Anda di halaman 1dari 24

Faishal Bagaskara -> Homi K.

Bhabha “The Location of Culture”

PENJAJAH TERJAJAH

RUANG
KETIGA
(LIMINA
L)
Black Skin, White Masks
AGENDA:
01 BIOGRAFI

02 DESKRIPSI BUKU

03 ISI BUKU: PEMBAHASAN

04 KESIMPULAN
SIAPA FRANTZ FANON?

 Frantz Fanon adalah seorang Psikiater kebangsaan


Prancis (orang tua: budak Afrika berdarah Prancis)
 Senin, 20 Juli 1925 di Foort-de-Frace, Martinique
 Pemikir revolusioner di bidang poskolonialisme
 Pengaruh dari Aime Cesaire @penulis “Diskursus
Kolonialisme” juga buku “Cahier d’un router au pays
natal” (catatan pulang kembali ke rumah) – ide bahwa
”Tidak ada humanisme yang dibawa oleh
kolonialisme”
 “Saya berbicara tentang jutaan manusia yang
dicekoki rasa takut, rendah diri, keputusasaan, dan
dilatih gemetar, berlutut dan bertingkah bak budak”
Frantz Fanon Aime Cesaire (Aime Cesaire)
PENDIDIKAN KARIR & AKTIVITAS

 Pendidikan pertama di Martinique (kepulauan  Mengelola unit psikiatri di Rumah Sakit Blida-
Martini) Joinville di Aljazair
 Pindah ke Metropolitan Prancis (kota idaman  Mengenal gerakan pembebasan Aljazair “National
orang Antilles/kulit hitam) Liberation Front (FLN )”
 Perang Dunia II: bergabung dalam milisi “Free  Menulis di koran bawah tanah “Moujahid “
Franch Army” (Afrika Utara) (Penghargaan:  Diusir dari Aljazair oleh penguasa Prancis (1957)
Croix de Guerre tahun 1944 atas pengabdian
pindah ke Tunisia (tempat ia membuka praktik
ketentaraannya)
psikiatri dan beraktivitas di FLN)
 Kuliah di Kedokteran dan Psikiatri di
 Ditunjuk sebagai duta besar Ghana oleh pemerintah
Universitas Lyon, lulus tahun 1951
Aljazair (1961)
 Meninggal karena Leukimia (6 Desember 1961)
KARYA
Black Skin, White Masks

Karya asli buku ini berjudul “Peau noire, masques blancs”, diterbitkan di Paris, edisi de Seuil, tahun 1952, berbahasa
Prancis. Yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Richard Philox, dan diterbitkan di New York: Grove
Press, tahun 2008. Adapun edisi ke dua tersebut diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia oleh Harris H. Setiajid, dan
diterbitkan oleh Jalasutra, anggota IKAPI di Yogyakarta. Berikut beberapa versi dari Black Skin, White Masks.
Judul: Black Skin, White Masks
Pengarang: Frantz Fanon
Kota dan Penerbit:
Yogyakarta: Jalasutra, Anggota IKAPI
Tahun Terbit: 2008
Penerjemah: Harris H. Setiajid
Halaman: xx+186 halaman; 15x23 cm
ISBN
978-0-7453-2849-2 (Hardback)
978-0-7453-2848-5 (Paperback)
Url Link:
https://b-ok.asia/book/917945/54ab2e
KONTEN BUKU:

Sepatah Kata, Pengantar


BAB I: Kulit Hitam dan Bahasa
BAB II: Perempuan Kulit Berwarna dan Pria  Kulit Putih
BAB III: Pria Kulit Berwarna dan Perempuan Kulit Putih
BAB IV: Kompleks Ketergantungan “Orang Terjajah”
BAB V: Pengalaman yang Dilalui Kulit Hitam
BAB VI: Kulit Hitam dan Psikopatologi
BAB VII: Kulit Hitam dan Pengakuan
BAB VIII: Kesimpulan
METODOLOGI

 Buku “Black Skin, White Masks” adalah  Melalui buku ini, Frantz Fanon berusaha mengekplorasi
buku pertama yang ditulis oleh Frantz karakteristik kolonialisme dan rasisme, serta kerusakan
Fanon sebagai psikiater psikologis yang ditimbulkan oleh kolonialisme pada
 Teknik Observasi: (Pengamatan dan penduduk terjajah (kuit hitam) dan penjajah (kulit putih),
Pengalaman) di tempat kelahirannya  Buku ini membahas permasalahan kulit hitam dan kulit
(Antilles) putih yang ada di Antilles
 Menggunakan teori Psikoanalisis: yaitu teori  Pengamatan dan kesimpulan studi ini hanya berlaku di
yang menekankan pada emosi dan perilaku Antilles:
manusia “… dan masa depan itu bukanlah masa depan yang terlalu
 Banyakmengunakan istilah psikologi seperti jauh, namun masa depan yang terjadi di abad saya, di
neurotis, eretisme afektif, filogenetik, negara saya, dan dikeberadaan saya. Saya tak akan bergenit-
ontogenetik, skizofrenia, kajian klinis, ria menyambut dunia baru yang akan datang kemudian. Saya
psikopatologis, regresif, berada di masa saya saat ini, tak lebih tak kurang” (h. xvii)

Melalui buku ini: kita bisa merasakan getaran kerusakan psikologis yang menimpa penduduk
terjajah, dan para penjajah yang menindas mereka.
“spirit kulit hitam”
“Jiwa Hitam” yang dimiliki oleh
adalah Konstruksi orang-orang hitam ini
yang dibuat oleh sebenarnya adalah
“orang kulit putih” fantasi orang Eropa
belaka

sudut pandang kulit hitam bisa memainkan peranan besar


untuk membebaskan intelektual penduduk asli dari
ketergantungan mereka pada budaya metropolitan.
FAKTA DAN ASUMSI

Kulit Hitam: (Penduduk Antilles)


 Terjajah Kulit Putih: (Penduduk
Eropa/Prancis)
 Inferioritas
 Penjajah
 Perdaban yang gagal
 Superioritas
 Aib yang harus dihilangkan
 Perdaban yang sempurna
 Rantai yang hilang (missing link) dalam
 Kedudukannya tinggi
proses evolusi kera menjadi manusia (penguasa)-Terhormat
 Keudukannya rendah (budak)-Rendah
diri
LAKTIFIKAS
I

Upaya untuk melepaskan


“kehitamannya” dengan
membangun hubungan
bersama kulit putih

BAHASA
 Ada yang salah tentang ”Orang
kulit hitam” melihat dirinya.
 Ada rasa “rendah diri” yang
dibangun secara sadar TINGKAH
BUDAYA
 ”Orang kulit hitam” berusaha LAKU
untuk melepas “identitas
kehitamannya”
ASIMILASI

Berusaha melepaskan
“Kehitamannya”
Derajat makin tinggi dan “kulit
hitam” mendapatkan “menaikkan
harga diri”
Perempuan kulit hitam memilih untuk
hidup bersama dengan kulit putih, dan
ERETISME menjauhi kulit hitam. Karena “rendah diri”
EFEKTIF tersebut mengejawantahkan ke dalam
NEUROTIS berbagai bentuk seperti, sebagai
Ketidaksanggupan kegelisahan dan ketidaksanggupan
menanggung “beban menanggung “beban inferioritas”
inferioritas” sepanjang (menolak diri untuk sepanjang hidupnya (istilah Fanon,
hidupnya, berusaha menerima identitas eretisme efektif); ketakutan eksistensial;
keluar dari kehitamannya) dan penolakan “neurotis” untuk
“kehitaman” menerima dirinya sebagai orang kulit
hitam.
PENYIMPANGAN

Hasrat dan keinginan


merubah diri ini menurut
Fanon menuntun kulit hitam
ke penyimpangan terhadap
keberadaan dirinya sendiri,
sebagaimana perilaku yang
dialami masyarakat terjajah
manapun, ini merupakan
“white masks” atau bertopeng putih sindrom inferioritas.
BAB I (KULIT HITAM DAN BAHASA)

 Pria kulit hitam dan bahasa saling terkait.


 Bahasa membantu manusia untuk memahami budaya dan peradaban.
 Di mana manusia yang bisa berbahasa berarti bisa menguasai dunia (h. 2)
 Kasus: di Antilles, orang borjuis tidak bicara bahasa “Creole” (perpaduan bahasa Antillean berdialek
Prancis), tidak boleh digunakan kecuali komunikasi dengan pelayan atau budak. Juga di lembaga
pendidikan atau sekolah, anak-anak muda di Martini diajari untuk merendahkan dialek tersebut.
 “Hindari Creolinisme”
 Beberapa keluarga melarang penggunaan bahasa Creole di rumah, seorang ibu akan mencela anaknya
jika menggunakan bahasa Creole ini (h.4).
 Bahasa Creole adalah bahasa budak.
 Tertanam di benak “kulit hitam” Antilles bahwa bahasa Creole membuat derajat mereka rendah, juga
warna kulit mereka adalah warna budak.
BAB II
(“PEREMPUAN KULIT BERWARNA”, DAN PRIA KULIT PUTIH)

 “I am a Martinican Woman” (saya seorang perempuan Martnique).


 “saya ingin menikah hanya dengan pria kulit putih, tapi sayangnya perempuan kulit berwarna
(hitam), tidak pernah dihormati oleh pria kulit putih, meskipun pria itu mencintainya”.
 Ada kontras:

1. Wanita berwarna tidak akan pernah cukup berharga bagi pria kulit putih
2. wanita kulit berwarna tidak akan pernah menghargai dirinya sendiri
3. Sebagai contoh Mayotte, ia mencintai pria kulit putih yang tidak lain adalah tuannya, cinta
Mayotte tanpa syarat. Ia merasa menikah dengan pria kulit putih maka derajatnya akan naik,
menjadi penyelamat dan penuh harapan.
4. Fanon juga menceritakan bahwa semua perempuan sangat memimpikan menikah dengan
pria kulit putih, apapaun resikonya, karena yang mereka inginkan adalah “menjadi putih”
(negrofobia). Hitam identik dengan terasing, salah satu keluar dari keterasingan itu adalah
menuju ke “dunia kulit putih” dan kondisi ini disebut sebagai “eretisme afektif”
BAB III
“PRIA KULIT BERWARNA” DAN PEREMPUAN KULIT PUTIH

 Di sini, posisi perempuan memilki derajat yang tinggi di banding laki-


laki. Hubungan antara pria kulit berwarna dan wanita kulit putih
(Eropa) ini sering kali menunjukkan adanya ketegangan, baik
tersurat, maupun tersirat.
 Para pemuda Antilles datang ke Prancis dengan tujuan untuk
mencari perempuan kulit putih untuk ditiduri.
 Pria kulit hitam sangat mengidam-idamkan menikah dengan wanita
kulit putih sebagai sebuah pengakuan di komunitasnya (h.44)
 Sebagai bentuk balas dendam atas perlakukan kulit putih pada pria
kulit hitam.
 Syarat: (Menyangkal Blackness-nya, berjanji setia kepada wanita kulit
putih dengan budayanya. “Anda tidak punya persamaan apapun
dengan Negro asli. Anda tidak hitam; Anda “sangat sangat legam”
(h.46)
BAB IV
KOMPLEKS KETERGANTUNGAN ORANG TERJAJAH

 Kompleks inferioritas sudah ada sebelum kolonialisasi (h.61)


 Kolonialisasi ini tidak hanya menggunakan sejarah, tetapi juga sikap manusia terhadap kondisi tersebut
 Bahwa mentalitas anti-Semit sebagai keangkuhan orang miskin (Ekonomi- struktur ekonomi Afrika Selatan
(h.62)
 Pada prakteknya kompleks inferioritas yang terkenal dengan warna kulit hitam di temukan tidak hanya di antara
minoritas dalam kelompok kulit berwarna lain. Dalam kelompok yang cukup homogen seperti komunitas
Malagasy misalnya, di mana kelompok ini kerangkan sosialnya cukup kuat, kompleks inferioritas hanya terjadi
pada kasus-kasus yang luar biasa (h. 67)
BAB V
PENGALAMAN YANG DILALUI KULIT HITAM

 Banyak pernyataan-pernyataan pahit yang dialami oleh kulit hitam


 ‘Negro jorok!, Lihat ada Negro!
 Kasus di Amerika, kulit hitam dipisahkan dari kulit putih,
 Amerika Selatan bahkan orang kulit hitam dicambuk di jalan-jalan, dan para demonstran kulit hitam
ditembaki.
 Afrika Barat, orang kulit hitam di anggap sebagai beban. (h. 85)
 Fanon juga menceritakan bahwa Negro sering kali diasumsikan sebagai orang biadab, tolol dan buta
huruf (h.88)
BAB VI
KULIT HITAM DAN PSIKOPATOLOGI

 Psikopatologi: memahami perilaku yang ada dalam kelompok khusus yang direpresentasikan oleh
keluarga.
 Fanon melihat bahwa anak kulit hitam normal, yang tumbuh dalam keluarga normal, akan
menjadi abnormal ketika sedikit bersentuhan dengan dunia kulit putih.
 Ada pergantian dialektika ketika berpindah dari psikologi kulit putih ke psikologi kulit hitam, bahwa
kulit hitam adalah objek “fobogenik” yaitu objek yang menimbulkan rasa takut, dan was-was
kepada orang lain. Fanon menympilkan bahwa ketika kulit hitam melakukan kotak dengan dunia
kulit putih, tindakan responsif tentu akan terjadi. Jika struktur psikis rapuh, kita melihat runtuhnya ego.
Kulit hitam berhenti berperilaku sebagai pribadi yang bertindak. Tindakannya ditentukan oleh “sang
Liyan” (berwujud orang kulit putih), karena hanya “sang Liyan” yang bisa memperkuat status dan
memberinya harga diri pada tataran etis (h.120).
BAB VII
KULIT HITAM DAN PENGAKUAN

 Kulit hitam adalah sebuah perbandingan.


 Seperti, orang Antilles tidak memiliki nilai personal dirinya, karena selalu tergantung pada kehadiran
“sang Liyan” (kulit putih)
 Selain itu, sifat orang Antilles adalah keinginan untuk mendominasi orang lain (h.166)
 Kulit hitam adalah ras ‘inferior’ tapi ia berusaha untuk menyerupai ras ‘superior’ (h.169)
IMPLIKASI

 perbudakan tak boleh ada lagi di tanah Prancis.


 Orang kulit hitam cukup puas dengan berterima kasih
kepada kulit putih
 Ada patung yang didirikan di Prancis dan di daerah koloni
yang merepresentasikan tokoh kulit putih Prancis sedang
mengusap rambut keriting seorang kulit hitam
By
Tati Rohayati

Anda mungkin juga menyukai