Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK

3A
ANGGOTA
● Putu Ayunika Saraswati (012011133043)
● Putu Lovina Indra Prameshvari (012011133044)
● Sarah Rizqiya Zahiya Muharrika Dias Syukriyah (012011133045)
● Farhan Ubaidillah Ramadhan (012011133046)
● Evania Nakhwah Saraswati (012011133047)
PRAKTIKUM
3
kASUS 1

1. Seorang lelaki datang ke IGD dengan keluhan benjolan di


betis. Benjolan sudah muncul sejak 5 hari yg lalu. Tampak
kulit berkilat, kemerahan, menonjol, nyeri tekan dan ada
titik tipis yang tampak nanah di dalamnya.
Setelah dibuka benjolannya, didapatkan nanah kuning
kental disertai darah. Dasar luka diswab kemudian swab
dimasukkan media transport.
kASUS 1
Setelah ditanam dan dilakukan uji identifikasi didapatkan hasil
Staphylococcus aureus
1. Sebutkan tahapan yang dilakukan sehingga didapatkan
hasil tersebut?
2. Sebutkan dan jelaskan tes untuk membedakan
Staphylococcus yang patogen dan non-patogen?
3. Apa terapi yang saudara berikan pada pasien ini?
Jawaban:
1. Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
a. Pengambilan spesimen pada dasar luka
b. Swab dimasukkan ke dalam media transport
c. Dilakukan pewarnaan gram untuk menggolongkan bakteri tersebut
termasuk bakteri gram (+) atau gram (-). Jika bakteri yang didapatkan kurang
dapat dilakukan kultur bakteri terlebih dahulu.
d. Dilakukan uji katalase untuk membedakan antar bakteri gram (+). Dalam hal
ini antara Staphylococcus dan golongan Streptococci serta Enterococci.
e. Untuk menentukan bahwa, mikroorganisme tersebut merupakan
staphylococcus aureus terdapat 3 pilihan test:
● Uji koagulase
● Mannitol Salt Agar (MSA)
● Uji hemolisat
Tujuan dari penegakan diagnosis, yakni untuk memastikan spesies bakteri
penyebab penyakit (yaitu Staphylococcus aureus) serta antibiotiknya
Jawaban:
2. Dalam membedakan Staphylococcus patogen dan non patogen, dapat
dilakukan tes koagulasi. Prinsip tes ini adalah mengubah fibrinogen
menjadi fibrin sehingga dihasilkan suatu aglutinasi. Staphylococcus
aureus yang bersifat patogen memberikan hasil koagulase positif karena
mengandung enzim koagulase.

3. Terapi yang dapat diberikan adalah vancomycin.


KASUS 2
Seorang laki-laki datang ke IGD dengan keluhan sakit perut. 4 jam
sebelumnya pasien ini makan mie ayam di warung pinggir jalan. Pasien
mual, muntah, sakit perut dan diare. Tidak ada demam, diare cair tidak
berdarah dan tidak berlendir.
1. Bagaimana saudara menegakkan diagnosis pada kasus ini?
2. Apa terapi yg saudara berikan kepada pasien ini?
3. Sebutkan 2 bakteri penyebab keracunan makanan? Dan pada pasien ini
bakteri apa yang menjadi penyebabnya?
JAWABAN:
1. Dalam menegakkan diagnosis, dapat dilakukan swab hidung
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
a. Pengambilan spesimen pada hidung dengan melakukan swab.
b. Swab dimasukkan ke dalam media transport
c. Dilakukan pewarnaan gram untuk menggolongkan bakteri tersebut
termasuk bakteri gram (+) atau gram (-). Jika bakteri yang didapatkan
kurang dapat dilakukan kultur bakteri terlebih dahulu.
d. Dilakukan uji katalase untuk membedakan antar bakteri gram (+).
e. Untuk menentukan bahwa, mikroorganisme tersebut merupakan
staphylococcus aureus terdapat 3 pilihan test:
● Uji koagulase
● Mannitol Salt Agar (MSA)
● Uji hemolisat
f. Jika mikroorganisme tersebut bukan Staphylococcus aureus, maka dapat
dilakukan Novobiocin test untuk membedakan Staphylococcus epidermidis
da staphylococcus saprophyticus. Hal ini dilakukan karena Staphylococcus
epidermidis juga dapat menjadi penyebab keracunan makanan
JAWABAN:

2. Terapi yang dapat diberikan adalah vancomycin

3. Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis (opportunistic infections)


adalah contoh bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Pada
pasien ini, bakteri yang menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus
KASUS 3
Seorang pemuda datang ke tempat praktek saudara dengan keluhan keluar nanah
dari kakinya. 1 tahun yang lalu pasien ini mengalami kecelakaan sehingga kakinya
patah dan dipasang pen. Kurang lebih 3 bulan yang lalu keluar nanah dari kaki yang
dipasang pen sedikit-sedikit dan tidak nyeri sehingga dibiarkan oleh pasien, pasien
hanya membeli obat antibiotika sendiri untuk mengobati sakitnya. Setelah minum
obat, luka menyembuh dan nanah tidak keluar lagi sehingga pasien berhenti minum
obat. Sebulan yang lalu nanah keluar lagi dari tempat yang sama dan pasien
membeli antibiotika (amoksisilin) seperti sebelumnya tetapi luka tidak sembuh dan
nanah tetap keluar.
1. Apa yang saudara lakukan untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini?
2. Tes apa yang saudara lakukan untuk memastikan bakteri dan antibiotika yang
sesuai untuk pasien ini?
3. Mengapa terjadi kasus resistensi pada pasien ini? Jelaskan 3 mekanisme
resistensi terhadap antibiotika?
JAWABAN:
1. Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
a. Pengambilan spesimen pada luka dengan melakukan swab.
b. Swab dimasukkan ke dalam media transport
c. Dilakukan pewarnaan gram untuk menggolongkan bakteri tersebut
termasuk bakteri gram (+) atau gram (-). Jika bakteri yang didapatkan
kurang dapat dilakukan kultur bakteri terlebih dahulu.
d. Dilakukan uji katalase untuk membedakan antar bakteri gram (+).
e. Untuk menentukan bahwa, mikroorganisme tersebut merupakan
staphylococcus aureus terdapat 3 pilihan test:
● Uji koagulase
● Mannitol Salt Agar (MSA)
● Uji hemolisat
f. Jika mikroorganisme tersebut bukan Staphylococcus aureus, maka dapat
dilakukan Novobiocin test untuk membedakan Staphylococcus epidermidis
da staphylococcus saprophyticus. Hal ini dilakukan karena Staphylococcus
epidermidis merupakan flora normal pada kulit dan opportunistik (jika
immunocompromised) dapat menjadi patogen
JAWABAN:
2. Untuk memastikan bakteri serta menentukan antibiotik yang cocok dilaksanakan
a. Pewarnaan gram
b. Uji Katalase
c. Uji Koagulase
d. Manitol Salt Agar (MSA)
e. Uji Novobiocin
f. Deteksi bakteri MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus)
Tes antibiotik juga dapat dilakukan pada media Mueller-hinton dengan metode
difusi atau dilusi.

3. Bakteri penyebab penyakit menjadi resisten karena sering dipaparkan pada


antibiotik tersebut. Mekanisme resistensi antibiotik, yaitu:
● Inaktivasi enzimatik
● Mengubah permeabilitas terhadap obat
● Mengubah sasaran struktural
● Melewati jalan metabolik lain yang tidak dihambat obat
REFERENSI

Alimsardjono, L. dkk.., 2019. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Penyakit


Infeksi. 2nd ed. Surabaya: Sagung Seto.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai