsi
Perbaikan ekonomi Eropa belum terlihat di triwulan
dan investasi. Perbaikan tenaga kerja masih terhambat
I 2019. Perekonomian Eropa tumbuh sebesar 1,2%
karena slack tenaga kerja. Sejalan dengan hal tersebut,
(yoy) stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumya
pertumbuhan upah cenderung melambat.
(Grafik 2.4). Perbaikan ekonomi Eropa yang lebih
lambat dibandingkan dengan prakiraan disebabkan Tekanan inflasi Eropa tetap rendah dengan
oleh pelemahan konsumsi dan perlambatan investasi ekspektasi inflasi yang semakin menurun. Inflasi
serta ekspor yang berlanjut. Beberapa indikator seperti IHK pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 1,4% (yoy),
pendapatan, wealth, retail confidence, dan new lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan
order menunjukkan tren perlambatan yang berlanjut. sebelumnya sebesar 1,5% (yoy), maupun target ECB
Perlambatan investasi terutama disebabkan oleh sebesar 2,0%, (Grafik 2.5). Sejalan dengan hal tersebut,

Grafik 2.3 Inflasi AS Grafik 2.5 Inflasi Eropa


% %
3,5
3
3,0
IHK Target ECB Inflasi CPI 2%
IHK Inti 2,5 2
2,11,9 IHK Inti (% yoy) 1,4
1,9 2,0
Target 2% 2,0 1,0 1
PCE Inti 1,6 1,5 0,8
PCE (yoy) 1,5
1,0 0
Proyeksi PCE
PCE mtm 0,5
0,2 IHK (% yoy) -1
0,0 IHK (% mtm)
-0,5 -2
11 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
2018
2019
2020

7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4
2015 2016 2017 2018 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 5


inflasi inti juga menurun yakni dari 0,9% pada triwulan Grafik 2.7 Inflasi Jepang
lalu menjadi sebesar 0,8% (yoy) pada triwulan I 2019. % yoy
3,0
Relatif rendahnya inflasi Eropa tidak terlepas dari
perlambatan ekonomi, penurunan harga minyak selama 2,5
triwulan I dan inflasi harga pangan yang lebih rendah. 2,0
IHK 1,4
Ke depan, ekspektasi inflasi Eropa juga tetap rendah. 1,5
IHK selain makanan segar
Perekonomian Jepang diprakirakan tumbuh 0,8 1,0
0,5 0,5
moderat pada triwulan I 2019. Pertumbuhan
0,3 0,0
ekonomi Jepang pada triwulan I 2019 diprakirakan
sebesar 0,5% (yoy)-(Grafik 2.6). Sebagian besar Tokyo IHK -0,5
IHK selain makanan dan energi
indikator ekonomi pada triwulan I 2019 tidak sebaik -1,0
indikator ekonomi triwulan sebelumnya. Hanya indikator 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
consumer spending yang cukup kondusif seiring 2015 2016 2017 2018 2019
dengan indikasi percepatan belanja barang tahan lama Sumber: Bloomberg
sebelum pemberlakuan kenaikan pajak konsumsi. rendah, seiring dengan permintaan domestik yang lebih
Stimulus fiskal yang dikeluarkan Pemerintah juga turut rendah dan terbatasnya kenaikan upah. Pada Maret
menopang perekonomian Jepang. Kinerja ekspor Jepang 2019, inflasi CPI meningkat menjadi sebesar 0,5%
masih tertahan karena terimbas eskalasi ketegangan seiring dengan peningkatan harga energi (Grafik 2.7).
perdagangan AS-Tiongkok. Pada Maret 2019, ekspor Inflasi inti CPI juga kembali meningkat seiring kenaikan
melemah lebih dalam dengan tumbuh negatif 2,4% harga bensin, barang industri dan telekomunikasi. Bank
(yoy). Di sisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran of Japan (BoJ) mengidentifikasi beberapa faktor yang
Jepang pada triwulan I 2019 sebesar 2,3% (yoy) berdampak pada terhambatnya proses peningkatan
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan inflasi, antara lain korporasi yang masih tetap berhati-
sebelumnya sebesar 2,4% (yoy). Pemerintah Jepang hati dalam menaikkan gaji dan harga, rumah tangga
mengeluarkan berbagai kebijakan ketenagakerjaan di yang terbiasa dengan harga rendah, serta tingginya
antaranya mendorong partisipasi tenaga kerja wanita kompetisi yang menekan harga.
dan kebijakan visa baru bagi blue-collar worker.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprakirakan
Tekanan inflasi Jepang sedikit meningkat, namun belum kuat. Perekonomian Tiongkok pada triwulan I
masih jauh di bawah target. Pada triwulan I 2019 2019 tumbuh sebesar 6,4% (yoy), stabil dibandingkan
inflasi mengalami peningkatan namun masih dalam level dengan triwulan lalu (Grafik 2.8). Kinerja konsumsi dan
Grafik 2.6 Pertumbuhan Ekonomi Jepang Grafik 2.8 Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
% % yoy
3,0 9,0
8,0
PDB (yoy) 2,5 7,0
6,0
2,0 5,0
4,0
Ekspor Netto 1,5 3,0
2,0
0,5 1,0 1,0
0,0
0,5 -1,0
-2,0
0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Investasi
Konsumsi -0,5 2015 2016 2017 2018
Konsumsi Pemerintah Ekspor Netto 1,3 -0,5 -0,7 -0,2 -1,0 -0,4 -0,3 -1,0 0,1 0,1 0,1 2,0 -0,6 -0,7 -0,7 -0,6
-1,0 Investasi 1,2 3,3 4,1 2,7 2,5 3,3 3,0 2,7 1,3 3,3 2,4 1,7 2,1 2,1 2,1 2,1
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4F 1F
Konsumsi 4,5 4,2 3,5 4,3 5,2 3,8 3,9 5,1 5,5 3,5 4,3 3,1 5,3 5,3 5,2 5,0
2015 2016 2017 2018 2019 PDB yoy 7,0 7,0 6,9 6,8 6,7 6,7 6,7 6,8 6,8 6,8 6,7 6,7 6,8 6,7 6,5 6,4
Sumber: Bloomberg, diolah
Sumber: Bloomberg

6 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


investasi masih mengalami perlambatan. Sebaliknya, Grafik 2.10 Pertumbuhan Ekonomi India
kontribusi ekspor neto terhadap PDB Tiongkok %
12
meningkat seiring dengan kontraksi impor yang lebih Lainnya PDB
Investasi 10
dalam dibandingkan dengan ekspor. Perlambatan 6,9
8
investasi swasta juga terjadi, seiring eskalasi
6
ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Stimulus
4
fiskal berupa pembangunan infrastruktur mampu
2
menahan perlambatan investasi lebih dalam. Selain itu,
0
pemerintah Tiongkok juga melakukan pemotongan pajak
Konsumsi Pemerintah -2
pertambahan nilai dan rencana stimulus konsumsi untuk Konsumsi
-4
kendaraan pribadi, perlengkapan rumah tangga, dan Ekspor Netto
-6
barang elektronik guna menahan pelemahan konsumsi 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1F
lebih dalam. 2015 2016 2017 2018 2019
Inflasi Tiongkok meningkat terutama karena inflasi Sumber: Bloomberg
food. Inflasi Consumer Price Index (CPI) Tiongkok pada
triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,3% (yoy), meningkat Perekonomian India diprakirakan belum tumbuh
dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sekuat prakiraan. Ekonomi India pada triwulan
sebesar 1,9% (yoy)-(Grafik 2.9). Peningkatan inflasi I 2019 diprakirakan tumbuh sebesar 6,9% (yoy),
terutama disebabkan oleh wabah penyakit ternak dengan perkembangan tersebut perekonomian India
(African swine flu) yang menyebabkan terganggunya untuk keseluruhan tahun diprakirakan lebih rendah
pasokan daging babi. Hal tersebut menyebabkan inflasi dari prakiraan sebelumnya (Grafik 2.10). Hal tersebut
food Tiongkok meningkat signifkan dari 2,5% (yoy) disebabkan oleh pelemahan konsumsi dan penurunan
pada triwulan lalu menjadi 4,1% (yoy) pada triwulan net ekspor. Pelemahan konsumsi tercermin dari
I 2019. Sementara itu, inflasi inti triwulan ini tercatat penurunan penjualan otomotif dan impor barang non-
sebesar 1,8% (yoy), stabil dibandingkan dengan triwulan oil dan non-emas. Sementara itu, net ekspor masih
sebelumnya. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa negatif karena pengaruh perlambatan ekonomi global
inflasi CPI masih meningkat, inflasi CPI pada April 2019 yang masih berlanjut. Tekanan inflasi India masih rendah.
kembali meningkat menjadi 2,5% (yoy). Inflasi India pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,9%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar
2,11% (yoy)-(Grafik 2.11)

Grafik 2.9 Inflasi Tiongkok Grafik 2.11 Inflasi India


% yoy %
10 7
IHK Makanan Tiongkok 8 6
6,1 IHK (% yoy)
6 5
IHK Inti Tiongkok 4
4 2,9
IHK 2,5 3
2
1,7 2
0
1,7 1
IHK Selain Makanan
-2 0
Tiongkok
Makanan dan Minuman Bahan Bakar dan Listrik
-4 -1
Tembakau dan Miras Inti
-6 -2
6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2015 2016 2017 2018 2019 2016 2018 2018 2019
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 7


PASAR KEUANGAN GLOBAL Grafik 2.13 Aliran Modal
Eskalasi ketegangan perdagangan AS dan Tiongkok miliar USD, akumulasi aliran miliar USD, akumulasi aliran
modal sejak Nov-08 modal sejak Nov-08
menyebabkan peningkatan ketidakpastian pasar 340 2100
keuangan global. Hal ini tercermin dari indikator 330 Periode Outflow Negara
Berkembang 2050
Economic Policy Uncertainty (EPU) dan Volatility Index 320 331,48
(VIX) yang menunjukkan peningkatan (Grafik 2.12). 310
Aliran Modal Negara 2000
Ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat 300 Maju(Skala kanan)
290
mendorong peralihan modal dari negara berkembang ke 1950
280
negara maju, meskipun respon kebijakan moneter global Aliran Modal Negara Berkembang 1.898,27
270 1900
mulai melonggar. Aliran modal ke Emerging Market
260
(EM) termasuk Indonesia masih meningkat, meskipun
250 1850
lebih moderat dibandingkan dengan aliran modal ke 1 1 3 5 7 9 11 1 3 5 70
Developed Market (DM) - (Grafik 2.13). 2018
Sumber: Bloomberg

RESPONS KEBIJAKAN GLOBAL Maret 2021. BoJ mempertahankan pelonggaran


Kebijakan moneter berbagai negara cenderung moneter dan memperkuat forward guidance dengan
longgar. Sebagian besar negara diprakirakan akan mengindikasikan tidak akan ada pergerakan setidaknya
mempertahankan suku bunga acuan, bahkan beberapa hingga spring 2020. Di sisi lain, Reserve Bank of India
negara menurunkan suku bunga acuan. Suku bunga mulai menurunkan suku bunganya menjadi 6,00%
Fed Fund Rate (FFR) diprakirakan tetap sepanjang pada April 2019. Ke depan, stance RBI cenderung netral
tahun 2019. Stance kebijakan moneter The Fed mengingat masih terdapat potensi peningkatan inflasi inti.
cenderung dovish seiring tekanan inflasi yang rendah
dan perbaikan kinerja ekonomi. Sama halnya dengan PASAR KOMODITAS GLOBAL
AS, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan
Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada
(BoJ) juga diperkirakan mempertahankan suku bunga
penurunan volume perdagangan dan harga
acuannya tetap sepanjang tahun 2019. ECB juga
komoditas global, kecuali harga minyak yang
akan meluncurkan Targeted longer-term refinancing
meningkat. Perdagangan dunia diprakirakan tetap
operations (TLTRO) III pada September 2019 hingga
tumbuh rendah pada triwulan I 2019 (Grafik 2.14).

Grafik 2.12 Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy AS Grafik 2.14 Volume Perdagangan Dunia
Indeks % yoy
600 7
IMF WEO Apr-19 (G&S)
500 6
Economy Policy Uncertainty Trade
5
400
3,4
3,3 4
300
227,96 3
200 3,0
2,6 2
111,52100
1
74,45 WTO Outlook Apr -19
Economy Policy Uncertainty US
0 0
Jun-16 Jan-17 Agu-17 Mar-18 Okt-18 Mei-19 2015 2016 2017 2018f 2019f 2020f
Sumber: Bloomberg Sumber: WEO April 2019, WTO April 2019

8 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) triwulan I harga aluminum didorong oleh perbaikan supply
2019 diprakirakan masih di level rendah. WTV yang seiring dengan perbaikan pasokan dari Brazil dan Rusia
lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan setelah sanksi pencabutan embargo dan sanksi serta
pertumbuhan ekonomi global serta penetapan tarif peningkatan produksi bauksit (bahan baku aluminium)
impor oleh AS kepada Tiongkok sejak September 2018. asal Malaysia. Sementara itu, penurunan harga logam
Pertumbuhan WTV diprakirakan akan membaik mulai lainnya seperti tembaga dan nikel tidak sedalam
triwulan III 2019 apabila ketegangan perdagangan perkiraan.
AS-Tiongkok mulai membaik. Perbaikan permintaan
Harga minyak dalam tren meningkat terutama
Tiongkok karena dampak stimulus fiskal sebagaimana
karena berkurangnya pasokan. Hal tersebut
tercermin pada perbaikan PMI Maret 2019 serta
disebabkan oleh pemotongan produksi OPEC+ lebih
kebijakan the Fed yang cenderung lebih longgar
tinggi dari target, gangguan ekspor Rusia, Venezuela,
juga diprakirakan mendukung peningkatan volume
dan Libya, serta faktor sentimen dari pengumuman AS
perdagangan dunia.
mengenai tidak berlanjutnya waiver sanksi Iran. Harga
Harga komoditas ekspor Indonesia menurun minyak pada triwulan II 2019 diperkirakan akan tetap
terutama didorong oleh penurunan harga CPO tinggi, sejalan implementasi OPEC+ oil cuts yang terus
dan aluminium (Tabel 2.1). Penurunan harga CPO meningkat dan berakhirnya waiver sanksi Iran (Grafik
dipengaruhi oleh tekanan penurunan harga substitusinya 2.15). Harga minyak diperkirakan akan memasuki tren
– soybean. Kondisi pasar CPO masih over supply dengan yang menurun mulai triwulan III 2019 seiring prospek
inventori yang sangat tinggi ditambah lagi dengan peningkatan produktivitas minyak AS dan OPEC+ oil cut
tingginya produksi CPO asal Malaysia dan Indonesia yang diduga tidak berlanjut.
di tengah perlambatan permintaan India. Penurunan

Tabel 2.1 Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia Grafik 2.15 Perkembangan Harga Minyak
USD/ Barel
2019
Komoditas 2016 2017 2018
YTD 71,8 80
Tembaga -10,5 27,1 6,7 -4,2
Batu bara 6,8 48,2 2,5 2,1 70
Kelapa Sawit 21,3 5,7 -19,2 -7,7 60
Karet -2,2 28,1 -16,8 19,0 Harga Minyak Brent
71,2
Nikel -15,4 8,9 27,8 -4,9 50
Timah 13,1 13,1 0,5 3,6
40
Alumunium -3,5 22,9 7,4 -11,3
Rata-rata Triwulanan
Kopi 4,3 -2,9 -15,4 -13,3 30
Lainnya 1,0 6,8 1,2 0,4
Indeks Ekspor Harga 20
5,4 21,7 -2,8 0 2015 2016 2017 2018 2019
Komoditas Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah; *Prakiraan Bank Indonesia Sumber: Bloomberg

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 9


PERKEMBANGAN EKONOMI
3 DOMESTIK DAN PASAR KEUANGAN
PERTUMBUHAN EKONOMI Grafik 3.1 Path Pemulihan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah % yoy
dari prakiraan dipengaruhi ekonomi global yang 5,90
menurun. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,07% (yoy) 5,70
pada triwulan I 2019, lebih rendah dari 5,18% (yoy) 5,50
pada triwulan sebelumnya, meskipun meningkat dari 6 Periode
5,18 5,30
5,06% pada triwulan I 2018 (Tabel 3.1 dan Grafik 3.1).
Menurunnya pertumbuhan ekonomi global dan harga PDB 5,10
5,07 4,90
komoditas yang lebih rendah telah berdampak pada
menurunnya pertumbuhan ekspor Indonesia, yang 4,70
kemudian berpengaruh pada konsumsi rumah tangga 4,50
dan investasi nonbangunan yang melambat. Selain I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
itu, pengaruh belanja terkait kegiatan Pemilu 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
terhadap konsumsi lebih rendah dari prakiraan. Secara Sumber: BPS, diolah
spasial, perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional
terutama dipengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan Konsumsi rumah tangga termoderasi terutama
di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Papua. Ke depan, disebabkan oleh konsumsi bukan makanan
upaya untuk mendorong permintaan domestik dari sisi yang menurun. Konsumsi rumah tangga tercatat
investasi khususnya investasi swasta perlu ditingkatkan tumbuh 5,01% (yoy) pada triwulan I 2019, melambat
untuk memitigasi dampak negatif dari belum pulihnya dibandingkan dengan 5,08% (yoy) pada triwulan
kinerja ekspor akibat perlambatan ekonomi dunia. IV 2018 (Grafik 3.2). Perlambatan konsumsi rumah
Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan tangga dipengaruhi oleh menurunnya konsumsi bukan
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah makanan, seperti perumahan dan perlengkapan rumah
titik tengah kisaran 5,0-5,4%. Bank Indonesia akan tangga, transportasi dan komunikasi, serta restoran
menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan dan hotel. Pengeluaran konsumsi rumah tangga bukan
otoritas terkait guna menjaga momentum pertumbuhan makanan tumbuh 4,84% (yoy) pada triwulan I 2019,
ekonomi. lebih rendah dibandingkan dengan 5,24% (yoy) pada

Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran


%, yoy

2017 2018 2019


Komponen PDB Pengeluaran 2017 2018
I II III IV I II III IV I
Konsumsi Rumah Tangga 4,94 4,95 4,91 4,98 4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,01
Konsumsi Lembaga Nonprofit Melayani Rumah Tangga 8,08 8,53 6,04 5,26 6,93 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08 16,93
Konsumsi Pemerintah 2,69 -1,94 3,46 3,80 2,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21
Investasi 4,77 5,34 7,08 7,26 6,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03
Investasi Bangunan 5,87 6,07 6,28 6,68 6,24 6,16 5,02 5,66 5,02 5,45 5,48
Investasi Nonbangunan 1,46 3,25 9,47 9,02 5,90 13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69
Ekspor 8,36 2,73 16,48 8,42 8,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -2,08
Impor 4,78 0,18 15,40 11,91 8,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,75
PDB 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07
Sumber: BPS

10 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.2 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 3.4 Indeks Keyakinan Konsumen
% yoy Indeks
5,50 135
Konsumsi Makanan 5,29 Pengeluaran Rp1-2 juta
Pengeluaran Rp2-5 juta 126,1 126,1 130
Konsumsi Rumah 125
Tangga 5,01
5,00 124,7 124,1
124,5 120
Pengeluaran >Rp5
4,84 juta 115
Konsumsi
Nonmakanan 4,50 125,0 Indeks Keyakinan 110
Konsumen (IKK) 105
100
4,00 95
I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2018 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia

triwulan sebelumnya. Penurunan konsumsi bukan Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani
makanan sejalan dengan terbatasnya pendapatan rumah rumah tangga (LNPRT) meningkat sejalan dengan
tangga akibat penurunan kinerja ekspor. Sementara itu, persiapan penyelenggaraan Pemilihan Umum
konsumsi makanan menunjukkan peningkatan dari (Pemilu) 2019. Konsumsi LNPRT pada triwulan I
4,81% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 5,29% 2019 tercatat tumbuh 16,93% (yoy), meningkat
(yoy) pada triwulan I 2019. Konsumsi makanan yang dibandingkan dengan 10,79% (yoy) pada triwulan IV
masih tumbuh meningkat ditopang oleh inflasi kelompok 2018. Peningkatan aktivitas para peserta dan pendukung
volatile food yang tetap terkendali sehingga mampu Pemilu 2019 baik terkait pemilihan anggota legislatif
menjaga daya beli, serta penyaluran bantuan sosial maupun presiden dan wakil presiden menjadi faktor
yang dapat menopang konsumsi kelompok masyarakat utama pendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT.
berpendapatan kelas bawah. Hal tersebut tercermin dari Dengan perkembangan tersebut, kontribusi konsumsi
indikator nilai tukar petani dan upah buruh tani riil yang LNPRT terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat
menunjukkan tren meningkat dan keyakinan konsumen menjadi 0,20% pada triwulan I 2019, dari kontribusi
yang tetap terjaga (Grafik 3.3 dan Grafik 3.4). pada triwulan sebelumnya sebesar 0,13%. Namun,
pengaruh belanja terkait kegiatan Pemilu 2019 terhadap
konsumsi LNPRT dan terhadap kinerja konsumsi secara
Grafik 3.3 NTP dan Upah Buruh Tani keseluruhan lebih rendah dibandingkan prakiraan.
%yoy
4,0 Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat didorong
3,0 oleh peningkatan penyaluran bantuan sosial
Nilai Tukar Petani 2,7 3,0
2,0 (bansos). Konsumsi pemerintah tumbuh 5,21% (yoy)
Upah Buruh Tani
(riil) 1,0 pada triwulan I 2019, lebih tinggi dibandingkan dengan
0,6
0,8 0,0 4,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan
konsumsi pemerintah ditopang oleh realisasi belanja
-1,0
bansos yang meningkat seiring dengan upaya percepatan
-2,0
penyaluran dan perluasan penerima bansos yang lebih
-3,0
tepat sasaran (Grafik 3.5).
-4,0
I II III IV I II III IV I II III IV I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 Investasi tumbuh melambat dipengaruhi oleh
2016 2017 2018 2019 2018 2019 penurunan investasi nonbangunan. Investasi
tumbuh 5,03% (yoy) pada triwulan I 2019, lebih
Sumber: BPS, diolah

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 11


Grafik 3.5 Realisasi Bantuan Sosial Grafik 3.7 Impor Barang Modal
Rp Triliun % yoy % yoy
40 120 50
37,00
35 Impor Barang Modal 40
Pertumbuhan (skala kanan) 107 100
30 30
80
25 20
Bansos 60
20 10
40 0
15
10 20 -5,7 -10
-8,1
5 0 -20

0 -20 -30
I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2018 2019

Sumber: Kemenkeu RI Sumber: Bank Indonesia

rendah dibandingkan dengan 6,01% (yoy) pada mesin keperluan industri (Grafik 3.7). Penurunan kinerja
triwulan sebelumnya (Grafik 3.6). Di satu sisi, investasi ekspor komoditas pertambangan turut berdampak pada
bangunan tumbuh meningkat dari 5,02% (yoy) pada penurunan investasi nonbangunan berupa pembelian
triwulan IV 2018 menjadi 5,48% (yoy) pada triwulan I alat angkut dan alat berat pendukung kegiatan
2019. Peningkatan tersebut didorong oleh kegiatan di pertambangan (Grafik 3.8).
sektor properti yang masih tumbuh positif. Di sisi lain,
Dari sisi eksternal, ekspor mengalami penurunan
pertumbuhan investasi nonbangunan tumbuh melambat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global
sehingga berdampak pada perlambatan kinerja investasi
dan harga komoditas yang lebih rendah. Pada
secara keseluruhan. Perlambatan pertumbuhan
triwulan I 2019, ekspor tercatat menurun 2,08% (yoy)
investasi nonbangunan sejalan dengan penundaan
dari triwulan sebelumnya yang masih mencatatkan
proyek infrastruktur kelistrikan, serta dampak rambatan
pertumbuhan positif sebesar 4,33% (yoy) (Grafik 3.9).
dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan
Penurunan ekspor berlangsung broad-based, baik pada
penurunan harga komoditas. Hal tersebut tercermin
ekspor barang migas, barang nonmigas maupun jasa.
dari penurunan impor barang modal terutama impor
Penurunan ekspor barang nonmigas bersumber dari

Grafik 3.6 Kontribusi Pertumbuhan Investasi Grafik 3.8 Penjualan Alat Berat
% Unit
9 600
Investasi
8
500
7
Nonbangunan 0,94 6 Pertambangan
5,03 400
5
Kehutanan
4 300
Bangunan Konstruksi
3 Pertanian 200
4,09 2
1 100
0
-1 0
I II III IV I II III IV I II III IV I 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS, diolah Sumber: United Tractors

12 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.9 Kontribusi Ekspor Migas dan Nonmigas Grafik 3.11 Kontribusi Impor Migas dan Nonmigas
% %
20 20
Impor Barang dan Jasa
15 Impor Jasa 15
Total Ekspor 10 10
Ekspor Jasa Impor Barang-
5 NonMigas 5
Ekspor Barang-NonMigas -0,52
0 0
-0,56 -3,75
Ekspor Barang
-Migas -1,00 Impor Barang-
-5 -3,40 -5
-2,08 Migas -0,60
-7,75 -10
-10
I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

ekspor komoditas pertanian dan pertambangan yang Impor menurun lebih dalam dibandingkan ekspor
mengalami penurunan sejalan dengan permintaan global seiring dengan melambatnya permintaan dan
dan harga komoditas yang melemah (Grafik 3.10). Ekspor dampak kebijakan untuk mengendalikan defisit
karet mentah menurun akibat berkurangnya permintaan neraca transaksi berjalan. Impor mengalami kontraksi
dari AS, India, Tiongkok dan kawasan Eropa, begitu sebesar 7,75% (yoy) pada triwulan I 2019, setelah
pula ekspor produk bubur kertas yang menurun akibat tumbuh 7,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya
penurunan permintaan dari Tiongkok. Sementara dari (Grafik 3.11). Penurunan impor berlangsung merata,
komoditas pertambangan, penurunan ekspor terjadi pada baik pada barang konsumsi, bahan baku dan barang
produk mineral dan metal. Dari ekspor migas, penurunan modal (Grafik 3.12). Impor barang konsumsi antara lain
disebabkan oleh ekspor minyak mentah sejalan dengan makanan dan minuman, barang tahan lama, dan barang
kebijakan substitusi impor, serta penurunan ekspor semi tahan lama menurun sejalan dengan konsumsi
produk hasil minyak, dan gas. Penurunan ekspor juga yang melemah pada triwulan I 2019. Sementara itu,
tidak terlepas dari kinerja ekspor jasa yang kurang baik pelemahan investasi nonbangunan juga berdampak
pada triwulan I 2019 sejalan dengan penurunan jumlah pada penurunan impor barang modal antara lain berupa
kunjungan wisatawan mancanegara.
Grafik 3.10 Pertumbuhan Harga Ekspor Nonmigas Grafik 3.12 Impor Nonmigas Riil
% yoy % yoy % yoy
50 60
Pertambangan 40 50
40
30
Barang Konsumsi 30
Total 20 20
Manufaktur Bahan Baku - 2,9
6,9 5,0 10 -3,1 2,6 10
3,6 -0,9 0
0 Total Impor
Pertanian 2,3 -2,3 -5,6 -10
-10 Barang Modal -13,3
-9,7 -7,0 -20
-12,0 -20 -8,1 -30
-30 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 I II III IV I II III IV I II III IV I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2016 2017 2018 2019 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2018 2019

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 13


impor alat angkut untuk aktivitas pertambangan. Sejalan Grafik 3.13 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor
dengan penurunan impor barang modal, permintaan %
impor bahan baku juga mengalami penurunan terutama 7
Primer Sekunder Tersier Pajak-Subsidi Total
impor suku cadang dan perlengkapan kebutuhan alat 6
5,07
angkut. Dengan penurunan impor barang tersebut, impor 5
0,31
jasa pengangkutan barang (freight) juga mengalami
4
penurunan. Bauran kebijakan yang telah ditempuh
2,88
sebelumnya untuk mengurangi defisit neraca transaksi 3
berjalan sudah mulai terlihat dampaknya. Program 2
penggunaan biodiesel B-20 telah berdampak pada 1,47 1
pengurangan impor solar. Kebijakan substitusi impor juga
0,41 0
mendorong penurunan impor minyak mentah. Kebijakan
I II III IV I II III IV I II III IV I
ini ditempuh melalui pembelian minyak mentah dari
2016 2017 2018 2019
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sebelumnya
Sumber: BPS, diolah
ditujukan untuk ekspor.
Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi sektor tersier terhadap pertumbuhan ekonomi terutama
ditopang oleh sektor tersier di tengah kinerja bersumber dari LU perdagangan, hotel dan restoran, LU
sektor primer dan sektor sekunder yang melambat transportasi dan komunikasi, LU jasa keuangan, dan LU
(Grafik 3.13). Perlambatan kinerja di sektor primer pada konstruksi (Tabel 3.2).
triwulan I 2019 disebabkan oleh penurunan kegiatan
Kinerja sektor primer1 mengalami perlambatan
di LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
sejalan dengan LU pertanian, peternakan,
serta terbatasnya perbaikan di LU pertambangan dan
kehutanan dan perikanan yang tumbuh melambat.
penggalian. Di sisi lain, perlambatan sektor sekunder
LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
dipengaruhi oleh kinerja LU industri pengolahan yang
tumbuh 1,81% (yoy) pada triwulan I 2019, lebih rendah
mengalami penurunan. Sementara itu, sektor tersier dapat
dari 3,87% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan
menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disertai dengan
kontribusi yang terus meningkat. Peningkatan kontribusi 1 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian.

Tabel 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


%, yoy

2017 2018 2019


Komponen PDB Lapangan Usaha 2017 2018
I II III IV I II III IV I
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 7,11 3,32 2,83 2,39 3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,91 1,81
Pertambangan dan Penggalian - 1,30 2,11 1,83 0,04 0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 2,16 2,32
Industri Pengolahan 4,28 3,50 4,88 4,51 4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,27 3,86
Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air * 1,80 -2,09 4,88 2,50 1,76 3,33 7,29 5,62 5,64 5,47 4,48
Konstruksi 5,96 6,95 6,98 7,24 6,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,09 5,91
Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** 4,75 3,86 5,27 4,64 4,63 5,02 5,29 5,39 4,68 5,10 5,38
Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** 9,39 10,05 8,85 8,24 9,12 8,12 6,70 7,01 6,35 7,03 7,35
Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** 5,36 5,62 5,90 4,84 5,43 4,63 4,22 4,47 6,13 4,87 7,33
Jasa-jasa Lainnya***** 3,72 2,59 4,08 6,88 4,37 6,01 6,85 7,68 6,82 6,85 7,13
PDB 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air
**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan
***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi
****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan
*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya
Sumber: BPS

14 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


tersebut disebabkan oleh masa panen padi yang 2019, didorong oleh aktivitas perdagangan besar dan
tertunda ke triwulan II 2019 seiring dengan penurunan perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor.
curah hujan. Selain itu, perlambatan dipengaruhi Peningkatan aktivitas persiapan penyelenggaraan Pemilu
penurunan kinerja ekspor komoditas pertanian akibat 2019 melalui penggunaan media sosial dan media
turunnya permintaan global dan harga komoditas dunia. digital turut berdampak pada peningkatan pertumbuhan
Di samping itu, perlambatan kinerja sektor primer juga LU transkom dari tumbuh 6,35% (yoy) pada triwulan
disebabkan oleh perbaikan di LU pertambangan dan IV 2018 menjadi 7,35% (yoy) pada triwulan I 2019.
penggalian yang masih terbatas. LU pertambangan Peningkatan kinerja sektor tersier juga didukung oleh
dan penggalian tumbuh 2,32% (yoy) pada triwulan peningkatan LU jasa keuangan sejalan dengan stabilitas
I 2019, membaik dibandingkan dengan 2,25% (yoy) sistem keuangan yang tetap terjaga dan intermediasi
pada triwulan sebelumnya. Terbatasnya perbaikan LU perbankan yang berjalan dengan baik tercermin dari
pertambangan dan penggalian dipengaruhi oleh subLU pertumbuhan kredit yang tetap tinggi pada triwulan
pertambangan bijih logam dan migas yang mengalami I 2019 sebesar 11,5% (yoy). Di samping itu, kinerja
penurunan. LU konstruksi meningkat didorong oleh aktivitas
pembangunan infrastruktur dan sektor properti.
Kinerja sektor sekunder2 melambat sejalan dengan
LU industri pengolahan yang tumbuh lebih rendah. Secara spasial, perlambatan pertumbuhan ekonomi
LU industri pengolahan tumbuh 3,86% (yoy) pada nasional terutama dipengaruhi oleh menurunnya
triwulan I 2019, melambat dibandingkan dengan 4,25% pertumbuhan di Pulau Jawa, Kalimantan, dan
(yoy) pada triwulan sebelumnya. Permintaan eksternal Papua (Gambar 3.1). Perlambatan pertumbuhan
yang menurun akibat pertumbuhan ekonomi global yang ekonomi di Jawa pada triwulan I 2019 dipengaruhi
lebih rendah dari prakiraan menjadi faktor penyebab oleh menurunnya kinerja LU pertanian, peternakan,
perlambatan kinerja LU industri pengolahan. Hal itu kehutanan dan perikanan akibat kondisi cuaca yang
tercermin pada indikator Purchasing Managers Index kurang kondusif sehingga menyebabkan pergeseran
(PMI) yang mengalami koreksi. Perlambatan LU industri masa panen tanaman bahan pangan. Selain itu,
pengolahan terlihat pada kinerja industri alat angkut perlambatan ekonomi Jawa juga disebabkan oleh
dan industri logam dasar yang mengalami penurunan, kinerja LU industri pengolahan yang menurun, terutama
yang kemudian turut berdampak pada penurunan impor industri alat angkut. Ekonomi Kalimantan juga tumbuh
barang modal dan bahan baku. melambat dipengaruhi oleh LU pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan yang tumbuh lebih rendah
Sektor tersier3 menjadi penopang pertumbuhan
seiring dengan masuknya masa tanam tanaman bahan
ekonomi disertai kontribusinya terhadap
makanan dan tanaman perkebunan kelapa sawit.
pertumbuhan ekonomi yang terus membesar.
Perlambatan ekonomi di Kalimantan juga disebabkan
Perkembangan positif kinerja sektor tersier pada triwulan
oleh menurunnya aktivitas pertambangan dan industri
I 2019 terutama bersumber dari LU perdagangan,
pengolahan migas sejalan dengan natural declining
penyediaan akomodasi dan makanan-minuman (PHR),
cadangan migas di Kalimantan Timur. Sementara itu,
LU transportasi, pergudangan, informasi dan komunikasi
ekonomi Mapua mengalami kontraksi akibat penurunan
(Transkom), LU jasa keuangan dan LU konstruksi. LU PHR
kegiatan LU pertambangan dan penggalian, terutama di
tumbuh meningkat dari 4,68% (yoy) pada triwulan IV
Papua seiring dengan masa transisi dalam pengelolaan
2018 menjadi 5,38% (yoy) pada triwulan I
daerah tambang Grasberg.

2 Sektor usaha sekunder meliputi: LU Industri Pengolahan


3 Sektor tersier meliputi LU: 1) Perdagangan dan Penyediaan
Akomodasi dan Mamin; 2) Transportasi, Pergudangan, Informasi
dan Komunikasi; 3) Jasa Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan; 4) Jasa-jasa lainnya; 5) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan
Pengadaan Air; 6) Konstruksi

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 15


Gambar 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Regional Triwulan I 2019
SUMATERA (22%) KALIMANTAN (8%) SULAWESI (6%)
4,64 4,71 Aceh 3,88 Kepri 4,76 5,49 5,33 Kalbar 5,07 6,83 6,74 6,88 Sulut 6,58
4,55
4,46 3,24 3,35 3,52 Kalteng 6,03 Gorontalo 6,72
4,34 Sumut 5,30 Bengkulu 5,01 6,18 6,51
Riau 2,88 Kep.Babel 2,79 Kalsel 4,08 Sulteng 6,77
Sumbar 4,78 Sumsel 5,68 Kaltim 5,36 Sulbar 5,21
I II III IV I Jambi 4,73 Lampung 5,18 I II III IV I Kaltara 7,13 I II III IV I Sulsel 6,56
2018 2019 2018 2019 2018 2019 Sultra 6,33

PDRB ≥ 7,0%
6,0% ≤ PDRB < 7,0%
5,0% ≤ PDRB < 6,0%
4,0% ≤ PDRB < 5,0%
0% ≤ PDRB < 4,0%
PDRB < 0% JAWA (58,5%) BALI-NUSA TENGGARA (3%) MALUKU-PAPUA (2,5%)
5,82 Banten 5,42 4,36 4,64 Bali 5,94 Maluku 6,32
3,77 3,56 17,15 17,56
5,70 5,65 5,72 5,66 Jakarta 6,23 NTB 2,12 Maluku Utara 7,65
6,64 Papua -20,13
Jawa Barat 5,43 NTT 5,09 -9,43 -10,44
-0,74 Papua Barat -0,26
I II III IV I Jawa Tengah 5,14
Jawa Timur 5,51 I II III IV I I II III IV I
2018 2019 2018 2019 2018 2019
Yogyakarta 7,50

Sumber: BPS, diolah

KETENAGAKERJAAN Penurunan tingkat pengangguran sebagian besar


terjadi di wilayah perdesaan. TPT di perdesaan pada
Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan
Februari 2019 mencapai 3,45%, menurun dibandingkan
perkembangan yang membaik. Tingkat Pengangguran
dengan 3,72% pada Februari 2018 (Grafik 3.14).
Terbuka (TPT) pada Februari 2019 mencapai 5,01%, lebih
Penurunan TPT di perdesaan tersebut lebih besar
rendah dibandingkan dengan TPT pada Februari 2018
dibandingkan dengan penurunan TPT di perkotaan
sebesar 5,13% (Tabel 3.3). Penurunan TPT disertai dengan
yang menurun dari 6,34% pada Februari 2018 menjadi
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat
6,30% pada Februari 2019. Penurunan pengangguran
menjadi 69,3% pada Februari 2019, lebih tinggi
di kedua wilayah tersebut mengindikasikan dampak
dibandingkan dengan Februari 2018 sebesar 69,2%.
positif program stimulus fiskal di daerah, pembangunan
Peningkatan TPAK didorong oleh sejumlah angkatan
infrastruktur, persiapan dan pelaksanaan Pemilu
kerja yang kembali masuk ke pasar tenaga kerja dan
2019, serta ketersediaan lapangan kerja baik di jasa
pasokan tenaga kerja yang meningkat. Indikasi perbaikan
perdagangan dan transportasi online maupun di sektor
serapan tenaga kerja tercermin dari peningkatan pekerja
informal lainnya.
penuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja
tidak penuh. Pekerja penuh pada Februari 2019 tumbuh Berdasarkan status tenaga kerja, pangsa serapan
3,9% (yoy), sebagai dampak dari peningkatan investasi tenaga kerja formal membaik. Pangsa serapan pekerja
bangunan dan pembangunan proyek-proyek infrastruktur formal meningkat dari semula 41,8% pada Februari
yang membutukan tenaga kerja penuh. Sementara itu, 2018 menjadi 42,7% pada Februari 2019 (Grafik 3.15).
pekerja tidak penuh menurun 2,8% (yoy), yang bersumber Perbaikan serapan pekerja formal tersebut bersumber
dari penurunan kelompok pekerja paruh waktu sebesar dari pekerja tetap (buruh/karyawan) yang meningkat
3,1% (yoy) dan penurunan kelompok pekerja setengah sebesar 4,5% (yoy), lebih tinggi dari peningkatan pada
penganggur sebesar 1,8% (yoy). Februari 2018 sebesar 2,5% (yoy). Sementara itu,

16 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Tabel 3.3 Ketenagakerjaan
Juta orang kecuali dinyatakan lain

2016 2017 2018 2019


No Kegiatan Utama
2 8 2 8 2 8 2
1 Penduduk Usia Produktif (15+) 187,6 189,1 190,6 192,1 193,6 194,8 196,5
2 Angkatan Kerja 127,7 125,4 131,6 128,1 133,9 131,0 136,2
- Bekerja 120,7 118,4 124,5 121,0 127,1 124,0 129,4
- Pekerja Penuh 84,3 86,2 87,0 87,2 87,1 88,4 90,5
- Pekerja Tidak Penuh 36,3 32,2 37,5 33,8 40,0 35,6 38,9
- Setengah Penganggur 10,5 9,0 9,5 9,1 9,7 8,2 9,5
- Paruh Waktu 25,9 23,3 28,1 24,7 30,3 27,4 29,3
- Pengangguran 7,02 7,03 7,01 7,04 6,87 7,00 6,82
3 Bukan Angkatan Kerja 59,9 63,6 59,0 64,0 59,6 63,8 60,3
- Sekolah 16,2 15,9 15,2 16,5 15,6 16,5 16,2
- Mengurus Rumah Tangga 36,2 39,3 36,1 39,9 36,0 39,7 36,8
- Lainnya 7,5 8,4 7,7 7,6 8,0 7,6 7,3
4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 68,06 66,34 69,02 66,67 69,20 67,26 69,32
5 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34 5,01
Sumber: BPS

pertumbuhan pekerja yang berusaha dibantu buruh lowongan kerja melalui online sebagaimana tercermin
menurun 0,2% pada Februari 2019, setelah sebelumnya dari indikator job vacancy online yang meningkat
meningkat 4,9% (yoy) pada Februari 2018 (Grafik menjadi 98,3 pada Februari 2019, dari 89,9 pada
3.16). Serapan tenaga kerja informal meskipun masih Februari 2018 (Grafik 3.17).
memiliki pangsa besar yakni 57,3%, namun menurun
Penyerapan tenaga kerja ditopang terutama
dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar
pada lapangan usaha (LU) perdagangan, hotel,
58,2%. Penurunan pangsa serapan tenaga kerja informal
dan restoran (PHR), konstruksi, dan industri
merupakan dampak dari menurunnya pekerja yang
pengolahan. Serapan tenaga kerja di LU PHR tumbuh
berusaha dibantu buruh tidak tetap (informal), pekerja
5,1% (yoy) pada Februari 2019 dengan kontribusi
keluarga/tak dibayar dan pekerja bebas di lapangan
sebesar 1,3% (Tabel 3.4). Selain itu, penyerapan
usahan nonpertanian. Perbaikan pada serapan tenaga
tenaga kerja dari LU konstruksi juga turut menopang
kerja formal juga terjadi seiring dengan peningkatan

Grafik 3.14 Tingkat Pengangguran Terbuka Grafik 3.15 Pangsa Tenaga Kerja
% %
8,00 80
2016 Feb 2017 Feb 2018 Feb 2019 Feb
70
7,00 Informal
6,53 6,50 58,2 57,3
6,34 6,30 60
6,00
5,50 5,33 50
5,13 5,01
Formal
5,00
4,35 41,8 42,7 40
4,00 30
3,72 4,00
3,45
20
3,00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Total Kota Desa Februari
Sumber: BPS Sumber: BPS

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 17


Tabel 3.4 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Grafik 3.17 Indeks Job Vacancy Online
Juta orang kecuali dinyatakan lain Indeks
147,2 160
Kinerja PDB 140
Lapangan 2018 2019 % yoy Kontribusi (% yoy)
No Pekerjaan (Feb 19) (yoy) 120
Utama 2 8 2 I 2019 100,0 97,9 98,3
1 Tani 38,7 35,7 38,1 -1,5 -0,5 1,8 92,2 89,9 100
81,4 83,6
2 Tambang 1,4 1,5 1,4 -0,7 0,0 2,3 80
3 Industri 17,9 18,3 18,2 1,7 0,2 3,9
60
4 LGA 0,8 0,3 0,7 -6,4 0,0 4,5
5 Konstruksi 7,1 8,3 7,6 7,9 0,4 5,9 40
6 PHR 31,7 30,7 33,3 5,1 1,3 5,4 20
7 Transkom 6,1 6,3 6,1 0,8 0,0 7,3
0
8 Jasa Keuangan 3,6 3,9 3,8 7,3 0,2 7,3
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
9 Jasa lainnya 19,9 18,6 20,1 0,7 0,1 7,1
Februari
Total 127,1 123,5 129,4 1,8 1,8 5,1
Sumber: BPS Sumber: Bank Indonesia

peningkatan penyerapan tenaga kerja pada Februari penurunan pengangguran terbesar di Aceh, Sulawesi
2019 sebesar 7,9% (yoy), dengan kontribusi sebesar Barat dan Sulawesi Utara (Grafik 3.18). Di samping itu,
0,4%. Peningkatan serapan pada LU PHR dan konstruksi sejumlah 19 provinsi mencatatkan angka pengangguran
tersebut sejalan dengan kinerjanya yang meningkat pada di bawah 5%, dengan TPT terendah di Bali yakni
triwulan I 2019. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja sebesar 1,19%. Beberapa daerah yang merupakan basis
di LU industri pengolahan tetap baik, yakni tumbuh 1,7% perkembangan industri manufaktur seperti di Jawa Barat
(yoy) dengan kontribusi sebesar 0,2%, di tengah kinerja dan Banten masih mencatatkan TPT yang tinggi pada
LU industri pengolahan yang melambat pada triwulan Februari 2019, yaitu masing-masing sebesar 7,73% dan
I 2019. Secara keseluruhan, pangsa tenaga kerja pada 7,58%, meskipun mampu mencatatkan penurunan
sektor nontradable masih lebih tinggi sebesar 55,4% TPT dari semula 8,16% dan 7,77% pada Februari 2018
dibandingkan dengan sektor tradable yakni 44,6%. di tengah kinerja ekspor manufaktur yang mengalami
penurunan.
Secara spasial, perbaikan ketenagakerjaan terjadi
di sebagian besar provinsi. Hal tersebut tercermin dari
penurunan TPT di 25 provinsi pada Februari 2019, dengan

Grafik 3.16 Kontribusi Pertumbuhan Pekerja Grafik 3.18 Tingkat Pengangguran Berdasarkan Provinsi
% Kontribusi Pertumbuhan Perubahan Tingkat
6,0 Pengangguran (%) Perubahan Feb'19 Perubahan Feb'18
5,0 1,5
3,6 3,5 3,1 3,2 4,0
2,3 2,2 2,0 2,5 1,8 3,0 1,0 Kalimantan Selatan Kalimantan Utara
2,0
0,2 -0,2 1,0 0,5 Sulawesi Selatan
0,0 Bali Maluku Utara
Kepulauan Riau Banten
-1,0 0,0
-2,0 Banten
Bali Jawa Barat
-3,0 -0,5 Jawa Barat
-4,0
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb -1,0 Maluku
Sulawesi Aceh Maluku
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Sulawesi Barat
-1,5 Utara Aceh
Berusaha Sendiri [I] Informal Berusaha Informal [I] Informal
Berusaha Formal [F] Formal Pekerja Tetap [F] Formal Kalimantan Kalimantan Timur
Pekerja Bebas Pertanian [I] Informal Pekerja Bebas di Non Pertanian [I] Informal -2,0 Timur Papua Barat
Pekerja Keluarga/Tak dibayar [I] Informal Jumlah Formal 0 5,0 10,0
Jumlah Informal Total Tingkat Pengangguran (%)
Sumber: BPS Sumber: BPS

18 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Grafik 3.20 Transaksi Berjalan
Miliar Dolar AS % PDB
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat 8 5
surplus pada triwulan I 2019. Surplus NPI tercatat 2,4 6 4
4 1,9 3
miliar dolar AS didorong oleh defisit transaksi berjalan 2 2
1,1 1
yang membaik dan surplus transaksi modal dan finansial 0 0
-2 -1,8 -1
yang cukup tinggi (Grafik 3.19). -4 -8,1 -2
-6 -2,6 -3
-4
Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I -8 -7,0 -5
-10 -6
2019 membaik, sehingga menopang ketahanan -12 -7
sektor eksternal perekonomian Indonesia. Defisit -14 -8
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I**
neraca transaksi berjalan tercatat 7,0 miliar dolar AS
2016 2017 2018 2019
(2,6% dari PDB) pada triwulan I 2019, lebih rendah
Neraca Jasa Neraca Perdagangan
dibandingkan dengan defisit 9,2 miliar dolar AS Neraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan Sekunder
(3,6% dari PDB) pada triwulan sebelumnya (Grafik Transaksi Berjalan Defisit TB/PDB (%) (skala kanan)
3.20). Penurunan defisit neraca transaksi berjalan Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
terutama didukung oleh peningkatan surplus neraca
Transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang
perdagangan barang sejalan dengan naiknya surplus
cukup tinggi pada triwulan I 2019 didukung oleh
neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit
optimisme investor terhadap prospek perekonomian
neraca perdagangan migas. Hal ini dipengaruhi oleh
domestik. Surplus transaksi modal dan finansial tercatat
penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan
10,1 miliar dolar AS pada triwulan I 2019, terutama
dengan penurunan ekspor. Hal itu sejalan dengan
ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang
kebijakan pemerintah untuk melakukan pengendalian
cukup tinggi (Grafik 3.21). Hal tersebut mencerminkan
impor beberapa komoditas tertentu sejak akhir
persepsi positif investor terhadap perekonomian
2018. Sementara itu, defisit neraca jasa mengalami
Indonesia. Selain itu, berkurangnya risiko ketidakpastian
peningkatan terutama disebabkan oleh penurunan
di pasar keuangan global turut menjadi faktor pendorong
surplus jasa perjalanan, seiring dengan jumlah kunjungan
aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi
wisatawan mancanegara yang menurun sesuai dengan
langsung dan investasi portofolio. Meskipun demikian,
pola musimannya, di tengah impor jasa pengangkutan
surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2019
barang (freight) yang menurun.
tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada

Grafik 3.19 Neraca Pembayaran Indonesia Grafik 3.21 Transaksi Modal dan Finansial
Miliar Dolar AS Miliar Dolar AS
20 20
15 Transaksi Modal dan Finansial
Transaksi Modal dan Finansial 10,1 15
Investasi Portofolio
Neraca Keseluruhan 10
10
5 5,4
5
0 5,2
0
-5 -0,6
Transaksi Berjalan
-10 Investasi Lainnya -5
Investasi Langsung
-15 -10
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I** I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I**
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 19


triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan Grafik 3.23 Aliran Modal Asing
pembayaran obligasi global pemerintah yang jatuh Miliar Dolar AS
8
tempo.
Memasuki awal triwulan II 2019, neraca Net Sektor Publik Liabilitas Investasi Portofolio 6
perdagangan mencatat defisit sejalan dengan 4
kondisi ekonomi global yang masih belum kondusif.
Defisit neraca perdagangan tercatat 2,50 miliar dolar AS 0,9 2
0,4
pada April 2019. Defisit neraca perdagangan tersebut 0
bersumber dari defisit neraca perdagangan nonmigas
Net Sektor Swasta
dan neraca perdagangan migas (Grafik 3.22). -0,4 -2
Defisit neraca perdagangan nonmigas tercatat -4
sebesar 1,01 miliar dolar AS pada April 2019, 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
setelah mencatat surplus 1,05 miliar dolar AS 2017 2018 2019
pada Maret 2019. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh Sumber: Bank Indonesia
penurunan ekspor nonmigas dari 12,98 miliar dolar
AS pada Maret 2019 menjadi 11,86 miliar dolar AS. oleh peningkatan impor migas dari 1,52 miliar dolar AS
Penurunan ekspor nonmigas terutama terjadi pada pada Maret 2019 menjadi 2,24 miliar dolar AS pada April
komponen perhiasan/permata, lemak dan minyak 2019. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen, yakni
hewani/nabati, serta bahan bakar mineral. Sementara hasil minyak, minyak mentah, dan gas, seiring dengan
itu, impor nonmigas tercatat 12,86 miliar dolar AS, peningkatan baik harga impor maupun volume impor
meningkat 0,93 miliar dolar AS (mtm) dibandingkan minyak dan gas. Sementara itu, ekspor migas tercatat
dengan impor pada bulan sebelumnya. Peningkatan menurun dari 1,14 miliar dolar AS pada Maret 2019
impor nonmigas terutama terjadi pada komponen mesin menjadi 0,74 miliar dolar AS pada April 2019. Penurunan
dan peralatan listrik, kapal laut dan bangunan terapung, ekspor migas terutama terjadi pada komponen hasil
dan pupuk minyak dan gas, sejalan dengan menurunnya volume
ekspor kedua komponen tersebut.
Defisit neraca perdagangan migas tercatat sebesar
1,49 miliar dolar AS pada April 2019, meningkat Aliran masuk modal asing meningkat. Aliran masuk
dibandingkan dengan defisit 0,38 miliar dolar AS modal asing pada April 2019 tercatat sebesar 0,4 miliar
pada bulan sebelumnya. Defisit tersebut dipengaruhi dolar AS, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya
yang mencatat outflow 1,2 miliar dolar AS (Grafik 3.23).
Grafik 3.22 Neraca Perdagangan Aliran masuk modal asing tersebut terutama terjadi pada
Miliar Dolar AS instrumen di sektor swasta. Sementara itu, di sektor
3
publik, aliran modal asing tercatat outflow terutama
Nonmigas
Total 2 pada instrumen SBSN. Pada Mei 2019, aliran masuk
modal asing terus berlanjut. Secara keseluruhan, aliran
1
modal masuk asing Januari sampai dengan Mei 2019
0 (posisi 13 Mei 2019) tercatat sebesar 2,0 miliar dolar AS.

-1 Cadangan devisa tercatat cukup tinggi untuk


Migas -1,49 mendukung ketahanan eksternal. Posisi cadangan
-1,01 -2 devisa tercatat 124,3 miliar dolar AS pada akhir April
-2,50 -3 2019, relatif stabil dibandingkan dengan 124,5 miliar
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4 dolar AS pada akhir triwulan I 2019 (Grafik 3.24). Posisi
2016 2017 2018 2019 cadangan devisa pada April 2019 terutama dipengaruhi
oleh penerimaan devisa migas, penerimaan valas lainnya,
Sumber: BPS, diolah

20 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.24 Cadangan Devisa NILAI TUKAR RUPIAH
Miliar Dolar AS Bulan
150 10 Nilai tukar Rupiah melemah pada Mei 2019
Cadangan Devisa 9 dipengaruhi dampak ketidakpastian global serta
124,3
120 8 pola musiman peningkatan permintaan valas.
6,8 7 Setelah sebelumnya menguat pada April 2019, nilai tukar
90 6 Rupiah pada 15 Mei 2019 tercatat melemah 1,45%
Bulan Impor dan Pembayaran 5
Utang Pemerintah (Skala kanan) secara point to point dibandingkan dengan level akhir
60 4
April 2019 dan 1,36% secara rerata dibandingkan rerata
3
April 2019 (Grafik 3.25 dan Grafik 3.26). Nilai tukar
30 2
1
rupiah yang melemah pada Mei 2019 tidak terlepas
0 0 dari pengaruh sentimen global terkait eskalasi perang
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4 dagang sehingga memberikan tekanan terhadap mata
2016 2017 2018 2019 uang negara berkembang, termasuk Rupiah. Selain itu,
pola musiman peningkatan permintaan valas untuk
Sumber: Bank Indonesia
kebutuhan pembayaran dividen nonresiden turut
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi memengaruhi pelemahan rupiah.
cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan Pada triwulan I 2019 Rupiah cenderung menguat
7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran ditopang ketidakpastian global yang mereda dan
utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kinerja sektor eksternal yang terus membaik. Rupiah
kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank mengalami penguatan sebesar 0,98% secara point to
Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu point dan 4,70% secara rerata apabila dibandingkan
mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga dengan triwulan sebelumnya (Grafik 3.27). Nilai
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. tukar Rupiah yang menguat tersebut searah dengan
Ke depan, kinerja NPI diprakirakan membaik pergerakan mayoritas mata uang kawasan didorong oleh
dan dapat terus menopang ketahanan sektor mata uang dolar AS yang cenderung melemah secara
eksternal. Bank Indonesia akan terus memperkuat global. Tren pelemahan mata uang dolar AS tersebut
koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna dipicu oleh ekspektasi arah kebijakan the Fed yang
memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk dovish serta optimisme negosiasi dagang antara AS-
untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga Tiongkok. Dari sisi domestik, penguatan Rupiah tersebut
menurun menuju kisaran 2,5-3,0% dari PDB pada 2019. Grafik 3.25 Pegerakan Nilai Tukar Rupiah
Bank Indonesia senantiasa mencermati perkembangan
15.500
global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti
15.250
pertumbuhan ekonomi global yang melambat, masih IDR/USD
15.000
adanya ketidakpastian di pasar keuangan global, serta
volume perdagangan dunia dan harga komoditas global 14.460 14.750
yang cenderung menurun. Bank Indonesia juga akan 14.335 14.500
14.250
terus memperkuat bauran kebijakan guna memastikan Rata-rata Bulanan
14.208 14.000
tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem
Rata-rata Triwulanan 13.750
keuangan, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan
13.500
Pemerintah dalam mendorong kelanjutan reformasi
struktural. 13.250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2018 2019
Sumber: Reuters, diolah; Data s.d. 15 Mei 2019

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 21


Grafik 3.26 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan beberapa faktor diantaranya pernyataan The Fed pada
Mei vs April 2019 FOMC minutes yang less dovish dan ketidakpastian pasar
CNY -2,07 -1,34 keuangan global yang meningkat sejalan eskalasi perang
TRY -5,06
-1,79
dagang AS-Tiongkok. Dari domestik, pergerakan Rupiah
KRW -2,84
-1,73
IDR -1,45
-1,36
juga dipengaruhi oleh rilis data pertumbuhan ekonomi
BRL -1,66
-1,42
pada triwulan I 2019 sebesar 5,07% (yoy), yang lebih
INR -1,09 -0,58
rendah dibandingkan 5,18% pada triwulan IV 2018.
point-to-point -0,95
MYR -0,99
PHP Rerata -0,88 Selain itu, pola musiman peningkatan permintaan valas
-0,18
-0,58
SGD -0,59 (net demand) untuk kebutuhan pembayaran dividen
EUR -0,05
-0,27 nonresiden turut memengaruhi pelemahan Rupiah.
0,55
ZAR -1,35
THB 1,04
0,28 1,80
Dinamika Rupiah ditopang volatilitas yang tetap
JPY 1,24 terjaga. Volatilitas Rupiah pada triwulan I 2019 menurun
-6,0 -5,0 -4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I
%
Sumber: Bloomberg, Reuters, diolah 2019, secara rata-rata triwulan volatilitas Rupiah lebih
rendah dibandingkan rand Afrika Selatan, real Brasil,
juga tidak terlepas dari perkembangan aliran masuk modal dan lira Turki dan dibawah volatilitas rata-rata negara
asing yang besar ke pasar keuangan domestik, termasuk kawasan (Grafik 3.28). Sementara itu, per 15 Mei 2019
aliran masuk ke pasar saham. Selain itu, fundamental volatilitas Rupiah secara YTD 2019 meningkat, namun
ekonomi yang tetap baik dan stabilitas makroekonomi juga lebih rendah dibandingkan volatilitas rata-rata
dan sistem keuangan yang terjaga memberikan sentimen negara kawasan (Grafik 3.29). Volatilitas rupiah tersebut
positif untuk Rupiah. Perekonomian domestik yang juga masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas
kondusif tersebut antara lain tercermin dari inflasi yang mata uang rand Afrika Selatan, real Brasil dan lira
rendah dan stabil serta posisi cadangan devisa yang tetap Turki. Secara bulanan, volatilitas Rupiah pada Mei 2019
kuat di triwulan I 2019. (per 15 Mei 2019) meningkat dibandingkan volatilitas
pada bulan sebelumnya namun masih lebih rendah
Penguatan rupiah sempat berlanjut memasuki
dibandingkan dengan volatilitas mata uang peers, yaitu
awal April 2019 namun cenderung melemah pada
rand Afrika Selatan dan lira Turki.
akhir April-2019 dan berlanjut memasuki bulan Mei
2019 sejalan dengan pergerakan mayoritas mata
uang negara kawasan. Dinamika tersebut dipengaruhi

Grafik 3.27 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan Triwulanan Grafik 3.28 Volatilitas Nilai Tukar Triwulanan
Triwulan I 2019 vs Triwulan IV 2018 %
30
TRY -4,99 2,50
KRW -2,13
0,19 25
EUR -2,06 Triwulan IV 2018
- 0,46
BRL -1,02 20,0 Triwulan I 2019
1,15 18,4 20
ZAR -0,82 1,92 16,4 Rata-rata Triwulan I 2019
0,00
PHP 1,57 15
INR 0,88
2,27 9,88
IDR 0,98 10
4,70 9,6
MYR 1,26 7,7 6,8
point-to-point 1,92 8,3 5,5
THB 1,96 5
Rerata 2,48 3,74
CNY 2,46 22,4 17,9 24,0 11,6 13,9 6,3 5,8 3,6
0
-6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 ZAR BRL TRY IDR INR THB PHP MYR
%
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, Reuters, diolah

22 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.29 Volatilitas Nilai Tukar Tahunan oleh peningkatan inflasi non-traded akibat meningkatnya
% tarif sewa rumah dan kontrak rumah.
35
Memasuki triwulan II 2019, inflasi IHK tetap
30
terkendali dalam kisaran sasaran ditopang oleh
2018
25 inflasi inti yang relatif stabil. Inflasi IHK pada April
YTD 2019
18,7 Rata-rata YTD 2019 20 2019 mencapai 0,44% (mtm), meningkat dibandingkan
18,1
15,7 dengan 0,11% (mtm) pada bulan sebelumnya. Kenaikan
15 inflasi tersebut dipengaruhi terutama oleh kenaikan
10,74
10 inflasi volatile food dan administered prices, sedangkan
9,0
6,5 6,9 5,8 5,2 inflasi inti tercatat stabil. Inflasi volatile food yang
5
meningkat didorong oleh meningkatnya permintaan
22,7 19,3 30,4 8,5 6,9 5,7 9,3 5,5
0 menjelang bulan Ramadhan di tengah terbatasnya
ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR pasokan beberapa komoditas pangan. Sedangkan
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah peningkatan inflasi kelompok administered prices
bersumber dari tarif angkutan udara yang cukup tinggi.
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Sementara itu, inflasi inti yang relatif stabil dan terkendali
Rupiah akan bergerak stabil dengan mekanisme tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter Bank
pasar yang tetap terjaga sejalan dengan prospek Indonesia dalam menjaga inflasi. Dengan perkembangan
NPI 2019 yang membaik. Namun demikian, sejumlah tersebut, sampai dengan April 2018, inflasi IHK tercatat
potensi risiko yang bersumber dari eksternal tetap perlu sebesar 0,80% (ytd) atau secara tahunan sebesar
diwaspadai antara lain dinamika hubungan dagang 2,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan
AS dan Tiongkok dan perlambatan ekonomi global. sebelumnya yang sebesar 2,48% (yoy), dan tetap berada
Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan dalam kisaran sasaran inflasi 3,5±1% (Grafik 3.30).
memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus Inflasi volatile food meningkat pada April 2019
mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di seiring dengan terbatasnya pasokan beberapa
pasar uang maupun valas. komoditas pangan dan meningkatnya permintaan
menjelang bulan Ramadhan. Kelompok volatile food
mengalami inflasi sebesar 1,59% (mtm), lebih tinggi
INFLASI dari 0,02% (mtm) pada bulan sebelumnya (Grafik 3.31).
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap
terkendali dan berada dalam kisaran sasaran Grafik 3.30 Inflasi
inflasi pada triwulan I 2019. Inflasi IHK tercatat % yoy
20
sebesar 0,35% (qtq), menurun dari 1,17% (qtq)
pada triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi tersebut 16
disebabkan oleh menurunnya inflasi volatile food (VF)
12
dan inflasi administered prices (AP), sedangkan inflasi inti Volatile Food Administered Prices
meningkat. Menurunnya inflasi volatile food terutama 3,17 8
didorong oleh meningkatnya pasokan cabai merah 3,05
Inti 2,83 4
sejalan dengan berlangsungnya panen cabai, serta
masih terjaganya pasokan beras, daging ayam, dan telur 0
ayam. Inflasi administered prices juga tercatat menurun 2,05
-4
akibat deflasi pada tarif kereta api dan tarif listrik serta 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
komoditas bensin seiring dengan penurunan harga BBM.
2016 2017 2018 2019
Sementara itu, inflasi inti meningkat terutama didorong
Sumber: BPS, diolah

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 23


Grafik 3.31 Inflasi Volatile Food Grafik 3.32 Inflasi Administered Prices
% % yoy % mtm %yoy
12 12 5 14
10 10 4 12
Volatile Food (yoy)- Skala kanan Administered Prices (mtm)
3 Administered Prices (yoy) 10
8 8
-Skala Kanan 8
2
6 6
1 3,17 6
4 4 0,16 4
2,05 0
Volatile Food (mtm) 0,16 2
2 2 -1 0
0 0 -2 -2
-2 -2 -3 -4
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Inflasi tersebut berbeda dengan rerata bulan April selama Sejalan dengan inflasi volatile food, inflasi
empat tahun terakhir yang tercatat deflasi sebesar pada kelompok administered prices meningkat
0,88% (mtm). Inflasi terutama bersumber dari naiknya didorong oleh naiknya tarif angkutan udara.
harga komoditas bawang merah, bawang putih, dan Inflasi administered prices pada April 2018 mencapai
cabai merah seiring dengan mulai terbatasnya pasokan 0,16% (mtm), lebih tinggi dari 0,08% (mtm) pada
akibat curah hujan yang tinggi dan masih rendahnya bulan sebelumnya (Grafik 3.32). Meningkatnya inflasi
pasokan impor (Tabel 3.5). Namun, tekanan inflasi yang administered prices terutama bersumber dari komoditas
lebih dalam tertahan oleh deflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara seiring dengan kenaikan harga
komoditas daging ayam ras dan komoditas beras sejalan tiket pesawat yang mendekati tarif batas atas atau
dengan masih berlangsungnya panen raya. Secara naik sebesar 2,27% (mtm). Selain itu, kenaikan inflasi
tahunan, inflasi volatile food tercatat mencapai 2,05% administered prices juga didorong oleh meningkatnya
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan 0,16% (yoy) harga rokok kretek filter, tarif kereta api, dan rokok
pada bulan sebelumnya. kretek (Tabel 3.6). Namun, deflasi pada tarif listrik
menahan kenaikan inflasi administered prices lebih
lanjut. Deflasi pada tarif listrik tersebut sejalan dengan
pemberian diskon Rp52/kWh bagi pelanggan Rumah
Tangga Mampu 900 VA pada 1 Maret 2019 . Secara
Tabel 3.5 Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food
tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi
sebesar 3,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
Komoditas VF Inflasi/Deflasi Sumbangan
(% mtm) (%) bulan sebelumnya yang sebesar 3,25% (yoy).

Bawang Merah 22,28 0,12


Bawang Putih 33,97 0,08 Tabel 3.6 Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food
Cabai Merah 14,81 0,07
Tomat Sayur 12,12 0,02 Inflasi/Deflasi Sumbangan
Komoditas AP
Telur Ayam Ras 2,20 0,02 (% mtm) (%)
Tomat Buah 14,72 0,01 Angkutan Udara 2,27 0,03
Cabai Rawit 4,04 0,01 Rokok Kretek Filter 0,31 0,01
Melon 4,65 0,01 Tarif Kereta Api 2,78 0,01
Beras -1,32 -0,05 Rokok Kretek 0,46 0,01
Daging Ayam Ras -0,93 -0,01 Tarif Listrik -0,44 -0,02
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

24 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Inflasi inti relatif stabil sejalan dengan ekspektasi 3,20% (average yoy), menurun dibandingkan dengan
inflasi yang terjaga. Inflasi inti pada April 2018 tercatat 3,40% (average yoy) pada hasil survei bulan sebelumnya
0,17% (mtm), relatif stabil dibandingkan dengan bulan (Grafik 3.34). Di sektor riil, ekspektasi inflasi dari
sebelumnya sebesar 0,16% (mtm). Inflasi inti pada April pedagang eceran juga mengalami penurunan baik untuk
2019 terutama disumbang oleh tarif kontrak rumah, 3 maupun 6 bulan kedepan.
tarif sewa rumah, dan mobil. Berdasarkan kelompoknya,
Secara spasial, terkendalinya inflasi IHK
inflasi inti traded menurun, sementara inflasi inti non-
pada kisaran sasaran nasional didukung oleh
traded meningkat (Grafik 3.33). Perlambatan inflasi
perkembangan inflasi di berbagai daerah yang
kelompok traded terutama dipengaruhi oleh apresiasi
tetap terjaga. Secara bulanan, Inflasi tercatat rendah
nilai tukar rupiah dan menurunnya inflasi komoditas
di sebagian besar wilayah, dengan inflasi terendah
emas perhiasan. Sementara itu, inflasi inti non-traded
terjadi di Maluku-Papua sebesar 0,05% (mtm), Sulawesi
meningkat, terutama didorong oleh inflasi kontrak
sebesar 0,21% (mtm), dan Kalimantan sebesar 0,40%
rumah dan sewa rumah. Secara tahunan, inflasi inti
(mtm). Namun, terdapat tekanan inflasi yang cukup
tercatat 3,05% (yoy), meningkat dari 3,03% (yoy)
tinggi di Provinsi Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan
pada bulan sebelumnya. Terkendalinya inflasi inti pada
didorong kenaikan harga cabai merah, bawang merah,
April 2019 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan
bawang putih, dan angkutan udara. Secara tahunan,
Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi,
tekanan inflasi yang cukup tinggi terjadi pada Provinsi
termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai
Kalimantan Utara dan Sulawesi Tengah (Gambar 3.2).
fundamentalnya. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun
Tingginya inflasi di dua provinsi tersebut terutama
2019 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil
disebabkan oleh meningkatnya inflasi angkutan udara.
survei Consensus Forecast (CF) April 2019 sebesar

Grafik 3.33 Volatilitas Nilai Tukar Triwulanan Grafik 3.34 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
% yoy % yoy
4,5 6,0

3,11 4,0 5,5


3,05 3,5
Inti Non-Traded 3,0 5,0
2,97 2,5 Ekspektasi Inflasi Ekspektasi Inflasi
Inti Traded 2017 2020 4,5
2,0 Ekspektasi Inflasi Ekspektasi Inflasi
Inti 2018 2019
1,5 3,60 4,0
3,20
1,0
3,5
0,5
0 3,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
2016 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: Consensus Forecast

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 25


Gambar 3.2 Perkembangan Inflasi Regional April 2019 (% yoy)
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI
Aceh 2,5 Kepri 3,2 Kalbar 3,6 Gorontalo 2,2
Sumut 2,2 Bengkulu 1,9 Kalsel 3,9 Sulut 0,07
Riau 1,6 Kep.Babel 3,1 Kaltim 2,84 Sulteng 5,5
Sumbar 2,4 Sumsel 1,9 Kalteng 3,9 Sulbar 0,89
Lampung 2,2 Jambi 2,3 Kaltara 5,06 Sulsel 3,3
Sultra 3,2

INFLASI NASIONAL
APRIL 2019: 2,83% (yoy)

Inf ≥ 4,5%
3,5% ≤ Inf < 4,5% JAWA BALI-NUSA TENGGARA MALUKU-PAPUA
2,5% ≤ Inf < 3,5% Banten 3,1
Jakarta 3,4 Maluku 4,3
Inf < 2,5% Maluku Utara 2,7
Jawa Barat 2,9 Bali 2,1
Jawa Tengah 2,3 Papua 4
NTB 2,5
Papua Barat 2,8
Jawa Timur 2,6 NTT 2,7
Yogyakarta 3,0
Sumber: BPS, diolah

PASAR KEUANGAN
Pada triwulan I 2019, transmisi kebijakan moneter Suku bunga PUAB O/N terjaga di kisaran suku
berjalan dengan baik di tengah stabilitas sistem bunga kebijakan BI-7DRR. Rata-rata harian (RRH)
keuangan yang terjaga, intermediasi yang suku bunga PUAB O/N pada triwulan I 2019 meningkat
berjalan baik, serta likuiditas yang sejalan dengan menjadi 5,87% dibandingkan dengan RRH pada triwulan
kebutuhan ekonomi. Transmisi kebijakan moneter sebelumnya yang sebesar 5,71%. Kenaikan RRH suku
jalur suku bunga berjalan dengan baik seperti tercermin bunga PUAB O/N tersebut merupakan respons dari suku
dari suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) O/N bunga kebijakan BI-7DRR yang meningkat 175 bps
yang terjaga di kisaran suku bunga kebijakan BI-7DRR sepanjang periode Mei-November 2018 menjadi 6,00%.
serta suku bunga deposito dan kredit perbankan yang Secara umum, pasar uang cenderung stabil di tengah
cenderung stabil. Sementara itu, likuiditas perekonomian minimnya tekanan likuiditas awal tahun. Hal tersebut
masih sejalan dengan kebutuhan ekonomi, tercermin tercermin pada selisih RRH antara suku bunga PUAB O/N
dari pertumbuhan uang beredar yang masih sejalan dengan BI-7DRR pada triwulan I 2019 yang menyempit
dengan PDB. Secara keseluruhan, stabilitas sistem menjadi 13 bps, dibandingkan dengan selisih RRH pada
keuangan tetap terjaga disertai intermediasi perbankan triwulan sebelumnya yang sebesar 16 bps. Memasuki
yang berjalan baik dan risiko kredit yang terkendali. triwulan II 2019, suku bunga PUAB O/N pada April 2019
Namun, perkembangan pembiayaan ekonomi melalui tetap stabil berada di -18 bps s.d. +16 bps dari BI-7DRR
pasar keuangan melambat akibat masih terbatasnya dengan RRH sebesar -6 bps (Grafik 3.35).
minat korporasi menerbitkan obligasi dan MTN karena Volatilitas suku bunga PUAB O/N terkendali
peningkatan cost of fund seiring dengan kenaikan suku didukung oleh likuiditas yang mencukupi.
bunga pada 2018.

26 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.35 Suku Bunga Kebijakan dan PUAB O/N Suku bunga deposito perbankan cenderung
% stabil. RRT suku bunga deposito pada akhir triwulan
8,25
I 2019 stabil di kisaran 6,88%, sama dengan suku
7,75
bunga triwulan sebelumnya (Grafik 3.37). Berdasarkan
6,75 7,25
LF Rate BI 7-Day RR tenor, suku bunga deposito pada tenor lebih panjang
6,75
BI Rate (Setelah 19/08/16) yaitu 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun masih meningkat
6,00 6,25
Suku Bunga PUAB O/N masing-masing 1 bps, 31 bps, dan 37 bps, sementara
5,75
suku bunga tenor 1 bulan turun 8 bps. Berdasarkan
5,25
5,25 kelompok bank, suku bunga deposito di seluruh
4,75
kelompok bank cenderung turun di tengah kenaikan
DF Rate 4,25
suku bunga deposito bank umum swasta nasional.
3,75
Dengan perkembangan tersebut, sejak akhir tahun
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
2017, RRT suku bunga deposito telah naik sebesar
2016 2017 2018 2019
81 bps. Memasuki triwulan II 2019, RRT suku bunga
Sumber: Bank Indonesia
deposito pada April 2019 turun 2 bps menjadi 6,86%
seiring penurunan suku bunga deposito jangka pendek
Terkendalinya volatilitas suku bunga PUAB O/N
di tengah masih berlanjutnya peningkatan suku bunga
tercermin dari selisih min-max RRH suku bunga
jangka waktu lebih panjang.
PUAB O/N pada triwulan I 2019 sebesar 31 bps,
tidak jauh berbeda dengan kondisi triwulan Suku bunga bunga kredit juga cenderung stabil.
sebelumnya sebesar 30 bps. Volatilitas suku bunga RRT suku bunga kredit pada akhir triwulan I 2019
PUAB O/N yang terjaga menunjukkan pasokan likuiditas tercatat sebesar 10,8%, relatif sama dengan suku bunga
yang memadai. Selain itu, RRH Volume PUAB selama akhir triwulan sebelumnya (Grafik 3.38). Stabilnya suku
periode triwulan I 2019 tetap tinggi untuk mencukupi bunga kredit dipengaruhi oleh suku bunga kredit modal
kebutuhan likuiditas perbankan yaitu mencapai 18,6 kerja (KMK) yang sedikit naik, di tengah berlanjutnya tren
triliun rupiah, cenderung sama dengan periode triwulan penurunan suku bunga kredit konsumsi (KK) dan kredit
sebelumnya (Grafik 3.36). Volatilitas pasar uang yang investasi (KI). Berdasarkan kelompok bank, RRT suku
terjaga berlanjut ke April 2019 sebagaimana terindikasi bunga kredit pada kelompok bank BUKU 3 dan BUKU
dari selisih min-max RRH suku bunga yang terjaga dan 4 mulai meningkat, sementara pada BUKU 1 dan BUKU
RRH volume PUAB yang tetap tinggi, masing-masing 2 masih dalam tren menurun. Dengan perkembangan
sebesar 17 bps dan Rp 20,8 triliun. tersebut, suku bunga kredit sejak akhir tahun 2017

Grafik 3.36 Suku Bunga dan Volume PUAB O/N Grafik 3.37 Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan
% Rp Triliun % %
11 30 16 8
10 Vol PUAB (Skala kanan)
25 14 7
RRT Suku Bunga Kredit
9 6
Vol PUAB O/N (Skala kanan) 12 10,85
20
8 5
10 Spread Suku Bunga Kredit -Deposito (skala kanan)
7 15 4
8
6 3
10
5 6 RRT Suku 2
6,88
5 Bunga Deposito
4 4 1
Suku Bunga PUAB O/N
3 0 2 0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 27


Grafik 3.38 Suku Bunga Kredit Jenis Penggunaan Stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga diiringi
% dengan fungsi intermediasi perbankan yang berjalan
15
baik pada triwulan I 2019. Kredit yang disalurkan
Suku Bunga KK 14 perbankan pada akhir triwulan I 2019 tumbuh tinggi
13 11,5% (yoy) meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada
RRT Suku Bunga Kredit 11,62 triwulan sebelumnya yang sebesar 11,75% (yoy). Kredit
12
investasi (KI) tumbuh meningkat dari 10,9 % (yoy) ke
10,84
Suku Bunga KI 11 13,6% (yoy) pada triwulan I 2019. Sementara itu, kredit
Suku Bunga KMK
10,53 10 modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi (KK) tumbuh
10,31 melambat yaitu masing-masing sebesar 12,0% (yoy) dan
9
9,0% (yoy) pada triwulan I 2019 (Grafik 3.40). Berdasarkan
8 sektor ekonomi, kredit ke sektor konstruksi dan jasa dunia
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
usaha tumbuh meningkat, sejalan dengan pertumbuhan
2016 2017 2018 2019
sektor tersier yang terus meningkat. Sebaliknya, beberapa
Sumber: Bank Indonesia
sektor dengan pangsa kredit yang besar, antara lain sektor
hingga akhir triwulan I 2019 telah turun sebesar 45 bps. perdagangan dan lain-lain (konsumsi rumah tangga)
Memasuki triwulan II 2019, RRT suku bunga kredit pada tercatat tumbuh melambat sejalan dengan konsumsi rumah
April 2019 tetap stabil di kisaran 10,8% . tangga yang melambat pada triwulan I 2019 (Grafik 3.41).

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh
risiko kredit yang terkendali. Stabilitas sistem meningkat pada triwulan I 2019. DPK pada triwulan I
keuangan yang terjaga ditopang rasio kecukupan modal 2019 tumbuh 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
perbankan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang tetap pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar
tinggi, mencapai 23,3% pada akhir triwulan I 2019 6,4% (yoy) (Grafik 3.42). Peningkatan pertumbuhan DPK
(Grafik 3.39). Likuiditas perbankan terjaga, antara lain pada triwulan I 2019 bersumber dari deposito yang tumbuh
tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak tinggi 7,9% (yoy) meningkat dari pertumbuhan pada
Ketiga (AL/DPK) sebesar 21,1% pada Maret 2019. Selain triwulan sebelumnya sebesar 5,8% (yoy). Sementara itu,
itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pertumbuhan giro cenderung stabil sebesar 6,7% (yoy). Di
pada akhir triwulan I 2019 tetap rendah yaitu sebesar sisi lain, tabungan tumbuh lebih rendah, dari 7,3%% (yoy)
2,5% (gross) atau 1,2% (net). pada triwulan IV 2018 menjadi 6,5% (yoy) pada triwulan I
2019.

Grafik 3.39 Permodalan Industri Perbankan Grafik 3.40 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan
% Rp Triliun % yoy
25 8 20
24 CAR 7 18
23 16
23,3 6 13,6
22 ATMR (Skala kanan) 14
5 KK 12
21 12,0
6 10
20 4
9,0 8
19 3 11,5 6
18 KMK Total Kredit 4
Modal (Skala kanan) 2
17 KI
2
16 1
1 0
15 0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

28 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.41 Pertumbuhan Kredit Sektoral Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam
arti luas (M2) tumbuh meningkat. M2 pada triwulan
Total 11,6
11,8 I 2019 tercatat sebesar 5.744,2 triliun rupiah atau
Listrik 21,2
16,5 tumbuh 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
Pertambangan 31,5
21,4 pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,3%
Jasa Sosial 16,3
13,2 Tw I 2019 (yoy) (Grafik 3.43). Pertumbuhan M2 terutama didorong
Jasa Dunia Usaha 11,2
13,0 Tw IV 2018
Pertanian 11,0 oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1)
11,7
Konstruksi 27,1 dan surat berharga selain saham yang masing-masing
22,1
Pengangkutan 11,4 tumbuh sebesar 4,8% (yoy) dan 23,7% (yoy). Sementara
19,0
Industri 9,5 itu, pertumbuhan komponen uang kuasi relatif stabil
9,1
Lain-lain 8,8 sebesar 7,1% (yoy).
10,3
Perdagangan 9,1
9,4 Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi,
-10 0 10 20 30 40 pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh perbaikan
% yoy
Sumber: Bank Indonesia dari aktiva luar negeri bersih (Net Foreign Assets
Untuk keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan atau NFA) di tengah melambatnya pertumbuhan
kredit dan DPK diprakirakan terus membaik sejalan dari aktiva dalam negeri bersih (Net Domestic
dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat Assets atau NDA). NFA pada triwulan I 2019 tumbuh
serta stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga. -3,7% (yoy) atau membaik dibandingkan dengan
Pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan sekitar 10- pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar -6,4%
12% (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan (yoy). Perbaikan tersebut seiring dengan kenaikan
sekitar 8-10% (yoy). Prakiraan tersebut sejalan dengan cadangan devisa pada Maret 2019. Sementara itu, aktiva
pertumbuhan ekonomi 2019 yang diprakirakan berada dalam negeri bersih (Net Domestic Assets atau NDA)
di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%, seiring belum pada triwulan I 2019 tumbuh melambat dari 11,4%
pulihnya kinerja ekspor dan moderasi investasi. Bank (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 10,5% (yoy) pada
Indonesia memandang masih terbuka ruang untuk triwulan I 2019 (Grafik 3.44). Perlambatan terutama
mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu disebabkan oleh sedikit melambatnya pertumbuhan
stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang masih kredit di tengah kontraksi operasi keuangan Pemerintah
berada di bawah level optimum dan terdapatnya pada triwulan I 2019.
potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya
kebijakan makroprudensial akomodatif.
Grafik 3.42 Pertumbuhan DPK Grafik 3.43 Uang Beredar M2
% yoy % yoy
20 20
Tabungan 18
Giro Deposito 15 16
M1 14
10 M2 12
10
5 7,0 8
6
Total DPK 7,2 Kuasi 6,5
0 4
4,8 2
-5 0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 29


Grafik 3.44 Faktor yang Memengaruhi M2 sentimen global yang negatif seperti pertumbuhan
% yoy ekonomi Tiongkok yang melambat, penurunan target
30
pertumbuhan Eropa, ketidakpastian penyelesaian
NFA 25
Brexit, dan revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi
20
dunia menahan penguatan IHSG lebih lanjut. Dari
10,5 15
domestik, kondisi fundamental ekonomi dipersepsikan
10
positif seiring dengan rilis beberapa indikator ekonomi
6,5 5
NDA M2 yang solid seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
0
-3,7 neraca pembayaran Indonesia posisi triwulan IV 2018.
-5
Perkembangan tersebut mendorong aliran modal masuk
-10 ke pasar saham (net beli) pada triwulan I 2019 sebesar
-15 12,13 triliun rupiah atau meningkat dibanding triwulan
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,43 triliun rupiah
2016 2017 2018 2019
(Grafik 3.45).
Sumber: Bank Indonesia
Memasuki triwulan II 2019, kinerja pasar saham
Pembiayaan ekonomi dari pasar keuangan mencatat koreksi pada April 2019. IHSG ditutup
nonperbankan mengalami penurunan. Pembiayaan melemah sebesar 0,2% (mtm) di level 6455,35 pada
ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO April 2019. Koreksi dipengaruhi oleh kekhawatiran
dan rights issue), obligasi korporasi, medium term notes global kembali meningkat seiring dengan kembali
(MTN), dan negotiable certificate of deposit (NCD) pada meningkatnya tensi perdagangan AS – Tiongkok dan
triwulan I 2019 tercatat sebesar 36,6 triliun rupiah perekonomian Tiongkok yang diprakirakan belum kuat.
(gross), turun dibandingkan dengan capaian pada 2018 Koreksi IHSG dimanfaatkan investor untuk kembali
sebesar 43,8 triliun rupiah (gross). Hingga April 2019, masuk ke pasar saham. Investor nonresiden kembali
flows pembiayaan dari pasar keuangan mencapai 47,5 mencatat net beli pada April 2019 sebesar 3,36 triliun
triliun rupiah atau lebih rendah dibanding realisasi rupiah (Grafik 3.46). Dengan perkembangan tersebut,
hingga April 2018 tahun sebelumnya yang mencapai secara kumulatif hingga April 2019, flows dana asing di
67,7 triliun rupiah. Berdasarkan komponen, penurunan pasar saham tercatat inflow sebesar 15,49 triliun rupiah.
terutama pada penerbitan MTN dan obligasi korporasi. Adapun aliran porsi dana nonresiden mencapai 34%
Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan cost of fund pada April 2019 (Grafik 3.46).
seiring dengan tren kenaikan suku bunga pada tahun
2018 mengikuti kenaikan yield SBN dan suku bunga
kebijakan BI-7DRR. Kenaikan cost of fund mendorong Grafik 3.45 IHSG dan Net Jual/Beli Asing
Indeks Rp Triliun
korporasi lebih berhati-hati melakukan pembiayaan yang 7000 20
berasal dari obligasi yang dibayangi kenaikan beban Net Jual/Beli Asing (skala kanan)
15
bunga. 6500 IHSG 10
Kinerja pasar saham domestik menguat pada 6000 5
triwulan I 2019 sejalan dengan tekanan dari 0
5500
eksternal yang berkurang. Indeks Harga Saham -5
Gabungan (IHSG) pada akhir triwulan I 2019 menguat 5000 -10
4,4% (qtq) ke level 6468,76 dari IHSG pada triwulan -15
4500
sebelumnya yang berada pada level 6.194,50. Perbaikan -20
tersebut didukung oleh ketidakpastian keuangan global 4000 -25
yang berkurang, seiring dengan ketegangan hubungan 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
dagang AS-Tiongkok yang berkurang serta kebijakan 2016 2017 2018 2019
the Fed yang lebih dovish. Namun demikian, beberapa Sumber: BEI, diolah

30 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Grafik 3.46 Porsi Kepemilikan Saham Asing Grafik 3.48 Indeks Sektoral Triwulan I 2019 (qtq)
%
100 3,8
Properti
90
34,0 80 Pertanian -6,4
Nonresiden
Perdagangan 5,1
70
Konsumsi 1,2
60
50 Aneka Industri -7,5
Residen 40 Industri Dasar 2,0
66,0 30 Keuangan 8,0
20 Pertambangan 4,1
10 Infrastruktur 10,5
0 IHSG 4,4
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
2016 2017 2018 2019 -10 -5 0 5 10 15
% qtq
Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: BEI, diolah

Perkembangan pasar saham domestik tercatat pertumbuhan kredit yang tetap tinggi dengan risiko yang
sejalan dengan kinerja saham global pada triwulan terkelola dengan baik.
I 2019. Secara triwulanan, pertumbuhan IHSG pada
Secara bulanan, koreksi kinerja IHSG pada April
triwulan I 2019 tercatat positif 4,4 % (qtq) sejalan
2019 sejalan dengan pergerakan saham di Malaysia,
dengan mayoritas kinerja pasar saham global yang
Vietnam, dan Tiongkok, di tengah kinerja pasar
positif (Grafik 3.47). Secara sektoral, sebagian besar
saham global yang secara umum membaik (Grafik
sektor mencatat perbaikan kinerja pada triwulan I
3.49). Secara sektoral, koreksi IHSG disebabkan oleh
2019. Peningkatan IHSG tertinggi pada triwulan I 2019
koreksi saham di sektor industri dasar, pertambangan,
terutama terjadi di sektor infrastruktur, keuangan, dan
konsumsi, dan pertanian yang masing-masing koreksi
perdagangan yang masing-masing tumbuh 10,5% (qtq),
sebesar 6,3% (mtm), 3,8% (mtm), 3,3% (mtm), dan
8,0% (qtq), dan 5,1% (qtq) (Grafik 3.48). Kinerja sektor
1,5% (mtm) (Grafik 3.50). Kinerja sektor tersebut erat
tersebut terkait dengan permintaan domestik yang tetap
kaitannya dengan permintaan produk ekspor komoditas
tinggi, termasuk infrastruktur. Sementara, peningkatan
Indonesia yang melemah seiring perlambatan ekonomi
IHSG sektor keuangan terutama bersumber dari
dunia dan penurunan harga komoditas.
perkembangan positif industri perbankan ditandai oleh

Grafik 3.47 IHSG dan Indeks Bursa Global Triwulan I 2019 (qtq) Grafik 3.49 IHSG dan Indeks Bursa Global April 2019 (mtm)
Filipina 6,1 Filipina 0,4
India 7,2 India 0,9
Thailand 4,8 Thailand 2,1
Vietnam 9,9 Vietnam -0,1
Singapura 4,7 Singapura 5,8
Jepang 6,0 Jepang 5,0
Hong Kong 12,4 Hong Kong 2,2
Malaysia -2,8 Malaysia -0,1
China 23,9 China -0,4
Inggris 8,2 Inggris 1,9
Amerika Serikat 11,2 Amerika Serikat 2,6
Indonesia 4,4 Indonesia -0,2
-10 0 10 20 30 -2 0 2 4 6 8
% qtq % mtm
Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 31


Grafik 3.50 Indeks Sektoral April 2019 (mtm) 49 bps ke level 7,48%. Penurunan terjadi pada semua
tenor terutama tenor pendek yang turun hingga 55 bps
Properti 4,7 ke level 6,80%. Yield jangka menengah dan panjang
Pertanian -1,5 masing-masing turun sebesar 52 bps dan 33 bps ke
Perdagangan 0,5 level 7,55% dan 8,24%. Adapun yield benchmark 10
Konsumsi -3,3 tahun turun 39 bps ke level 7,63% (Grafik 3.51). Kinerja
Aneka Industri 2,5 pasar SBN sejalan dengan kinerja obligasi di kawasan
Industri Dasar -6,3 yang mayoritas mengalami penurunan yield. Perbaikan
Keuangan 2,8 tersebut didukung oleh ketidakpastian global yang
Pertambangan -3,8 berkurang di tengah fundamental ekonomi domestik
Infrastruktur -0,4 yang tetap terjaga. Selain itu, bauran kebijakan yang
IHSG -0,2 ditempuh untuk menjaga daya tarik investor asing di
pasar keuangan terbukti cukup efektif mendorong
-10 -5 0 5 10
% mtm investor nonresiden kembali melakukan net beli di pasar
Sumber: BEI, diolah
SBN sebesar 73,9 triliun rupiah sepanjang triwulan
I 2019, sehingga pangsa kepemilikan asing di pasar
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada triwulan I
SBN sedikit meningkat menjadi 37,4% (Grafik 3.52).
2019 menunjukkan arah perbaikan ditandai dengan
Namun, yield SBN meningkat pada April 2019, dengan
yield SBN yang turun. Pada triwulan I 2019, kinerja
yield benchmark 10 tahun naik 20 bps ke level 7,83%.
SBN membaik dibanding triwulan sebelumnya terindikasi
Investor asing tercatat net jual di pasar SBN sebesar 5,76
dari penurunan yield SBN yang berlanjut, terutama
triliun rupiah pada April 2019, yang merupakan aksi jual
pada tenor pendek. Yield SBN secara keseluruhan turun
pertama sejak awal tahun 2019.

Grafik 3.51 SBN dan Net Jual/Beli Asing Grafik 3.52 Kepemilikan SBN
% Rp Triliun Rp Triliun %
10 40 3000 45
Pangsa Asing (skala kanan)
9 Yield SBN 10 Tahun 40
30 2500
8 Total SBN 35
7 20
2000 30
6 10 25
5 1500
0 20
4
1000 15
3 -10
Total Asing 10
2 500
-20 5
1
Net Jual/Beli Asing (skala kanan) 0 0
0 -30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

32 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


BOKS LKM TRIWULAN I 2019

Inflasi Makanan Pengaruhi Inflasi Kelompok Bawah

Pada tahun 2018, inflasi Indonesia tercatat rendah juta. Porsi pengeluaran kelompok menengah didominasi
dan stabil sesuai dengan kisaran sasaran inflasi oleh konsumsi nonmakanan sekitar 59% dengan
3,5±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat rata-rata pengeluaran sebesar Rp3,1 juta. Sementara
sebesar 3,13% (yoy) ditopang oleh inflasi inti yang stabil, itu, porsi pengeluaran kelompok atas didominasi oleh
inflasi Volatile Food (VF) yang terkendali, serta inflasi konsumsi nonmakanan sekitar 60% dengan rata-rata
Administered Prices (AP) yang rendah. Pencapaian inflasi pengeluaran sebesar Rp8,1 juta (Grafik 1). Berdasarkan
dalam kisaran targetnya telah berlangsung selama empat komoditasnya, porsi pengeluaran konsumsi makanan
tahun berturut-turut. Di tengah pencapaian inflasi yang pada kelompok bawah didominasi oleh pengeluaran
rendah dan stabil, terdapat indikasi perbedaan tingkat untuk ikan, makanan dan minuman jadi, serta daging.
inflasi pada kelompok pengeluaran yang berbeda. Hal ini Sedangkan untuk konsumsi nonmakanan, konsumsi
terutama dirasakan oleh kelompok bawah. kelompok miskin didominasi oleh pengeluaran untuk
biaya perumahan dan fasilitas rumah tangga (termasuk
Perbedaaan keranjang konsumsi antar kelompok
sewa/kontrak rumah) (Grafik 2 dan 3).
pengeluaran berpengaruh pada tingkat inflasi yang
dialami. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional Secara umum, inflasi pada semua kelompok
(SUSENAS) September 2017, porsi konsumsi kelompok pengeluaran mengalami penurunan dalam tiga
makanan dan nonmakanan dibagi dalam tiga kelompok tahun terakhir. Inflasi kelompok bawah turun dari 5,0%
pengeluaran yang berbeda. Pertama, kelompok bawah pada 2017 menadi 3,3% pada tahun 2018. Sementara
(40% terbawah), kelompok menengah (40% kedua), itu, kelompok menengah dan atas turun dari 5,0%
dan kelompok atas (20% teratas). Porsi pengeluaran dan 4,7% menjadi 3,3% dan 3,1%. Penurunan inflasi
kelompok bawah didominasi oleh konsumsi makanan kelompok bawah dan menengah dipengaruhi oleh inflasi
sekita 68% dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp1,7 makanan yang mendominasi konsumsinya. Sementara

Grafik 1 Pangsa Konsumsi Kelompok Makanan dan Nonmakanan Grafik 2 Pangsa Konsumsi Kelompok Makanan
%
80 Bahan Makanan Lainnya
68 Makanan Nonmakanan 68 Bumbu-bumbuan Atas (20% teratas)
59 60 Minyak dan Kelapa Bawah (40% terbawah)
60 Kacang-kacangan
Rata- Bahan Minuman
Rata- Rata- rata Umbi-umbian
rata rata 41 40 penge
penge penge 40 Padi-padian
luaran 32 luaran 32 Sayur-sayuran
luaran Rata- Rata- Rp8,1
Rp1,7 Rp3,1 rata rata juta Telur dan Susu
juta Rata- juta penge penge Buah-buahan
rata 20
penge luaran luaran Rokok dan Tembakau
luaran Rp2,1 Rp5,4 Daging
Rp820 juta juta
ribu Makanan dan Minuman Jadi
0 Ikan/Udang/Cumi/Kerang
Bawah Menengah Atas IHK
(40% terbawah) (40% kedua) (20% teratas) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
%
Sumber: SUSENAS September 2017 Sumber: SUSENAS September 2017

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 33


Grafik 3 Pangsa Konsumsi Kelompok Nonmakanan Grafik 4 Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
% yoy
6
Pakaian, Alas Kaki 0,01 5,0 5,0 Inflasi Bawah Inflasi menengah Inflasi Atas
0,01 Atas (20% teratas) 4,7 5
Bawah (40% terbawah)
Pajak, Pungutan 0,01
dan Asuransi 0,01 3,7 4
3,3 3,3 3,1
Barang 3,1 3,2 2,9
0,12 3
Tahan Lama 0,05 2,4 2,6
Aneka Barang 0,13 2
dan Jasa 0,08
Keperluan Pesta 1
0,15
dan Upacara/Kenduri 0,03 0
Perumahan 0,18 2016 2017 2018 2019*
dan Fasilitas RT 0,15 Bawah = kelompok 40% percentile pengeluaran terendah berdasarkan Susenas Sept'17
Menengah = kelompok 40% percentile pengeluaran terendah kedua berdasarkan Susenas Sept'17
0 0,05 0,1 0,15 0,2 Atas = kelompok 20% percentile pengeluaran tertinggi berdasarkan Susenas Sept'17
%
Sumber: SUSENAS September 2017 Sumber: SUSENAS September 2017

itu, inflasi kelompok atas sejalan dengan kelompok lebih rendah pada akhir tahun 2019 (untuk informasi
nonmakanan yang memiliki harga yang relatif stabil lebih lengkap dapat diperoleh pada bab 4. Prospek
(Grafik 4). ekonomi domestik-Prospek Inflasi). Untuk menjaga
volatilitas inflasi kelompok miskin, kebijakan dalam
Pada tahun 2019, inflasi makanan diperkirakan
pengendalian inflasi makanan memiliki peran yang
lebih rendah baik untuk kelompok miskin,
penting untuk terus diperkuat ke depan.
kelompok menengah, maupun kelompok kaya. Hal
tersebut sejalan dengan perkiraan inflasi makanan yang

34 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


4 PROSPEK PEREKONOMIAN
PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL pertumbuhan pada 2018. Ke depan, PDB AS akan
tumbuh dengan path melambat, seiring dengan stimulus
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global
fiskal yang berkurang dan ketidakpastian global yang
Perekonomian global diprakirakan tumbuh masih tinggi. Konsumsi AS pada 2019 diperkirakan
melambat pada 2019 dan sedikit membaik pada melambat seiring dengan berakhirnya dampak stimulus
2020. Perekonomian AS, kawasan Eropa, Jepang, dan fiskal personal tax cut, pertumbuhan pendapatan
Tiongkok diprakirakan tumbuh melambat seiring dengan yang stagnan, dan keyakinan konsumen yang belum
pertumbuhan konsumsi dan investasi yang melambat, membaik. Outlook investasi juga melambat, baik
serta dukungan sektor eksternal yang menurun (Tabel investasi residensial maupun nonresidensial. Investasi
4.1). Perekonomian negara maju juga masih dihadapkan nonresidensial yang melambat disebabkan oleh
pada permasalahan struktural ketenagakerjaan. ketidakpastian akibat eskalasi ketegangan perdagangan
Sementara, perekonomian Tiongkok diperkirakan dan dampak corporate tax rate kurang optimal. Stimulus
melambat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi global fiskal mulai dihentikan pada tahun 2020. Sementara itu,
dan ketegangan perdagangan yang menekan ekspor slack tenaga kerja masih berlanjut di 2020.
dan investasi, di tengah stimulus fiskal yang menahan
Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa diprakirakan
perlambatan lebih dalam. Di sisi lain, perekonomian
melambat pada 2019 dan kemudian meningkat
India diprakirakan masih tumbuh baik. Pertumbuhan
pada 2020. Perlambatan ekonomi Eropa pada 2019
ekonomi global 2020 diprakirakan membaik seiring
disebabkan oleh konsumsi yang tertahan, investasi yang
meredanya isu geopolitik di negara EM dan ketegangan
melambat, serta ekspor dan impor yang menurun. Di sisi
perdagangan AS-Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi
lain, government expenditure lebih ekspansif. Memasuki
dunia yang melambat menyebabkan penurunan volume
tahun 2020, konsumsi dan investasi mulai membaik
perdagangan dan harga komoditas global.
seiring perbaikan iklim manufaktur dan perbaikan ekspor
Perekonomian AS diprakirakan melambat pada pasca ketegangan perdagangan yang mereda . Di sisi
2019 dan 2020. Pertumbuhan ekonomi AS pada ketenagakerjaan, upah juga mulai membaik pada 2020.
2019 diprakirakan lebih rendah dibandingkan dengan

Tabel 4.1 Prospek Perkembangan Ekonomi Global


%, yoy
Persen, yoy
WEO (IMF) Consensus Forecast (CF)
PDB Januari 2019 April 2019 Maret 2019 April 2019
2018 2019* 2020* 2018 2019* 2020* 2018 2019* 2020* 2018 2019* 2020*
Dunia 3,7 3,5 3,6 3,6 3,3 3,6 3,8 3,5 3,5 3,8 3,4 3,5
Negara Maju 2,3 2,0 1,7 2,2 1,8 1,7 2,2 1,7 1,7 2,2 1,8 1,6
Amerika Serikat 2,9 2,5 1,8 2,9 2,3 1,9 2,9 2,4 2,0 2,9 2,4 2,0
Kawasan Euro 1,8 1,6 1,7 1,8 1,3 1,5 1,8 1,2 1,4 1,8 1,1 1,3
Jepang 0,9 1,1 0,5 0,8 1,0 0,5 0,8 0,7 0,4 0,8 0,6 0,5
Negara Berkembang 4,6 4,5 4,9 4,5 4,4 4,8 5,2 4,9 5,1 5,2 4,8 5,0
Tiongkok 6,6 6,2 6,2 6,6 6,3 6,1 6,6 6,2 6,1 6,6 6,2 6,1
India 7,3 7,5 7,7 7,1 7,3 7,5 7,3 7,1 7,3 7,3 7,2 7,3
Volume Perdagangan Dunia 4,0 4,0 4,0 3,4 3,1 3,3
Sumber: WEO IMF, Consensus Forecast; *Perkiraan

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 35


Perekonomian Jepang diprakirakan tertahan pada Perekonomian India pada tahun 2019 dan 2020
2019 dan tumbuh melambat pada 2020. Prakiraan tidak setinggi prakiraan. Proyeksi pertumbuhan
tertahannya perekonomian Japan pada 2019 terutama ekonomi India pada tahun 2019 diprakirakan lebih
dipengaruhi oleh permintaan global yang menurun yang rendah dibandingkan dengan asumsi sebelumnya.
berdampak pada penurunan investasi dan kinerja sektor Hal tersebut disebabkan oleh moderasi konsumsi dan
esternal, serta rencana kenaikan pajak konsumsi yang kontribusi negatif net ekspor yang masih terus berlanjut.
diprakirakan akan menahan konsumsi. Consumption Moderasi konsumsi tercermin dari high-frequency data
Tax Rate akan dinaikkan pada triwulan III 2019 dari 8% penjualan otomotif dan impor barang non-oil & non-
menjadi 10% dan diperkirakan menahan pertumbuhan, emas. Sementara ekspor neto diprakirakan masih negatif
walaupun Pemerintah melakukan kebijakan fiskal untuk karena pengaruh ekonomi global. Kinerja positif investasi
mitigasi dampaknya, antara lain stimulus fiskal berupa dan ekspektasi peningkatan pengeluaran Pemerintah
pemotongan pajak kepemilikan kendaraan bermotor, karena Pemilu diprakirakan masih solid menopang
rebates untuk pembelian menggunakan metode cashless, ekonomi India sehingga kinerja PDB India 2019 relatif
dan voucher belanja untuk masyarakat berpenghasilan stabil. Pada tahun 2020, diprakirakan investasi mulai
rendah. Pemerintah juga memberikan insentif pajak bagi membaik dan defisit perdagangan yang juga membaik.
korporasi yang melakukan investasi dan kenaikan gaji
serta melakukan penguatan reformasi struktural pada
pasar tenaga kerja. Di sisi ketenagakerjaan, isu aging Prospek Volume Perdagangan dan Harga Komoditas
population dan produktivitas menyebabkan tenaga kerja Global
masih ketat pada 2019 dan 2020. Volume perdagangan dunia dan harga komoditas
Ekonomi Tiongkok 2019 dan 2020 diprakirakan global pada 2019 dan 2020 diprakirakan masih
masih melambat. Perlambatan perekonomian Tiongkok menurun. Sejalan dengan perlambatan PDB dunia
terutama didorong oleh pelemahan ekspor dan investasi yang lebih dalam dari perkiraan, WTV juga diprakirakan
seiring dengan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. tumbuh lebih rendah, yaitu sebesar 3,1% pada 2019
Kendati demikian, ekspor diprakirakan mulai membaik dan 3,3% pada 2020 (Grafik 4.1). WTV yang lebih
pada semester II 2019 seiring implementasi trade deal rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi
AS-Tiongkok pada Juni 2019. Sementara itu, impor global serta penerapan tarif impor oleh AS kepada
membaik sejalan dengan stimulus fiskal pemerintah Tiongkok sejak September 2018. Harga komoditas
dan perbaikan permintaan domestik. Respons kebijakan ekspor Indonesia melambat terutama karena penurunan
Tiongkok dapat menjaga perlambatan ekonomi lebih
dalam. Dalam hal ini, Tiongkok masih memiliki ruang
untuk tambahan stimulus fiskal untuk mendorong Grafik 4.1 Aktivitas Ekspor-impor Global
% yoy
penjualan mobil, pelonggaran regulasi sektor properti, 6
dan pembangunan infrastruktur. Selain itu, eskalasi
5
ketegangan perdagangan AS-Tiongkok terkini berpotensi
berdampak tidak terlalu besar pada 2019. Pertama, WTV WTV Ekspor 4
tarif impor hanya dikenakan pada pengiriman ekspor 3
Tiongkok yang dilakukan setelah 10 Mei 2019, sehingga 2
baru akan berdampak pada penurunan ekspor Tiongkok
WTV Impor 1
di bulan Juni 2019. Kedua, pengenaan tarif 25%
terhadap sisa ekspor Tiongkok ke AS harus melewati 0
hearing dan 60-day public comment period, sehingga -1
paling cepat diimplementasikan pada bulan Agusutus I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2019. Deleveraging dan rebalancing perekonomian 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
masih berlanjut di tahun 2020. Sumber: Bloomberg

36 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


harga CPO. Koreksi harga CPO terjadi seiring kondisi PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN DOMESTIK
pasar yang masih net-supply dan inventori yang tinggi.
Di tengah pemulihan ekonomi global yang lebih
Di Eropa, implementasi pelarangan impor CPO untuk
rendah dari prakiraan dengan ketidakpastian pasar
biofuel mulai Mei 2019 secara bertahap akan terus
keuangan yang kembali meningkat, momentum
mengurangi permintaan CPO. Dengan perkembangan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 dan
supply-demand tersebut, pasar CPO global diperkirakan
2020 diprakirakan masih tetap terjaga. Pertumbuhan
masih net-supply. Hal ini terindikasi dari inventori CPO
ekonomi Indonesia pada 2019 diprakirakan berada
yang lebih tinggi dari rata-rata historis. Implementasi
di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%. Prakiraan
perluasan B20 Indonesia dan B10 Malaysia (Februari
tersebut didukung oleh permintaan domestik yang tetap
2019) tidak dapat mengimbangi pelemahan ekspor. Ke
kuat, meskipun lebih rendah dibandingkan prakiraan
depan, kondisi supply-demand CPO pada tahun 2020
sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga
berpotensi membaik seiring penurunan supply dari
dan konsumsi pemerintah pada 2019 tidak sekuat
pembatasan area perkebunan Malaysia dan Indonesia
prakiraan semula, sedangkan pertumbuhan investasi
dan prospek positif ekonomi India.
tertahan akibat investasi nonbangunan yang tumbuh
Harga minyak pada 2019 dan 2020 diprakirakan lebih rendah dari prakiraan. Dari sisi eksternal, kinerja
masih dalam tren melambat (Grafik 4.2). Secara rata- ekspor pada 2019 diprakirakan masih akan mengalami
rata harga minyak pada 2019 dan 2020 diprakirakan penurunan seiring dengan pertumbuhan ekonomi
lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga dunia yang melambat dan harga komoditas dunia
minyak pada 2018. Pasar minyak diperkirakan masih yang menurun. Sejalan dengan itu, kinerja impor juga
net-supply pada tahun 2019 dan 2020 terutama karena diprakirakan menurun pada 2019 dipengaruhi oleh
perlambatan permintaan. Permintaan minyak global permintaan domestik yang melambat dan dampak
diperkirakan hanya tumbuh 1,47% (yoy) di 2019, lebih kebijakan untuk mengurangi defisit neraca transaksi
rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya berjalan. Pertumbuhan ekonomi pada 2020 diprakirakan
yang tercatat sebesar 1,50% (yoy). Perlambatan akan membaik pada kisaran 5,1-5,5% (Tabel 4.2).
pertumbuhan permintaan terutama berasal dari AS Perbaikan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang
dan Tiongkok. Permintaan minyak global diperkirakan oleh permintaan domestik dari konsumsi dan investasi
kembali melambat pada tahun 2020 ke 1,43% (yoy) yang diprakirakan membaik sejalan dengan perbaikan
seiring perkiraan penurunan permintaan AS lebih dalam. ekonomi global dan dampak dari reformasi struktural.
Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan
tetap baik, meskipun tumbuh lebih rendah
Grafik 4.2 Perkiraan Pasokan dan Permintaan Minyak dibandingkan prakiraan sebelumnya. Pertumbuhan
Neraca Permintaan/Penawaran Minyak (mbpd) konsumsi rumah tangga pada 2019 diprakirakan
2,0 berada pada kisaran 5,0-5,4%. Pertumbuhan konsumsi
STEO Jan'19
STEO Feb'19 Perkiraan rumah tangga diprakirakan tertahan akibat dampak
1,5
STEO Mar'19 rambatan dari perlambatan pertumbuhan ekonomi
STEO Apr'19 1,0 global yang menyebabkan kinerja ekspor menurun,
0,5 sehingga turut berdampak pada penurunan pendapatan.
Indikasi terjadinya perlambatan pendapatan terlihat
0,0 pada kelompok masyarakat berpendapatan bawah,
-0,5 terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas di subLU
peternakan, perikanan dan tanaman perkebunan.
-1,0 Namun demikian, daya beli khususnya pada kelompok
I II III IV I II III IV I II III IV
masyarakat berpendapatan bawah akan tetap
2018 2019 2020
terjaga seiring dengan tetap terkendalinya inflasi dan
Sumber: Bloomberg
penyaluran bantuan sosial pemerintah yang masih

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 37


Proyeksi
Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran
%, yoy

2018 2019
Komponen PDB Pengeluaran 2017 2018 2019* 2020*
I II III IV I
Konsumsi Rumah Tangga 4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,01 5,0 - 5,4 5,0 - 5,4
Konsumsi Pemerintah 2,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21 3,4 - 3,8 3,7 - 4,1
Investasi (PMTDB) 6,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 5,4 - 5,8 5,7 - 6,1
Ekspor 8,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -2,08 -0,9 - -0,5 4,4 - 4,8
Impor 8,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,75 -3,4 - -3,0 3,1 - 3,5
PDB 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,0 - 5,4 5,1 - 5,5
Sumber: BPS; *Proyeksi Bank Indonesia

terus berlangsung. Di samping itu, dampak positif dari kinerja LU pertambangan dan penggalian, LU industri
pengeluaran terkait persiapan penyelenggaran Pemilu pengolahan dan ekspor yang melemah akibat prospek
2019 terhadap peningkatan konsumsi LNPRT dan pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas yang
konsumsi RT juga tidak setinggi perkiraan sebelumnya. lebih rendah. Faktor pendorong investasi untuk tetap
Konsumsi rumah tangga pada 2020 diprakirakan akan tumbuh bersumber dari investasi bangunan yang tumbuh
membaik namun tetap berada pada kisaran 5,0-5,4% meningkat, ditopang oleh proyek-proyek infrastruktur
sejalan dengan prospek perekonomian yang membaik dan perkembangan positif di sektor properti. Di samping
serta berkurangnya ketidakpastian global. itu, sentimen bisnis diperkirakan akan membaik pasca
pelaksanaan Pemilu 2019 sehingga akan mendorong
Konsumsi pemerintah akan tetap menjadi
kembali kinerja investasi. Dengan perkembangan
penopang pertumbuhan ekonomi, meskipun
tersebut, investasi pada 2020 diprakirakan akan
tumbuh lebih rendah dibandingkan prakiraan
membaik dengan tumbuh pada kisaran 5,7-6,1%.
sebelumnya. Konsumsi pemerintah pada 2019
diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 3,4-3,8%. Dari sisi eksternal, ekspor diprakirakan akan
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada semester menurun pada keseluruhan tahun 2019. Propesk
kedua 2019 akan lebih rendah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah, volume
penyaluran bantuan sosial yang tidak akan setinggi pada perdagangan dan harga komoditas dunia yang menurun
semester pertama. Realisasi belanja sosial masih akan menyebabkan tekanan pada kinerja ekspor. Pertumbuhan
terus berlangsung melalui Program Keluarga Harapan ekspor pada 2019 diprakirakan akan tumbuh pada
(PKH) dan kepada penerima Bantuan Pangan Nontunai kisaran -0,9 - -0,5%. Penurunan ekspor disebabkan
(BPNT). Pertumbuhan konsumsi pemerintah akan oleh penurunan permintaan dari mitra dagang utama
didorong oleh belanja pegawai yang diprakirakan akan seperti Tiongkok, Amerika Serikat dan Eropa sejalan
meningkat sejalan dengan realisasi pembayaran kenaikan dengan pelemahan perekonomian. Selain pelemahan
gaji dan rapel Aparatur Sipil Negara (ASN). Konsumsi mitra dagang, beberapa kendala dari sisi produksi pada
pemerintah pada 2020 diprakirakan akan meningkat sektor berbasis komoditas antara lain batubara, karet
dengan berada pada kisaran 3,7-4,1%. dan tembaga juga turut berkontribusi pada pelemahan
ekspor. Penurunan ekspor juga terjadi pada bahan baku
Investasi diprakirakan tumbuh melambat sejalan
pendukung industri manufaktur di beberapa negara
dengan investasi nonbangunan yang diprakirakan
maju dan Tiongkok. Ke depan, perbaikan ekonomi
tumbuh lebih rendah. Pertumbuhan investasi pada
mitra dagang serta meredanya tensi hubungan dagang
2019 diprakirakan akan berada di kisaran 5,4-5,8%,
antara Amerika Serikat dengan sejumlah negara akan
melambat dibandingkan pencapaian pertumbuhan
mendorong perbaikan ekspor. Pertumbuhan ekspor pada
pada tahun sebelumnya sebesar 6,67%. Pertumbuhan
2020 akan kembali positif dan diprakirakan berada pada
investasi nonbangunan melambat sejalan dengan
kisaran 4,4-4,8%.

38 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


Impor diprakirakan akan menurun lebih dalam Di sisi lapangan usaha (LU), prospek ekonomi
dibandingkan ekspor pada 2019. Pertumbuhan Indonesia dalam jangka pendek akan banyak
impor pada 2019 diprakirakan berada pada kisaran ditopang oleh sektor tersier1 (Tabel 4.3). Prospek
-3,4 - -3,0%. Penurunan pertumbuhan impor tersebut ekonomi global yang lebih rendah dan harga komoditas
disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor dan yang menurun pada 2019 menyebabkan kinerja di
perlambatan kinerja investasi nonbangunan. Penurunan sektor primer dan sektor sekunder mengalami kendala.
harga komoditas dunia memengaruhi ekspansi bisnis Sektor tersier diprakirakan meningkat dan menjadi
perusahaan tambang berorientasi ekspor, sehingga salah satu pendukung utama terus berlangsungnya
menurunkan permintaan impor barang modal seperti alat momentum pertumbuhan ekonomi. Prakiraan
berat, mesin dan perlengkapan. Impor barang konsumsi peningkatan pertumbuhan sektor tersier bersumber
diperkirakan juga akan menurun sejalan dengan upaya dari LU pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh
Pemerintah untuk mendorong penggunaan produk meningkat, didorong oleh perkembangan ekonomi
dalam negeri. Bauran kebijakan yang ditempuh untuk dan keuangan digital, dan upaya Pemerintah dalam
mengurangi defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan memperluas cakupan jaringan broadband di berbagai
mulai menahan laju impor, antara lain pengurangan daerah. Perluasan dan penguatan cakupan jaringan
impor migas sejalan dengan penerapan kebijakan B-20 broadband ini diperkirakan akan turut mendorong
serta penerapan pengaturan Tingkat Kandungan Dalam kinerja LU perdagangan, hotel, dan restoran (PHR),
Negeri (TKDN) terutama bagi proyek-proyek infrastruktur yaitu peningkatan perdagangan retail dan logistik
Pemerintah. Sejalan dengan prospek ekonomi global ekspedisi pendukung e-commerce. Pertumbuhan sektor
yang akan lebih baik pada 2020 diprakirakan akan tersier juga didukung oleh kinerja jasa keuangan yang
turut mendorong kembali impor untuk mendukung meningkat baik pada perbankan maupun nonperbankan.
perbaikan kinerja ekspor dari LU industri pengolahan Peningkatan kinerja sektor tersier juga didukung oleh
dan LU pertambangan dan penggalian, serta investasi
1 Sektor tersier meliputi LU: 1) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan
nonbangunan. Dengan perkembangan tersebut, Pengadaan Air; 2) Konstruksi; 3) Perdagangan dan Penyediaan
pertumbuhan impor pada 2020 diprakirakan masih akan Akomodasi dan Mamin; 4) Transportasi, Pergudangan, Informasi
dan Komunikasi; 5) Jasa Keuangan, Real Estate dan Jasa
meningkat dan berada pada kisaran 3,1-3,5%. Perusahaan; dan 6) Jasa-jasa lainnya

Tabel 4.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


%, yoy

2018 2019
Komponen PDB Lapangan Usaha 2017 2018 2019^ 2020^
I II III IV I
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,91 1,81 2,2 - 2,6 3,6 - 4,0
Pertambangan dan Penggalian 0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 2,16 2,32 1,8 - 2,2 1,4 - 1,8
Industri Pengolahan 4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,27 3,86 3,7 - 4,1 3,8 - 4,2
Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air * 1,76 3,33 7,29 5,62 5,64 5,47 4,48 4,4 - 4,8 4,7 - 5,1
Konstruksi 6,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,09 5,91 6,0 - 6,4 6,1 - 6,5
Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** 4,63 5,02 5,29 5,39 4,68 5,10 5,38 5,1 - 5,5 5,1 - 5,5
Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** 9,12 8,12 6,70 7,01 6,35 7,03 7,35 7,4 - 7,8 7,4 - 7,8
Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** 5,43 4,63 4,22 4,47 6,13 4,87 7,33 6,7 - 7,1 6,7 - 7,1
Jasa-jasa Lainnya***** 4,37 6,01 6,85 7,68 6,82 6,85 7,13 5,7 - 6,1 5,5 - 5,9
PDB 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,0 - 5,4 5,1 - 5,5
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air
**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan
***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi
****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan
*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya
Sumber: BPS; ^Proyeksi Bank Indonesia

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 39


program pemerintah dalam pengembangan pariwisata pertumbuhan di LU industri pengolahan. Kinerja
sebagai bagian dari kebijakan mengurangi defisit neraca industri otomotif diperkirakan melambat terindikasi dari
transaksi berjalan. Selain itu, kinerja LU konstruksi tingkat penjualan kendaraan bermotor yang mengalami
diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi dipengaruhi oleh penurunan. Di samping itu, kinerja industri tekstil
penyelesaian proyek-proyek infrastruktur yang masih dan produk tekstil juga diperkirakan melambat akibat
akan berlanjut serta sektor properti yang masih akan penurunan permintaan ekspor.
terus berkembang.
Secara keseluruhan, prospek pertumbuhan ekonomi
Kinerja sektor primer2 pada 2019 diprakirakan pada 2019 dan 2020 tetap berada dalam lintasan
melambat dan mulai akan membaik kembali pada perbaikan di tengah risiko dinamika ekonomi
2020. Prospek ekonomi global yang melambat dan global yang masih mengemuka (Grafik 4.3).
penurunan harga komoditas dunia akan berdampak Tantangan eksternal berasal dari prospek pertumbuhan
pada penurunan kinerja LU pertanian, kehutanan dan ekonomi dunia yang melambat, serta ketidakpastian
perikanan pada 2019, terutama dari produk ekspor pasar keuangan dunia yang meningkat dipengaruhi
berbasis SDA pertanian dan perkebunan. Namun oleh eskalasi perang dagang AS dan Tiongkok.
demikian, produksi kelapa sawit diperkirakan tetap Ketidakpastian tersebut kembali memicu peralihan modal
tinggi untuk memenuhi kebutuhan domestik sejalan dari negara berkembang ke negara maju, meskipun
dengan implementasi kebijakan biodiesel B-20. Di respon kebijakan moneter global mulai melonggar.
samping itu, kinerja LU pertambangan dan penggalian Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia
pada 2019 juga diprakirakan melambat sejalan dengan yang melambat, harga komoditas global diprakirakan
pelemahan harga komoditas dunia, termasuk minyak menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode
mentah. Pelemahan juga terkait dengan permasalahan terakhir dipengaruhi faktor geopolitik. Perkembangan
dari sisi produksi, terutama pada tambang nikel dan ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut
tembaga. Survei kegiatan dunia usaha juga masih memberikan tantangan dalam upaya menjaga stabilitas
menunjukkan investor belum cukup optimis terhadap eksternal baik untuk mendorong ekspor maupun
perbaikan LU pertambangan dan penggalian seiring menarik modal asing. Dari domestik, tantangan yang
dengan penurunan harga komodias dunia tersebut. dihadapi ekonomi Indonesia antara lain terkait dengan
Prospek ekonomi global yang akan lebih baik pada upaya menurunkan defisit neraca transaksi berjalan
2020 diprakirakan akan turut mendorong perbaikan berada pada level yang sehat. Percepatan pembangunan
harga komoditas, sehingga akan mendorong perbaikan infrastruktur dan serangkaian kebijakan reformasi
sektor primer, terutama melalui peningkatan ekspor SDA struktural, termasuk deregulasi untuk memperbaiki iklim
komoditas pertanian.
Grafik 4.3 Fan Chart Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja sektor sekunder3 yaitu LU industri %yoy
pengolahan diprakirakan melambat pada 2019 8
10% CI
dan 2020. Pertumbuhan LU industri pengolahan pada 20% CI
7
diprakirakan tumbuh lebih rendah dari perkiraan dari 30% CI
pencapaian pertumbuhan tahun sebelumnya. Hal ini 40% CI
6,
sejalan dengan pelemahan pertumbuhan ekonomi 5,17 5,18 50% CI
global yang merambat dampaknya pada melemahnya 5 60% CI
5,07 70% CI
produksi industri pengolahan berbasis ekspor, sehingga
menyebabkan berkurangnya impor bahan bahan baku 4 80% CI
dan barang modal. Permintaan domestik yang belum 90% CI
cukup tinggi serta ekspor produk berbasis manufaktur 3 PDB Historis
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
yang menurun juga semakin menurunkan ekspektasi
2015 2016 2017 2018 2019 2020
2 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian Sumber: Bank Indonesia
3 Sektor usaha sekunder meliputi: 1) LU Industri Pengolahan

40 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia


investasi yang ditempuh selama ini diharapkan dapat harga global yang minimal, serta nilai tukar yang
semakin memperkuat daya saing dan produktivitas ke stabil. Tekanan harga komoditas impor nonmigas yang
depan. masih moderat diperkirakan akan berdampak positif
pada tekanan inflasi yang minimal. Selain itu, kondisi nilai
tukar juga diperkirakan stabil selama tahun 2019. Inflasi
PROSPEK INFLASI inti yang terkendali juga didukung oleh ekspektasi inflasi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2019 yang terjangkar dalam rentang sasaran yang tercermin
diperkirakan berada di bawah titik tengah kisaran pada ekspektasi inflasi Consensus Forecast April 2019
sasaran inflasi 3,5±1% pada 2019 (Grafik 4.4). yang mencapai 3,20% (rata-rata yoy), lebih rendah dari
Terjaganya tingkat inflasi pada 2019 dipengaruhi perkiraan sebelumnya (3,50%, rata-rata yoy).
oleh terkendalinya inflasi volatile food sejalan dengan Sebaliknya, inflasi administered prices diperkirakan
terjaganya pasokan bahan pangan dan turunnya harga lebih tinggi dari proyeksi semula seiring dengan
pangan global. Selain itu, inflasi inti juga diperkirakan tingginya inflasi tarif angkutan udara dan tarif
masih rendah sejalan dengan terkendalinya ekspektasi kereta api pada periode HBKN. Tingginya inflasi tarif
inflasi serta nilai tukar rupiah yang stabil. Risiko kenaikan angkutan udara dan kereta api diperkirakan terutama
inflasi berasal dari risiko meningkatnya harga bahan terjadi pada periode HBKN (bulan Mei dan akhir tahun).
pangan dan kecenderungan harga minyak dunia yang Meskipun demikian, tekanan inflasi administered prices
meningkat dan mengakibatkan kenaikan harga BBM di diperkirakan tertahan seiring dengan adanya kebijakan
dalam negeri. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah Pemerintah untuk menekan harga tiket angkutan udara
dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi dengan menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) angkutan
akan terus diperkuat baik di tingkat pusat dan daerah udara . Kebijakan tersebut berlaku efektif 18 Mei 2019
melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim melalui Keputusan Menhub No 106 Tahun 2019 tentang
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Koordinasi TPIP dan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi
TPID tetap akan difokuskan pada empat kebijakan utama Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
(4K) yakni terkait Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan
Pada tahun 2020, inflasi IHK diprakirakan tetap
harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif.
terjaga dalam rentang sasaran inflasi 3,0±1%
Inflasi volatile food diperkirakan masih terkendali, dengan dukungan berbagai kebijakan dan
lebih rendah dibandingkan perkiraan semula. Lebih koordinasi pengendalian inflasi. Terkendalinya inflasi
rendahnya perkiraan inflasi volatile food dipengaruhi oleh 2020 pada kisaran sasaran akan ditopang terjaganya
pasokan bahan pangan yang masih terjaga. Harga beras tekanan harga dari sisi permintaan, terkendalinya
di akhir tahun diperkirakan masih akan stabil sejalan volatile foods dan administered prices, serta tetap
dengan masih tingginya pasokan dan terjaganya stok terjangkarnya ekspektasi inflasi. Terkendalinya inflasi juga
Bulog, meskipun diperkirakan akan sedikit meningkat sejalan dengan semakin rendahnya biaya transportasi
sejalan dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional dan logistik akibat kondisi infrastruktur yang semakin
(HBKN). Harga cabai merah, daging ayam ras, dan memadai (Grafik 4.4). Bank Indonesia tetap mencermati
telur ayam ras juga diperkirakan masih akan terkendali berbagai risiko yang dapat memengaruhi perkembangan
sejalan dengan pasokan yang masih memadai. Selain itu, inflasi ke depan, termasuk perkembangan harga minyak
harga pangan global, terutama komoditas gula, jagung, dunia dan implikasinya terhadap harga bahan bakar
kedelai, gandum, daging ayam, dan bawang putih yang minyak domestik. Konsistensi kebijakan Bank Indonesia
lebih rendah juga menjadi faktor pendorong inflasi dalam pencapaian sasaran inflasi, disertai koordinasi
volatife food yang terkendali. yang erat dengan pemerintah dalam pengendalian
Sama halnya dengan inflasi volatile food, inflasi inflasi di tingkat pusat dan daerah diyakini akan dapat
inti diperkirakan tetap rendah didukung oleh membawa inflasi 2020 tetap rendah dan stabil dalam
ekspektasi inflasi yang masih terkendali, tekanan kisaran sasarannya.

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 41


RISIKO INFLASI Grafik 4.4 Fan Chart Proyeksi Inflasi
% yoy
Dalam jangka pendek, risiko inflasi yang perlu 8 10% CI
dicermati antara lain terkait kenaikan harga bahan 7 20% CI
pangan dan masih tingginya tarif transportasi
6 30% CI
menjelang HBKN, serta harga minyak yang
5 40% CI
cenderung meningkat. Sesuai pola musiman
menjelang HBKN, permintaan masyarakat akan bahan 4 50% CI
3,13
pangan cenderung meningkat sehingga mendorong 3 60% CI
2,88
kenaikan harga bahan pangan. Selain meningkatnya 2,48 2 70% CI
permintaan, risiko kenaikan harga bahan pangan 1 80% CI
juga diperkirakan bersumber dari gangguan pasokan
0 90% CI
komoditas bawang merah dan bawang putih. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Meskipun demikian, kenaikan harga kedua komoditas 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Inflasi Historis
tersebut diperkirakan bersifat temporer seiring dengan Sumber: Bank Indonesia
masuknya pasokan impor (bawang putih) dan masuknya
musim panen (bawang merah). Tarif transportasi juga dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
diperkirakan tinggi menjelang HBKN (Mei dan akhir daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil
tahun). Selain itu, harga minyak dunia yang cenderung yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran
meningkat juga berisiko meningkatkan tekanan inflasi sasaran inflasi 3,5±1% pada 2019. Koordinasi dengan
apabila terjadi kenaikan harga BBM di dalam negeri, baik Pemerintah dan otoritas terkait juga ditempuh dalam
BBM bersubsidi maupun nonsubsidi. Mencermati hal mengendalikan inflasi pada bulan suci Ramadan dan hari
tersebut, Bank Indonesia akan tetap konsisten menjaga raya Idulfitri 1440 H.
stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan

42 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2019 Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai