Anda di halaman 1dari 8

PATIENT

SAFETY
NAMA : WAHYUDI
NPM : 200102018
1
KASUS I
PENYEBAB
Fase Prescribing
Faktor gangguan/interupsi bekerja dapat menyebabkan ME terutama dengan dering
telepon yang bunyi tiba-tiba.
Gangguan lingkungan yang tidak nyaman seperti berisik, suasana kerja yang tidak
harmonis, gangguan telepon, kondisi pencahayaan redup, kelebihan beban kerja
karena Sumber Daya Manusia (SDM) kurang, merupakan sumber stress bagi para
petugas terutama untuk pernyataan tenaga kesehatan mampu menyelesaikan sendiri
setiap pekerjaan.
Tingginya tingkat kesibukan dokter sehubungan dengan banyaknya pasien dapat
menyebabkan kesalahan dalam penulisan resep obat.
Komunikasi dokter dengan farmasi sangatlah minim atau tidak ada sama sekali.
Penulisan resep tidak lengkap

3
PENYEBAB
Fase Dispensing
Faktor gangguan/interupsi bekerja pada saat dispensing dapat menyebabkan ME.
Beban kerja tenaga kesehatan seperti farmasi dan perawat karena jumlah petugas
yang tidak memadai dan beban kerja yang berlebihan.
Komunikasi yang kurang baik antara perawat dengan apoteker terhadap order obat
yang harus diberikan kepada pasien.
Tidak adanya ruangan penyiapan obat/racikan.
Kesalahan pada fase dispensing paling sering terjadi karena tulisan yang tidak jelas,
atau karena tempat obat yang berdekatan, nama dan tampilan obat mirip.

4
KESIMPULAN
1. Faktor penyebab ME fase prescribing meliputi gangguan bekerja yaitu terganggu
dengan dering telepon, beban kerja yaitu tenaga kesehatan tidak mampu mengerjakan
sendiri setiap pekerjaan, komunikasi yaitu kurang baiknya komunikasi lisan dokter
dan apoteker tentang penggunaan obat untuk pasien, kondisi lingkungan yaitu
pencahayaan yang kurang mendukung saat bekerja, dan edukasi yaitu penulisan
resep yang tidak memenuhi syarat kelengkapan resep.
2. Faktor penyebab ME fase dispensing meliputi gangguan bekerja yaitu terganggu
dengan dering telepon, komunikasi yaitu kurang baiknya komunikasi apoteker dan
perawat dalam penyiapan obat pasien, beban kerja yaitu tenaga kesehatan tidak
mampu menyelesaikan sendiri setiap pekerjaan, kondisi lingkungan yaitu tidak
adanya ruangan penyiapan obat, dan edukasi yaitu penyiapan obat yang tidak sesuai
permintaan resep.

5
KASUS II
RANGKUMAN

Polifarmasi banyak ditemukan pada populasi geriatri dan berhubungan dengan efek samping dan lama
perawatan di rumah sakit. Polifarmasi adalah penggunaan bersamaan enam obat atau lebih oleh seorang
pasien. Mengidentifikasi dan menghindari polifarmasi dapat memberikan hasil yang lebih baik pada pasien
usia lanjut dan membantu meningkatkan kualitas hidup. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dalam
mengidentifikasi dan menatalaksana polifarmasi pada pasien geriatri. Polifarmasi banyak ditemukan pada
pasien geriatri dan berkaitan dengan kondisi penyakit dan pertambahan usia. Peningkatan penggunaan obat
pada geriatri meningkatkan risiko negatif seperti peningkatan biaya perawatan, kejadian efek samping obat,
interaksi obat, ketidakpatuhan pengobatan,penurunan status fungsional, dan sindrom geriatri. Beberapa
strategi untuk mengurangi polifarmasi dikalangan pasien usia lanjut membutuhkan kerjasama multidisiplin.
Penerapan kriteria AGS Beers dan kriteria STOPP / START meningkatkan kesesuaian obat pada pasien usia
lanjut dan mengurangi polifarmasi. Diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang polifarmasi dan
konsekuensinya pada pasien geriatri. Diperlukan implementasi instrumen dan metode untuk mengatasi
polifarmasi pada praktek klinis sehari-hari pada pasien geriatri.

7
KESIMPULAN

Polifarmasi banyak ditemukan pada pasien geriatri dan berkaitan dengan


kondisi penyakit dan pertambahan usia. Polifarmasi pada geriatri
meningkatkan risiko negatif seperti peningkatan biaya, efek samping,
interaksi obat, ketidakpatuhan pengobatan, penurunan status fungsional,
dan sindrom geriatri. Strategi mengurangi polifarmasi pada usia lanjut
membutuhkan kerjasama multidisiplin. Penerapan kriteria AGS Beers dan
kriteria STOPP / START meningkatkan kesesuaian obat pada pasien usia
lanjut dan mengurangi polifarmasi.

Anda mungkin juga menyukai