UKMI UNIVET
2020/ 2021
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
Tholabul ‘Ilmi artinya mencari Ilmu karena
mengharap ridho dan cinta kepada Allooh *س**ح*ان*ه *ب
و*ت*ع*لا**ى. Perbuatan itu akan menyampaikan
seseorang kepada Surga Allooh س**ح*ان*ه* و*ت*ع*لا**ى
*ب .
Apa yang
dimaksud
dengan ‘Ilmu?
Al ‘Ilmu menurut para ‘Ulama berasal dari kata ‘Alima –
Ya’lamu – ‘Ilman. Maknanya adalah : Ma’rifah wal
idrook, dalam bahasa Indonesia: Pengetahuan. Di
Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan, lalu seolah-olah
diartikan Ilmu yang berseberangan dengan Ilmu Dien
(Islam). Lalu dilengkapi sebutannya menjadi : Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Padahal
sesungguhnya kata “Pengetahuan” itu sendiri adalah
pengertian (definisi) secara etimologis (kebahasaan) dari
kata “Ilmu”. Lalu akhirnya menjadi Ilmu Pengetahuan,
yang maknanya bukan Ilmu Dien.
Dengan demikan, kalau kita telusuri, maka
yang disebut dengan Jazim (pasti) adalah
‘Ilmu Syar’i. Sedangkan Ilmu dunia itu
tidak pasti. Tentang Ilmu Fisika, Ilmu
matematika dll, tidak ada yang pasti.
Mungkin pasti, menurut manusia. Padahal
kepastian jangan hanya dipandang dari
sisi manusia. Yang disebut pasti adalah
jika menurut Alloohس**ح*ان*ه* و*ت*ع*لا**ى
*ب pasti.
Ilmu Yang dibawa oleh para sahabat adalah :
Al Qur’an
As
Sunna Ijma’
h
Ijtihad
dan
Fatwa
• Al Qur’an, karena mereka terima langsung dari
Rosuulullooh صلىهللا عليه وسلم
• As Sunnah, karena mereka dididik langsung
oleh Rosuulullooh صلىهللا عليه وسلم, mereka
melihat, mendengar, menyaksikan,
melaksanakan, mereka perjuangkan bahkan
membela Sunnah tersebut.
• Ijma’, ialah apa yang mereka pahami dari Al
Qur’an, dari Sunnah Rosuulullooh صلىهللا عليه
وسلم, lalu mereka sepakati sebagai suatu ajaran.
Baik dengan terang-terangan yang lalu disebut
Ijmaa’un Shorihun, atau Ijmaa’un
Sukutiyun karena sekelompok sahabat
mempunyai sikap tertentu lalu sahabat yang
lain tidak mengingkarinya.
• Ijtihad dan Fatwa para sahabat. Dan yang
demikian itu telah ditulis oleh salah satu
rujukan Ahlussunnah wal Jamaah, kitabnya
disebut Al Muwaththo’, ditulis oleh Imam
Malik bin Anas.
Ada empat sebab mengapa kita harus
menuntut Ilmu, yaitu:
Islam akan tegak harus dengan Ilmu. Bagaimana seseorang bisa sholat
dengan benar, kalau ia tidak punya Ilmu yang benar. Bagaimana
mungkin seseorang akan bisa berperilaku sesuai dengan tuntunan
Rosuulullooh صلىهللا عليه وسلمkalau ia tidak tahu tentang tuntunan itu.
Bagaimana ia akan menikah (berumahtangga) sesuai dengan ajaran
Sunnah, kalau ia tidak tahu bagaimana Hukum Nikah sesuai dengan
Sunnah Rosuulullooh صلىهللا عليه وسلم. Bagaimana mungkin ia akan
ber-Muamalah, mencari nafkah dsbnya, dengan halal, kalau ia tidak
tahu halal-haram. Bagaimana ia bisa bertetangga dengan baik kalau ia
tidak tahu akhlak dan adab bertetangga? Dan semuanya itu ada dalam
ajaran Al Islam. Semuanya itu bisa berjalan dengan baik dan tegak bila
didasarkan dengan Ilmu.
2. Ilmu adalah Penangkal paham
Imperialisme
Pada zaman Kholifah ‘Umar bin Khoththob رضيهللا عنه. hanya karena seorang
shobiigh Ibnul ‘Asal, ketika bertanya tentang Muhtasyabihat, langsung ia
ditumpas oleh beliau. Maka Ahlul Bid’ah tidak ada, tidak berkembang ketika
itu.
Bukan berarti pada zaman sahabat tidak ada maksiat dan Bid’ah. Ada, tetapi
prosentasenya rendah (sedikit), dan tidak bisa mewarnai masyarakat. Karena
masyarakatnya masih kokoh, imannya masih kuat, generasinya masih prima.
Setelah generasi itu berlalu, semakin muncul Bid’ah dan maksiat.
Maka ingatlah, bahwa semakin ke-Jahilan menguasai, maka semakin maksiat
dan perpecahan subur tumbuh di mana-mana. Itulah yang harus kita takuti,
waspadai, apalagi lalu ada ajaran Sufi masuk, diterima oleh orang Indonesia.
Sehingga dimana-mana di Indonesia ada kelompok Dzikir, Wirid, amalan-
amalan ini-itu. Itu adalah “perkawinan” antara Sufi dan kebatinan.
4. Perlu pemahanan yang benar terhadap Al-
Quran dan Hadist