Anda di halaman 1dari 17

Biolog

i FST
UT

Materi Inisiasi
3
Faktor Lingkungan Kimia yang Memengaruhi Biota Ai

Mutimanda Dwisatyadini., M.Kep.


Lingkungan Kimia

•Lingkungan kimia yang ada dapat


mempengaruhi jenis ataupun komposisi dan
kelimpahan tumbuhan maupun hewan yang
ada di dalamnya. Melalui proses biologi,
biota yang ada juga dapat mempengaruhi
kondisi kimia perairan tersebut.
•Pengetahuan tentang sifat fisik dan
kimia air sangat diperlukan, untuk
memahami keadaan saling mempengaruhi
antara organisme perairan dengan
lingkungannya.
• Gas Terlarut di Perairan
Gas-gas terlarut di perairan yang dijelaskan pada
bahasan berikut ini, antara lain: karbondioksida bebas,
oksigen terlarut, gas metan, dan gas hidrogen sulfida.

• Karbondioksida memegang peranan penting bagi semua


tumbuh-tumbuhan hijau yang mampu berasimilasi, baik
tumbuhan renik misalnya fitoplankton maupun tumbuhan
tingkat tinggi. Sumber gas karbondioksida terutama
berasal dari proses dekomposisi bahan-bahan organik
oleh mikroba, dari proses pernafasan hewan dan tumbuhan
dalam air, diffusi dari atmosfer, serta dari aliran air
tanah yang melewati bahan-bahan yang sedang dalam
proses pelapukan. Pada perairan yang paling bawah
mempunyai kadar karbondioksida yang tinggi, karena
proses dekomposisi terjadi di dasar perairan.
• Oksigen digunakan untuk respirasi atau
pernafasan tumbuhan dan hewan, proses
dekomposisi bahan-bahan organik oleh bakteri,
dan proses oksidasi bahan-bahan buangan. Oksigen
yang larut dalam air yang utama berasal dari
proses diffusi oksigen dari udara ke dalam air
melalui permukaannya, kemudian disebarkan ke
seluruh badan perairan oleh angin, ombak, dan
proses pengadukan.

• Gas metan merupakan gas yang bersifat mereduksi.


Gas metan berasal dari proses pembongkaran
hidrat arang dari bahan organik secara anaerob,
yang umumnya terjadi di dasar perairan.
• Gas terlarut lain di perairan, yang keberadaannya tidak
diharapkan adalah hidrogen sulfida (H2S). Hidrogen sulfida
terjadi dalam keadaan anaerob, karena sulfat yang direduksi
oleh bakteri Bacterium vulgare menjadi senyawa sulfide dalam
bentuk hidrogen sulfida (H2S). H2S mudah dioksidasi menjadi
asam sulfat, maka H2S hanya mantap dalam keadaan tanpa
oksigen. H2S sangat toksik terhadap ikan. Di samping
bersifat racun, H2S juga kurang menguntungkan bagi perairan
karena pada waktu naik dari dasar perairan ke bagian atas
dapat mengurangi oksigen yang larut dalam air yang
dilewatinya. H2S yang dihasilkan oleh reduksi sulfat atau
zat-zat yang lain yang mengandung belerang bertanggung jawab
terhadap bau telur busuk yang dikeluarkan oleh kebanyakan
air tergenang dan air tanah.
Nutrien Terlarut di Perairan

Nutrien terlarut yang akan


dibicarakan di sini adalah
yang merupakan unsur
esensial utama untuk tumbuh-
tumbuhan selain karbon, yang
keberadaannya menjadi
faktor pembatas di perairan
yaitu nitrogen, fosfor,
kalium, kemudian bahan
organik.
• Nitrogen adalah satu nutrien penting bagi
biota perairan. Nitrogen merupakan elemen
esensial bagi pertumbuhan dan reproduksi
tumbuhan dan hewan. Nitrogen terdapat dalam
asam amino untuk membentuk protein, asam
nukleat, matrial hereditas, kebutuhan sel, dan
komposisi bahan organik serta anorganik.

• Persentase fosfor di dalam bahan tanaman


relatif rendah, tetapi unsur ini merupakan
komponen utama dari tanaman. Fosfor merupakan
unsur utama bagi pembentukan protein dan
metabolisme sel suatu organisme.
• Potasium atau kalium (K) yang menyusun
± 2,5% lapisan kerak bumi adalah salah
satu unsur alkali utama di perairan. Di
perairan K tedapat dalam bentuk ion
atau berikatan dengan ion lainnya
membentuk garam yang mudah larut,
sedikit sekali membentuk presipitasi.
Kalium banyak ditemukan pada batuan
mineral seperti feldspar (KA1Si3O8),
Leucita (KAlSi2O6), feldsparhoids, dan
micas.
• Kadar bahan organik yang larut tidak dapat
diabaikan dalam memperhitungkan produktivitas
suatu perairan. Secara normal bahan organik
tersusun oleh unsur-unsur C, H, O dan dalam
beberapa hal mengandung N, S, P dan Fe.
Struktur dan sifat-sifat senyawa organik
memiliki kisaran yang sangat luas. Bahan
organik di ekosistem akuatik bervariasi ada
yang berupa senyawa organik terlarut dan ada
yang merupakan partikel bahan organik. Senyawa-
senyawa organik umumnya tidak stabil dan mudah
dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi
senyawa stabil, antara lain: CO2, NO3, H2O.
• Untuk menyatakan kandungan zat-zat organik
dilakukan dengan pengukuran jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk menstabilkan antara
lain:

• Oksigen Biologi (BOD/Biological Oxygen


Demand),

• Nilai permanganat,
• Kebutuhan oksigen kimia (COD/Chemical
Oxygen Demand)
• Bahan Terlarut Lain di Perairan

• Keberadaan kalsium (Ca) sangat dipengaruhi oleh reaksi kimia yang


melibatkan karbondioksida. Karbondioksida yang merupakan gas yang
mudah terlarut memasuki perairan secara langsung bersama dengan
air hujan, respirasi tumbuhan dan hewan akuatik, serta hasil dari
proses dekomposisi bahan organik. Karbondioksida bereaksi dengan
air membentuk asam karbonat (H2CO3). Apabila asam karbonat
melewati perairan dengan dasar batuan calcareus anorhite
(CaAl2Si2O8), gypsum (CaSO4.2H2O) yang banyak mengandung kalsium,
maka akan membentuk kalsium karbonat (Ca(HCO3)2) yang bersifat
larut dan mengakibatkan perairan menjadi sadah (hard water)
dengan pH 7-9 yang cenderung lebih produktif. Apabila perairan
tersebut berada pada wilayah yang bukan berupa batuan calcareous
seperti granit shale atau slate, maka perairan tersebut menjadi
lunak (soft water) dengan pH rendah.
• Magnesium (Mg) adalah logam alkali tanah yang
keberadaannya cukup berlimpah pada perairan alami.
Bersama dengan Ca merupakan penyusun utama kesadahan.
Garam-garam Mg bersifat mudah larut dan cenderung
bertahan sebagai larutan meskipun garam-garam kalsium
telah mengalami presipitasi.

• Sodium atau natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali


utama yang ditemukan di perairan. Hampir semua senyawa
Na mudah larut dalam air dan bersifat sangat reaktif. Na
adalah kation penting yang mempengaruhi keseimbangan
keseluruhan kation di perairan. Sumber utama Na di
perairan adalah: albite (NaALSi3O8), nepheline
(NaAlSiO4), halite (NaCl), dan mirahilite (Na2SO4.10H2O).
• Unsur halogen terdiri atas florin (F2), klorin
(Cl2), bromine (Br2), dan iodine (I2). Halogen
pada perairan berada dalam bentuk ion
monovalen seperti ion flurida (F), ion klorida
(Cl), ion bromide (Br), dan ion iodida (I).
Unsur-unsur halogen umumnya ditemukan pada
perairan laut. Di perairan laut, ion Cl
ditemukan dalam jumlah besar, sedangkan ion
halogen lainnya dalam jumlah yang relatif
sedikit. Sekitar ¾ dari klorin yang terdapat
di bumi berada dalam bentuk larutan, sedangkan
sebagian besar florin (F2) berada dalam bentuk
mineral.
• Sulfur (S) berada dalam bentuk organik dan
anorganik. Sulfur oksida (SOX) dan hidrogen
sulfida (H2S) adalah sulfur dalam bentuk gas
yang biasa ditemukan di atmosfir. Atmosfir
menerima sulfur dari berbagai sumber yaitu:
aktivitas bakteri melepaskan hidrogen sulfida,
pembakaran bahan bakar fosil melepaskan sulfur
oksida, percikan air laut karena tipuan angin
melepaskan sulfat, aktivitas vulkanis
melepaskan hidrogen sulfida, sulfur dioksida
dan sulfat. Sulfat anorganik yang terutama
terdapat dalam bentuk sulfat (SO42-) adalah
bentuk sulfur utama di perairan dan tanah.
• Keberadaan besi (Fe) pada kerak bumi menempati
posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam
bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada
perairan alami dengan pH sekitar 7 dengan kadar
oksigen terlarut memadai, ion ferro dioksidasi
menjadi ion ferri. Ion ferro bersifat mudah larut.

• Silikon (Si) adalah salah satu unsur yang


berlimpah dalam kerak bumi. Silikon tidak
ditemukan dalam bentuk elemen bebas di alam,
tetapi berkaitan dengan oksigen dan elemen
lainnya. Bentuk silikon yang umum adalah silica
(SiO3). Silica bersifat tidak larut berada dalam
bentuk koloid.
• Mangan (Mn) adalah kation logam yang karakteristik
kimianya serupa dengan besi. Mangan berada dalam
bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di
dalam tanah Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan
dioksida.

• Keberadaan aluminium (Al) pada perairan biasanya


terserap ke dalam sedimen atau mengalami
presipitasi. Al dan oksida aluminium bersifat
tidak larut, akan tetapi garam-garam Al sangat
mudah larut. Sumber utama Al adalah mineral
aluminosilicate yang terdapat melimpah pada batuan
dan tanah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai