Anda di halaman 1dari 28

Biofarmaseutika

Kelompok 6
Anggota Kelompok

Anakita Zeta P.P. Aulia Adistiani Heru Galang A.


200110210139 200110210141 200110210142

Muhammad Wildan S. Nadia Maharani Rio Faturahman


200110210143 200110210138 200110210140
Pengertian
Biofarmasetika adalah ilmu yang menjelaskan
hubungan antara sifat-sifat kimia fisika obat, atau
bahan obat, dengan absorbsinya, bioavailabilitas-
nya atau efek farmakologinya.

Atau, kajian tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi bioavailibitas obat pada manusia
& hewan untuk memberikan informasi untuk
mengoptimalkan aktivitas farmakologi dan
teurapetik dari produk obat.
Faktor-faktor yang dimaksud :

● Sifat kimia obat (asam atau basa lemah)


● Zat penambah inert (eksipien) dalam formulasi bentuk sediaan
● Metode fabrikasi (granulasi kering/basah)
● Sifat fisiko kimia obat (pKa, ukuran partikel dan distribusi ukuran
Koefisien partisi, polimorfisme, dll.)
● Stabilitas obat di dalam produk obat
● Pelepasan obat dari produk obat
● Laju disolusi/pelepasan obat dari tempat absorbsinya
● Absorbsi sistemik obat
Istilah dari Biofarmaseutika

Istilah Biofarmaseutika pertama kali dikemukakan pada tahun


1960 oleh G.Levy.

John G. Wagner mengemukakan ulasan mengenai “aspek


penyerapan obat-obatan setelah dikonsumsi oleh tubuh manusia”,
yang lalu disusun dalam istilah baru yang disebut Biofarmasetika.
[L. Benet, 1973]
Istilah dari Biofarmatika

Bahasa Prancis
Biophamacie Bahasa Indonesia
Biogalenika
Biofarmaseutika

Bahasa Inggris
Biopharmeutics
(G. Levy, John G. Wagner)
Rute
Pemberian Obat
Rute Pemberian Obat
Rute Pemberian obat adalah cara atau jalur masuknya obat ke
dalam tubuh dengan efek tertentu yang dikehendaki.

Intravaskular Ekstravaskular

1. Intravena
Melalui pembuluh darah balik (vena)
2. Transdermal
Melalui kulit.
3. Subkutan
Disuntikkan melalui kulit.
4. Intramuskular
Disuntikkan menembus otot daging.
Rute Pemberian Obat

5. Sublingual
Di bawah lidah, penyerapan melalui membran mukosa.
6. Oral
Melalui mulut masuk saluran intestinal (lambung), penyerapan
obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus.
7. Inhalasi
Melalui mulut harus dikabutkan menjadi tetesan lebih kecil
dibanding pada rute hidung, sehingga dapat melewati
tenggorokan ke paru-paru.
8. Rektal
Melalui dubur.
Fase
Biofarmaseutikal
Fase Biofarmaseutikal
Fase ini meliputi waktu mulai dari penggunaan obat
hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh.

Kerumitan peristiwa tersebut tergantung pada cara pemberian


dan bentuk sediaan, yang secara keseluruhan berperan pada
proses predisposisizat aktif dalam tubuh.
Fase Biofarmaseutikal

LIBERASI
03
ABSORPSI 01
Pelepasan
Penyerapan

DISOLUSI
Pelarutan

02
Proses pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan cukup rumit tergantung pada
jalur pemberian dan bentuk sediaan, serta dapat terjadi secara cepat dan
lengkap. Pelepasan zat aktif dipengruhi oleh keadaaan lingkungan biologis
dan mekanis pada tempat pemasukan obat, misalnya gerak peristaltic usus,
dan hal ini penting untuk bentuk sediaan yang keras atau kenyal (tablet,
suppositoria dll). Sebagaimana diketahui, tahap pelepasan ini dapat dibagi
dalam dua tahap yaitu tahap pemecahan dan peluruhan, misalnya untuk

i b er asi sebuah tablet. Dari tahap pertama ini diperoleh suatu disperse halus padatan
L zat aktif dalam cairan di tempat obat masuk ke dalam tubuh.
Setelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap kedua adalah
pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif, yaitu pembentukan disperse
molekuler dalam air. Tahap kedua ini merupakan keharusan agar selanjutnya
terjadi penyerapan. Tahap ini juga diterapkan pada obat-obtan yang dibuat
dalam bentuk larutan zat aktif dalam minyak, tetapi yang terjadi adalah proses
ekstraksi. Setelah pemberian sediaan larutan, secara in situ dapat timbul

Disolusi
endapan zat aktif yang biasanya berbentuk amorf sebagai akibat perubahan pH
dan endapan tersebut selanjutnya akan melarut lagi.
Tahap ini merupakan bagian dari fase biofarmasetik dan awal fase
farmakokinetik, jadi tahap ini benar-benar merupakan masuknya zat aktif
dalam tubuh yang aturan-aturannya ditengarai oleh pemahaman ketersediaan
hayati (bioavabilitas). Penyerapan zat aktif tergantung pada bagian parameter,
terutama sifat fisika-kimia molekul obat. Absorpsi ini tergantung juga pada
tahap sebelumnya yaitu saat zat aktifnya berada dalam fase biofarmasetik.
Dengan demikian proses penyerapan zat aktif terjadi apabila sebelumnya
sudah dibebaskan dari sediaan dan sudah melarut dalam cairan biologi

b sor p si setempat. Tahap pelepasan dan pelarutan zat aktif merupakan tahap penentu
A pada proses penyerapan zat aktif, baik dalam hal jumlah yang diserap maupun
laju penyerapannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi 1. Fakt
or
L.D.A (Liberasi, Disolusi, Absorpsi) 2. Fakt Fisiokimia
or
3. Fakt Fisiologi
or Pato
logi
Faktor Fisikokimia
Faktor Fisika Faktor Kimia

● Ukuran partikel :Penurunan


ukuran partikel dapat
mempengaruhi laju absorbsi dan ● Pengaruh pembentukan garam :
kelarutannya. untuk mengubah senyawa asam dan
● Bentuk kristal dan amorf : bentuk basa yang sukar larut dalam air
kristal umumnya lebih sukar larut sehingga mempengaruhi laju
dari pada bentuk amorfnya kelarutannya
● Solvat dan hidrat : selama ● Pengaruh pembentukan ester :
kristalisasi molekul air dan pelarut menghambat atau memperpanjang
dapat berikatan kuat dengan zat aksi zat aktif
aktifnya menghasilkan solfat , bila
pelarut air terbentuk hidrat.
Faktor Fisiologi
Permukaan Penyerapnya

Lambung tidak mempunyai permukaan penyerap yang berarti, dibandingkan


dengan usus halus. Namun mukosa lambung dapat menyerap obat yang diberikan peroral
dan tergantung pada keadaan, lama kontak menentukan terjadinya penyerapan pasif dari
zat aktif lipofil dan bentuk tak terionkan pada PH lambung yang asam. Penyerapan pasif
dapat terjadi pada usus halus secara kuat pada daerah tertentu tanpa mengabaikan
peranan PH yang akan mengionisasi zat aktif atau menyebabkan pengendapan sehingga
penyerapan hanya terjadi pada daerah tertentu.
Suatu alkaloida yang larut dan terionkan dalam cairan lambung,secara teori kurang
diserap. Bila PH menjadi netral atau alkali, bentuk basanya akan mengendap pada PH
5,5. Bentuk basa tersebut kadang-kadang sangat tidak larut untuk dapat diserap dalam
jumlah yang cukup . Oleh sebab itu harus dirancang suatu sediaan dengan pelepasan dan
pelarutan zat aktif yang cepat.
Faktor Fisiologi
Umur Sifat Membran Organik

Saluran cerna pada bayi yang baru lahir


bersifat sangat permeabel dibandingkan
bayi yang berumur beberapa bulan. Pada Sifat membran biologik sel-sel penyerap
bayi dan anak-anak, sebagian sistem pada mukosa pencernaan akan
enzimatik belum berfungsi sempurna mempengaruhi proses penyerapan. Sifat
sehingga dapat terjadi dosis lebih pada zat utama lipida memungkinkan terjadinya
aktif tertentu yang disebabkan tidak difusi pasif zat aktif dengan sifat lipofil
sempurnyanya proses detiksifikasi tertentu dari bentuk yang terinkan di
metabolik, atau karena penyerapan yang lambung dan terutama di usus besar.
tidak sempurna dan karena gangguan
saluran cerna.
Faktor Patologi
Faktor penghambat dan penurunan Faktor penghambat dan peningkat
efek obat efek obat

● Gangguan penyerapan di saluran ● Peningkatan penyerapan karena


cerna, karena adanya perubahan terjadi kerusakan membran pada
transit getah lambung dan keadaan tempat kontak
mukosa usus. ●
● Insufisiensi hati
Penurunan absorbsi parenteral
karena penurunan laju aliran darah ● Insufisiensi ginjal
● Peningkatan eliminasi zat aktif ● Gangguan pada sistem endokrin
melalui ginjal , karena alkalosis atau berakibat pada penekanan laju
asidosis.
reaksi biotransformasi
Biopharmaceutical
Classification
System
BCS (Biopharmaceutical Classification System) atau sistem klasifikasi
biofarmasetika adalah suatu model eksperimental yang mengukur
permeabilitas dan kelarutan suatu zat dalam kondisi tertentu. Sistem ini dibuat
untuk pemberian obat secara oral. Untuk melewati studi bioekivalen secara in
vivo, suatu obat harus memenuhi persyaratan kelarutan dan permeabilitas
yang tinggi
Tujuan dari BCS Untuk merekomendasikan kelas pelepasan
cepat dari bentuk sediaan padat oral yang
secara bioekivalensi dapat dinilai
berdasarkan uji disolusi in vitro
Untuk meningkatkan efisiensi
pengembangan obat dan proses
peninjauan dengan merekomendasikan
strategi untuk mengidentifikasi uji
bioekivalensi. Untuk merekomendasikan suatu metode
untuk klasifikasi yang sesuai dengan
disolusi bentuk sediaan dengan
karakteristik kelarutan dan permeabilitas
produk obat
Klasifikasi BCS Kelas II (Permeabilitas
tinggi, Kelarutan rendah

Misalnya Fenitoin, Danazol, Ketokonazol,


Kelas I (Permeabilitas asam mefenamat, Nifedipine. Obat kelas II
memiliki daya serap yang tinggi tetapi laju
tinggi, Kelarutan tinggi) disolusi rendah. Dalam disolusi obat secara
in vivo maka tingkat penyerapan terbatas
Misalnya Metoprolol, Diltiazem, kecuali dalam jumlah dosis yang sangat
Verapamil, Propranolol. Obat kelas I tinggi. Penyerapan obat untuk kelas II
menunjukkan penyerapan yang tinggi dan biasanya lebih lambat daripada kelas I dan
disolusi yang tinggi. Senyawa ini terjadi selama jangka waktu yang lama.
umumnya sangat baik diserap. Senyawa Korelasi in vitro-in vivo (IVIVC) biasanya
Kelas I diformulasikan sebagai produk diterima untuk obat kelas I dan kelas II.
dengan pelepasan segera, laju disolusi
umumnya melebihi pengosongan lambung.
Kelas III (Permeabilitas Kelas IV (Permeabilitas
rendah, Kelarutan rendah, Kelarutan rendah
tinggi)
Misalnya taxol, hydroclorthiaziade,
Misalnya Simetidin, Acyclovir, Neomycin B, furosemid. Senyawa ini memiliki
Captopril. Permeabilitas obat berpengaruh bioavailabilitas yang buruk. Biasanya
pada tingkat penyerapan obat, namun obat ini mereka tidak diserap dengan baik dalam
mempunyai laju disolusi sangat cepat. Obat mukosa usus. Senyawa ini tidak hanya sulit
ini menunjukkan variasi yang tinggi dalam untuk terdisolusi tetapi sekali didisolusi,
tingkat penyerapan obat. Karena pelarutan sering menunjukkan permeabilitas yang
yang cepat, variasi ini disebabkan perubahan terbatas di mukosa GI. Obat ini cenderung
permeabilitas membran fisiologi dan bukan sangat sulit untuk diformulasikan
faktor bentuk sediaan tersebut. Jika formulasi
tidak mengubah permeabilitas atau waktu
durasi pencernaan, maka kriteria kelas I dapat
diterapkan
Kelas yang Digunakan
dalam BCS

1. Suatu obat dianggap sangat larut 3. Suatu produk obat dianggap cepat
ketika kekuatan dosis tertinggi yang melarut ketika ≥ 85% dari jumlah
larut dalam ≤ 250 ml air pada rentang berlabel bahan obat larut dalam waktu
pH 1 sampai 7,5 30 menit menggunakan alat disolusi I
atau II dalam volume ≤ 900 ml larutan
buffer.
2. Suatu obat dianggap sangat permeabel
ketika tingkat penyerapan pada manusia ≥
90% dari dosis yang diberikan,
berdasarkan pada keseimbangan massa
atau dibandingkan dengan dosis
pembanding intravena.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi 1. Laju
2. Kela disolusi
Biopharmaceutical Classification rut
3. Perm an
eabilita
System (BCS s
Terima kasih^^

Any questions?

Anda mungkin juga menyukai