PENJAJAH TERJAJAH
RUANG
KETIGA
(LIMINA
L)
Black Skin, White Masks
AGENDA:
01 BIOGRAFI
02 DESKRIPSI BUKU
04 KESIMPULAN
SIAPA FRANTZ FANON?
Pendidikan pertama di Martinique (kepulauan Mengelola unit psikiatri di Rumah Sakit Blida-
Martini) Joinville di Aljazair
Pindah ke Metropolitan Prancis (kota idaman Mengenal gerakan pembebasan Aljazair “National
orang Antilles/kulit hitam) Liberation Front (FLN )”
Perang Dunia II: bergabung dalam milisi “Free Menulis di koran bawah tanah “Moujahid “
Franch Army” (Afrika Utara) (Penghargaan: Diusir dari Aljazair oleh penguasa Prancis (1957)
Croix de Guerre tahun 1944 atas pengabdian
pindah ke Tunisia (tempat ia membuka praktik
ketentaraannya)
psikiatri dan beraktivitas di FLN)
Kuliah di Kedokteran dan Psikiatri di
Ditunjuk sebagai duta besar Ghana oleh pemerintah
Universitas Lyon, lulus tahun 1951
Aljazair (1961)
Meninggal karena Leukimia (6 Desember 1961)
KARYA
Black Skin, White Masks
Karya asli buku ini berjudul “Peau noire, masques blancs”, diterbitkan di Paris, edisi de Seuil, tahun 1952, berbahasa
Prancis. Yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Richard Philox, dan diterbitkan di New York: Grove
Press, tahun 2008. Adapun edisi ke dua tersebut diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia oleh Harris H. Setiajid, dan
diterbitkan oleh Jalasutra, anggota IKAPI di Yogyakarta. Berikut beberapa versi dari Black Skin, White Masks.
Judul: Black Skin, White Masks
Pengarang: Frantz Fanon
Kota dan Penerbit:
Yogyakarta: Jalasutra, Anggota IKAPI
Tahun Terbit: 2008
Penerjemah: Harris H. Setiajid
Halaman: xx+186 halaman; 15x23 cm
ISBN
978-0-7453-2849-2 (Hardback)
978-0-7453-2848-5 (Paperback)
Url Link:
https://b-ok.asia/book/917945/54ab2e
KONTEN BUKU:
Buku “Black Skin, White Masks” adalah Melalui buku ini, Frantz Fanon berusaha mengekplorasi
buku pertama yang ditulis oleh Frantz karakteristik kolonialisme dan rasisme, serta kerusakan
Fanon sebagai psikiater psikologis yang ditimbulkan oleh kolonialisme pada
Teknik Observasi: (Pengamatan dan penduduk terjajah (kuit hitam) dan penjajah (kulit putih),
Pengalaman) di tempat kelahirannya Buku ini membahas permasalahan kulit hitam dan kulit
(Antilles) putih yang ada di Antilles
Menggunakan teori Psikoanalisis: yaitu teori Pengamatan dan kesimpulan studi ini hanya berlaku di
yang menekankan pada emosi dan perilaku Antilles:
manusia “… dan masa depan itu bukanlah masa depan yang terlalu
Banyakmengunakan istilah psikologi seperti jauh, namun masa depan yang terjadi di abad saya, di
neurotis, eretisme afektif, filogenetik, negara saya, dan dikeberadaan saya. Saya tak akan bergenit-
ontogenetik, skizofrenia, kajian klinis, ria menyambut dunia baru yang akan datang kemudian. Saya
psikopatologis, regresif, berada di masa saya saat ini, tak lebih tak kurang” (h. xvii)
Melalui buku ini: kita bisa merasakan getaran kerusakan psikologis yang menimpa penduduk
terjajah, dan para penjajah yang menindas mereka.
“spirit kulit hitam”
“Jiwa Hitam” yang dimiliki oleh
adalah Konstruksi orang-orang hitam ini
yang dibuat oleh sebenarnya adalah
“orang kulit putih” fantasi orang Eropa
belaka
BAHASA
Ada yang salah tentang ”Orang
kulit hitam” melihat dirinya.
Ada rasa “rendah diri” yang
dibangun secara sadar TINGKAH
BUDAYA
”Orang kulit hitam” berusaha LAKU
untuk melepas “identitas
kehitamannya”
ASIMILASI
Berusaha melepaskan
“Kehitamannya”
Derajat makin tinggi dan “kulit
hitam” mendapatkan “menaikkan
harga diri”
Perempuan kulit hitam memilih untuk
hidup bersama dengan kulit putih, dan
ERETISME menjauhi kulit hitam. Karena “rendah diri”
EFEKTIF tersebut mengejawantahkan ke dalam
NEUROTIS berbagai bentuk seperti, sebagai
Ketidaksanggupan kegelisahan dan ketidaksanggupan
menanggung “beban menanggung “beban inferioritas”
inferioritas” sepanjang (menolak diri untuk sepanjang hidupnya (istilah Fanon,
hidupnya, berusaha menerima identitas eretisme efektif); ketakutan eksistensial;
keluar dari kehitamannya) dan penolakan “neurotis” untuk
“kehitaman” menerima dirinya sebagai orang kulit
hitam.
PENYIMPANGAN
1. Wanita berwarna tidak akan pernah cukup berharga bagi pria kulit putih
2. wanita kulit berwarna tidak akan pernah menghargai dirinya sendiri
3. Sebagai contoh Mayotte, ia mencintai pria kulit putih yang tidak lain adalah tuannya, cinta
Mayotte tanpa syarat. Ia merasa menikah dengan pria kulit putih maka derajatnya akan naik,
menjadi penyelamat dan penuh harapan.
4. Fanon juga menceritakan bahwa semua perempuan sangat memimpikan menikah dengan
pria kulit putih, apapaun resikonya, karena yang mereka inginkan adalah “menjadi putih”
(negrofobia). Hitam identik dengan terasing, salah satu keluar dari keterasingan itu adalah
menuju ke “dunia kulit putih” dan kondisi ini disebut sebagai “eretisme afektif”
BAB III
“PRIA KULIT BERWARNA” DAN PEREMPUAN KULIT PUTIH
Psikopatologi: memahami perilaku yang ada dalam kelompok khusus yang direpresentasikan oleh
keluarga.
Fanon melihat bahwa anak kulit hitam normal, yang tumbuh dalam keluarga normal, akan
menjadi abnormal ketika sedikit bersentuhan dengan dunia kulit putih.
Ada pergantian dialektika ketika berpindah dari psikologi kulit putih ke psikologi kulit hitam, bahwa
kulit hitam adalah objek “fobogenik” yaitu objek yang menimbulkan rasa takut, dan was-was
kepada orang lain. Fanon menympilkan bahwa ketika kulit hitam melakukan kotak dengan dunia
kulit putih, tindakan responsif tentu akan terjadi. Jika struktur psikis rapuh, kita melihat runtuhnya ego.
Kulit hitam berhenti berperilaku sebagai pribadi yang bertindak. Tindakannya ditentukan oleh “sang
Liyan” (berwujud orang kulit putih), karena hanya “sang Liyan” yang bisa memperkuat status dan
memberinya harga diri pada tataran etis (h.120).
BAB VII
KULIT HITAM DAN PENGAKUAN