Anda di halaman 1dari 90

Diskusi topik 2

Kelompok 1
Kelompok 1
Disusun oleh:

Andhika faisal (1102016023)


Elvira Eldysta (1102016060)
Erika Pratista H (1102016061)
Rafly Fernanda (1102017184)
Salsabila Chilly D (1102017208)

Pembimbing:

dr. Edi Prasetyo, Sp.S,M.H


dr. Ida Ratna Nurhidayati, Sp.S
Kelompok 2
Disusun oleh:

Muhammad Dayu Wardana (1102014166)


Kinaryochi Wijaya (1102016098)
Armain (1102017039)
Firyal Iftinanda (1102017095)
Moh Firdaus (1102017140)
Risna Sari Desvianty Djali (1102017199)
Pembimbing:

dr. Edi Prasetyo, Sp.S,M.H


dr. Ida Ratna Nurhidayati, Sp.S
 Kelompok 1
1. Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik umum RS dengan keluhan kesemutan pada
kedua telapak tangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan terutama pada jari telunjuk hingga jari
manis. Terkadang disertai rasa baal. Pasien bekerja sebagai asisten rumah tangga. Pemeriksaan fisik: tes
Tinnel (+), parestesi digiti 2-4 manus bilateral, lainnya dalam batas normal. Apakah terapi farmakologis
yang tepat diberikan pada pasien di atas?

 a. Deksametason
 b. Gabapentin
 c. Amitriptilin
 d. Prednison
 e. Ibuprofen
JAWABAN : C. AMITRIPTILIN

Karena didapatkan nyeri pada dada dan sebelumnya pasien mengalami


benjolan yang mengeluarkan cairan pada dada kirinya, kemungkinan
diagnosis : neuralgia pasca herpes (Post herpetic neuralgia)

Definisi : sebagai nyeri neuropatik yang dirasakan satu bulan atau lebih pada
lokasi ruam akibat infeksi herpes zoster yang telah mengalami
penyembuhan, baik dengan atau tanpa interval bebas nyeri.

Terjadi akibat : kerusakan saraf perifer pada infeksi herpes zoster


PENJELASAN
b. Gabapentin : antikonvulsan (untuk epilepsi dan neuropatik)
c. Amitriptilin : antidepressan
d. Prednison : kortikosteroid (mengurangi peradangan)
e. Ibuprofen : NSAID (meredakan nyeri & peradangan).
2. Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan kesemutan di kedua
tangan dan kaki sejak 1 bulan yang lalu. Pasien didiagnosis diabetes mellitus 5 tahun yang lalu,
namun kontrol tidak teratur. Pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital dan status generalis dalam batas
normal. Status neurologis: stocks and gloves parestesi. Apakah pemeriksaan penunjang lanjutan yang
paling tepat pada pasien di atas?
a. Elektromiografi
b. Single fiber EMG
c. Elektroneurografi
d. Repetitive nerve stimulation
e. Somato sensory evoked potential
JAWABAN: C. ELEKTRONEUROGRAFI
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan terdapat gejala parestesi di kedua tangan dan kaki (stock and
gloves)  perifer neuropati et causa diabetes mellitus.
Pemeriksaan penunjangnya adalah elektroneurografi karena keluhan pasien tersebut adalah parestesi
PENJELASAN
A. Elektromiografi  untuk keluhan pada otot
B. Single fiber EMG  hanya satu serabut otot kecil yang diperiksa, untuk bell’s palsy
D. Repetitive nerve stimulation  untuk myasthenia gravis.
E. Somato sensory evoked potential  untuk lesi sistem sensorik, biasanya digunakan untuk multiple sklerosiss.
 Kelompok 2
1. Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik umum RS dengan keluhan
kesemutan pada kedua telapak tangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan
terutama pada jari telunjuk hingga jari manis. Terkadang disertai rasa baal. Pasien bekerja
sebagai asisten rumah tangga. Pemeriksaan fisik: tes Tinnel (+), parestesi digiti 2-4 manus
bilateral, lainnya dalam batas normal.
Apakah terapi farmakologis yang tepat diberikan pada pasien di atas?
a. Deksametason
b. Gabapentin
c. Amitriptilin
d. Prednison
e. Ibuprofen
Karena pada pasien didapatkan diagnosis CTS (Carpal Tunnel
Syndrome) dimana pemberian tatalaksananya yaitu Injeksi Steroid,
Deksametason 1-4mg/ml atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednison
20-40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal. Suntikan dapat diulang
dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan.
penjelasan

b. Gabapentin : antikonvulsan (untuk epilepsi dan neuropatik)


c. Amitriptilin : antidepressan
d. Prednison : kortikosteroid (mengurangi peradangan)
e. Ibuprofen : NSAID (meredakan nyeri & peradangan)
2. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri menjalar dari punggung bawah
ke tungkai kiri sejak 4 bulan yang lalu. Selain nyeri, pasien juga merasa baal dan kesemutan di tungkai kirinya. Tidak
didapatkan adanya keluhan kelemahan otot tungkai kiri. Keadaan umum tampak obesitas. Tanda vital: tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 x/m reguler, nafas 20 x/m, temperatur 37⁰C. Status neurologis: GCS 15, motorik ekstremitas
atas 5555/5555, ekstremitas bawah 5555/5555, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, sensorik
parestesi dan hipestesi setinggi L2 tungkai kiri ke bawah, dan lainnya dalam batas normal.
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
a. Hernia nukleus pulposus
b. Tumor medulla spinalis
c. Spondilitis tuberkulosa
d. Syringomielia
e. Spondilosis
a. Hernia nukleus pulposus
KU :
Nyeri menjalar dari punggung bawah ke tungkai kiri sejak 4 bulan yang lalu,
Adanya kesemutan dan baal  Hernia

Obesitas  Faktor risiko


Adanya sensorik parestesi dan hipestesi setinggi L2 tungkai kiri ke bawah
B. Tumor medulla spinalis  Gangguan di medulla spinalis : para (2 tungkai) atau tetra (4
tungkai)

C. Spondilitis tuberkulosa  pott. disease. Riwayat TBC, Gejala : demam, paraplegia,


kifosis

D. Syringomielia  kelainan pada SSTL. Gejala: kelemahan otot, penurunan refleks,


penurunan sensorik, scoliosis

E. Spondilosis  degenerasi vertebra. Gejala : nyeri dan kaku di sekitar punggung bawah
 Kelompok 1
3. Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan baal pada kedua telapak tangan
dan kaki sejak 1 bulan yang lalu. Pasien didiagnosis dengan diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu,
namun tidak kontrol rutin. Pemeriksaan fisik: obesitas, terdapat stocks and gloves hipestesi.
Elektrodiagnostik: penurunan amplitudo.
Apakah tipe neuropati yang terjadi pada pasien di atas?
a. Aksonal
b. Motorik
c. Otonom
d. Demielinasi
e. Aksonal dan demielinasi
JAWABAN : A. AKSONAL
 Karena elektrodiagnostik menunjukkan penurunan amplitude  tipe aksonal.
PENJELASAN
B. Motorik  kelemahan otot yang diinervasikan oleh saraf tersebut.

C. Otonom  postural hipotensi, ekstremitas dingin, takikardi, hiper/anhidrosis, disfungsi vesika urinaria

D. Demielinasi  penurunan kecepatan atau konduksi.

E. Aksonal dan demielinasi  penurunan kecepatan hantaran saraf dan penurunan amplitude.
4. Seorang laki-laki berusia 19 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS karena mengalami
kejang terus-menerus selama 30 menit. Kedua lengan dan tungkai kaku-kelojotan. Pasien
didiagnosis epilepsi sejak 3 bulan yang lalu, namun sudah 1 minggu ini tidak mau
minum obat. Tanda-tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Status
neurologis: GCS E1M1V1, lainnya dalam batas normal. Dokter di UGD telah
memberikan diazepam IV sebanyak 3 kali, namun kejang tetap tidak berhenti.
Apakah terapi farmakologis lanjutan yang sebaiknya diberikan pada pasien?

a. Carbamazepin IV
b. Diazepam IV
c. Propofol IV
d. Fenitoin IV
e. Morfin IV
JAWABAN : D. Fenitoin IV

Merupakan Obat pada Lini ke dua,Fenitoin


bekerja di korteks motor, dimana obat ini dapat
menghambat penyebaran aktivitas kejang.
Alasan Tidak memilih jawaban lain

a. Carbamazepin IV -> Obat Anti epilepsy yang biasanya digunakan untuk pengobatan
bangkitan parsial pada dewasa
b. Diazepam IV -> sudah diberikan 3 kali dan tidak ada perbaikan
c. Propofol IV -> Obat Lini ke 3 pada tatalaksana di ICU (cth lain : Phenobarbital IV)
d.
e. Morfin IV  -> Obat analgesik opioid dan ada Efek samping berbahaya dari morfin -> depresi
pernapasan
5. Seorang perempuan berusia 55 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS karena mengalami kejang berulang
sebanyak dua kali sejak setengah jam yang lalu. Kedua lengan dan tungkai kaku-kelojotan, berlangsung selama
5 menit, di antara kedua kejang pasien tidak sadar hingga sekarang. Pasien didiagnosis diabetes mellitus sejak 5
tahun yang lalu, namun tidak rutin minum obat, dan sudah mengalami gagal ginjal. Pasien diharuskan menjalani
cuci darah 1 minggu yang lalu, namun pasien menolak. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Tanda-tanda
vital dalam batas normal. Status generalis: tampak obesitas, asites, edema pretibial +/+. Status neurologis: GCS
E1M1V1, lainnya dalam batas normal. Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien?
a. Kejang tonik
b. Status epileptikus
c. Status konvulsivus
d. Kejang tonik-klonik
e. Epilepsi tonik-klonik
JAWABAN : C. STATUS KONVULSIVUS
Keluhan :
 Kejang berulang dua kali sejak setengah jam yang lalu  Konvulsif. Kalau epilepsy keluhan > 24
jam
 Diantara kedua kejang pasien tidak sadar hingga sekarang  STATUS.
 Riwayat penyakit: Diabetes mellitus dan gagal ginjal  ada penyebabnya, kalau epilepsy idiopatik
PENJELASAN
A. Kejang tonik: ditandai oleh kontraksi seluruh otot yang berlangsung terus menerus, berlangsung selama 2-10
detik namun dapat hingga beberapa menit, disertai hilangnya kesadaran
B. Status epilepticus : minimal 2 kejang > 24 jam, terus menerut 30 menit nonstop atau diantara 2 kejang belum
sadar, tidak ada penyebab
D. Kejang tonik-klonik ditandai oleh hilang kesadaran sejak awal bangkitan hingga akhir bangkitan, bangkitan
tonik-klonik umum terdapat gambaran iktial, setelah iktial tubuh pasien menjadi hipotonus, tertidur dan terasa
lemah
E. Epilepsi tonik-klonik
6. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan pusing
berputar terutama bila merubah posisi kepalanya secara tiba-tiba sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
disertai muntah dan keringat dingin. Adanya tinitus dan perioral numbness disangkal. Tanda
vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/m reguler, nafas 16 x/m, temperatur 370C. Status
neurologis: GCS 15, nistagmus dengan komponen cepat ke kiri, sedangkan lainnya dalam batas
normal.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Vertigo vestibular perifer et kausa sindrom Meniere
b. Vertigo vestibular sentral et kausa stroke batang otak
c. Vertigo non vestibular et kausa gangguan proprioseptif
d. Vertigo vestibular sentral et kausa tumor sudut serebelopontin
e. Vertigo vestibular perifer et kausa benign paroxysmal positional vertigo
JAWABAN: E. VERTIGO VESTIBULAR PERIFER ET KAUSA
BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO
Keluhan:
 Pusing berputar  vertigo vestibular.
 Terutama bila merubah posisi kepala  perifer.
 Keluhan disertai mual dan muntah  vestibular.
 Tidak ada tinnitus dan perioral numbness
 Nystagmus horizontal (cepat ke kiri)  perifer.
PENJELASAN
a. Vertigo vestibular perifer et kausa sindrom Meniere : Vertigo episodik, pendengaran menurun (+), tinitus
(+), rasa penuh dan tertekan pada telinga (+)
b. Vertigo vestibular sentral et kausa stroke batang otak : pusing berputar (+), bangkitan vertigo → lambat,
riwayat hipertensi, TD tinggi,
c. Vertigo non vestibular et kausa gangguan proprioseptif : pusing melayang, hilang keseimbangan,
lightheaded, mual muntah (-), gangguan pendengaran (-), pencetus gerakan obyek visual
d. Vertigo vestibular sentral et kausa tumor sudut serebelopontin : pusing berputar (+), menetap lama dan
konstan, kehilangan pendengaran asimetris/unilateral (+), inkoordinasi, ataksia, facial hypesthesia
 Kelompok 2
3. Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan baal pada kedua
telapak tangan dan kaki sejak 1 bulan yang lalu. Pasien didiagnosis dengan diabetes melitus
sejak 2 tahun yang lalu, namun tidak kontrol rutin. Pemeriksaan fisik: obesitas, terdapat stocks
and gloves hipestesi. Elektrodiagnostik: penurunan amplitudo.
Apakah tipe neuropati yang terjadi pada pasien di atas?

a. Aksonal
b. Motorik
c. Otonom
d. Demielinasi
e. Aksonal dan demielinasi
Jawaban : A. Aksonal

Karena elektrodiagnostik untuk melihat penurunan amplitude  tipe aksonal.

B. Motorik  kelemahan otot yang diinervasikan oleh saraf tersebut.


C. Otonom  postural hipotensi, ekstremitas dingin, takikardi, hiper/anhidrosis,
disfungsi vesika urinaria
D. Demielinasi  penurunan kecepatan atau konduksi.
E. Aksonal dan demielinasi  penurunan kecepatan hantaran saraf dan penurunan
amplitude.
4. Seorang perempuan berusia 18 tahun datang bersama ibunya ke poliklinik dengan keluhan sering
pingsan sejak 1 tahun yang lalu. Sesaat sebelum pingsan tidak terdapat keluhan apapun. Pasien
tiba-tiba jatuh pingsan selama 3 menit. Selama pingsan tidak didapatkan adanya gerakan
ekstremitas. Setelah pingsan pasien sadar namun bingung sesaat, kemudian langsung tertidur.
Keluhan ini terjadi sebulan sekali, namun dua bulan terakhir ini keluhan makin sering terjadi.
Riwayat trauma, demam, dan sakit kepala disangkal. Pemeriksaan fisik: dalam batas normal. Apa
kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?

a. Sinkop
b. Status epileptikus
c. Epilepsi umum atonik
d. Transient ischemic attack
e. Epilepsi parsial kompleks
c. Epilepsi umum atonik

Keluhan utama : sering pingsan sejak 1 tahun yang lalu

Riwayat penyakit sekarang:


Tiba-tiba jatuh pingsan selama 3 menit
Setelah pingsan pasien sadar namun bingung sesaat, kemudian langsung tertidur
Pingsan terjadi sebulan sekali, namun dua bulan terakhir ini makin sering terjadi
Tidak ada riwayat trauma, demam, dan sakit kepala

Epilepsi umum atonik : Berupa kehilangan tonus secara tiba-tiba. Dapat terjadi secara
fragmentasi hanya kepala jatuh ke depan atau lengan jatuh tergantung atau menyeluruh sehingga
pasien terjatuh.
a. Sinkop : penurunan kesadaran yang disebabkan karena hipoperfusi serebral global sementara yang
ditandai dengan onset cepat, durasi pendek dan pemulihan lengkap spontan.

b. Status epileptikus : kejang terus menerus selama 30 menit atau lebih, diantara 2 atau lebih
bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran.

d. Transient ischemic attack : hilangnya fungsi Sistem saraf pusat secara cepat yang berlangsung
<24 jam diakibatkan oleh mekanisme vaskular (iskemik atau hemoragik)

e. Epilepsi parsial kompleks : kejang fokal yang dimulai dari satu bagian otak dan berhubungan
dengan gangguan kesadaran
5. Seorang perempuan berusia 55 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS karena mengalami
kejang berulang sebanyak dua kali sejak setengah jam yang lalu. Kedua lengan dan tungkai
kaku-kelojotan, berlangsung selama 5 menit, di antara kedua kejang pasien tidak sadar hingga
sekarang. Pasien didiagnosis diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu, namun tidak rutin minum
obat, dan sudah mengalami gagal ginjal. Pasien diharuskan menjalani cuci darah 1 minggu yang
lalu, namun pasien menolak. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Tanda-tanda vital dalam
batas normal. Status generalis: tampak obesitas, asites, edema pretibial +/+. Status neurologis:
GCS E1M1V1, lainnya dalam batas normal. Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien?
a. Kejang tonik
b. Status epileptikus
c. Status konvulsivus
d. Kejang tonik-klonik
e. Epilepsi tonik-klonik
JAWABAN C. STATUS KONVULSIVUS
Keluhan :

Kejang berulang dua kali sejak setengah jam yang lalu  Konvulsif. Kalau epilepsy
keluhan > 24 jam

Diantara kedua kejang pasien tidak sadar hingga sekarang  STATUS.

Riwayat penyakit: Diabetes mellitus dan gagal ginjal  ada penyebabnya, kalau
epilepsy idiopatik
PENJELASAN
A. Kejang tonik: ditandai oleh kontraksi seluruh otot yang berlangsung terus menerus,
berlangsung selama 2-10 detik namun dapat hingga beberapa menit, disertai hilangnya kesadaran

B. Status epilepticus : minimal 2 kejang > 24 jam, terus menerut 30 menit nonstop atau diantara 2
kejang belum sadar, tidak ada penyebab

D. Kejang tonik-klonik ditandai oleh hilang kesadaran sejak awal bangkitan hingga akhir
bangkitan, bangkitan tonik-klonik umum, tertidur dan terasa lemah

E. Epilepsi tonik-klonik
6. Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan muntah dan keringat dingin. 1 minggu yang lalu pasien mengalami
penurunan pendengaran pada telinga kirinya. Pemeriksaan fisik: tuli campuran telinga kiri, nistagmus
dengan komponen cepat ke kiri, lainnya dalam batas normal.
Apakah terapi farmakologi simtomatik untuk mengurangi gejala vertigo pada pasien?

a. Amitriptilin
b. Metilkobalt
c. Pantoprazole
d. Domperidone
e. Betahistin maleat
JAWABAN E. Betahistin maleat
Betahistin merupakan obat analog histamin dengan fungsi sebagai agonis
reseptor histamin H1 dan antagonis reseptor H3, dengan efek tersebut
betahistin bekerja di sistem syaraf pusat dan secara khusus di sistem neuron
yang terlibat dalam pemulihan gangguan vestibular, dengan mengaktifkan
reseptor ini menyebabkan pembesaran pembuluh darah dan peningkatan
sirkulasi darah yang membantu menghilangkan tekanan di dalam telinga dan
frekuensi serangan penyebab vertigo
Penjelasan
a. Amitriptilin : antidepresan
b. Metilkobalt :salah satu bentuk vitamin B12
c. Pantoprazole :PPI
d. Domperidone :anti emetic
 Kelompok 1
7. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik
umum RS dengan keluhan wajah sisi kiri mencong sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan disertai bicara pelo dan sulit menutup mata
kiri. Pemeriksaan fisik: parese N. VII sinistra perifer, lainnya
dalam batas normal. Apakah terapi etiologik yang tepat pada
pasien di atas?
a. Asiklovir
b. b. Prednison
c. c. Mecobalamin
d. d. Deksametason
e. e. Asam asetil salisilat
PENJELASAN
Keluhan bell’s palsy :

 Sulit menutup mata


 Sulit tersenyum dan mengangkat alis
 Terjadinya perot pada wajah
 Salah satu sisi wajah melemah dari dahi hingga ke dagu
ALASAN TIDAK MEMILIH BUTIR LAIN

a. Asiklovir merupakan obat antivirus untuk pengobatan


dan terapi pada bell’s palsy
b. Prednison merupakan obat peradangan pada alergi,
penyakit autoimun, penyakit persendian dan otot, serta
penyakit kulit
c. Mecobolamin merupakan obat untuk mengatasi
kekurangan vitamin B12
d. Deksametason merupakan obat untuk mengatas rhinitis
alergi, iritis, otitis externa
e. Asam asetil salsilat merupakan obat analgesic,
antipiretik, anti-inflamasi
8. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan kelopak mata mudah terjatuh bila berbicara lama sejak 3 bulan
yang lalu. Keluhan membaik bila beristirahat. Keluhan disertai dengan
pandangan ganda yang juga hilang timbul bila beristirahat. Riwayat
penyakit sebelumnya disangkal. Pemeriksaan fisik: GCS 15,
pseudoptosis, tes Watenberg (+), lainnya dalam batas normal. Apakah
pemeriksaan penunjang yang disarankan untuk menegakkan diagnosis?
a. CT-scan kepala dengan kontras
b. Repetitive nerve stimulation
c. Elektroensefalografi
d. Elektroneurografi
e. Blink refleks
Jawaban B. Repetitive nerve stimulation

Keluhan kelopak mata mudah terjatuh sejak 3 bulan lalu dan


membaik bila istirahat, pandangan ganda hilang timbul, tidak
ada riwayat penyakit sebelumnya. PF: pseudoptosis, tes
watenberg (+)  myasthenia gravis.

Pemeriksaan penunjang myasthenia gravis adalah Repetitive


nerve stimulation (RNS) dan SFEMG merupakan tes
neurofisiologi yang paling sering digunakan.
ALASAN TIDAK MEMILIH BUTIR LAIN

• CT-scan kepala dengan kontras


• Elektroensefalografi biasa digunakan untuk pemeriksaan epilepsi
dan kejang
• Elektroneurografi merupakan suatu penilaian yang lebih objektif
dan merupakan baku emas untuk menilai neuropati.
• Blink refleks digunakan dalam pemeriksaan facial/Bells palsy,
polyneuropathy, lesi pada N. V, dan sebagainya
 Kelompok 2
7. Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata sisi kanan tidak
bisa dipejamkan dan wajahnya tampak tidak simetris terutama bila sedang tersenyum sejak 2 hari
yang lalu. Kesemutan dan baal disangkal. Tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/m
reguler, nafas 18 x/m, temperatur 37⁰C. Status neurologis: GCS 15, paresis N. VII dekstra perifer,
sedangkan lainnya dalam batas normal.
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?

a. Bell’s palsy
b. Tumor pons
c. Stroke batang otak
d. Central pontine myelinosis
e. Tumor cerebello pontine angle
Pembahasan
Analisis Jawaban

Mata sisi kanan tidak bisa dipejamkan dan wajahnya tampak tidak simetris terutama bila sedang
tersenyum = paralisis 1 sisi wajah (ipsilateral).
PF = paresis N. VII dekstra perifer dan lainnya dalam batas normal = kerusakan saraf perifer.

Kelemahan otot wajah ipsilateral & kerusakan di saraf perifer (paresis N.VII)  Bell’s Palsy
b. Tumor pons  kerusakan pada N.V, VI, VII, VIII

c. Stroke batang otak  kecacatan yang signifikan mengenai batang otak (quadriplegia atau
hemipalgia, atalsia, disfagia, dysarthria, kelainan tatapan, neuropati kranial)

d. Central pontine myelinosis  Gejala : penurunan kesadaran, disartria, disfagia (2-3 hari)
akibat hyponatremia. Hiponatremia bagian dari penyebab penurunan kesadaran metabolic
(pompa Na-K) yang merusak selubung mielin.

e. Tumor cerebello pontine angle  Tumor pada sudut serebelo pontin (cerebellum), gejala:
neurinoma akustik (penurunan pendengaran), jika meluas bisa merusak saraf kranial
V,VII,VIII
8. Seorang perempuan berusia 30 tahun dibawa suaminya ke UGD RS karena
mengalami kelemahan di kedua tungkai sejak 2 hari yang lalu. Kelemahan dimulai dari
ujung kedua kaki kemudian menjalar ke tungkai bawah dan tungkai atas. Riwayat
demam disertai nyeri tenggorokan 3 minggu yang lalu. Pemeriksaan fisik: motorik atas
5555/5555 bawah 3333/3333, refleks fisiologis biseps ++/++, triseps ++/++, patella
+/+, achilles +/+, refleks Babinsky -/-, lainnya dalam batas normal.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di atas?
a. Guillain Barre syndrome
b. Mielitis transversa
c. Sklerosis multiple
d. Neuropati perifer
e. Miastenia gravis
A. Guillain Barre syndrome

• Kelemahan di kedua tungkai, dimulai dari ujung kedua kaki kemudian


menjalar ke tungkai bawah dan tungkai atas -> tanda yang paling pertama
muncul
• Riwayat demam disertai nyeri tenggorokan 3 minggu yang lalu -> Etiologi,
biasanya diawali infeksi saluran napas atas atau gastrointestinal
• Motorik bawah 3333/3333 -> disfungsi otonom
• Refleks fisiologis biseps ++/++, triseps ++/++, patella +/+, achilles +/+ ->
hiporefleksia, gambaran klinis yang harus ada
• Refleks Babinsky -/- -> tidak ada refleks patologis
B. Mielitis Transversa
Peradangan pada bagian saraf bagian belakang di tandai dengan nyeri,baal,paresis,gnagguan BAK dan BAB

C. Sklerosis Multiple
Penyakit demielinisasi pada sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh proses autoimun. Gejalanya yaitu, menurunnya
ketajaman penglihatan pada satu mata yang dapat disertai dengan nyeri pergerakan mata, pandangan ganda, gangguan
sensorik atau kelemahan, gangguan keseimbangan

D. Neuropati Perifer
Kerusakan pada saraf perifer. Gejala kelemahan, mati rasa hingga nyeri, biasa terjadi di tangan dan kaki.

E. Miastenia Gravis
Termasuk kelainan autoimun,Menyerang otot volunter, yaitu otot yang mengontrol mata dan pergerakannya, ekspresi
wajah, dan otot untuk menelan. Oleh karena itu dapat ditemui gejala, seperti kelemahan otot mata yang dapat
menyebabkan ptosis dan diplopia, kesulitan menelan, dan bicara pelo. Selain itu, dapat juga menyebabkan kelemahan
pada tangan, kaki, dan leher.
 Kelompok 1
9. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan kelopak mata
mudah terjatuh bila berbicara lama sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan membaik bila
beristirahat. Keluhan disertai dengan pandangan ganda yang juga hilang timbul bila
beristirahat. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal. Pemeriksaan fisik: GCS 15,
pseudoptosis, tes Watenberg (+), lainnya dalam batas normal.
Apakah terapi farmakologi yang tepat pada pasien di atas?

a. Pyridostigmine bromide
b. Metilkobalamin
c. Donepezil HCl
d. Pramipexole
e. Citicoline
JAWABAN: A. Pyridostigmine bromide

penderita myasthenia gravis atau pasien yang mengonsumsi obat pelemah otot, terjadi penurunan
kadar neurotransmiter asetilkolin. Asetilkolin berperan dalam kontraksi dan gerakan otot.

Pyridostigmine bromide adalah obat yang tergolong sebagai antikolinesterase (anticholinesterase), atau
menghambat enzim kolinesterase. Enzim kolinesterase dapat menghancurkan neurotransmiter asetilkolin.
Alasan Tidak memilih jawaban lain

a. -
b. Metilkobalamin ->digunakan untuk mengatasi kekurangan vit B12. Kekurangan atau
defisiensi vitamin B12 bisa menyebabkan Neuropati Perifer, anemia megaloblastik
c. Donepezil HCl -> Donepezil juga merupakan obat penghambat enzim asetilkolinesterase
namun lebih ditujukan pada penderita demensia Alzheimer
d. Pramipexole -> obat yang digunakan untuk mengobati gejala penyakit Parkinson, seperti
kekakuan otot, gemetaran, keram otot, dan pengedalian otot yang buruk.
e. Citicoline-> obat yang bekerja dengan cara meningkatkan senyawa kimia di otak
bernama phospholipid phosphatidylcholine. Senyawa ini memiliki efek untuk melindungi
otak, mempertahankan fungsi otak secara normal, serta mengurangi jaringan otak yang
rusak akibat cedera. 
10. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan nyeri kepala berdenyut terutama sisi kanan yang hilang timbul
sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala bertambah bila mendengar suara yang
keras atau melihat cahaya silau. Keluhan disertai mual dan muntah.
Keluhan sudah terjadi berulang kali sejak 1 tahun yang lalu, namun tidak
bertambah sering dan berat. Biasanya keluhan muncul bila sedang
menstruasi. Pemeriksaan fisik: status generalis dan neurologis dalam batas
normal. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di atas?
a. Migren
b. Arteritis temporal
c. Cluster headache
d. Tension type headache
e. Epilepsi parsial sederhana
Jawaban A. Migren

Karena didapatkan nyeri kepala berdenyut unilateral dan muncul bila


sedang menstruasi.
Karakteristik : nyeri kepala unilateral, berdenyut, dapat diperberat dengan
aktivitas fisik atau pasien sulit beraktivitas, intensitasnya sedang sampai
dengan berat, mual dan muntah, fotofobia & fonofobia.
Faktor pencetus :
-Hormonal
-Psikologis : stress, cemas, depresi
-Gangguan tidur
-Lingkungan : glare, flashing light, odor, cuaca, ketinggian
-Makanan seperti coklat, keju, MSG, alkohol
-Trauma kepala, kelelahan
-Pengaruh obat-obatan
Analis mengapa tidak memilih butir jawaban yang lain

b. Arteritis temporal : sakit kepala hebat di pelipis atau dibelakang kepala


biasanya secara tiba-tiba jika mengenai arteribesar yang menuju ke kepala,
bisa terjadi penglihatan ganda, kabur, kebutaan.
c. Cluster headache : nyeri kepala hebat atau sangat hebat pada orbita,
supraorbita, temporal unilateral selama 15-180 menit bila tidak diobati,
onset mendadak, frekuensi 4-6 serangan dalam sehari.
d. Tension type headache : nyeri kepala umunya bilateral, nyeri kepala
seperti tertekan benda berat/terikat erat, timbul secara episodik & terikat
dengan stress.
e. Epilepsi parsial sederhana : berlangsung beberapa detik atau menit,
serangan terutama terjadi sewaktu tidur ,manifestasi berupa gangguan
sensorik, motoric, otonomik, dan/atau psikis.
11. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan nyeri kepala berdenyut terutama sisi kanan yang hilang timbul sejak 2
hari yang lalu. Nyeri kepala bertambah bila mendengar suara yang keras atau
melihat cahaya silau. Keluhan disertai mual dan muntah. Keluhan sudah terjadi
berulang kali sejak 1 tahun yang lalu, namun tidak bertambah sering dan berat.
Biasanya keluhan muncul bila sedang menstruasi. Pemeriksaan fisik: status
generalis dan neurologis dalam batas normal. Apakah terapi farmakologi yang
tepat pada pasien di atas?
a. Pregabalin
b. Flunarizine
c. Sumatriptan
d. Eperisone HCl
e. Betahistine mesylate
Jawaban C. Sumatriptan

Tatalaksana migrain: pertama diberikan obat non spesifik (parasetamol


dll) bila tidak berespon baru diberikan obat spesifik lini pertama
golongan triptan (sumatriptan dll) , untuk upaya prefentifnya diberikan
asam valproat atau beta blocker dll.
Analis mengapa tidak memilih butir jawaban yang lain

a. Pregabalin : epilepsi
b. Flunarizine : terapi profilaksis epilepsi, vertigo
d. Eperisone HCl : Spinal Stenosis Lumbalis
e. Betahistine mesylate : vertigo
 Kelompok 2
9. Seorang perempuan berusia 30 tahun dibawa suaminya ke UGD RS karena
mengalami kelemahan di kedua tungkai sejak 2 hari yang lalu. Kelemahan dimulai
dari ujung kedua kaki kemudian menjalar ke tungkai bawah dan tungkai atas. Riwayat
demam disertai nyeri tenggorokan 3 minggu yang lalu. Pemeriksaan fisik: motorik
atas 5555/5555 bawah 3333/3333, refleks fisiologis biseps ++/++, triseps ++/++,
patella +/+, achilles +/+, refleks Babinsky -/-, lainnya dalam batas normal. Apakah
pemeriksaan penunjang yang tepat pada pasien di atas?
a. ENMG
b. MRI lumbal
c. Tes Harvey Masland
d. Rontgen vertebra torakolumbal
e. Somatosensory evoked potential
a. ENMG

• Diagnosis Guillain Barre syndrome


• Kelemahan ascenden dan simetris
• Anggota gerak bawah dulu baru menjalar ke atas
• Gangguan otonom
• Hiporefleksia
• Tidak ada refleks patologis
b. MRI lumbal  seharusnya normal pada Guillain Barre
syndrome
c. Tes Harvey Masland  diagnosis myasthenia gravis
d. Rontgen vertebra torakolumbal  untuk melihat gambaran
struktur tulang belakang
e. Somatosensory evoked potential  untuk menilai fungsi
sistem somatosensori
10. Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan
nyerickepala belakang sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala terasa seperti tertarik dan
dirasakan terus menerus sepanjang hari. Tidak ada mual dan muntah. Pasien sudah
sering nyeri kepala serupa sejak 2 tahun terutama bila sedang bertengkar dengan
suaminya. Pemeriksaan fisik: status generalis dan neurologis dalam batas normal.
Apakah pemeriksaan penunjang yang tepat pada pasien di atas?
a. Tidak ada
b. Elektroensefalografi
c. MRI kepala non kontras
d. Rontgen cervical AP/Lateral
e. CT-scan kepala dengan kontras
a. Tidak ada
Keluhan Utama :
• Nyeri kepala belakang seperti tertarik
• Pasien sudah sering nyeri kepala serupa sejak 2 tahun  nyeri kepala
berulang
• Nyeri kepala terutama bila sedang bertengkar dengan suaminya  stress
psikologis

Keluhan diatas mengarah pada sefalgia primer tipe Tension Type Headhace
(TTH). Pada sefalgia primer nyeri kepalanya bukan diakibatkan oleh
adanya kelainan intrakranial, tidak terkait dengan kondisi patologi atau
penyebab lain yang mendasari.
b. Elektroensefalografi : untuk mendeteksi kecurigaan
penyakit gangguan struktural otak atau penyakit sistemik
yang mendasarinya
c. MRI kepala non kontras : untuk melihat adanya gangguan
vaskular (perdarahan)
d. Rontgen cervical AP/Lateral : untuk melihat struktur tulang
belakang
e. CT-scan kepala dengan kontras : untuk melihat adanya
infeksi, neoplasma
11. Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan
nyeri kepala belakang sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala terasa seperti tertarik dan
dirasakan terus menerus sepanjang hari. Tidak ada mual dan muntah. Pasien sudah
sering nyeri kepala serupa sejak 2 tahun terutama bila sedang bertengkar dengan
suaminya. Pemeriksaan fisik: status generalis dan neurologis dalam batas normal.
Apakah terapi farmakologik yang tepat pada pasien di atas?
a. Betahistine mesylate
b. Sumatriptan
c. Flunarizine
d. Ketoprofen
e. Ergotamin
a. Betahistine mesylate : farmakoterapi vertigo perifer

b. Sumatriptan : farmakoterapi migrain

c. Flunarizine : farmakoterapi vertigo perifer

e. Ergotamin : farmakoterapi migrain


 Kelompok 1
12. Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri kepala berdenyut sisi
kanan berulang sejak 2 tahun yang lalu. Nyeri kepala dirasakan selama 5 menit kemudian hilang dengan
sendirinya. Tidak ada keluhan lainnya. Biasanya keluhan muncul jika mendekati saat menstruasi. Pemeriksaan
fisik: status generalis dan neurologis dalam batas normal. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di atas?
a. Epilepsi parsial sederhana
b. Tension type headache
c. Vaskular headache
d. Cluster headache
e. Migren
JAWABAN: a. Epilepsi Parsial Sederhana

Keluhan:
 Nyeri kepala berdenyut unilateral (berulang sejak 2 tahun lalu)
 Keluhan dirasakan selama 5 menit dan hilang dengan sendirinya
 Biasanya muncul saat akan menstruasi
PENJELASAN

a. Epilesi parsial sederhana


b. Tension type headache: umumnya bilateral, terasa seperti tertekan berat atau terikat, pencetus biasanya
stress.
c. Vaskular headache (Cluster Headache)
d. Cluster Headache: nyeri kepala hebat, unilateral (puncak 10-15 menit hingga 2 jam), nyeri retro orbital
seperti ditusuk, pencetus nyeri adalah cahaya, disertai gejala lakrimasi, rhinorrhea, kongesti nasal,
hipohidrosis pada wajah, miosis, ptosis dan edema palpebral
e. Migren: minimal 5 serangan, nyeri kepala berdenyut, unilateral, keluhan disertai mual atau muntah,
fotofobia dan fonofobia, berlangsung selama 4-72 jam (tanpa pengobatan).
13. Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri kepala berdenyut sisi
kanan berulang sejak 2 tahun yang lalu. Nyeri kepala dirasakan selama 5 menit kemudian hilang dengan
sendirinya. Tidak ada keluhan lainnya. Biasanya keluhan muncul jika mendekati saat menstruasi. Pemeriksaan
fisik: status generalis dan neurologis dalam batas normal. Apakah pemeriksaan penunjang yang tepat pada
pasien di atas?
a. Tidak ada
b. Elektroensefalografi
c. MRI kepala non kontras
d. Rontgen cervical AP/Lateral
e. CT-scan kepala dengan kontras
JAWABAN: b. Elektroensefalografi

Keluhan:
 Nyeri kepala berdenyut unilateral (berulang sejak 2 tahun lalu)
 Keluhan dirasakan selama 5 menit dan hilang dengan sendirinya
 Biasanya muncul saat akan menstruasi
(Epilepsi Parsial Sederhana)
PENJELASAN

a. Tidak ada
b. Elektroensefalografi: tes untuk mengukur aktivitas listrik di otak fungsi utamanya adalah mendeteksi dan
menyelidiki epilepsi, dengan tes ini dokter dapat mengidentifikasi jenis dan pemicu terjadinya epilepsi
c. MRI kepala non kontras: untuk melihat jaringan otak, lesi yang letaknya di dalam, lesi demielinisasi, dan
perdarahan
d. Rontgen cervical AP/lateral: untuk melihat tulang atau neoplasma dengan infiltrasi ke tulang otak, drop
hand/wrist drop, trauma tanpa perdarahan.
e. CT scan kepala dengan kontras: untuk melihat infeksi (seperti edema/vasodilatasi) dan tumor
(neovaskularisasi).
 Kelompok 2
12. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri
kepala yang terasa berat di daerah dahi kanan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai
nyeri di belakang mata, mata terasa berair, dan hidung kanan tersumbat. Tidak ada
mual dan muntah. Keluhan serupa pernah dirasakan 1 tahun yang lalu selama 3 hari
dan setelahnya hilang dengan sendirinya. Pemeriksaan fisik: edema palpebra kanan,
injeksi konjungtiva kanan,
NRS 10, GCS 15, lainnya dalam batas normal.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien?
a. Migren
b. Arteritis temporal
c. Cluster headache
d. Tension type headache
e. Epilepsi parsial sederhana
C. Cluster headache

Kriteria CH sesuai The International Classification of Headachr Disorders 3rd Edition


(ICHD-3):
A. Minimal ada lima serangan yang memenuhi kriteria B-C.
B. Nyeri berat atau sangat berat unilateral di orbital, supraorbital, dan/atau temporal selama
15-180 menit (jika tidak diterapi).
C. Minimal satu gejala atau tanda berikut yang berlokasi ipsilateral terhadap nyeri kepala:
• Injeksi Konjungtiva dan/atau lakrimasi
• Edema kelopak mata
• Keringat dahi dan wajah
• Flushing di dahi dan wajah
• Rasa penuh di telinga
• Miosis dan/atau ptosis
• Agitasi atau gaduh gelisah
A. Migrain
Nyeri sedang sampai berat, sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk, rasa nyerinya semakin
parah dengan aktivitas fisik, disertai mual dengan atau tanpa muntah, Fotofobia dan atau fonofobia.

B. Arteritis Temporal
Diagnosis banding Cluster Headache. Nyeri kepala pada arteritis temporal umumnya terlokalisir pada
area temporal atau oksipital. Sifat nyeri bisa berdenyut dan kontinu. Nyeri akan dirasakan bertambah
sakit jika diraba. Keluhan yang muncul di awal biasanya penglihatan kabur atau gangguan refraksi yang
bersifat transien dan intermiten.

C. Tension type Headache


Nyerinya mulai dari ringan sampai sedang, lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher
bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan,
nyeri seperti berat di kepala, pegal, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya tidak
berdenyut, tidak disertai mual ataupun muntah.

E. Epilepsi Parsial Sederhana


Disertai gejala motorik, psikis, somato-sensorik, dan otonom.
13. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri kepala
yang terasa berat di daerah dahi kanan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri di
belakang mata, mata terasa berair, dan hidung kanan tersumbat. Tidak ada mual dan
muntah. Keluhan serupa pernah dirasakan tahun yang lalu selama 3 hari dan setelahnya
hilang dengan sendirinya. Pemeriksaan fisik: edema palpebra kanan, injeksi konjungtiva
kanan, NRS 10, GCS 15, lainnya dalam batas normal.
Apakah terapi medikamentosa yang tepat pada pasien?
a. CPAP
b. Amitriptilin
c. Flunarizine
d. Oksigenisasi
e. Betahistine mesylate
D. Oksigenisasi
Diagnosis Cluster Headache
Nyeri kepala yang terasa berat di daerah dahi kanan, nyeri di belakang
mata, mata terasa berair, hidung kanan tersumbat, tidak ada mual dan
muntah, edema palpebra kanan, injeksi konjungtiva kanan, NRS 10.
A. CPAP : Pengobatan untuk penderita gangguan tidur yang
dinamakan sleep apnea.
B. Amitriptilin : Obat terapeutik maupun sebagai pencegahan
tension-type Headache, bisa sebagai terapi profilaksis migrain.
C. Flunarizine : Golongan obat calsium-channel blocker, sebagai
profilaksis migrain, vertigo, dan sistem vestibular.
E. Betahistine Mesylate : Tatalaksana untuk vertigo.

Anda mungkin juga menyukai