Eksistensi: kemungkinan manusia utk menjadi / tdk menjadi dirinya
sendiri
Ciri Fenomenologi Heidegger
interpretasi makna tersembunyi dr setiap gejala Ada
Caranya: hermeneutika utk mengungkapkan makna
perlu destruksi fenomologis utk menghilangkan metafisika tradisional
fenomenologinya bisa disebut dgn fenomenologi Hermeneutik,
metode yg dipakai utk mengungkap makna tersembunyi
Tema-tema Eksistensi Manusia
1. Eksistensi sebagai milik pribadi & berada dalam waktu
2. Ada-Dalam-Dunia 3. Orang (Das Man)
a) “ada” dalam dunia pertama-tama adalah “Orang” (das Man).
b) manusia pada awalnya berada dalam kondisi “lari” dari
dirinya sendiri dan masuk dalam eksistensi yang tidak otentik
4. Suasana hati dan Faktisitas
a) faktisitas/keterlemparan (Geworfenheit) manusia dari masa
lampau yg tdk dimengerti dr masa depan yg tidak bisa dipahami arah tujuannya.
b) hubungan antar manusia dan duniaditandai oleh “suasana
hati”. Suasana hati manusia memberi karakter tertentu pada benda, manusia lain, dan mungkin pada eksistensinya sendiri.
c) Rasionalitas dan objektifitasnya juga sering kali luluh oleh
suasana hati.
5. Kecemasan dan Ketiadaan
a) Kecemasan: kondisi mencekam di mana manusia
berhadapan dengan “ketiadaan” (Nicht atau No-thing, Non- being).
b) Ketiadaan: ancaman yang nyata dan hebat karna ketiadaan
dapat mengancam status dan posisi manusia dalam dunia.
c) Dalam buku berjudul Was ist metaphysik, ia menjelaskan
ketiadaan: ancaman langsung bagi ada dan dasein
d) ketiadaan selalu hadir di tengah-tengah ada dan manusia/tdk
dpt dilepaskan. manusia hanya menunda ketiadaan, puncak dari ketiadaan itu adalah “kematian”
6. Kematian dan Hati Nurani
a) “ada menuju kematian” telah membuka pintu untuk
menuju eksistensi yang otentik b) manusia terpanggil untuk melepaskan diri dari kontrol orang lain/membuat eksistensi mejadi tidak otentik. dgn demikian, eksistensinya akan diisi oleh dirinya sendiri artinya manusia bersedia mendengarkan “hati nuraninya”/panggilan dari “dalam diri sendiri”.
c) Panggilan hati nurani: panggilan sejati. Pada tahap ini
manusia menjalani eksistrensinya yang otentik.
7. Keprihatinan dan Temporalitas
a) akar dari suasana hati asasnya adalah “keprihatinan”
b) Keprihatinan letaknya “dibawah sadar” dan merupakan
struktur Dasein.
c) Ketika manusia berada dalam keprihatinan, maka manusia
lebih mengandalkan suasana hati daripada hati nurani
8. Historisitas
a) Temporalitas dasein adalah dasar bagi historisitas manusia.
b) “Manusia” adalah Ada historisis, Historisitas mengadanya
manusia menunjukkan adanya “takdir” individu, yaitu setiap individu: ahli waris dari masa lalunya.
Jean Paul Satre
Lahir di Paris, 21 Juni 1905; meninggal di Paris, 15 April 1980
dipanggil Paulou saat kecil, memiliki fisik lemah, suka menyendiri
dan melamun, dikenal sebagai murid yang cerdas.
Saat berumur dua belas tahun ibunya menikah lagi. Beberapa
saat kemudian dia tidak lagi mempercayai keberadaan Tuhan
studinya di Universitas Sarbone.
Pada 1928 bertemu simone de Beauvoir, seorang tokoh feminis
Pada 1964 ia diberi hadiah nobel sastra, namun menolak. Ia
meninggal dunia disebuah rumah sakit di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000 orang
Pandangan Pokok Jean Paul Satre
1. Eksistensi mendahului esensi
pertama-tama manusia itu eksis, (ada, hadir) menjumpai dirinya
muncul di dunia dan setelah itu mendefinisikan dirinya itu siapa
Jika memang benar bahwa eksistensi mendahului esensi, maka
manusia itu bertanggung jawab mau menjadi apa dia (what he is).
ia juga bertanggung jawab atas semua umat manusia.
Manusia tidak bisa melampaui human subjectivity
Sifat dasar manusia adalah kreatif, yang terus menerus mencipta
dan menjadi apa yang dia inginkan.
Tanggung jawab manusia lantas terletak pada kualitas pilihannya.
2. Tema filsafat Satre: kebebasan dan ada.
kebebasan adalah hukuman manusia.
Manusia dikutuk untuk bebas. sebab sejak terlempar ke dunia-
manusia bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan