Anda di halaman 1dari 123

Bahan Tambahan Sediaan Semi Solid

Kelompok 3
Agung Kristiyanto (1306402135) M. Fridho Damora Hrp. (1306480591)
Aisyah Nur Saadah (1306402135) Mia Yuliana Pratiwi (1306377524)
Aryati Ekasary (1306377455) Nurul Aisyah (1306480143)
Cheputri Rahma (1306397116) Putu Dewi Pramesti (1306405420)
Dwita Medya Pangesti (1306376994) Sung Endah (1306479886)
Faatichatun Naja (1306376881) Yuditya Artha (13064045401)
Ganesya Rita Putri (130680446)
Hana Ghina Chairunissa (1306376976)
Outline

1. Pendahuluan
2. Antioksidan
3. Humektan
4. Peningkat Penetrasi
5. Pewarna dan Fragrance
6. Bahan Pengental
7. Penyesuai pH dan Sistem Buffer
8. Pengawet
9. Bahan Pengompleks
10. Antifoaming Agent
11. Foaming Agent
Bahan yang digunakan sebagai pelengkap Meningkatkan estetika dan rasa

Eksipien

Pada seediaan semi solid meliputi


Umumnya bertujuan untuk menstabilkan antioksidan,humektan antifoam, foaming
bahan aktif atau bahan lain agent,flavoring,colouring,fragrance,ph
adjustment,dll

Ansel,Pharmaceutical Dosage Forms andDrug Delivery


Systems; ninth edition; 2009
Berikut beberapa daftar eksipien

Ansel,Pharmaceutical Dosage Forms andDrug Delivery


Systems; ninth edition; 2009
Ansel,Pharmaceutical Dosage Forms andDrug Delivery
Systems; ninth edition; 2009
Antioksidan
Aryaty Ekasary
1306377455
Aisyah Nur Saadah
1306480585
Antioksidan
Bisa terjadi
pada bahan
logam

Menunda atau
Radikal memperkecil Sinar
Bebas
laju reaksi matahari

oksidasi

Karna adanya
bahan lemak
atau minyak

Note for Guidance on Excipients, Antioxidant and


Antimicrobial preservatives in The Dossier for
Application for Marketing Authorisation of A Medicinal
Product
Mekanisme Antioksidan

Autoxidation Antioxidant

 Terdiri dari 3 tahap:


a. Initiation  Antioksidan bekerja dengan
memberikan atom hidrogen ke radikal
Munculnya agen-agen radikal bebas
bebas  produk non radikal yang
seperti singlet oksigen yang muncul
lebih stabil
akibat cahaya
 Antioksidan bereaksi dengan molekul
b. Propagation
hidroperoksida untuk mencegah
Terbentuknya molekul bereaksi dengan molekul yang lain,
hidroperoksida khususnya lipid.
c. Termination
Hilangnya molekul peroksida akibat
reaksi dengan antioksidan
Proses autoxidation tidak hanya terjadi pada lipid
tetapi juga dapat terjadi pada logam dengan
meningkatkan nilai valensi positif elemen.
Tipe Antioksidan

Note for Guidance on Excipients, Antioxidant and


Antimicrobial preservatives in The Dossier for
Application for Marketing Authorisation of A
Medicinal Product
Pengelompokan Berdasarkan Sumbernya

• Hasil ekstraksi bahan alam

Antioksidan • Cth: golongan flavonoid, turunan


asamsinamat,tokoferol, kumarin, dan
Alami asam-asam organik polifungsional

• Diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia

Antioksidan • Cth : BHA, BHT, propil galat. Dan L


tokoferol.
Sintetik
Antioksidan yang Ideal
Stabil dan efektif
Efektif pada
pada rentang pH dan
konsentrasi rendah Soluble
temperatur yang
dan nontoksik
besar

Kompatibel dengan Odorless dan tidak


Reasonable cost
bahan tambahan lain mempenegaruhi rasa

unreactive
Antioksidan

Alami SIntesis

Asam Askorbat

Propil galat
Asam Sitrat

BHT
Guaiac Resin

BHA
Tokoferol
BHA (Butylated
Hydroxsyanisol)

Campuran 2 isomer yaitu 2-tersier-butil-4-


hidroksianisol dan tersier-butil-4-hidroksianisol

Serbuk berwarna putih atau hampir putih, padatan


seperti lilin berwarna kuning lemah, bau aromatik
yang khas

Biasa digunakan dengan dikombinasikan dengan


antoksidan lainnya seperti alkil galat dan asam
sitrat

FDA : tidak boleh lebih dari 0002%


USDA : tidak boleh lebih dari 0,001% dan tidak
lebih dari 0,002% untuk kombinasi
BHA
Typical Properties Method of Manufacture
 Aktivitas antimikroba : Mirip denga,
dan lrutan alkali hidroksidaparaben,  Di siapkan dari reaksi antara p-
sangat baik melawan mold dan bakteri metoksifenol dengan isobutena
gram positif (+)dan lemah melawan
bakteri gram (-).
 Titik didih : 264 C
 Density : 1,11y g/cm3
Safety
 Titik lebur: 47 C BHA diserap di saluran GIT dan di
 Kelarutan : Praktis tidak larut air, larut metabolisme seta diekskreikan di urin
dalam metanol, freely soluble di etanol, sebanyak 1 % dalam bentuk tidak
propilen glikol,kloroform,eter, heksan, berubah selama 24 jam.
minyak kacang, gliseril monooleat dan Precaution
alkali hidroksida Mengiritasi mata dan kulit jika
terinhalasi dapat diatasi dengan ventilasi
ruanga yang baik, gloves dan proteksi
mata.
Stabilitas dan
Incompatibilitas
kondisi
dan Keamanan
penyimpanan
Agen oksidasi dan
Terpapar cahaya 
garam Fe 
discoloration dan
discoloration dan
berkurangnya aktivitas
berkurangnya aktivitas

Simpan di kontainer
yang tertup rapat Non irritant dan non
terlindungi dari sensitif pada level yang
cahaya, di tempat yang telah ditetapkan
kering.
BHT (Butyl
Hidroxytoluene)

Biasa digunakan untuk mencegah


oksidasi dari vitamin oil-soluable

BHT digunakan pada konsentrasi 0,5%-


1,0%. Pada karet alami atau sintesis
untuk mempertahankan stabilitas warna.

Mempuyai efek antiviral  hepes


simpleks
BHT

Typical properties Method Of Manufacture


 Berasal dari reaksi antara p-kresol
dengan isobutena.

Safety
Diserap di saluran GIT dan dimetabolisme serta
diekresikan di urin dlam bentuk konjugat
glukoronida.
Bisa mengiritasi pada kulit tapi aman selama
jumlah yag dipakai sesuai dengan persyaratan.
Precaution
Mengiritasi mata dan kulit jika terinhalasi dapat
diatasi dengan ventilasi ruanga yang baik,
gloves dan proteksi mata. BHT bisa meledak
pada kemasan tertutup rapat p[engaruh tekanan
dan panas
Stabilitas dan
kondisi Incompatibilitas
penyimpanan

Agen oksidasi seperti


permanganat da peroxida 
Cahaya, kelembapan dan pembakaran
pemanasan menyebabkan
Iron salts  discoloration dan
pembakaran
kehilangan aktivitas

Disimpan di tempat tertutup Pemanasan dega asam 


rapat, di tempat yag dingin dan dekomposisi dan menghasilka
kering gas mudah terbakar isobutena
Propil Galat
Ester dari propanol dan asam
trihidroksibenzoat. Berwarna putih atau
bahkan tidak berwarna dan berasa pahit

Jumlah pengguaan:
0,1%  mencegah rancidity lemak dan minyak
0,002%  mencegah oksidasi dari agen pengoksidasi
0,01%  mencegah oksidasi paraldehid

Dapat bersinergis dengan BHA dan BHT.


Memiliki fungsin sebagai anti mikrobial
Propil galat
Physical Properties Method of Manufacture
 Berasal dari esterifikasi 3,4,5-asam
trihidroksibenzoat (asam galat)
dengan n-propanol

Safety
Memiliki potensial menyebabkan sensitisasi,
juga menghasilkan sitogenik efek. Namun
hanya ada beberapa kasus. Selain itu juga
ditemukan adanya dermatitis, dan
methemoglobinemia pada neonatus
Precautions
Menggunakan eye protection dan gloves, selain
itu hati2 terhadap suhu yag terlalu toinggi 
decomposisi  gas beracun
Stabilitas dan
kondisi Instabilitas
penyimpanan

Metalic seperti
Tidak stabil pada sodium,kalium da Fe 
pemanasan kompleks berwarna

Penyimpanan pada
tempat tertutup sempurna Bereaksi dengan material
, ditempat dingin dan pengoksidasi
kering
Asam Askorbat
(Vitamin C)
Digunakan sebagai antioksidan pada
formulasi larutan cair pada konsentrasi 0.01-
0.1%

Digunakan sebagai menyesuaikan pH larutan


untuk injeksi, dan sebagai tambahan untuk
larutan cair oral.

Antioksidan, Agen terapetik


Terbukti berguna sebagai stabilizing agent
Berwarna putih hingga kuning terang,
nonhigroskopis, tidak berbau, serbuk
kristallin atau kristal tidak berwarna
dengan rasa asam yang tajam. Warnanya
akan menghitam ketika terekspos sinar
matahari
• Dalam bentuk serbuk, relatif stabil di dalam air
• Jika tidak ada oksigen dan oksidator lainnya, asam askorbat juga stabil
Stabilitas dalam panas
• Tidak stabil dalam dalam larutan, terutama larutan basa.
& Tempat • Oksidasi dipercepat oleh cahaya dan panas, yang dikatalisasi oleh
adanya tembaga dan besi
Penyimpanan • Maximum stabilitasnya pada pH 5,4
• Disimpan dalam kontainer yang tertutup dan tidak terbuat dari logam,
terlindungi dari cahaya, dan ditempat yang dingin dan kering.

• Basa
• Ion logam berat, terutama tembaga dan besi.
• Oksidator
Incompatibilitas • Methenamin, Fenilefrin hidroklorida, Pirilamin maleat, Salisilamid,
Natrium nitrit, Natrium salisilat, teobromin salisilat, picotamid
• Menginterferensi beberapa colorimetric assays dengan mereduksi
intensitas warna dari warna yang diproduksi.

• Berbahaya dalam pengkonsumsian dalam jumlah banyak dan


Precaution mengiritasi mata.
Asam Sitrat Asam sitrat, baik anhidrat maupun
monohidrat, digunakan luas di formulasi
Monohidrat farmasetika dan produk makanan, terutama
untuk pendapar.

Asam sitrat juga digunakan sebagai perasa


karna asamnya.

Asam sitrat monohidrat dipakai sebagai


pengkelat dan sinergis antioksidan, dan juga
sebagai antikoagulan larutan sitrat
Pengasam, Antioksidan, Pendapar,
pengelat, perasa dan pengawet

Bisa berbentuk kristal tidak berwarna


atau translucent, kristallin putih, serbuk
efflorescent.
Tidak bebau dan memiliki rasa asam
yang kuat.
Stabilitas • Keilangan air kristalisasi di udara kering atau ketika dipanaskan sampai
40°C
& Tempat • Baik asam sitrat monohidrat maupun anhidrat harus disimpan dalam
Penyimpanan kontainer kedap udara di tempat yang dingin dan kering

• Kalium tatrat, alkali dan alkali tanah karbonat dan bikarbonat, asetat
dan sulfida.
• Pengoksidator, pereduksi, dan nitrat
Incompatibilitas • Berpotensi meledak dengan kombinasi dengan logam nitrat
• Ketika penyimpanan, sukrosa dapat mengkristal dari sirup ketika ada
asam sitrat

• Pengkonsumsian jumlah banyak dapat menyebabkan erosi gigi.


• Dapat meningkatkan absorbsi alumunium pada instestinal pada pasien
Precaution dengan gangguan ginjal -> serum alumunium meninggi
• Kontak dengan mata bisa menyebabkan kerusakan serius.
Sumber dari Vit E
Alfa Tekoferol
Alfa tekoferol memiliki efek antioksidan,
tapi bentuk beta, delta dan gammanya lebih
efektif sebagai antioksidan

Digunakan dalam konsetrasi 0,0001-0,05%


v/v

Antioksidan, agen terapetik

Produk alami. Cairan berminyak tidak


berwarna dan jernih, atau kuning
kecoklatan dan kental
Stabilitas • Teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dan teroksidasi cepat
oleh garam perak dan besi
& Tempat • Bentuk esternya lebih stabil terhadap oksidasi -> lebih tidak efektif
• Disimpan di gas inert, kontainer yang kedap udara yang dingin,
Penyimpanan kering dan terlindungi dari matahari

• Peroksida dan ion logam terutama besi, tembaga dan perak.


Incompatibilitas • Bisa terabsorbsi oleh plastik

Precaution
Humektan
Agung Kristiyanto
Definisi Humektan

 Humektan adalah zat yang ditambahkan pada sediaan untuk pemakaian luar untuk
mencegah produk dari pengeringan setelah pemakaian pada kulit (Encyclopedia of
Pharmaceutical Technology, 2007: 995).
 Humektan seperti propilen glikol, gliserol (gliserin), dan sorbitol sering ditambahkan ke
preparasi dermatologis untuk mengurangi penguapan air selama penyimpanan dan
penggunaan.
 Humektan dapat mencegah penguapan air dari permukaan kulit (Encyclopedia of
Pharmaceutical Technology, 2007: 1554).
Mekanisme Humektan

 Humektan bertanggung jawab untuk menarik air dari lapisan bawah kulit dan atmosfer.
 Humektan dapat mengikat molekul dan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
lainnya.
 Karena ikatan hidrogen adalah gaya antarmolekul kuat, humektan dan air dapat
meningkatkan retensi kelembaban dengan meminimalkan kehilangan air dari penguapan.
Humectants are hydrophilic substances, containing hydroxyl groups. They are composed of polar
molecules, and the dipole-dipole interactions between these molecules and the hydrogen-bonding
water molecules allow an attraction to occur, thus allowing for moisture retention.
Humektan pada Formulasi

 Gliserin adalah humektan yang paling murah. Sebagai humektan, konsentrasi gliserin yang
baik adalah tidak lebih dari 30%, propilen glikol berkisar 15%, dan sorbitol 3-15%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., 2009).
Peningkat Penetrasi
(Penetration Enhancer)

Nurul Aisyah
1306480143
Penetration Enchancer
Peningkat penetrasi (Penetration Enchancer) adalah zat yang memfasilitasi
reabsorpsi zat terlarut melintasi membran biologis.
Jenis Peningkat Penetrasi

chelators
• EDTA, citric acid, salicylates, N-acyl derivatives of collagen and enamines;

synthetic surfactants,
• sodium lauryl sulfate and polyoxyethylene-9-lauryl ether;

naturally occurring surfactants,


• bile salts, phospholipids and bile salt analogues seperti sodium taurodihydrofusidate;

fatty acids,
• oleic acid, caprylic acid and caproic acid, and their derivatives seperti acylcarnitines, acetylcholines
and mono-and di-glycerides;

nonsurfactants
• unsaturated cyclic ureas and 1-alkyl and 1-alkenylazacycloalkanone derivatives.

(Hillery, Lloyd & Swarbrick, 2001)


Kriteria Peningkat Penetrasi
(dalam sediaan semi-solid)
Bereaksi cepat, dengan durasi
Tidak menimbulkan efek dapat diprediksi, dan
Spesifik dalam aksinya;
farmakologis; tindakan yang harus
reversibel;

Stabil secara kimia dan fisik


yang , dan kompatibel dengan Tidak berbau dan tidak Tidak beracun, non-alergi dan
semua komponen dari sistem berwarna; tidak menyebabkan iritasi.
penghantaran obat;

Ketika dihilangkan dari kulit,


Harus dapat diterima secara
sifat barrier tersebut harus
kosmetis yang sesuai dengan
kembali secara cepat ke
kondisi kulit
keadaan normal

(Hillery, Lloyd & Swarbrick, 2001) c


Mekanisme dari peningkat penetrasi

Peningkat penetrasi dapat bekerja melalui salah satu atau lebih dari mekanisme berikut, antara
lain :
 Merusak struktur stratum korneum
 Interaksi dengan protein interselular
 Peningkatan partisi obat, coenhancer atau sebagai pelaut ke stratum

Namun, Kekurangan Terkait Penggunaan Peningkat Penetrasi Adalah Potensi Efek


Yang Menggangu Jaringan Epitel

(Pathan & Setty, 2009)


Contoh Peningkat Penetrasi

Surfaktan

Urea

Fosfolipid

Koloid
hidrofilik

(Pathan & Setty, 2009) (Hillery, Lloyd & Swarbrick, 2001)


Colouring Agent



 Ganesya Rita Putri
Definisi

 Zat warna merupakan suatu pigmen


atau zat lain yang dibuat dengan
proses sintesis, ekstraksi, isolasi,
atau cara lain, sehingga diperoleh
dengan atau tanpa perubahan
sebagian atau seluruhnya dari
sayuran, hewan,mineral atau
sumber pewarna lainnya dan
ketika ditambahkan terhadap bahan
makanan, obat, atau kosmetik
mampu bereaksi dengan substansi
lainnya maupun tidak bereaksi
sehingga pada akhirnya dapat
memberikan warna.
 Sebagai bahan tambahan yang tidak boleh
menunjukkan efek terapi
 Pewarnaan dapat meminimalkan interaksi
antara zat atau eksipien lain dengan cahaya
 Pertimbangan pemilihan zat warna
didasarkan pada tipe formulasi
Kriteria
 Inert
 Tidak beracun dan tidak memiliki aktifitas fisiologis
 Merupakan bentuk paling stabil untuk aplikasi yang
digunakan
 Mudah diinkorporasikan ke dalam sistem yang akan
menggunakan zat warna
 Memenuhi kriteria estetika
 Tidak menimbulkan bau dan rasa pada produk
 Tidak menggangggu uji produk
Manfaat
 Membuat obat menjadi lebih menarik dan
elegan (meningkatkan penerimaan pasien)
 Membantu pasien dalam mengenali obat
 Membantu identifikasi (kombinasi dengan
bentuk dan atau emboss) untuk mencegah
pemalsuan produk
 Membantu identifikasi distribusi atau
homogenitas bahan obat dan mengevaluasi
produk dalam formulasi
 Mendukung perasa yang digunakan sehingga
menghasilkan citra yang sesuai
Kestabilan zat warna dipengaruhi oleh :

 Cahaya
 Bahan pengoksidasi dan pereduksi
 Mikroorganisme
 Sesepora logam
 perubahan pH
 Temperatur tinggi
Pengawasan dan Penggunaan

 Studi toksikologi dilakukan secara internasional oleh WHO, FDA, dan


EEC
 Di Indonesia sendiri, penggunaan pewarna yang diizinkan digunakan
dalam kosmetik telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
melalui Peraturan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor:
HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik tahun 2008.

 Colouring agent yang digunakan tidak boleh menunjukkan efek terapi


 Jumlah zat pewarna yang boleh ditambahkan pada sediaan farmasi
berkisar antara 0.1 – 3.5%
 Untuk kosmetik:
 Bagian luar tubuh : 0.01%
 Perias bibir : max 3%
50
Jenis Pewarna

 Alami & Sintesis


Pewarna Alami
 Dari ekstraksi bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya :
 warna hijau dari daun pandan
 warna kuning dari kunyit
 warna oranye dari wortel
 warna coklat dari buah coklat

 Pilihan warna pewarna alami terbatas  sintesis


 Tidak tahan terhadap cahaya dan panas (kurang stabil)
 Memiliki variasi kekuatan warna sehingga sulit untuk distandarisasi
Bahan Pewarna Alami
 Beta-carotene
 Rumus Empiris: C40H56

 Biasa terdapat pada tanaman wortel


 Beta-carotene sangat mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya sehingga dalam
penggunaannya harus bersamaan dengan antioksidan.
 Pewarna ini dapat memberi warna kuning pucat hingga oranye tua.
 Tidak larut dalam air sehingga harus dilarutkan dalam kosolven
Pewarna Sintesis
 Terdiri dari 7 zat warna primer, sedangkan campuran
dari zat-zat warna primer disebut warna sekunder
 Lakes = merupakan pigmen warna yang tidak larut air dan merefleksikan cahaya
(dibuat dari absorbsi garam alumunium pada basa alumina hidrat)
 Dyes = merupakan pewarna larut air dan mentransmisikan cahaya
 Pigmen anorganik = titan dioksida sintetik, besi oksida sintetik

 US certified synthetic colorants FDA ACT membagi zat


warna synthetic dalam 3 kategori :
 FD & C : makanan, obat, kosmetika
 D & C : obat dan kosmetika
 Eksternal D & C : pemakaian luar
Contoh-contoh pewarna
Dyes

 Sunset Yellow FCF


 Rumus Empiris: C16H10N2Na2O7S2
 Merupakan monoazo dye
 Mudah larut dalam air
Fragrance

 Sung Endah
 Digunakan untuk menutupi bau yang kurang
enak sehingga konsumen merasa nyaman
dalam penggunaan.
 Dapat berasal dari bahan alam (minyak
atsiri) atau bahan sintetis, berupa derivat
minyak atsiri
 Dosis dalam sediaan krim adalah 0,05-0,2%
dari bobot total.
Fragrance Agent (alami)

 Umumunya berupa minya atsiri dan harganya mahal, contohnya :


Oleum Anisi
Oleum Caryophylli
Oleum Eukalipti
Oleum Citri
Chamomile oil
Fragrance Agent (sintesis)

 Lebih umum digunakan karena lebih murah


 biasanya dilarutkan dalam alkohol
 contohnya :
Oktil asetat  aroma buah jeruk
Amil asetat  aroma buah pisang
Amil valerat  aroma buah apel

60
61
 Digunakan untuk menutupi bau yang kurang
enak sehingga konsumen merasa nyaman
dalam penggunaan.
 Dapat berasal dari bahan alam (minyak atsiri)
atau bahan sintetis, berupa derivat minyak
atsiri
 Dosis dalam sediaan krim adalah 0,05-0,2%
dari bobot total.
Bahan alam yang dapat digunakan sebagai pewangi :

 Oleum Anisi
 Oleum Caryophylli
 Oleum Eukalipti
 Oleum Citri
 Chamomile oil
Bahan Pengental
Mia Yuliana Pratiwi
1306377524
Bahan Pengental

Bahan Pengental (Thickening Agent) merupakan


bahan yang ditambahkan dengan tujuan untuk
meningkatkan viskositas sehingga dapat membantu
dalam menjaga kontak obat dengan jaringan agar
efektivitas terapi tercapai. (Allen, Popovich, & Ansel,
2011)
Mekanisme Kerja
 Memodifikasi viskositas dan membuat sifat alir thixotropic (dimana
viskositas tergantung pada shear dan exhibits ‘shear thinning’)
 Mudah mengalir ketika dikocok
 Menggunakan takaran yang tepat sesuai metode yang digunakan.
 Dapat kembali ke dalam bentuk ‘gel-like’ struktur
 Berpengaruh pada flokulasi pada konsentrasi yang rendah.
 Mekanisme aksi dengan menjerat partikel padat misalnya zat aktif ke
dalam pengental untuk membentuk ‘gel-like’ structure
 Larut Air misalnya methylcellulose or hydroxyethylcellulose
 Tidak Larut air misalnya microcrystalline cellulose
(WHO,2008)
Bahan Pengental

 Dekstrin dapat digunakan sebagai bahan pengental pada sediaan


suspensi.
 Etil Selulosa dapat digunakan sebagai bahan pengental pada
sediaan krim, lotio, atau gel.
 Polycarbophi digunakan sebagai bahan pengental pada
konsentrasi rendah yaitu kurang dari 1% untuk menghasilkan
range viskositas yang lebar dan sifat alir yang sesuai pada sediaan
cream , gel, oral suspensi, dan gel transdermal. ( (Raymond C Rowe, Paul J Sherskey, 2009 )
Bahan Pengental

 Xanthan gum digunakan sebagai bahan pengental pada shampo

 Hypromellose digunakan sebagai suspending agent dan / sebagai thickening agent pada
konsentrasi 0.25% - 5%, dengan konsentrasi 0.45–1.0% w/w tetes mata, dan 0.1% pada
formulaasi cairan nasal.

(Raymond C Rowe, Paul J Sherskey, 2009)


Contoh Bahan Pengental
Bahan Pengental Konsentrasi

Metil Selulosa 4000 cP 0.25 %

Metil Selulosa 25 cP 1%

Asam Alginat 1–5%

Ceratonia 1.15 - 1.75 % pada kosmetik

Colloidal Silicon Dioxide 2 – 10%

Hypromellose 0.45–1.0% dalam w/w tetes mata


Penyesuai pH dan Sistem
Buffer
Faatichatun Naja
Dwita Medya Pangesti
pH

Karakteristik yang p= Power


sangat berpengaruh
dalam farmasetik H= hidrogen
pH
pH
adjustment

Stability Solubility
pH and Solubility
pH and Stability

 pH is a major determinant of the stability of a drug prone to hydrolytic decomposition.


 Hydrolysis of most drugs depends on the relative concentrations of the hydroxyl and
hydronium ions, and a pH at which each drug is optimally stable can be easily determined
pH Adjustment

 The task of any pH adjustment system is to adjust the pH of the process stream into the
defined acceptable discharge range. In the case of an acid neutralization, caustic (NaOH) is
added to the effluent stream to pH Neutralize the solution.
 The rule of thumb is to use 1 g/l to reduce acidity by 1 g; however, this equation is not
linear.

HCl + NaOH → NaCl + H2O


pH Adjustment
NaOH (caustic soda)

Acidity/alkalinity
 pH 12 (0.05% w/w aqueous solution);
 pH 13 (0.5% w/w aqueous solution);
 pH 14 (5% w/w aqueous solution).
Potassium Hydroxide

 Acidity/alkalinity pH = 13.5 (0.1M aqueous solution)


Calcium Hydroxide

 Acidity/alkalinity pH= 12.4 (saturated solution at 25 C)


 Solubility  Soluble in glycerol and ammonium chloride solutions; dissolves in sucrose
solutions to form calcium saccharosates;soluble in acids with the evolution of heat; soluble
1 in 600 water (less soluble in hot water); insoluble in ethanol (95%).
Sodium Carbonate

 pH=11,4
Sodium Bicarbonate
 pH = 8.3 for a freshly prepared 0.1M aqueous solution at 258C
Continuous Flow Through pH adjustment
System
Batch pH Adjustment System
Optimized Batch pH Adjustment System
Sistem Buffer

 Larutan buffer  larutan yang mampu mempertahankan pH meskipun


terjadi penambahan asam atau basa ke dalam sistem
 larutan buffer terbentuk dari hasil pencampuran asam lemah atau basa
lemah dengan garamnya yang berasal dari pasangan konjugasi dari asam
lemah atau basah lemah tersebut
 Contoh : CH3COOH – CH3COO- (garamnya : CH3COOK,CH3COONa
dll)
 Tujuan penambahan buffer : terkait dengan kelarutan obat, aktivitas,
absorbsi, stabilitas, dan kenyamanan pasien
Prinsip Kerja Buffer

(+) asam  basa konjugasi dari buffer akan


menetralkan kelebihan asam yang terbentuk

Reaksi netralisasi

(+) basa  asam konjugasi dari buffer akan


menetralkan kelebihan basa yang terbentuk
Kapasitas Buffer

Jumlah dari asam kuat atau basa kuat yang dapat dinetralisasi oleh buffer disebut
“kapasitas buffer”. Setelah terjadi netralisasi asam kuat atau basa kuat oleh buffer,
kesetimbangan dapat dicapai kembali. Untuk bisa mendapatkan suatu buffer yang
terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam
konjugasinya, dapat dilakukan :

 Pencampuran asam lemah dengan larutan garam dari basa konjugasinya.


 Pencampuran basa lemah dengan larutan garam dari asam konjugasinya.
 Pencampuran asam lemah berlebih dengan basa kuat
 Pencampuran basa lemah berlebih dengan asam kuat
Cara membuat buffer

• Mencampur asam lemah dan basa konjugasi


atau basa lemah dan asam konjugasinya.
1

• Mencampur asam lemah dan basa kuat untuk


membentuk basa konjugasi atau basa lemah dan
2 asam kuat untuk membentuk asam konjugasi.
Beberapa pertimbangan dibutuhkan untuk menentukan suatu larutan dapar yang
cocok untuk sediaan farmasi yang berkaitan terutama dengan kompatibilitas suatu
larutan dapar dengan obat, misalnya :

 Buffer yang memiliki pH yang sesuai pada daerah pH yang diinginkan.


 Buffer yang digunakan harus aman untuk penggunaannya
 Buffer yang digunakan tidak atau sedikit efeknya terhadap stabilitas dari produk
obat yang akan dibuat.
 Buffer yang digunakan memiliki warna dan aroma yang masih bisa ditoleransi
 Senyawa buffer yang biasa digunakan antara lain
 HCl and KHP dengan rentang pH 2.2. to 4.0
 NaOH and KHP dengan rentang pH 4.2 to 5.8
 NaOH and KH2PO4 dengan rentang pH 5.8 to 8
 H3BO3, NaOH, and KCl dengan rentang pH 8 to 10
 Dibawah pH 2 HCl memiliki mekanisme buffer dan KCl ditambahkan untuk
mengatur kekuatan ionic.
Contoh formulasi
Komposisi Mikroemulsi Kadar dalam Formula (%) Kegunaan Fase

Natrium Diklofenak 1 Zat aktif

Virgin Coconut Oil (VCO) 5 Peningkat penetrasi Minyak

Tween 80 45 Surfaktan Air

Etanol 96% 10 Kosurfaktan

Propilen glikol 5 Kosolvent

Nipagin 0.3 Pengawet

Nipasol (propil paraben) 0.006 Pengawet

BHT 0.1 Antioksidan Minyak

Asam Sitrat 0.3 Pengatur pH

Aquadest 33.294 Sebagian untuk melarutkan Air


asam sitrat
 Pada formulasi tersebut digunakan asam sitrat sebagai pengatur pH.
Penggunaan asam sitrat sebesar 0,3 % sudah cukup membuat sediaan
memiliki pH seperti pH kulit. Penambahan asam sitrat dilakukan dengan
cara melarutkan asam sitrat terlebih dahulu dengan air, kemudian baru
dicampurkan kedalam sediaan.
Pengawet
( Preservative)
M. Fridho Damora Harahap - 1306480591
Fungsi Utama

 Membuat sediaan lebih stabil


 Mencegah terjadinya degradasi kimia dan fisika karena perubahaan lingkungan
 Mencegah aktivitas mikroba dalam sediaan
Kadar yang dibutuhkan

 Beberapa sediaan hidroalkohol dan alkohol tidak perlu membutuhkan Pengawet kimia
 15% V/V alcohol akan menghambat pertumbuhan mikroba dalam media asam
 18%V/V alkohol di media basa.
Pemilihan Pengawet

 Pengawet harus cukup larut di air untuk mencapai konsentrasi yang cukup di fase cair di
sistem 2 fase atau lebih.
 Kadar pengawet yang tidak terdisosiasi pada pH sediaan dapat membuat pengawet dapat
mempenetrasi dan mikroorganisme dan merusak mikroorganisme tersebut
 Konsentrasi yang diperlukan tidak mempengaruhi keamanan ataupun kenyamanan pasien
ketika sediaan diberikan. Tidak membuat alergi atau pun beracun
 Stabil, tidak terdekomposisi dan menguap sebelum kadaluwarsa
 Cocok, dan tidak menginhibisi satu sama lain
 Tidak mengubah efek terapi obat
Pertimbangan

 Ragi, Kapang, Khamir, Bakteri  Mayoritas ada di media sedikit Basa,


 Pengawet yang dipilih harus tidak terdisasosiasi dalam sediaan. Umumnya digunakan,
asam benzoate, asam borat, dan asam sorbat digunakan.
 Perhatikan kompatibilitas pengawet dengan bahan aktif yang akan digunakan
 Makromolekul (derivate selulosa, PEG, gom alam)  menghambat kerja pengawet
 Perhatikan reaksi pengawet dengan kemasan
 Interaksi pengawet dengan kemasan (Tube besi salep, tutup plastic, segel)  dekomposisi dan
atau kontaminasi
Mekanisme Aksi

 Konsep : mengganggu pertumbuhan, multiplikasi dan metabolisme mikroba


 Modifikasi permeabilitas membrane sel dan keluarnya isi sel (partial lysis)
 Lisis dan bocornya cairan sitoplasma
 Koagulasi cairan sitoplasma (presipitasi protein)
 Inhibisi metabolisme seluler
 Oksidasi
 Hidrolisis
Contoh
Penggunaan

 Asam Benzoat (0.1% - 0.2%),


 Natrium Benzoat (0.1% - 0.2%),
 Alkohol (15% - 20%),
 Fenilraksa Nitrat dan Asetat (0.002% - 0.01%),
 Fenol (0.1% - 0.5%),
 Kresol (0.1% - 0.5%),
 Klorobutanol (0.5%),
 Benzalkonium Klorida(0.002% - 0.01%),
 Kombinasi metilparaben dan propilparaben (0.1% to 0.2%),
Hana Ghina Chairunnisa - 1306396896

Bahan Pengompleks (Sequestering agents)


Chelating Agent

 Tujuan
 Membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan pada proses
pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik
 Adanya ion logam pada sediaan secara langsung atau tidak langsung menurunkan kualitasnya
 Perubahan warna
 Oksidasi pada bahan minyak
Mekanisme

Logam Ligan Stable water-


(Ca2+ ;Fe3+ ; (-OH; -COO; soluble
Mn2+ ) -NH; -S; dsb) complexes
Formulasi

 Jumlahnya yang ditambahkan dalam formulasi tergantung pada monografi


 Asam sitrat monohidrat 0.3-2% w/v
 EDTA 0.005-0.1% w/v
 Kalium sitrat 0.3-2% w/v
 Natrium sitrat dihidrat 0.3-2% w/v
Antifoaming Agent
Cheputri Rahma
Anti foaming agent

 Defoamer adalah zat kimia yang ditambahkan untuk menghambat terbentuknya foam.
 Di industri pembentukan foam dapat menyebabkan masalah yang serius seperti cacatnya
coating dan menghambat pengisisan obat.
Anti foaming agent- sifat

Kebanyakan
punya surface
Sangat tidak
active agent
larut air

Biasanya
Viskositas
berbentuk
rendah
emulsi
Anti foaming agent - klasifikasi

1) Oil based defoamer


2) Powder defoamer
3) Water-based defoamer
4) Silicone based defoamer
5) EO/PO based defoamer
6) Alkil poliakrilat
dimethicone

Nama IUPAC: dimethylpolysiloxane


Ciri: tidak berwarna, cairan dengan
viskositas bervariasi
 Dimethicone harus disimpan di
wadah kedap udara dan di ruangan
Dimethicone ditambahkan ke fase dengan suhu dingin. Jangan terpapar
minyak sebagai antofoaming agent. asam kuat dan api
Oleil alkohol

 Titik didih: 182-184°C di 1,5 atm


 Massa jenis: 0.850 g/cm³ pada 20°C
 Iupac: (Z)-9-Octadecen-1-ol [143-28-  Koofisien partisi: 7.5
2]  Kelarutan: larut pada etanol 95% dan
 C18H36O 268.48 eter, praktis tidak larut air
 Cairan berminyak berwarna kuning
pucat
Foaming Agent
Putu Dewi Pramesti
Definisi

Merupakan suatu bahan kimia yang memfasilitasi pembentukan busa dalam


suatu sediaan (membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam
sediaan berbentuk cair atau padat)
Contoh foaming agent

 Ammonium lauryl sulfate


 Sodium deodecyl sulfate
 Sodium lauryl sulfate
Mekanisme foaming agent

 Penggunaan foaming agent dapat menghasilkan busa yang dpt


menurunkankan tegangan. Busa tersebut merupakan hasil dari proses
penyabunan.
 Proses :
a. Dilakukan proses penyabunan
b. Molekul sabun akan membentuk dua lapisan, yaitu satu lapisan
menghadap ke arah air dan satu lapisan ke arah kotoran di baju
c. Jika proses penyabunan dilakukan secara cepat, maka akan terbentuk
busa
Foaming agent pada Pasta Gigi

 Busa pada pasta gigi berfungsi untuk membantu aksi pembersih dengan cara membasahi
gigi dari partikel makanan yang tertinggal, juga berfungsi untuk mengemulsikan mucus
( lendir )
Daftar Pustaka

 Ansel,Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems; ninth edition;Wolters


Kluwer; 2009
 Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta : PT.Dian Rakyat
 Chaudhari,Shilpa P;Pharmaceutical Excipient : A Review;vol.1(1)International Journal of
Advances in Pharmacy,Biology,and Chemistry;2012
Daftar Pustaka

 Hillery, A., Lloyd, A., & Swarbrick, J. (2001). Drug delivery and targeting for pharmacists
and pharmaceutical scientists. London: Taylor & Francis.
 K., Klein. (2005). Humectants: more than meets the eye (or skin). Cosmetics & Toiletries.
 Pathan, I., & Setty, C. (2009). Chemical Penetration Enhancers for Transdermal Drug
Delivery Systems. Tropical Journal Of Pharmaceutical Research, 8(2).
doi:10.4314/tjpr.v8i2.44527
 Polon, J. A. (1970). The Mechanisms of Thickening by Inorganic Agents. Journal of The
Society of Cosmetic Chemist, 21, 347–363.
Daftar Pustaka

 Rhodes,C.T. (2002). Modern Pharmaceutical Fourth Edition Revised and Expanded.New


York: Marcel Dekker.
 Rowe, Raymond C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition. North
Yorkshire, UK: Intelligensys Ltd. Rhodes,C.T. (2002). Modern Pharmaceutical Fourth
Edition Revised and Expanded.New York: Marcel Dekker.
 Simon, Patricia. 2008.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307981-S42486-Patricia%20Simon.pdf
 Swarbrick, James. (2007). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd Edition
Volume I. North Carolina, USA: Infroma Healthcare.
Daftar Pustaka

• The European Agency for the Evaluation of Medicinal Products Evaluation of Medicines
For Human Use; Note for Guidance on Excipients, Antioxidant and Antimicrobial
preservatives in The Dossier for Application for Marketing Authorisation of A Medicinal
Product;2003
• USP Convention.(2007). United States Pharmacopeia 28 NF 23.United States of America
pertanyaan

 citra: humektan itu contohnya mtil paraben dan propil paraben .. Pengawet??????
 Metil paraben dan propil paraben bukan merupakan humektan
 Maulfi: bahan pengawet larut air? Semi solid banyakan minnyak kan? How?
 Mikroba menyerang bahan air,
 Pada proses pembuatan, metil paraben dan propil paraben keduanya di la; rutkan dalam minyak
maupun air (metil dilarutkan di air; propil dilarutkan di
Lidya: ada perhatian khusus eksipien terhadap pasta gigi dan uji toxic nyaa
Siska: kapan pemilihan antioksidan berdasarkan klasifikasi
Tata: di hope itu eksipien hanya range yg optimal berapaa?
 Tata: jadi dicoba berdasarkan trial dan error serta dibandingkan dengan uji literatur.
 Lidya: sudah dilakukan uji toksiksitas dahulu. Ada range yang tidak menimbulkan toksik
 Sisca

 Tambahan dari kak Radit


Pada kemasan ada cara penggunaan (gunakan seujung kuku)Perlu ada pengawasan dari ortu.
Dan juga semua bahan yang ada di HOPE sudah diuji agar tidak memberikan efek toksik
Sisca Tergantung dari formulasi, perlindungan tergantung dari sumber pengoksidasi
kompatibel atau tidak.
 Sediaan zat warna
Ada registrasi sediaan obat.

Anda mungkin juga menyukai