Anda di halaman 1dari 20

Penjualan Angsuran Aset

Tetap & Kegagalan


pelunasan angsuran aset
tetap
Akuntansi Keuangan Lanjutan
Kelompok 3
1. Muhammad Hamzah Ulhaq (016 )
2. Elisa Dwi Mahardini ( 022 )
3. Anastavia Dwi Ariyanti ( 024 )
4. Tiara Aprilia ( 026 )
5. Zahwa Salsabila ( 047 )
6. Zahra Ais Khafidoh (049 )
7. Dara Nadhilah (051 )
8. Fatmawati Risquina Dewi ( 054 )
9. Faisal Akhsan (033)
Penjualan Angsuran Aset Tetap
Definisi Penjualan Angsuran Aset Tetap

Penjualan angsuran aset tetap adalah penjualan aset tetap seperti tanah, bangunan dan sejenisnya yang
pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Biasanya
pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut :
1.      Adanya down payment atau uang muka
2.      Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran

Penjualan angsuran aset tetap biasanya dilakukan oleh perusahaan real estate , penjualan angsuran
aset tetap akan langsung mengakui laba kotor belum direalisasikan dan harga pokok penjualan akan
dicatat sebagai penjualan sedangkan selisih antara harga pokok dengan harga penjualan akan dicata
sebagai laba kotor belum direalisasikan.

Penjualan cicilan atas aset tetap akan dijalankan perusahaan selama ada keuntungan yang diperoleh
dari aktivitas tersebut. Nah bagaimana cara mencatat penjualan angsuran aset tidak bergerak atau
sering disebut dengan aktiva tetap.
Metode pengakuan keuntungan pada penjualan angsuran aset tetap

Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aset tetap dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu:

1. Metode laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan.


Ketika dilakukan pencatatan penjualan angsuran, pada saat itu juga dilakukan pengakuan laba
atas penjualan tersebut. Pada saat penerimaan angsuran, selain mencatat jumlah angsuran,
perusahaan juga melakukan pencatatan pendapatan bunga. Bunga tersebut dihitung dari jumlah saldo
piutang periode sebelumnya. Ketika akhir tahun, perusahaan perlu mencatat bunga yang masih harus
diterima (jika ada), membuat jurnal penutup dan jurnal balik. Laba penjualan angsuran diakui
sebagai laba dalam laporan rugi/laba melalui jurnal penutup (Arifin, 2002; Hadori dan Harnanto,
2010).
 
Metode pengakuan keuntungan pada penjualan angsuran aset tetap

2. Metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas dari penjualan angsuran.
Ketika dilakukan pencatatan penjualan angsuran, laba penjualan dicatat dalam rekening labakotor
belum direalisasi (LKBD). Pengakuan LKBD sebagai laba kotor yang direalisasi (LKD) dilakukan pada
akhir tahun dengan membuat jurnal penyesuaian. Jumlah LKD yang diakui sebesar % laba kotor
dikalikan dengan jumlah kas yang diterima dari pelunasan angsuranselama periode berjalan. LKD
tersebut ditutup ke rekening laba/rugi sehingga LKD ini menjadi laba yang diakui dalam laporan
laba/rugi periode bersangkutan. LKBD yang belum disesuaikan ke LKD (saldo LKBD akhir tahun)
disajikan dalam neraca pada kelompok hutang. Perhitungan, pencatatan bunga dan penyesuaiannya serta
penyusunan jurnal penutup dan jurnal balik padaakhir tahun sama dengan metode yang pertama (Arifin,
2002; Hadori dan Harnanto, 2010).

 
Contoh Kasus
Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode
pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.
Contoh :
Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah
dengan harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga
Rp.400.000.000,00 ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan
setiap semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang
muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.
 Diminta :
·      Buat skedul pembayaran angsurannya
·      Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor
diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan
kas.
 
 
Penyelesaian
1.      Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )
Angsuran ke Tgl bayar Bunga Angsuran Jml Sisa harga
pembayaran kontrak
1 Sept 05 - - - 4.000.000
(U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000
I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000
II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000
III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000
IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000
V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000
VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000
VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000
VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000
IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000
X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0
Jumlah Total 880.000 4.000.00 4.880.000 -
0
 2.      Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan :
a.   metode laba kotor diakui saat periode penjualan.
 Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
 (dalam ribuan rupiah)  
Keterangan transaksi Jurnal
1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : Kas                            800.000     
10 x Rp 400.000      = 4.000.000 Piutang angsuran    3.200.000
uang muka  20%      =    800.000 Rumah                           3.000.000
HP rumah : Laba penjualan angs       1.000.000
10 x Rp 300.00        = 3.000.000
2. Ajp tgl 31 Des 05 : Piutang bunga            106.667
Bunga yang masih harus diterima 4 bulan    Pendapatan bunga                   106.667
( 1 Sept sd 31 Des 05)  
   4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667   
3.      Jurnal penutup tgl 31 Des 05 : Laba penjualan angs  1.000.000
Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga        106.667
rugi     Iktisar laba rugi                      1.106.667

4.      Jurnal balik tgl 1 Jan 06 : Pendapatan bunga      106.667


      Reversal entries atas bunga yang akan      Piutang bunga                       106.667
diterima th. 2005
5.      Penerimaan angsuran I Kas                             480.000
Tgl 1 Maret 06 :      Piutang angsuran                    320.000
Angsuran pokok : 3.200.000/10      Pendapatan bunga                  160.000
                                             =  320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
                                 =  160.000

6.      Penerimaan angsuran II Kas                              464.000


      Tgl 1 Sept 06      Piutang angsuran                   320.000
Angsuran pokok      =  320.000      Pendapatan bunga                 144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 –
320.000) = 144.000

7.      Ajp tgl 31 Desember 06 : Piutang bunga               85.333


Bunga yang masih harus diterima 4 bln      Pendapatan bunga                   85.333
4/12 x 10% x  (3.200.000 – 640.000)  = 
85.333

Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini


pada tahun kedua sudah tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan
angsuran rumah.
 
b.   Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi Jurnal
1.      Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : Kas                            800.000     
10 x Rp 400.000      = 4.000.000 Piutang angsuran    3.200.000
uang muka  20%      =    800.000      Rumah                               3.000.000
HP rumah :      LKBD                               1.000.000
10 x Rp 300.00        = 3.000.000
2.    Ajp tgl 31 Des 05 :  
a.    Bunga yang masih harus diterima 4 Piutang bunga            106.667
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)      Pendapatan bunga                106.667
      4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667  
   
b.    Penyesuaian LKBD atau Laba kotor LKBD                       200.000
direalisasi (LKD)      LKD                                     200.000
% laba kotor :  
1.000.000  x 100% = 25%
4.000.000
 
Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp
800.000.000 (down payment). Jadi LKD
th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp
200.000.000
3.    Jurnal penutup tgl 31 Des 05 : LKD                             200.000
     Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga        106.667
rugi     Iktisar laba rugi                     306.667
4.    Jurnal balik tgl 1 Jan 06 : Pendapatan bunga       106.667
           Reversal entries atas bunga yang      Piutang bunga                      106.667
akan diterima th. 2005
5.    Penerimaan angsuran I Kas                             480.000
Tgl 1 Maret 06 :   Piutang angsuran                  320.000
Angsuran pokok : 3.200.000/10 =  320.000      Pendapatan bunga                160.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
=  160.000

6.    Penerimaan angsuran II Kas                              464.000


     Tgl 1 Sept 06      Piutang angsuran                 320.000
Angsuran pokok      =  320.000      Pendapatan bunga               144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 –
320.000) = 144.000
7.    Ajp tgl 31 Desember 2006  
a.    Ajp bunga yang masih harus diterima 4 Piutang bunga                  85.333
bln ( 1 Sept sd 31 Des 06)     Pendapatan bunga                  85.333
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) = 85.333  
   
b.    Penyesuaian LKBD  
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp  
64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD LKBD                           160.000         
th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 = Rp     LKD                                    
160.000.000 160.000

8.    Jurnal penutup tgl 31 Des 06 : LKD                              160.000


     Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga           85.333
rugi     Iktisar laba rugi                    245.333
9.    Jurnal balik tgl 1 Jan 07 : Pendapatan bunga          85.333
           Reversal entries atas bunga yang      Piutang bunga                      
akan diterima th. 2006 85.333
Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :
1. Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada besarnya kas
yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 jurnal LKD
sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp 160.000.000. Hal ini
disebabkan karena jumlah kas yang diterima selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas
yang diterima pada tahun 2006.
2. Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun 2006,
perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin kecil karena bunga
dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok pinjaman akan semakin kecil karena
adanya pelunasan ditahun sebelumnya
Kegagalan pelunasan piutang angsuran aktiva tetap
Terjadi apabila si pembeli tidak mampu untuk melunasi angsurannya,  maka ini berarti
seluruh laba yang diperhitungkan tidak dapat semuanya direalisasikan. Dengan adanya
kegagalan pelunasan ini, biasanya aktiva tetap  yang terjual dimiliki kembali oleh si penjual
dan aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva  tetap tersebut
ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran angsuran yang telah dibayar oleh
pembeli tidak dapat diminta kembali oleh pembeli.
Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut maka pihak penjual akan mengakui
adanya laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba atau rugi pemilikan kembali yang
diakui tergantung pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
 
• Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui pada saat penjualan, laba atau rugi
dihitung dengan cara membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan
jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.
• Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui proposional dengan penerimaan kas
maka laba atau rugi dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah
pengurangan laba kotor yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi
Contoh Kasus

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan pelunasan
penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.
 Contoh :
 
Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap dengan harga pokok
Rp.80.000.000, dan dijual dengan harga Rp 100.000.000. Uang muka ditentukan
sebesar Rp. 30.000.000, dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah membayar
angsuran sejumlah Rp 40.000.000, pembeli menyatakan tidak mampu lagi untuk
melunasi sisa angsurannya, akibatnya aktiva tersebut ditarik kembali oleh
pengusaha tersebut dan nilai pada saat dimiliki kembali oleh penjual adalah
Rp.28.000.000.
Penyelesaian

 Penyelesaian kasus diatas adalah pengusaha tersebut akan membuat jurnal dan melakukan
perhitungan sebagai berikut:
1.  Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat penjualan.
Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi kemudiaan
dibandingkan dengan nilai pemilikan kembali aktiva tetap. 

Jumlah piutang angsuran awal adalah:Rp. 100.000.000 – Rp. 30.000.000             = Rp. 70.000.000
Jumlah angsuran yang telah dibayar                     = Rp. 40.000.000
Piutang angsuran yang belum dibayar      = Rp. 30.000.000
 
Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap     = Rp. 28.000.000
Rugi pemilikan kembali                      = Rp.  2.000.000
Jurnal yang dibuat :

Aktiva tetap                              Rp. 28.000.000


 Rugi pemilikan kembali             Rp.  2.000.000
 Piutang Angsuran                                    Rp. 30.000.000
2. Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsionil dengan penerimaan
kas.
Cara perhitungan laba rugi pemilikan kembali adalah sebagai berikut :
• Menghitung Tingkat laba kotor = 

Rp. 100.000.000 – Rp. 80.000.000  ´ 100 % = 20 %


  Rp. 100.000.000

• Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:


 Rp. 70.000.000 – Rp. 40.000.000 = Rp. 30.000.000

• Laba Kotor yang Belum Direalisasi ( LKBD ) harus disesuaikan     ( dikurangi ) sebesar 20 % x Rp
30.000.000 = Rp.6.000.000
Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah:
Aktiva tetap                              Rp. 28.000.000
 LKBD                                      Rp.  6.000.000

Piutang angsuran                                     Rp. 30.000.000


Laba pemilikan kembali                          Rp.  4.000.000
Thank You
Stay at Home, Stay Creative!

Anda mungkin juga menyukai