Anda di halaman 1dari 19

Imam Ramadina

Ananto
11200480000106

BIDANG-BIDANG HUKUM ADAT


BIDANG-BIDANG HUKUM ADAT

Pembidangan Hukum Adat terdapat berbagai variasi, yang


berusaha untuk mengidentifikasikan kekhususan hukum adat,
apabila dibandingkan dengan hukum Barat. Pembidangan
tersebut biasanya dapat diketemukan pada buku-buku, dimana
sistematika buku-buku tersebut merupakan suatu petunjuk untuk
mengetahui pembidangan mana yang dianut oleh penulisnya.
Van Vollen Hoven berpendapat bahwa pembidangan
hukum adat, adalah sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk masyarakat hukum adat


2. Tentang Pribadi
3. Pemerintahan dan peradilan
4. Hukum Keluarga
5. Hukum Perkawinan
6. Hukum Waris
7. Hukum Tanah
8. Hukum Hutang piutang
9. Hukum delik
10. Sistem sanksi.
 
Menurut Soepomo

1. Hukum keluarga
2. Hukum perkawinan
3. Hukum waris
4. Hukum tanah
5. Hukum hutang piutang
6. Hukum pelanggaran
Ter Harr didalam bukunya “ Beginselen en stelsel
van het Adat-recht”, mengemukakan
pembidangnya sebagai berikut
• Tata Masyarakat
• Hak-hak atas tanah
• Transaksi-transaksi tanah
• Transaksi-transaksi dimana tanah tersangkut
• Hukum Hutang piutang
• Lembaga/ Yayasan
• Hukum pribadi
• Hukum Keluarga
• Hukum perkawinan.
• Hukum Delik
• Pengaruh lampau waktu
Menurut Surojo Wignjodipuro,
• Tata susunan rakyat Indonesia
• Hukum perseorangan
• Hukum kekeluargaan
• Hukum perkawinan
• Hukum harta perkawinan
• Hukum (adat) waris
• Hukum tanah
• Hukum hutang piutang
• Hukum (adat) delik
1. Tata susunan rakyat Indonesia
Bentuk dan susunan masyarakat hukum yang merupakan persekutuan hukum adat
terikat oleh faktor Territorial dan Genealogis.

A. Faktor Teritorial (territorial constitution) adalah masyarakat yang tetap dan teratur
yang anggota masyarakatnya terikat pada suatu daerah kediaman tertentu, baik dalam
kaitan dengan duniawi maupun dalam kaitannya dengan rohani / roh-roh leluhur
1. Persekutuan Desa.
Merupakan suatu tempat kediaman bersama di dalam daerahnya sendiri termasuk
beberapa pedukuhan yang terletak di sekitarnya yang tunduk pada perangkat desa yang
berkediaman di pusat desa.
2. Persekutuan Daerah.
Merupakan suatu daerah kediaman bersama dan menguasai hak ulayat bersama yang
terdiri dari beberapa dusun atau kampung dengan satu pusat pemerintahan.
 3. Perserikatan Desa.
Bila di beberapa desa atau marga yang letaknya berdampingan yang masing-masing
berdiri sendiri kemudian mengadakan perjanjian kerjasama untuk mengatur kepentingan
bersama seperti pertahanan, ekonomi, pertanian
B. Faktor genealogis (tribal constitution), dalah suatu kesatuan
masyarakat yang teratur, di mana para anggotanya terikat pada suatu
garis keturunan yang sama dari satu leluhur, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung karena pertalian perkawinan atau
pertalian adat.
a)      Patrilineal,
yaitu sistem kekerabatan dengan pertalian keturunan menurut garis
laki-laki / bapak.
b)     Matrilineal,
yaitu sistem kekerabatan dengan pertalian keturunan menurut garis
perempuan / ibu.
c)      Parental / Unilateral,
yaitu sistem kekerabatan dengan memperhitungkan / menghubungkan
garis keturunan baik dari pihak ibu maupun bapak.
2. Hukum perseorangan
• Kecakapan bersikap-tindak atau berperilaku dalam Hukum adat itu ada apabila
yang bersangkutan telah dewasa. Pendapat dari soepomo yang dituangkan dalam
bukunya  adatprivaatrecht van west java, yang menyatakan bahwa seseorang
sudah dianggap dewasa dalam hukum adat, apabila seseorang sudah kuat gawe
(mampu untuk bekerja secara mandiri), cakap mengurus harta benda serta
keperluannya sendiri, serta cakap untuk melakukan segala tata cara pergaulan
hidup kemasyarakatan termasuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya.
• Manusia menurut pengertian hukum terdiri dari tiga pengertian :
a. Mens, yaitu manusia dalam pengertian biologis yang mempunyai anggota
tubuh,kepala, tangan, kaki dan sebagainya.
b. Persoon, yaitu manusia dalam pengertian yuridis,baik sebagi individu/pribadi
maupun sebagai makhluk yang melakukan hubungan Hukum dalam masyarakat.
c. Rehts Subject (Subjek Hukum).yaitu manusia dalam hubungan dengan hubungan
hukum (rechts relatie), maka manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban
3. Hukum kekeluargaan
• 1). Keturunan
Keturunan adalah ketunggalan leluhur, artinya ada hubungan darah antara seseorang
dengan orang lain. Keturunan setiap kelahiran merupakan tingkatan atau derajat
yang biasanya dipergunakan untuk kerabat-kerabat raja. Keturunan dapat dibedakan
beberapa macam, yatiu :
A. Lurus : yaitu apabila seseorang merupakan keturunan langsung dari atas kebawah
atau sebaliknya.
B. Menyimpang atau bercabang Yaitu apabila kedua orang atau lebih ada ketunggalan
leluhur.
C. Keturunan garis bapak (patrilineal), yaitu hubungan darahnya dilihat dari segi
laki-laki/ bapak.
D. Keturunan garis ibu : yaitu hubungan darahnya dilihat dari garis perempuan atau
matrilineal .
E. Keturunan garis ibid an garis bapak (parental) yaitu apabila dilihat dari keturunan
kedua belah pihak yaitu ibu dan bapak.n dengan mengganti teks ini dengan teks Anda
sendiri.
• 2. Hubungan anak dengan orang tuanya
• Anak kandung memiliki kedudukan yang penting dalam dalam
keluarga yaitu:
• Sebagai penerus generasi
• Sebagai pusat harapan orang tuanya dikemudian hari
• Sebagai pelindung orang tua kemudian hari dan lain
sebagainya, apabila orang tuanya sudah tidak mampu baik
secara fisik ataupun orang tuanya tidak mampu bekerja lagi.
4. Hukum perkawinan
• Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat adapt, sebab perkawinan itu tidak
hanya menyangkut kedua mempelai saja, kedua keluarga, tetapi
juga menyangkut masyarakat bahkan menyangkut arwah leluhur-
leluhur kedua belah pihak.. Dalam hukum dapat dikenal ada tiga
system perkawinana yaitu :
a. Sistem Endogami : Yaitu seseorang hanya dibenarkan
mengadakan perkawinan dengan seseorang dalam suku sendiri.
b. Sistem Exogami : Yaitu perkawinan dengan seseorang yang
berlainan suku atau suku yang lain.
c. Sistem Eleutherogami : Sistem ini tidak mengenal larangan-
larangan atau keharusan-keharusan
• 1).Perkawinan dalam kekeluargaan Patrilineal
• Corak perkawinan adalah “perkawinan jujur”
• Pemberian jujur dari pihak laki-laki melambangkan diputuskan hubungan keluarga si
isteri dengan orang tuanya dan kerabatnya.
• Isteri masuk dalam keluarga suami berikut anak-anaknya.
• Apabila suami meninggal, maka isteri tetap tinggal di rumah suaminya dengan saudara
muda dari almarhum seolah-olah seorang isteri itu diwarisi oleh adik almarhum.
2). Perkawinan dalam keluarga Matrilineal
• Dalam upacara perkawianan mempelai laki-laki diljemput
• Suami berdiam di rumah isterinya, tetapi suami tetap dapa keluarganya sendiri.
• Anak-anak masuk dalam clan isterinya dan si ayah tidak mempunyai kekuasaan
terhadap anak-anaknya.
3). Perkawinan dalam keluarga Parental
setelah kawin keduanya menjadi satu keluarga, baik keluarga suami maupun keluarga
isteri.
5. Hukum harta perkawinan
Harta perkawinan atau harta keluarga dapat dibedakan dalam 4
golongan, yaitu

a. Barang-barang yang diperoleh secara warisan atau


penghibahan.
B. Barang-barang yang diperoleh atas jasa sendiri
c. Barang-barang diperoleh dalam masa perkawinan
d. Milik bersama isteri adalah semua kekayaan yang diperoleh
selama berlangsungnya perkawinan asalkan kedua-duanya
bekerja.
6. Hukum Waris
• Prof. Soepomo, merumuskan hukum adat waris adalah : “Hukum adat
waris memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan
serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang
tidak berwujud dari angkatan manusia kepada turunannya. “

Tiga Kewarisan Adat yaitu :


• a. Sistem kewarisan individual Harta peninggalan dapat dibagi-
bagikan kepada para ahli waris seperti dalam masyarakat di Jawa 80
• b. Sistem kewarisan kolektif Harta peninggalan itu diwarisi secara
bersama-sama para ahli waris, misalnya harta pusaka tidak dilmiliki
atau dibagi-bagikan hanya dapat dipakai atau hak pakai.
• c. Sistem kewarisan mayorat Harta peninggalan diwariskan
keseluruhan atau sebagian besar jatuh pada salah satu anak saja.
7. Hukum tanah
Hak perseorangan atas tanah, dibatasi oleh hak ulayat sebagai warga persekutuan tiap
individu mempunyai hak untuk :
A. Mengumpulkan hasil-hasil hutan
B. Memburu binatang liar
C. Mengambil hasil dari pohon-pohon yang tumbuh liar
D. Mengusahakan untuk diurus selanjutnya suatu kolam ikan.

Yang menajdi hak ulayat/ objek ulayat adalah :


a. tanah
b. air
c. tumbuh-tumbuhan yang hidup secara liar
d. binatang yang hidup liar

Persekutuan memelihara serta mempertahankan hak ulayatnya yaitu dengan cara :


a. Persekutuan berusaha meletakkan batas-batas disekeliling wilayah kekuasaannya itu.
b. Menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang khusus bertugas menguasai wilayah kekuasaan
persekutuan yang bersangkutan.
8. Hukum hutang piutang
• Pada umumnya persekutuan tidak dapat menghalangi hak-hak
perseorangan sepanjang hak-hak tersebut mengenai benda-
benda yang bukan tanah. Dalam adat hukum hutang piutang
tidak hanya meliputi atau mengatur perbuatan perbuatan
hukum yang menyangkutkan masalah perkreditan
perseorangan saja, tetapi juga masalah yang menyangkut
tentang.
• a. Hak atas perumahan, tumbuh-tumbuhan, ternak dan
barang.
• b. Sumbang menyumbang, sambat sinambat, tolong menolong
• c. Panjer
• d. Kredit perseorangan
9. Hukum (adat) delik
• Beberapa jenis delik dalam lapangan hukum adat:
a. Delik yang paling berat adalah segala pelanggaran yang memperkosa perimbangan
antara dunia lahirdan dunia gaib serta segala pelanggaran yang memperkosa susunan
masyarakat
b. Delik terhadap diri sendiri, kepala adat juga masyarakat seluruhnya, karena kepala
adat merupakan penjelmaan masyarakat.
c. Delik yang menyangkut perbuatan sihir atau tenung
d. Segala perbutan dan kekuatan yang menggangu batin masyarakat, dan mencemarkan
suasana batin masyarakat
e. Delik yang merusak dasar susunan masyarkat, misalnya incest 117
f. Delik yang menentang kepentingan umum masyarakat dan menentang kepentingan
hukum suatu golongan famili
g. Delik yang melanggar kehormatan famili serta melanggar kepentingan hukum seorang
sebagai suami.
h. Delik mengeani badan seseorang misalnya malukai
Soepomo menyatakan bahwa Delik Adat
“Segala perbuatan atau kejadian yang sangat menggangu
kekuatan batin masyarakat, segala perbuatan atau kejadian yang
mencemarkan suasana batin, yang menentang kesucian
masyarakat, merupakan delik terhadap masyarakat seluruhnya.”

Anda mungkin juga menyukai