Anda di halaman 1dari 116

Definisi & Dalil Kafaah

Kafaah
(Kafa’ah)

Etimologi Terminologi

Kesetaraan Kesetaraan antar Catin dalam hal-


(al-Mumatsalah) hal tertentu, untuk menghindari
“ketimpangan”

‫ت َواألَيِّ ُم إِذَا‬ َ ‫ْجنَ َازةُ إِ َذا َح‬


ْ ‫ض َر‬ َ ‫ت َوال‬ ْ َ‫الصالةُ إِ َذا أَت‬
َّ ‫ثَالثَةٌ اَل ُت َؤخ ِّْرُه َّن‬
‫ت ُك ُف ًؤا‬
ْ ‫َو َج َد‬
)‫(رواه الرتمذي واحلاكم عن علي‬

Pihak perempuan & Walinya yang membutuhkan


kafaah dari Laki-laki. Bukan sebaliknya
Urgensi Hukum Kafaah
Kafaah

Mayoritas Ulama Hasan Bashri &


(Madzhab Empat) Al-Tsawriy

Syarat Luzum Hanya


(Sah Akad, tapi Kesempurnaan
belum mengikat)

Jika terjadi perkawinan tanpa kafaah, maka


wali/istri berhak menuntut pembatalan perkawinan
tersebut

Tetapi kafaah dapat menjadi Syarat Sah perkawinan dalam


situasi Wali Mujbir memaksa mengawinkan anak
perempuannya yang masih perawan.
Hukum Taklifiy Kafaah
Kafaah

Hanafiyah Malikiyah Syafi`iyah


Hanabilah

Wajib ada Kafaah Boleh tanpa Kafaah Makruh tanpa Kafaah,


(Haram jika Wali meskipun seizin yang
mengawinkan bukan dikawinkan, kecuali kalau
dengan sekufu, kecuali janda
seizin yg dikawinkan)

Kesimpulannya, Kafaah hanya diperlukan di saat ada pihak


yang mempersoalkan. Jika semua pihak rela dengan kondisi
suaminya, maka kafaah dapat dihiraukan
Hanafiyah Ketakwaan, Kemerdekaan,
Keturunan, Kekayaan, Pekerjaan
Parameter Kafaah

Malikiyah Ketakwaan, Keadaan Fisik

Ketakwaan/Kesucian, Kemerdekaan,
Syafi`iyah Keturunan, Keadaan Fisik, Pekerjaan

Hanabilah Ketakwaan, Kemerdekaan,


Keturunan, Kekayaan, Pekerjaan
Kekayaan dalam Kafaah
Kekayaan

Hanafiyah Malikiyah
Hanabilah Syafi`iyah

Parameter Bukan Parameter


Kafaah Kafaah

Yang dimaksud dengan “Kekayaan”, bukan


kemewahan, melainkan “sekedar” kemampuan
membayar “mahar” dan memberi “nafkah”.
Pemilik Hak Kafa’ah
Pemilik Hak Kafa’ah

Perempuan Wali

Jika Wali menikahkannya Jika anaknya menikah


dengan Pria tdk sekufu, dengan Pria tdk sekufu,
maka ia memiliki hak untuk maka ia memiliki hak untuk
mengajukan Fasakh mengajukan Fasakh

Haq fiy Istidamah Haq fiy Ibtida’


KonsepTafwidl
Tafwidl

Bahasa Istilah

Menyerahkan Menanggalkan
Mahar dari
Perkawinan

‫تعرية النكاح عن المهر‬


ِ ‫ت فَِإ ْن أَصاب َها َفلَ َها م ْهر ِمثْلِ َها وإِ ْن لم ي‬
‫ص ْب َها حتى طَلَّ َق َها فَال‬ ٌ ِ‫اح في هذا ثَاب‬
ُ َ ُ َ ََ ُ ‫فَالنِّ َك‬
‫ف َم ْه ٍر لها‬َ ‫ص‬ ْ ِ‫ُم ْت َعةَ َوال ن‬
(Al-Umm, V/68., Al-Hawiy al-Kabîr, XII/97-114., Nihâyah al Mathlab,
XIII/98-123)
PembagianTafwidl
Tafwidl

Tafwidl al-Budl`iy Tafwidl al-Mahriy

Perkawinan tanpa Perkawinan dengan memakai


Mahar mahar, namun tidak disebutkan
(Nikah Tafwidl) jenis dan ukurannya dalam akad,
atau dengan memakai mahar yang
tidak sah
Nikah Tafwidl
Nikah Tafwidl

Wali Mujbir Wanita mengizinkan


mengawinkan Wali mengawinkan
tanpa Mahar tanpa Mahar

Teknisnya:
• Tidak menyebutkan mahar pada saat
akad
• Dari awal menyaratkan tanpa mahar
Akibat Hukum Nikah Tafwidl
Akad nikah sah

Mahar bukan “wajib” karena akad

Mahar jadi “wajib” karena dukhul


Akibat Hukumnya

Sebelum dukhul, Istri berhak meminta penentuan mahar

Saat suami menentukan mahar, disyaratkan berdasar rida Istri

Nilai mahar harus di atas mahar mitsil

Jika berselisih, maka Hakim menentukan dgn mahar mitsil

Jika cerai sblm ada penentuan mahar, maka mahar tdk wajib

Jika dukhul sblm ada penentuan mahar, maka wajib mahar mitsil

Jika mati sblm ada penentuan mahar, maka wajib mahar mitsil
Makna Nafkah
Makna Nafkah

Etimologi Terminologi

Mengeluarkan Memenuhi kebutuhan


(‫ج‬G‫إلخرا‬GG‫)ا‬ hidup sendiri &
mereka yg menjadi
Sesuatu yg tanggungannya
dibutuhkan utk
hidup layak

Memenuhi tuntutan Nafkah, secara umum dihukumi


Wajib, jika sudah terpenuhi seluruh syaratnya

Yang dimaksud dengan Nafkah adalah sandang,


pangan & papan
‫‪Sasaran Nafkah‬‬
‫‪Sasaran Nafkah‬‬

‫‪Wajib atas dirinya,‬‬ ‫‪Wajib atas dirinya,‬‬


‫‪untuk dirinya, jika‬‬ ‫‪untuk‬‬
‫‪mampu‬‬ ‫‪tanggungannya,‬‬
‫‪jika mampu‬‬

‫ابدأ بنفسك فتصدق عليها (رواه أحمد ومسلم وأبو داود والنسائي عن جابر)‬
‫أفضل الصدقة ما كان عن ظهر غنى‪ ،‬واليد العليا خير من اليد‬
‫السفلى‪ ،‬وابدأ بمن تعول (رواه البخاري عن أبي هريرة)‬
Nafkah dari Aspek Waktu
Nafkah berdasar Waktu

Masa Lalu Masa Sekarang Masa akan Datang


(Madliyah) Hadlirah Mustaqbalah

Dapat Direlakan Belum dapat direlakan


Penyebab Wajib Nafkah
Sebab-Sebab Nafkah

Perkawinan Kekerabatan Kepemilikan

1. Hewan Peliharaan
2. Hewan Pinjaman
3. Hewan Temuan
4. Hewan Titipan
5. Hewan Gadaian
Syaratnya:

Isteri Perkawinan yang sah, Tamkin sempurna


(Al-Thalaq:7-8)

Orang tuanya mampu, anaknya fakir, anak laki-laki


Penerima Nafkah

Anak/Cucu belum dewasa, anak perempuan belum nikah,


(Malikiyah: Anak Saja)
(Al-Baqarah:233) tidak kerja karena sakit atau sedang menuntut
ilmu

Orang Tua Orang tuanya fakir, anaknya mampu. Menurut


(Malikiyah: Ibu/bapak Hanabilah harus seagama. Menurut Hanafiyah
Saja) kewajiban ini bagi anak laki-laki juga perempuan.
(Al-Isra:23)

Kerabat Samping Hanafiyah: Kepada Dzawil Arham


(Al-Isra:26) Hanabilah: Kepada Ahli waris
Malikiyah&Syafi`iyah: Tidak wajib
Ukuran Nafkah
Menurut Hanafiyah, Malikiyah, Sebagian
Sesuai Kemampuan Syafi`iyah & Mayoritas Hanabilah

Menurut Syafi`iyah (mu`tamad); Untuk


Ukuran Nafkah

Sesuai Ukuran org kaya 2 mud, miskin 1 mud,


pertengahan 1.5 mud.

Sesuai Kebiasaan Menurut Malikiyah, Sebagian Syafi`iyah

Sesuai Putusan
Menurut Sebagian Syafi`iyah
Hakim
Gugurnya Kewajiban Nafkah Suami
Lama berlalu dan
tidak ada tuntutan Menurut Hanafiyah saja
hakim
Gugurnya Nafkah

Nafkah madliyah yg
diridlakan

Wafat salah satunya

Murtad

Nusyuz

Cerai karena Isteri


berbuat maksiat
Hak-hak Anak
Penyusuan Hak anak kecil, Kewajiban
Suami,

Hadanah
Hak-hak Anak

Perwalian

Nafkah
Hukum Ibu Menyusui
Kewajiban Ibu Menyusui

Aturan Agama Aturan Negara


(Diyanatan) (Qadla’an)

Disepakati Wajib kepada Malikiyah, Wajib Mayoritas Ulama,


Ibu menyusui anaknya, Jika status Ibu Mandub
kalau tidak akan diminta adlh sbg Istri atau
pertanggungjawaban oleh Mu’tadah Raj’i
Allah
Jika Mu’tadah Ba’in/Wafat
maka ia tdk wajib, bahkan
ia berhak mendapat upah
penyusuan
Ibu Wajib Menyusui
Anak tdk mau menyusu
Disepakati para ulama
dari orang lain
Ibu Wajib Menyusui Jika:

Tidak ada yg bisa


Disepakati para ulama
menyusuinya

Bapaknya tdk ada atau


tdk mampu membayar Disepakati para ulama
upah menyusui

Untuk Kolostrum saja


(ASI yg diproduksi saat Syafi`iyah
akhir kehamilan-1.5 hari
setelah melahirkan)
Upah Ibu Menyusui
Jika menyusui saat
menjadi isteri, atau
dalam masa iddah raj`iy,
maka tidak berhak Mayoritas Ulama
mendapat upah dari
Upah Ibu Menyusui

suaminya.

Jika menyusui dalam


kondisi tidak wajib,
seperti seorang Syarifah,
Malikiyah
maka berhak mendapat
upah

Jika menyusui setelah


tdk berstatus isteri, atau
dalam masa iddah bain, Disepakati
atau selesai iddah raj’iy,
maka berhak mendapat
upah
Makna Hadanah
Makna Hadanah

Etimologi Terminologi

Sisi Mendidik &


‫ب‬
( ‫لجن‬GG‫)ا‬ Mengasuh anak

Hadanah merupakan hak anak atau orang dewasa yg


memiliki keterbelakangan mental sehingga dirinya
tidak mampu mengurus keperluan dirinya, serta
tidak mampu mempertahankan dirinya

Hak anak menjadi kewajiban orang tua untuk


memenuhinya
Pemilik Hak Hadanah
Pemilik Hak Hadanah

Hanafiyah + Sebagian Mayoritas


Malikiyah Ulama Ulama

Hak Ibu Hak Anak Hak Anak &


Orang Tua

Jika kedua orangtua masih terikat dalam perkawinan, maka


anak harus berada dalam pengasuhan mereka berdua.

‫ َوثَ ْديِي لَ ُه‬،‫اء‬‫ع‬َ ِ


‫و‬ ‫ه‬
ُ ‫ل‬
َ ‫ي‬ ِ
‫ن‬ ‫ط‬
ْ ‫ب‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ه‬ ‫ي‬ ِ
‫ن‬ ‫اب‬ َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬ ، ِ
‫ه‬ َّ
‫ول الل‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ت‬ َّ ‫أ‬
ْ َ‫َن ْام َرأَةً قَال‬
ً َ َ ْ
َ ‫ َف َق‬،‫اد أَ ْن َي ْنتَ ِز َعهُ ِمنِّي‬
‫ال لَ َها‬ ‫َر‬
َََ ‫أ‬‫و‬ ،‫ي‬ ِ
‫ن‬ ‫ق‬
َ َّ
‫ل‬ ‫ط‬
َ ‫اه‬ ‫َب‬
‫أ‬ ‫ن‬َّ ِ‫إ‬‫و‬
َُ َ ً َ ُ ْ َ ً ، ‫اء‬‫و‬ ‫ح‬ِ ‫ و ِحج ِري لَه‬،‫ِس َقاء‬
)2/283 ,‫َح ُّق بِ ِه َما لَ ْم َت ْن ِك ِحي» (أخرجه أبو داود‬ َ ‫أ‬ ‫ت‬ِ ْ‫ «أَن‬: ‫ول اللَّ ِه‬
ُ ‫َر ُس‬
Syarat Umum Pengasuh
Balig
Syarat Umum Pengasuh

Berakal

Memiliki kemampuan
mengurus

Berakhlak baik

Islam, mnrt Syafi`iyah & Hanabilah


Syarat Khusus Pengasuh
Syarat Khusus

Jika pengasuhnya Tidak boleh Jika pengasuhnya laki-


wanita, maka tidak tinggal di tempat laki, maka harus ada
menikah dgn laki- yg tidak disukai perempuan yg bisa
laki lain yg di luar oleh anak mengasuhnya
kerabat
Syafi`iyah: KHI Ps. 156:
1. Ibu anak yang belum mumayyiz berhak
2. Anak Pr mendapatkan hadhanah dan ibunya,
3. Nenek dr Ibu kecuali bila ibunya telah meninggal
4. Nenek dr Bapak dunia, maka kedudukannya digantikan
5. Neneknya Bapak dr Ibunya oleh:
6. Neneknya Bapak dr bapaknya 1. Wanita-wanita dalam garis lurus ke
7. Ibunya Bapaknya Kakek atas dari ibu;
8. Saudari Kandung 2. Ayah;
9. Saudari Sebapak 3. Wanita-wanita dalam garis lurus ke
10. Saudari Seibu atas dari ayah;
11. Bibi dr Ibu 4. Saudara perempuan dari anak yang
12. Keponakan Pr dr Saudari bersangkutan;
Kandung 5. Wanita-wanita kerabat sedarah
13. Keponakan Pr dr Saudara menurut garis samping dari ayah.
Kandung
14. Bibi dr Bapak

Jika anak sudah mumayyiz (12 tahun -KHI Ps. 105-) diserahkan kepada
anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak
pemeliharaanya. Adapun biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.
Biaya Hadanah

Biaya Hadanah adalah tanggung jawab kepala keluarganya, kecuali


jika yg diurus (mahdlun) memiliki harta. Jika Ibu mengurus anak, maka
ia berhak mendapat upah pengurusan tsb.

KHI Ps. 149:


Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib:
a. Memberikan mut`ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa
uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul;
b. Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama
dalam idah, kecuali bekas Isteri telah di jatuhi talak bain atau nusyuz
dan dalam keadaan tidak hamil;
c. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separuh
apabila qobla al dukhul;
d. Memberikan biaya hadhanan untuk anak-anaknya yang belum
mencapai umur 21 tahun
Batasan Usia Mahdlun
Batasan Usia Mahdlun

Fiqh Hukum Positif

1. Untuk anak laki normal


sampai dewasa KHI Ps. 98, 107, 149 UU Perkawinan
2. Untuk anak perempuan 21 Tahun 18 Tahun
normal sampai menikah
3. Untuk yang bermasalah
mental tidak ada batasan usia.

Dalam Hk. Positif terdapat perbedaan pembatasan


usia “dewasa”, antara 18 dan 21 tahun.
Namun dalam Yurisprudensi MA No. 477/76, usia
dewasa adalah 18 tahun atau sdh menikah.
Jika yang berhak mengasuh hanya ada satu orang,
maka ia harus dipaksa mengasuh
Kasus Hukum Hadanah

Jika yang berhak mengasuh lebih dari seorang, maka


salah satunya tdk boleh dipaksa utk mengasuh

Jika isteri mengajukan khuluk dengan tebusan tdk mengambil


hak asuh anak, maka khuluknya sah, tapi hak asuh tetap ada

Bapak tidak boleh mengambil hak asuh anak, kecuali ada


alasan syar`iy
Kategorisasi Perwalian
Perwalian
(al-Wilayah)

Wilayah al-Zawaj Wilayah al-Qashir

Wali Nikah Wali/Wakil


Wilayah al-Qashir

Adalah pengurusan dari orang dewasa dan bijak, atas


orang yang memiliki keterbatasan usia atau mental

Terhadap Diri Terhadap Harta

Mengurus segala Mengurus segala


keperluan diri transaksi harta
Ketidaktaatan Isteri
Ketidaktaatan isteri kepada suaminya

Dosa Saja Dosa serta Nusyuz

Suami berhak Suami berhak


memberi memberi pelajaran,
pelajaran serta gugur
kewajiban nafkah
• Yang berkaitan dengan
pelanggaran hak Allah (Mnrt • Yang berkaitan dengan
qawl mu`tamad Syafi`iyah, pelanggaran hak Allah
tdk boleh memukulnya) (Menurut Malikiyah Saja)
• Bersikap tidak baik • Yang berkaitan dengan hak
• Tidak berkhidmat (Taymiy + akad perkawinan (Disepakati)
sebagian Malikiyah)

‫ليس من النشوز الشتم وبذاءة اللسان لكنها تأثم بإيذائه‬


)383 ,‫وتستحق التأديب (كفاية األخيار‬
‫‪Hukum Khidmat Istri‬‬
‫‪Hukum Khidmat Istri‬‬

‫‪Mayoritas‬‬ ‫‪Ulama‬‬ ‫‪Mayoritas‬‬ ‫‪Taymiy‬‬


‫‪Ulama‬‬ ‫‪Hanafiyah‬‬ ‫‪Malikiyah‬‬
‫‪Wajib Mutlak‬‬
‫‪Tidak Wajib‬‬ ‫‪Wajib Diyanatan‬‬ ‫‪Wajib sesuai‬‬
‫اب ‪-‬‬ ‫ِ‬
‫‪Adat‬‬ ‫الص َو ُ‬‫يل ‪َ -‬و ُه َو َّ‬ ‫َوق َ‬
‫وال يجب عليها خدمته في‬ ‫ت‬
‫اَل تُ ْجَب ُر على ذلك إ ْن أَبَ ْ‬ ‫ْخ ْد َم ِة؛ فَِإ َّن َّ‬
‫الزْو َج‬ ‫وجوب ال ِ‬
‫ُُ ُ‬
‫ْخ ْدمةُ الْب ِ‬
‫اطنَةُ َولَ ْو‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب اللَّه‪َ ,‬وه َي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َسيِّ ُد َها في كتَ ِ‬
‫الخبز والطحن والطبخ‬ ‫َف َعلَْي َها ال َ َ‬
‫والغسل وغيرها من الخدم‬ ‫(م ْن َع ْج ٍن‬ ‫ات قَ ْد ٍر ِ‬ ‫غَنِيَّةً ذَ َ‬ ‫ول اللَّ ِه‬ ‫َعانِيَةٌ ِع ْن َدهُ بِسن َِّة ر ُس ِ‬
‫ُ َ‬
‫الن المعقود ع"ليه من‬ ‫ش) َوطَْب ٍخ لَهُ‬ ‫س َو َف ْر ٍ‬
‫َوَك ْن ٍ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى‬ ‫َ‬
‫جهتها هو االستمتاع فال‬ ‫ادةُ‬‫ت بِ ِه ال َْع َ‬ ‫استِ َق ِاء َم ٍاء َج َر ْ‬
‫َو ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ال َْعاني َوال َْع ْبد الْخ ْد َمةُ‬
‫يلزمها ما سواه‬ ‫َوغَ ْس ِل ثِيَابِ ِه‬
‫‪Makna Nusyuz‬‬
‫‪Makna Nusyuz‬‬

‫‪Etimologi‬‬ ‫‪Terminologi‬‬

‫‪Tempat yg Tinggi‬‬
‫•الحنفية‪ :‬خروج الزوجة من بيت‬
‫زوجها بغير حق‬
‫•المالكية والشافعية والحنابلة‪:‬‬
‫خروج الزوجة عن الطاعة الواجبة‬
‫للزوج‬
Jenis-jenis Nusyuz
Istri menolak melayani suami, tanpa
ada hak atau halangan syar`iy

Istri menolak hubungan intim yg pertama,


padahal mahar sudah dibayar
Jenis-jenis Nusyuz

Istri menolak suaminya masuk rumah


tanpa ada alasan logis

Istri dipenjara dikarenakan ulah


sendiri

Istri menolak diajak bepergian oleh suami, tanpa


ada alasan logis

Istri menolak diajak pindah rumah oleh suami,


tanpa ada alasan logis

Istri keluar rumah tanpa ada alasan logis, atau keluar


rumah atas kepentingan orang lain
Syarat Suami tdk Melarang Kerja
Syarat Suami tdk
Melarang Kerja

Hanafiyah Malikiyah Hanabilah


Syafi`iyah
Akad sah, Akad Sah,
Akad Sah, Syarat Sah, tp Syarat Sah,
Syarat Fasid, Makruh, Suami Suami harus
Suami berhak berhak mengizinkan
melarang melarang
Penanganan Nusyuz
Maks: 3 hari (mayoritas ulama)
Dinasihati
Penanganan Nusyuz

Dengan Ucapan

Boleh lebih 3 hr (Sbgn


Syafi`iyah-Taymi)

Di-Hijr
Tidak ada batas waktu, sampai
berubah sikapnya (Syafi`iyah-
Hanabilah)

Dengan Perbuatan

Dipukul
Sekitar 1-4 bln (Malikiyah)
Ketentuan Memukul
Tdk boleh meninggalkan bekas

Syarat Tdk boleh memukul wajah atau


Pukulan bagian yg berbahaya
Ketentuan Memukul

Diyakini pukulan tsb bisa


membuatnya berubah sikap

Maksimal 10

Bilangan
Pukulan

Boleh Lebih dr 10
‫)‪Syikak (Syiqaq‬‬
‫‪Makna Syiqaq‬‬

‫‪Etimologi‬‬ ‫‪Terminologi‬‬

‫‪Perpecahan‬‬ ‫‪konflik yg tajam‬‬


‫‪antara suami-‬‬
‫‪isteri‬‬

‫َوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم ِش َقا َق َب ْينِ ِه َما فَ ْاب َعثُوا َح َك ًما ِم ْن أ َْهلِ ِه َو َح َك ًما ِم ْن أ َْه ِل َها إِ ْن يُ ِري َدا‬
‫يما َخبِ ًيرا‬ ‫ِ‬
‫صاَل ًحا ُي َوفِّ ِق اللَّهُ َب ْيَن ُه َما إِ َّن اللَّهَ َكا َن َعل ً‬ ‫إِ ْ‬
‫)‪(Al-Nisa:35‬‬
‫)‪Penanganan Syikak (Syiqaq‬‬
‫‪Penanganan‬‬

‫َفا ْب َع ُثوا‬ ‫َح َكما ً‬ ‫مِنْ أَهْ لِ ِه َومِنْ أَهْ لِ َها‬

‫‪Mediator‬‬ ‫‪Dianjurkan dr pihak‬‬


‫‪Hakim‬‬ ‫‪Keluarga‬‬
‫‪keluarga suami-isteri‬‬
‫‪Tetangga‬‬

‫َن َذلِ َ‬
‫ك‬ ‫ت ال َْم ْرأَةُ أ َّ‬ ‫َّزُّو ِج بِ ْامرأَةٍ أُ ْخرى‪ ،‬أَو تَس َّرى بِجا ِري ٍة‪َ ،‬عرفَ ِ‬ ‫الت‬ ‫ل‬ ‫ث‬
‫ْ‬ ‫م‬‫فَِإ ْن َكا َن قَ ْد َفعل ِفعاًل حاَل اًل ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ْ َ‬
‫ْحاكِ ُم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫َم‬ ‫أ‬ ‫ه‬‫وزا‪ ،‬وإِ ْن َكا َن بِظُل ٍْم ِمن ِجهتِ ِ‬‫ش‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫اَّل‬‫ِ‬‫إ‬‫و‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬‫اق‬‫الش َق ِ‬
‫ت َع ِن ِّ‬‫اح َونُِهيَ ْ‬
‫ََ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُمبَ ٌ‬
‫ب‬‫اج ِ‬‫بِالْو ِ‬
‫َ‬
‫)‪(Mafatih al-Ghayb: X/74‬‬
‫‪Hukum Mengutus Hakam‬‬
‫‪Mengutus Hakam‬‬

‫‪Mayoritas Ulama‬‬ ‫‪Al-Ruyaniy‬‬

‫‪Wajib‬‬ ‫‪Sunat‬‬
‫)‪(Rawdlah al-Thalibin, 7/371‬‬

‫ِ ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫وإِ ْن ِخ ْفتُم ِش َق َ ِ‬


‫اق بَْين ِه َما فَ ْاب َعثُوا َح َك ًما م ْن أ َْهله َو َح َك ًما م ْن أ َْهل َها إِ ْن يُِر َيدا إِ ْ‬
‫صاَل ًحا‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫يما َخبِ ًريا‬‫يوفِّ ِق اللَّه بيَنهما إِ َّن اللَّه َكا َن َعلِ‬
‫ً‬ ‫َ‬ ‫ُ َْ ُ َ‬ ‫َُ‬
‫)‪(Al-Nisa:35‬‬
‫‪Eksistensi Hakam‬‬
‫‪Hakam‬‬

‫‪Kapasitas‬‬ ‫‪Wewenang‬‬

‫‪Mediator‬‬
‫)‪(Juru Damai‬‬ ‫‪Mengambil‬‬ ‫‪Memediasi sampai‬‬
‫‪Keputusan tanpa‬‬ ‫‪mewakili‬‬
‫‪Izin suami/isteri‬‬ ‫)‪(Mayoritas Ulama‬‬
‫)‪(Malikiyah‬‬

‫اح ٍد ِم ْن ُه َما َج ْم ٌع ِم َن الن ِ‬


‫َّاس‪،‬‬ ‫ضي اللَّه ع ْنه‪ ،‬ومع ُك ِّل و ِ‬
‫َ ُ ََ َ َ‬ ‫َ‬
‫ال جاء رجل و ْامرأَةٌ إِلَى َعلِ ٍّي ر ِ‬
‫َ‬ ‫َع ْن ُعَب ْي َد َة أَنَّهُ قَ َ َ َ َ ُ ٌ َ َ‬
‫ان َما َعلَْي ُك َما؟‬ ‫ال لِلْح َكم ْي ِن‪َ :‬ت ْع ِرفَ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬‫ق‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ث‬
‫ُ‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ه‬ ‫فَأَمرهم َع ِل ٌّي بِأَ ْن يبعثُوا ح َكما ِمن أ َْه ِل ِه وح َكما ِمن أ َْه ِ‬
‫ل‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ً ْ‬ ‫َْ َ َ ً ْ‬ ‫ََ ُ ْ‬
‫اب اللَّه‬‫يت بِ ِكتَ ِ‬ ‫ض ُ‬ ‫ت الْمرأَةُ‪ :‬ر ِ‬
‫َْ َ‬
‫اجمعا‪ ،‬وإِ ْن رأ َْيتُما أَ ْن ُت َف ِّرقَا َف َف ِّرقَا‪َ ،‬ف َقالَ ِ‬
‫َعلَْي ُك َما إِ ْن َرأ َْيتُ َما أَ ْن تَ ْج َم َعا فَ ْ َ َ َ َ َ‬
‫ت واللَّه َحتَّى تُِق َّر بِ ِمثْ ِل الَّ ِذي‬ ‫ال َعلِ ٌّي‪َ :‬ك َذبْ َ‬ ‫الر ُج ُل‪ :‬أ ََّما الْ ُف ْرقَةُ فَاَل ‪َ ،‬ف َق َ‬
‫ال َّ‬‫يما َعلَ َّي َولِ َي فِ ِيه‪َ .‬ف َق َ‬
‫َ‬
‫َتعالَى ِ‬
‫ف‬ ‫َ‬
‫ت بِ ِه‪.‬‬ ‫أَ َق َّر ْ‬
Syarat-syarat Hakam
Syarat Hakam

Syarat yg Syarat yang


Disepakati Diperdebatkan

1. Berakal
1. Merdeka (M,S,HB)
2. Balig
2. Laki-laki (M,S,HB)
3. Islam
3. Keluarga (M)
4. Faham Hukum Keluarga
(M,S)
5. Adil (M,S,HB)
6. Bijak (M)
7. Tidak ada permusuhan dgn
klien (M,S)
Istilah Teknis

Pengadil yg diangkat resmi oleh


Hakim
Pemerintah
Istilah Teknis

Pengadil yg diberi kepercayaan


Muhakkam
pribadi oleh yg berperkara

Perantara yg diberi kepercayaan


Hakam
untuk menengahi (mediasi)
Pelaksanaan Mediasi
Mediasi

Litigasi Non Litigasi

Via Pengadilan Di Luar


dengan mediator Hakim yg Pengadilan
tdk memeriksa pokok dengan mediator
perkara. keluarga
Maksimal 2 kali pertemuan

(PerMA No. 1/2007)


(PerMA No. 1/2008)
Makna Paksaan (al-Ikrah)
al-Ikrah

Etimologi Terminologi

Memaksa seseorang untuk Menjadikan seseorang tidak


melakukan sesuatu yg tdk memiliki pilihan dan tidak mampu
disukainya menolak sesuatu karena takut.
Jenis Paksaan (al-Ikrah)

Jenis al-Ikrah

Berdasarkan Hak Tanpa Hak

• Eksekutor Sanksi Tindak Pidana


• Wali Mujbir
Tindakannya
Tindakannya dihukumi tdk sah
dihukumi sah
Syarat Paksaan Tanpa Hak
Mukrah tdk mampu
menolak paksaan

Syarat Paksaan Ancamannya


menyakitkan

Ancamannya tdk mesti


langsung

Terdapat unsur
menzhalimi

Tdk memiliki hak


memaksa
Rukun Paksaan (al-Ikrah)

Rukun al-Ikrah

Mukrih Mukrah Mukrah `Alayh Mukrah Bih

Yg Memaksa Yg Dipaksa Instruksi Jenis Ancaman dr


Paksaan Paksaan (Akan
Dibunuh, Dipenjara,
dll)
Konsekwensi Paksaan Tanpa
Hak terhadap Akad Perkawinan
Keabsahan Akad

Hanafiyah Mayoritas Ulama

Sah Akad Tidak Sah Akad

‫إن لكل ما يصح مع الهزل يصح‬


‫مع اإلكره‬
‫‪Ta`arudl Dalail Perkawinan Ijbariy‬‬
‫َح ُّق بَِن ْف ِس َها ِم ْن َولِِّي َها‪َ ،‬والْبِ ْك ُر‬
‫ال‪ :‬األَيِّ ُم أ َ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫َن النَّبِ َّي َ‬
‫أ َّ‬
‫ال‪َ :‬ن َع ْم‪.‬‬
‫ص َما ُت َها ؟ قَ َ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫ُ‬ ‫ذ‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫إ‬‫و‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ه‬ ‫س‬‫تُستأْذَ ُن فِي َن ْف ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬

‫َن َر ُجاًل َزَّو َج ْابنَتَهُ َو ِه َي بِ ْك ٌر ِم ْن غَْي ِر أ َْم ِرَها‬ ‫َع ْن َعطَ ٍاء َع ْن َجابِ ٍر أ َّ‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َف َف َّر َق َب ْيَن ُه َما‬‫َ‬ ‫ي‬‫َّ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ت‬‫فَأَتَ ِ‬
‫اح‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اهلل َعلَْي ِه وسلَّم «ر َّد نِ‬ ‫َن َر ُس َ‬ ‫اس ‪ ,‬أ َّ‬ ‫َع ِن ابْ ِن َعبَّ ٍ‬
‫َ‬ ‫ََ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫وهما و ُهما َكا ِرَهتَ ِ‬ ‫بَ ْك ٍر َوَثيِّ ٍ‬
‫اهلل‬
‫ُ‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬
‫َ‬ ‫ي‬
‫ُّ‬ ‫ب‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫َّ‬
‫د‬ ‫ر‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫‪,‬‬ ‫ان‬ ‫ب أَنْ َك َح ُه َما أَبُ ُ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اح ُه َما»‬‫َعلَْيه َو َسلَّ َم ن َك َ‬

‫ت بِغَي ِر ُك ْ ٍ‬ ‫ت الْح ِد ُ ِ‬ ‫ال الْبيه ِ‬


‫فء َواللَّهُ‬ ‫يث في الْبِ ْك ِر ُح ِم َل َعلَى أ ََّن َها ُزِّو َج ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫ث‬
‫َ‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ي‬
‫ُّ‬ ‫ق‬ ‫قَ َ َ ْ َ‬
‫اب ُه َو ال ُْم ْعتَ َم ُد‬
‫ْج َو ُ‬ ‫أَ ْعلَ ُم ُقل ُ‬
‫ْت(ابن حجر) َو َه َذا ال َ‬
Khiyar

Makna Khiyar

Etimologi Terminologi

Memilih
Hak memilih antara tetap
melangsungkan perkawinan
(ibqa’) atau memutuskan
ikatan perkawinan (Fasakh)
Khiyar dalam Perkawinan
`Ayb Disepakati keberadaannya
Hak Khiyar

Mayoritas Ulama Tidak Ada

Majlis

Malikiyah Ada jika Disyaratkan


Sebelumnya

Hanafiyah,
Hanabilah
Tidak Ada

Syarat

Malikiyah, Ada, menjadi Tsubut dgn


Syafi`iyah Dukhul
Khilafiyah ttg Khiyar Syarat
Menurut Hanafiyah & Hanabilah, jika dalam akad
perkawinan diberikan syarat-syarat tertentu,
maka perkawinannya sah, namun hak khiyarnya
menjadi batal.
Bahkan dalam pendapat lain ulama Hanabilah,
akad perkawinannya dinilai batal

Menurut Malikiyah, jika dalam akad perkawinan


diberikan syarat khiyar 2 hari atau lebih, maka
perkawinannya harus dibatalkan. Tetapi jika
dalam tempo tersebut terjadi dukhul, maka
perkawinannya menjadi tsubut/lazim, dan harus
bayar mahar musamma,
‫‪Khiyar Syarat di Syafi`iyah‬‬

‫ال َوبَ َك َارٍة‬ ‫اح َكمااًل َكا َن َك َجم ٍ‬


‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ن‬
‫ِّ‬ ‫ال‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ح‬‫َّ‬ ‫ف) اَل يمنَع ِ‬
‫ص‬ ‫َْ ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ص‬ ‫و‬
‫َ َ َ ْ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ط فِي أَح ِد ِ‬
‫ه‬ ‫(ولَ ْو ُش ِر َ‬‫َ‬
‫َي‬ ‫أ‬ ‫ِ‬
‫ول‬ ‫ع‬ ‫ف‬
‫ْ‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ف) بِبِنَائِِه لِ‬ ‫َ‬ ‫اض وسمرٍة (فَأُ ْخلِ‬ ‫ٍ‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫و‬
‫اَل‬ ‫اَل‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫د‬‫ِّ‬ ‫وح ِّريٍَّة أَو َن ْقصا َك ِ‬
‫ض‬
‫ْ‬ ‫َ ُ‬ ‫ْ َ ََ َ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َُ ْ ً‬
‫س ُد‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ْب‬‫ل‬‫ا‬ ‫ن‬‫َّ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ف‬ ‫ن‬‫ِ‬ ‫ي‬‫ْع‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ِ‬ ‫ُّ‬
‫د‬ ‫ب‬‫ت‬‫ك‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ة‬‫ِ‬ ‫ف‬ ‫الص‬ ‫ل‬ ‫د‬‫ُّ‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫أِل‬ ‫اح)‬
‫ْ‬
‫َْ َ َ ُ‬ ‫اَل‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬
‫ْ َ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫(ص َّح النِّ َك ُ‬ ‫ط َ‬ ‫ال َْم ْش ُرو ُ‬
‫(ولِ ُك ٍّل) ِم ْن َّ‬
‫الزْو َج ْي ِن‬ ‫ى‬
‫ُ ْ َ‬ ‫ل‬
‫َ‬‫َو‬‫أ‬ ‫اح‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ن‬
‫ِّ‬ ‫ال‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫اس َد ِ‬
‫ة‬ ‫وط الْ َف ِ‬‫الشر ِ‬
‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫الشر ِط مع تَأَثُّ ِرِ‬
‫ه‬ ‫ْ ََ‬ ‫َّ‬ ‫ْف‬‫بِ َخل ِ‬
‫ط) َكأَ ْن‬ ‫(دو َن َما َش َر َ‬ ‫وف‬
‫ُ‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ْم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫َي‬ ‫أ‬ ‫)‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫(إ‬ ‫اض‬‫ٍ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫اَل‬‫ِ‬
‫ب‬ ‫و‬ ‫َ‬‫ل‬‫و‬ ‫خ‬
‫ٌ‬ ‫س‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫)‬‫ار‬ ‫ي‬‫(خ‬‫ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ َْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ٌَ ُ ْ َْ‬
‫اح اأْل َ َم ِة َوقَ ْد أ َِذ َن َسيِّ ُد َها ِفي‬ ‫ُ‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ت أَمةً و ُهو ح ٌّر ي ِح ُّل لَهُ نِ‬
‫ط أ ََّن َها ُح َّرةٌ َفبَانَ ْ َ َ َ ُ َ‬ ‫َش َر َ‬
‫اح ِه لِ َخل ِ‬
‫ْف‬ ‫احها أَو أَنَّه ح ٌّر َفبا َن عب ًدا و ِهي ح َّرةٌ وقَ ْد أ َِذ َن لَه سيِّ ُده ِفي نِ َك ِ‬ ‫نِ َك ِ‬
‫ُ َ ُ‬ ‫ُ َ ْ َ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ‬
‫اص ِ‬ ‫(م ْثلُهُ) أَي ِمثْل الْو ِ‬ ‫ب بَِق ِرين ِة ما م َّر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الشر ِط ولِ‬
‫ف‬ ‫ْ ُ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫ي‬ ‫ْع‬
‫ْ َْ‬‫ل‬‫ا‬ ‫ر‬ ‫ي‬‫غ‬
‫َ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫)‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ب‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫إ‬ ‫اَل‬ ‫(‬ ‫ر‬ ‫ي‬
‫ر‬ ‫غ‬
‫ْ‬ ‫لت‬
‫َّ‬ ‫َّ ْ َ‬
‫ضلِيَّتِ ِه فِي الثَّانِيَ ِة‬ ‫ئه َما فِي اأْل ُولَى َوأِل َفْ َ‬ ‫ِ ِ‬
‫وم بِاأْل َ ْولَى لتُ َكاف ُ‬ ‫أ َْو َف ْوقَهُ ال َْم ْف ُه ُ‬
‫(‪)Hasyiyah Jamal, IV/219-220‬‬
Khiyar Khusus Perkawinan
`Ayb Disepakati Ada

Mayoritas Ulama Tidak Ada, Akad oleh Wali Mujbir


Baligh
Hanafiyah Ada, Akad bkn oleh Bapak/Ashbh
Hak Khiyar

Mayoritas Ulama Tidak Ada, Akad oleh Wali Mujbir


Ifaqah
Hanafiyah Ada, Akad bkn oleh Bapak/Ashbh

Taghrir Disepakati Ada

Fawat Nafkah Disepakati Ada

Fawat Mahar Disepakati Ada


‫‪Perkawinan `A’isyah Ra.‬‬
‫‪Usia `A’isyah Ra.‬‬

‫‪Disepakati Ulama‬‬ ‫‪Klaim TO Savanas‬‬

‫‪Menikah usia 6 tahun,‬‬ ‫‪Bukan 6-9 tahun, tapi tdk‬‬


‫‪berumah tangga usia 9‬‬ ‫‪pasti kisaran 18-19 tahun‬‬
‫‪tahun.‬‬

‫ال‪:‬‬ ‫ش ٍام‪َ ،‬ع ْن أَبِ ِيه‪ ،‬قَ َ‬ ‫ه‬‫ِ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫‪،‬‬ ‫ة‬ ‫ام‬ ‫ُس‬
‫أ‬ ‫و‬ ‫َب‬‫أ‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ث‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫‪،‬‬‫يل‬ ‫ِ‬
‫َح َّدثَنِي ُعَب ْي ُد بْ ُن إِ ْس َم َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ‬
‫َّ‬ ‫اع‬
‫ث َسنََت ْي ِن‬ ‫ين‪َ ،‬فلَبِ َ‬ ‫ث ِسنِ‬ ‫ت َخ ِديجةُ َق ْبل م ْخر ِج النَّبِ ِّي ‪ ‬إِلَى الم ِدينَ ِة بِثَالَ ِ‬ ‫ِّ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫« ُت ُو َ‬
‫ي‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫ب‬ ‫ي‬
‫َ ََ َ َ َ ُ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ث‬
‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ين‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ت‬‫ِّ‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫ب‬
‫َ َ ُ‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫ائ‬‫ع‬ ‫ح‬
‫َ َ َ‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫َ‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫أ َْو قَ ِريبًا ْ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫ين» (أخرجه البخاري)‬ ‫تِس ِع ِسنِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬
Hisyam bin `Urwah dinilai lemah karena ikhtilath setelah
pindah ke Irak. Hadis perkawinan `A’isyah pd usia 6 thn,
hanya diriwayatkan oleh rawi dari Irak.

Benar, tapi ia rawi Tsiqah. Dan yang


meriwayatkan dari bapaknya (`Urwah bin
Zubayr) bukan hanya Hisyâm bin `Urwah saja,
melainkan banyak, di antaranya Yazîd bin
Rûmân (Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqiy) dan
`Abdullâh bin Dzakwan (Mu`jam al-Kabîr li al-
Thabrâniy).
Bahkan yang meriwayatkan langsung dari
`Â’isyah juga banyak, di antaranya al-Aswad
(Shahih Muslim), Abû `Ubaydah (Sunan al-
Shughrâ li al-Nasâ’iy), Abû Salamah (Sunan al-
Shughrâ li al-Nasâ’iy), `Abdullâh bin `Urwah
(Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqiy), `Abdulmalik bin
`Umayr (Mu`jam al-Kabîr li al-Thabrâniy),
`Amrah binti `Abdurrahman (Thabaqât al-Kubrâ
li Ibn Sa`d).

‫ت‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ


‫ه‬ ‫و‬  ِ
‫اهلل‬ ‫ول‬
ُ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ج‬‫و‬َّ‫ز‬‫ت‬ : ‫ت‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ‫ق‬ ، ‫ة‬
َ ‫ش‬ِ‫ائ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ،‫د‬ِ
َ َ ْ َ ‫َع ِن األَ ْس َو‬
ُ ْ َ َ ُ َ َ َ ََ ْ
‫ت ثَ َما َن‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ه‬ِ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ن‬ ‫ع‬ ‫ات‬ ‫م‬‫و‬ ، ‫ع‬
ٍ
ُ ْ َ َ َ َْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ََ َ‫س‬ ِ
‫ت‬ ‫ت‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬‫و‬ ، ٍّ
‫ت‬ ِ
‫س‬
)‫ (أخرجه مسلم‬.‫ش َرَة‬ ْ ‫َع‬
Dan sahabat yang meriwayatkan langsung
perkawinan `Â’isyah juga ada, yaitu Ibn Mas`ud
(Sunan Ibn Majah & Mu`jam al-Kabîr li al-
Thabrâniy).

‫ َوَبنَى‬،‫ت َس ْب ٍع‬ ‫ن‬ ِ


‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ة‬
َ ‫ش‬ ِ
‫ائ‬
ُ ْ َ َ َ َ ُّ َ َ َ ‫ع‬  ‫ي‬ِ‫ب‬ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ج‬‫و‬
َّ‫ز‬ ‫ت‬ : ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ، ِ
‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ِ
‫د‬ ‫َع ْن َع ْب‬
‫ت ثَ َمانِي َع ْش َرَة‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ِّ
ُ ْ َ َ َ َْ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ ‫ب‬
‫ف‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫و‬ ، ‫ع‬ٍ ‫س‬ ِ
‫ت‬ ‫ت‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ِ

Adapun usia Fathimah saat menikah adalah 15


thn lebih, sedangkan Ali usianya 21 thn.
Pembatasan Usia Perkawinan
Batasan Usia
Perkawinan

Fiqh Munakahat Hukum Positif

Seperti ada pembatasan, tapi


sebenarnya tanpa
Mayoritas Ulama Ibn Syubramah,
pembatasan
(Diklaim Ijmak) Utsman al-Battiy,
Abu Bakr al-Asham
Tidak ada
pembatasan usia Harus setelah
baligh

)4:‫ (الطالق‬...‫ض َن‬‫ح‬ِ


ْ َ‫والاَّل ئِي لَ ْم ي‬...
َ
)6:‫ (النساء‬...‫اح‬
َ ‫ك‬
َ ‫ن‬
ِّ ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫غ‬َ‫ل‬‫ب‬َ ‫ا‬‫ذ‬
َ ِ
‫ َحتَّى إ‬...
Usia Perkawinan dlm Hukum Positif
UU No. 1/74
Ps. 6 (2)
Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun
harus mendapat izin kedua orang tua

Pasal 7
1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini
dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau
Pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak
pria maupun pihak wanita.
Klasifikasi Usia Perkawinan
Tidak diperlukan Izin Pihak
21   lain
Klasifikasi Usia

Harus ada Izin Ortu, kalau tdk


< 21
ada Ortu, dr PA

Laki-laki < 19
Wanita < 16 Harus ada Dispensasi PA
Pementahan Batasan Usia
Ps. 6 (6)
Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5)
pasal berlaku sepanjang hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain.

Pasal 7 (3)
Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah
seorang atau kedua orang tua tersebut dalam Pasal 6
ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga
dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2)
pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (6).
Prosedur Pengajuan Dispensasi Nikah

Syarat-syarat pengajuan:
1. Surat permohonan
2. FC akta nikah ortu sbg pemohon yang bermaterai
3. FC akta kelahiran calon mempelai laki-laki dan perempuan atau
fotocopy ijazah yang sah yang bermaterai (P1)
4. Surat pemberitahuan kekurangan persyaratan nikah (P2)
5. Surat penolakan perkawinan (N-9) dari KUA karena belum
cukup umur (P3)

Permohonan dispensasi nikah bagi mereka tersebut pada ayat (1)


pasal ini, diajukan oleh orang tua pria mupun wanita kepada
pengadilan agama yang mewilayahi tempat tinggalnya;
PMA No.3/1975 pasal 13 (2).
Pemidanaan Pelaku Perkawinan Dini
Merujuk Undang-undang Perkawinan, pelaku perkawinan di
bawah usia tidak dapat dihukum pidana, karena tidak ada
ketentuan yang pasti tentang pembatasan usia perkawinan,
serta tentang sanksi pidananya.
Namun vonis PN trhdp Pujiono dengan vonis 3 tahun penjara
serta denda 60 jt, karena dinilai melanggar UU Perlindungan
Anak, dapat dijadikan Yurisprudensi.

Tapi jika merujuk KUHP Ps. 288 (1) “Barangsiapa dlm


Perkawinan bersetubuh dgn seorang wanita yg diketahuinya
atau sepatutnya hrs diduganya bahwa yg bersangkutan blm
waktunya utk dikawinkan, bila perbuatan itu mengakibatkan
luka-luka, diancam dgn pidana penjara paling lama 4 thn.
Wewenang Wali dlm Perkawinan
di Bawah Usia
Dalam Fiqh, terdapat Wali yang memiliki wewenang untuk
mengawinkan perempuan di bawah usia dewasa/perawan,
meskipun tidak ada izin dari mempelai.
Wali seperti itu dikenal dgn istilah Wali Mujbir (wali yg memaksa).

Yang Bisa Menjadi


Wali Mujbir

Hanafiyah Malikiyah Syafi`iyah Hanabilah

Kerabat ‘Ashabah 1. Tuan 1. Bapak 1. Bapak


2. Bapak 2. Kakek 2. Yg diwasiati
3. Yg diwasiati 3. Tuan 3. Hakim
Pihak yg Dapat Dipaksa Nikah

Pihak yg Dapat
Dipaksa Nikah

Yang tidak Perawan Hilang


memiliki Keperawanan
kemampuan Mayoritas Ulama bukan krn Nikah
selain Hanafiyah
• Anak Kecil Masyhur Malikiyah
• Orang Gila
• Orang Pikun

Disepakati Ulama
Perkawinan Wanita Hamil Zina

Kehamilan

Hamil Sah Hamil Syubhat Hamil zina

Dari Perkawinan Sah Dari Wathi Syubhat Dari Perzinaan


Perkawinan Wanita Hamil Zina
Wanita Pezina

Yang mengawini Yang mengawini


adalah yang adalah bukan yang
menzinai menzinai

Disepakati
keabsahannya Mayoritas Hasan Bashri

Sah Mutlak Tidak Sah

Hanafiyah Malikiyah
Syafi`iyah Hanabilah

Jika hamil, sah langsung Nikah Jika Hamil, tidak sah sebelum
& Jimak (Syafi`iyah) melahirkan (Malikiyah), serta
Tdk boleh jimak sblm setelah taubat (Hanabilah)
melahirkan (Hanafiyah)
‫‪Landasan Hukumnya‬‬
‫الزانِيةُ اَل ي ْن ِكحها إِاَّل َز ٍ‬
‫ان‪...‬إلخ (النور‪)3:‬‬ ‫َو َّ َ َ ُ َ‬
‫والكالم خرج مخرج التحريم عند حسن بصري‪ .‬والجمهور حملوا اآلية على الذم‪،‬‬
‫ال على التحريم‬

‫‪Menurut Ibn Musayyab, ayat tersebut di atas sdh dinasakh‬‬


‫‪oleh ayat:‬‬
‫َوأَنْ ِك ُحوا األَيَ َامى ِم ْن ُك ْم (النور‪)32:‬‬
‫)‪(Syarh Sunnah Al-Baghawiy, 9/289‬‬

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن َر ُج ٍل َزنَى بِ ْام َرأ ٍَة‬ ‫َ‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ول‬
‫ُ‬ ‫س‬ ‫ر‬
‫ُ َ َُ‬ ‫ل‬ ‫ت‪ :‬سئِ‬ ‫ْ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ق‬
‫َ‬ ‫‪,‬‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫• َعن َعائِ‬
‫ْ‬
‫ْحاَل َل إِنَّ َما يُ َح ِّرُم َما َكا َن‬ ‫ْح َر ُام ال َ‬
‫ال‪« :‬اَل يُ َح ِّرُم ال َ‬ ‫اد أَ ْن َيَت َزَّو َج َها أَ ِو ْابنََت َها‪ ,‬قَ َ‬
‫فَأ ََر َ‬
‫اح»‬ ‫بِنِ َك ٍ‬
‫ع غَْي ِرِه‬ ‫ر‬ ‫ز‬ ‫ه‬ ‫اء‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ق‬‫ِ‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ر‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اآلخ‬ ‫م‬‫ِ‬‫• َم ْن َكا َن ُي ْؤِم ُن بِاَللَّ ِه َوالَْي ْو‬
‫َ ُ ْ َ َّ َ َ ُ َ ْ َ‬
Ketentuan dlm Hk. Positif

Kawin Hamil dalam KHI


Pasal 53

Seorang wanita hamil Perkawinan dengan Dengan


di luar nikah, dapat wanita hamil yang dilangsungkannya
dikawinkan dengan disebut pada ayat (1) perkawinan pada saat
pria yang dapat dilangsungkan wanita hamil, tidak
menghamilinya tanpa menunggu lebih diperlukan perkawinan
dahulu kelahiran ulang setelah anak yang
anaknya. dikandung lahir.
UUP Pasal 42 & KHI Pasal 99
Anak yang Sah adalah:

Anak yang dilahirkan Hasil perbuatan suami isteri


dalam atau akibat yang sah di luar rahim dan
perkawinan yang sah; dilahirkan oleh isteri tersebut

Pasal 4
Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut
hukum Islam sesuai dengan
pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan.
‫‪Anak Hasil Zina‬‬
‫‪Menjadi Anak Sah, Jika‬‬

‫‪Mayoritas‬‬ ‫‪Ulama‬‬
‫‪Ulama‬‬ ‫‪Hanafiyah‬‬

‫‪Jarak Perkawinan Ortu ke‬‬ ‫‪Ortunya Melakukan‬‬


‫‪Melahirkan Anak Lebih‬‬ ‫‪Perkawinan Sebelum Anak‬‬
‫‪dari 6 Bulan‬‬ ‫‪Lahir‬‬

‫يحل باالتفاق للزاني أن يتزوج بالزانية‬ ‫ض ِع َها‬


‫ال أبو حنيفة إِ ْن َت َزَّو َج َها َق ْب َل َو ْ‬ ‫َوقَ َ‬
‫التي زنى بها‪ ،‬فإن جاءت بولد بعد‬ ‫َولَ ْو بَِي ْوٍم لَ ِح َق بِ ِه ال َْولَ ُد‪َ ،‬وإِ ْن لَ ْم َيَت َزَّو ْج َها‬
‫مضي ستة أشهر من وقت العقد عليها‪،‬‬ ‫ْح ْق بِ ِه‬
‫لَ ْم َيل َ‬
‫ثبت نسبه منه‪ ،‬وإن جاءت به ألقل من‬
‫ستة أشهر من وقت العقد ال يثبت‬
‫نسبه منه‪،‬‬
Keabsahan Perkawinan

UU No. 1/74 KHI

Pasal 2 Pasal 4
1) Perkawinan adalah sah apabila Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum dilakukan menurut hukum Islam
masing-masing agama dan sesuai dengan pasal 2 ayat (1)
kepercayaannya itu. Undang-undang No. 1 Tahun 1974
2) Tiap-tiap perkawinan dicatat tentang Perkawinan.
menurut peraturan perundang-  
undangan yang berlaku. Pasal 5
(1) Agar terjamin ketertiban
perkawinan bagi masyarakat Islam
setiap perkawinan harus dicatat.
Resume Putusan MK No. 46/2010
Keterangan Pemerintah:
Bahwa menurut Undang-Undang a quo, sahnya perkawinan disandarkan
kepada hukum agama masing-masing, namun demikian suatu perkawinan
belum dapat diakui keabsahannya apabila tidak dicatat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencatatan perkawinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) bertujuan untuk:
a. Tertib administrasi perkawinan;
b. Memberikan kepastian dan perlindungan terhadap status hukum suami,
istri maupun anak; dan
c. Memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak tertentu yang
timbul karena perkawinan seperti hak waris, hak untuk memperoleh
akte kelahiran, dan lain-lain;

Keterangan DPR:
Bahwa atas dasar dalil tersebut, maka ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU
Perkawinan yang berbunyi “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku” merupakan norma yang mengandung
legalitas sebagai suatu bentuk formal perkawinan.
Pendapat Mahkamah:
Penjelasan Umum angka 4 huruf b UU 1/1974 tentang asas-asas atau
prinsip-prinsip perkawinan menyatakan:
“... bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu; dan di samping itu tiap-tiap
perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya kelahiran,
kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, suatu akte yang juga
dimuat dalam daftar pencatatan”.
Berdasarkan Penjelasan UU 1/1974 di atas nyatalah bahwa:
i. pencatatan perkawinan bukanlah merupakan faktor yang
menentukan sahnya perkawinan; dan
ii. pencatatan merupakan kewajiban administratif yang diwajibkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Adapun faktor yang menentukan sahnya perkawinan adalah syarat-
syarat yang ditentukan oleh agama dari masing-masing pasangan
calon mempelai. Diwajibkannya pencatatan perkawinan oleh negara
melalui peraturan perundangundangan merupakan kewajiban
administratif.
Jika,
Anak yang Sah = Anak yang
dilahirkan Dalam atau akibat
Perkawinan yang Sah

Maka,
Anak yang dilahirkan di Luar
Perkawinan yang Sah = Anak yang
Tidak Sah
Konsekuensi Anak di Luar Perkawinan

UUP Pasal 43
1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Terma “Perkawinan” dalam Pasal 43 ayat (1) UUP


Kata “perkawinan” dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang a quo juga
akan dimaknai sebagai perkawinan yang sah secara Islam atau
perkawinan menurut rukun nikah yang
lima.
 
KHI Pasal 100
Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Hasil Judicial Review

Pasal 43 ayat (1) UUP, harus dibaca:


“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya
dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum
mempunyai hubungan darah, termasuk
hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”;
Ketika,
Anak yang dilahirkan di Luar
Perkawinan yang Sah = Anak yang
Tidak Sah = Anak Hasil Zina

Maka,
Berdasar Putusan MK No.
46/2010, Anak Hasil Zina
mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga
ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya dan keluarga
ayahnya
Keterkaitan Anak dengan
Orang Tua

Hak Nasab Hak Keperdataan

Perwalian Hadlanah
Perwarisan
Hadlanah

Argumen Tetapnya Nasab

Firasy Qiyafah Putusan Hakim

Dari Perkawinan Sah Identifikasi Dari Perselisihan


‫‪Mungkinkah Anak Hasil Zina‬‬
‫‪Memiliki Hubungan Nasab dengan‬‬
‫?‪Ayah Biologisnya‬‬

‫‪Jawabannya:‬‬

‫‪Sangat Mungkin, Berdasarkan Pendapat Ulama:‬‬

‫ْح ُّد‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫اطئ إذَا أ ُِقيم َعلَي ِ‬


‫ه‬ ‫ال الْحسن (بن صالح)‪ ،‬وابن ِسي ِرين‪ :‬ي ْلح ُق الْو ِ‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ َ َ َ َ‬ ‫َ ُْ‬ ‫َوقَ َ َ َ ُ‬
‫ال‬
‫وء َة‪َ .‬وقَ َ‬ ‫ط‬ ‫و‬ ‫ْم‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫‪،‬‬ ‫َّ‬
‫د‬ ‫ْح‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫د‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ج‬ ‫ا‬‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ه‬ ‫ق‬ ‫ْح‬‫ل‬ ‫ي‬ ‫‪:‬‬ ‫يم‬ ‫ِ‬
‫اه‬ ‫ر‬ ‫إب‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ِ‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َويَ َ‬
‫‪.‬‬‫ه‬
‫ُ‬ ‫ث‬
‫ُ‬‫ر‬
‫سا ٍر نَ ْح ُوهُ‪َ .‬وَرَوى َعلِ ُّي بْ ُن‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬‫َ‬‫ل‬‫س‬ ‫و‬
‫ْ َ َ َ َ َ ْ َْ َ ُ َْ ْ َ َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ع‬
‫ُ‬ ‫ن‬ ‫ع‬‫َ‬ ‫ر‬ ‫إِسحا ُق‪ :‬يلْح ُقهُ‪ .‬وذُكِ‬
‫ت‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ف‬
‫َ‬
‫َ ُ ُ َْ َ َ ْ‬ ‫ِ‬
‫َة‬ ‫أ‬‫ر‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ِ‬‫ب‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫الر‬
‫َّ‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ِ‬
‫ز‬ ‫ا‬‫ذ‬
‫َ‬ ‫إ‬ ‫ا‬‫س‬ ‫ْ‬
‫أ‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫َر‬ ‫أ‬ ‫اَل‬ ‫‪:‬‬‫ال‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫‪،‬‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ي‬‫ِ‬‫ن‬‫ح‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ب‬‫َ‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫اص‬‫َع‬
‫َ ًَ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫لها‪َ ،‬ويَ ْس ُت َر َعلَْي َها‪َ ،‬وال َْولَ ُد َولَ ٌد لَ ُه‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫و‬‫َّ‬‫ز‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫‪،‬‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫م‬
‫ُ ََ َ َ َ َ َ َ ْ َ‬
Perkawinan Beda Agama

Fiqh KHI

Non Muslim
Pasal 40
Dilarang melangsungkan
perkawinan antara seorang pria
Kafir/Musyrik Ahlul Kitab dengan seorang wanita karena
keadaan tertentu:
Tidak Boleh Relatif c. Seorang wanita yang tidak
beragama Islam.
Pasal 44
Seorang wanita Islam dilarang
melangsungkan perkawinan
dengan seorang pria yang tidak
beragama Islam.
Yurisprudensi Putusan MA
Putusan Mahkamah Agung
No.1400K/PDT/1986

Dengan diajukannya permohonan untuk


melangsungkan perkawinan kepada Kepala Kantor
Catatan Sipil di Jakarta, harus ditafsirkan bahwa
pemohon berkehendak untuk melangsungkan
perkawinan tidak secara Islam dan dengan
demikian harus ditafsirkan pula bahwa dengan
mengajukan permohonan itu pemohon sudah tidak
menghiraukan lagi status agamanya (agama Islam).
Sehingga Pasal 8 huruf f UU Perkawinan tidak lagi
merupakan halangan untuk dilangsungkannya
perkawinan yang mereka kehendaki.
‫‪Menikahi Ahlul Kitab‬‬

‫‪Laki-laki Muslim‬‬ ‫‪Wanita Muslim‬‬


‫‪Dgn‬‬ ‫‪Dgn‬‬
‫‪Wanita Ahlul Kitab‬‬ ‫‪Laki-laki Ahlul Kitab‬‬

‫‪Boleh‬‬ ‫‪Mutlak Tidak Boleh‬‬

‫اب ِحلٌّ لَ ُك ْم‬‫َ‬


‫ات وطَعام الَّ ِذين أُوتُوا ال َِ‬
‫ت‬ ‫ْك‬ ‫َّ‬
‫الَْي ْوَم أ َّ ُ َِّ ُ َ َ ُ َ‬
‫ب‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ك‬
‫ُ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬
‫ُح‬
‫ات‬ ‫ْم‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ِ‬
‫ات‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫م‬‫ؤ‬ ‫ْم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫َوطَ َع ُام ُك ْم ٌّ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ ُ‬
‫ن‬‫ص‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ات‬ ‫ن‬‫ص‬ ‫ح‬ ‫ْم‬
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ِ‬
‫ورُه َّن‬ ‫ُج‬‫أ‬ ‫ن‬
‫َّ‬ ‫وه‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ي‬‫ت‬ ‫آ‬ ‫ا‬‫ذ‬‫َ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫م‬ ‫ك‬
‫ُ‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ب‬‫ق‬‫َ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫م‬ ‫اب‬ ‫ت‬ ‫ِ‬
‫ْك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ت‬‫ُو‬ ‫أ‬ ‫ين‬‫ذ‬‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫م‬‫ِ‬
‫َ ُْ ُ ُ ُ َ‬ ‫َ َ ْ ْ ْ‬ ‫َ َ ُ‬
‫َّخ ِذي أَ ْخ َد ٍ‬
‫ان‬ ‫صنِين غَير مسافِ ِحين واَل مت ِ‬ ‫ِ‬
‫ُم ْح َ ْ َ ُ َ َ َ ُ‬
‫‪Ahlul Kitab‬‬
‫‪(Yang mengimani kitab‬‬
‫)‪samawi, selain Alquran‬‬

‫‪Syafi`iyah‬‬ ‫‪Tiga Imam‬‬

‫‪Beriman kpd Taurat/Injil‬‬ ‫‪Mutlak Beriman kpd Taurat/Injil,‬‬


‫‪sebelum Turun Alquran‬‬ ‫‪meski setelah dinasakh‬‬

‫قال الكثير من الفقهاء‪ :‬إنما يحل نكاح الكتابية التي دانت بالتوراة واإلنجيل‬
‫قبل نزول القرآن فمن دان بذلك الكتاب بعد نزول القرآن خرج عن حكم‬
‫الكتاب‪ ،‬وهذا مذهب اإلمام الشافعي رضي اهلل عنه‪ .‬وأما أهل المذاهب الثالثة‬
‫فلم يقولوا بهذا التفصيل بل أطلقوا القول بحل أكل ذبائح أهل الكتاب وحل‬
‫التزويج من نسائهم ولو دخلوا في دين أهل الكتاب بعد نسخه‬
‫(مراح لبيد‪)253\1 ,‬‬
‫واعتبارهم أهل دين سماوي وإن حرفوا فيه‬
‫وبدلوا‬
‫(الحالل والحرام‪)179 ,‬‬

‫الولد يتبع أباه في النسب‪ ،‬ويتبع أمه في‬


‫الحرية أو الرق‪ ،‬ويتبع في الدين خير األبوين‬
Poligami
Poligami (Poligini)

Fiqh Hukum Positif

Boleh Boleh
(al-Nisa, 3) (UUP Ps.3/KHI Ps.55)

‫وإن خفتم أال تقسطوا في اليتامى فانكحوا ما طاب لكم‬


‫من النساء مثنى وثالث ورباع فإن خفتم أال تعدلوا‬
‫فواحدة أو ما ملكت أيمانكم ذلك أدنى أال تعولوا‬

Hanafiyah Mayoritas

Boleh Menikahi Tdk Boleh


anak Yatim Menikahinya
Batasan Jumlah
Batasan Jumlah

Fiqh Hukum Positif

I. Al-Raziy Mayoritas KHI UUP

Tanpa Batasan Maksimal 4 Tidak


Maksimal 4
(Ruh al-Ma`aniy, II/402) Disebutkan
Argumen:
Argumen: ‫أمسك أربعا وفارق سائرهن‬
1. al-Nisa, itlaq al-jam’i
2. Matsna, dst, takhsis
ba`dl tdk menafikan
hukum al-baqi.
3. Huruf ‘waw’ li al-
jam’i
Kasus Poligami
Beristri 4, sebagian dicerai,
belum habis masa idah
nikah lagi

Jika Talak Jika Talak


Raj`iy Ba’in

Disepakati ulama Hanafiyah Malikiyah


hukumnya haram Hanabilah Syafi`iyah

Haram dan Boleh dan


tidak Sah Sah

‫ َفيُطَلِّ ُق‬،‫الر ُج ِل يَ ُكو ُن ِع ْن َدهُ أ َْربَ ُع نِ ْس َوٍة‬


َّ ‫الزَب ْي ِر َكانَا َي ُقواَل ِن فِي‬
ُّ ‫اس َم بْ َن ُم َح َّم ٍد َوعُ ْرَو َة بْ َن‬
ِ ‫َن الْ َق‬
َّ ‫أ‬
.‫ض َي ِع َّد ُت َها‬ ِ ‫ واَل ي ْنتَ ِظر أَ ْن َت ْن َق‬،‫اه َّن الْبتَّةَ أَنَّهُ يَتزَّوج إِ ْن َشاء‬
ُ َ َ َ ُ ََ َ ُ ‫إِ ْح َد‬
)2/548 ,‫(الموطأ‬
‫‪Istri-istri Sahabat‬‬
‫أبو بكر الصديق‬
‫‪ -1‬قتيلة أو قتلة من بني عامر بن لؤي‪ .‬وهي أم عبد اهلل أكبر أوالده الذكور‪ ،‬وأم أسماء أكبر بناته‪.‬‬
‫‪ -2‬أم رومان بنت الحارث من بني فراس بن غنيم بن كنانة‪ ،‬وهي أم ولده عبد الرحمن وأم عائشة‪.‬‬
‫‪ -3‬أسماء بنت عميس الخثعمية‪ ،‬أم ولده محمد‪.‬‬
‫‪ -4‬حبيبة بنت خارجة بن زيد أم كلثوم ولدت بعد وفاته‪( .‬الرياض النضرة في مناقب العشرة للمحب الطبري)‬
‫عمر بن الخطاب‬
‫‪ -1‬زينب بنت مظعون‪ .‬أم عبد اهلل‪ ،‬وعبد الرحمن األكبر‪ ،‬وحفصة زوجة الرسول‪.‬‬
‫‪ -2‬أم كلثوم بنت علي بن أبي طالب‪ .‬أم زيد األكبر ورقية‪.‬‬
‫حمي الدبر بن األقلح األنصارية أم عاصم‪.‬‬
‫‪-3‬جميلة بنت عاصم بن ثابت ّ‬
‫‪ -4‬مليكة بنت جرول الخزاعية أم زيد األصغر وعبيد اهلل‪.‬‬
‫‪ -5‬لُهيّة (أم ولد) أم عبد الرحمن األوسط‪.‬‬
‫‪ -6‬عاتكة بنت زيد أم عياض‬
‫‪ -7‬أم ولد وهي أم عبد الرحمن األصغر يلقب بالمجبر‪.‬‬
‫‪ -8‬فكيهة (أم ولد) أم زينب‪.‬‬
‫‪ -9‬أم حكيم بنت الحارث بن هشام بن المغيرة أم فاطمة‪( .‬الرياض النضرة في مناقب العشرة للم"حب الطبري)‪ ‬‬
‫عثمان بن عفان‬
‫‪ - 1‬أم كلثوم بنت محمد صلى اهلل عليه وسلم وقد سمي عثمان ذي النورين ألنه تزوج اثنتان من بنات الرسول‪ ‬‬
‫‪ - 2‬رقية بنت محمد رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‪ .‬أم عبد اهلل األصغر‪.‬‬
‫‪ -3‬فاطمة بنت غزوان أم عمرو وعبد اهلل األكبر‪.‬‬
‫‪ -4‬بنت جندب بن األزد أم خالد وعمر‬
‫‪ -5‬فاطمة بنت الوليد بن عبد شمس‪ ،‬أم سعيد والوليد‬
‫‪ -6‬أم البنين بنت عينية بن حصن‪ ،‬أم عبد الملك‬
‫‪ -7‬رملة بنت شيبة بن ربيعة‪ ،‬أم عائشة وأم إبان وأم عمر‬
‫‪ - 8‬نائلة بنت الفرافصة بن األحوص‪ .‬مع مالحظة أن نائلة وإن كانت قد أسلمت إال أن أباها كان نصرانيا‬
‫‪ - 9‬أم ولد وأنجبت له أم البنين‪( .‬الرياض النضرة في مناقب العشرة للمحب الطبري)‬
‫علي بن أبي طالب‬
‫‪ - 1‬فاطمة بنت الرسول‪ ،‬سيدة نساء العالمين‪ ،‬أم الحسن والحسين ومحسن وأم كلثوم وزينب الكبرى‪.‬‬
‫‪ - 2‬خولة بنت إياس بن جعفر الحنفية‪ ،‬أم محمد (المشهور بابن الحنفية)‪ .‬قيل إن أبا بكر أعطى عليا الحنفية أم محمد من سبي بني‬
‫حنيفة‪ -‬أخرجه ابن السمان‪.‬‬
‫‪ -3‬ليلى بنت مسعود بن خالد النهشلي‪ ،‬أم عبد اهلل وأبي بكر‪.‬‬
‫‪ - 4‬أم البنين بنت حزام بن خالد الوحيدية ثم الكالبية‪ ،‬أم العباس األكبر وعثمان وجعفر وعبد اهلل‪.‬‬
‫‪ -5‬أم ولد وهي أم محمد األصغر‪.‬‬
‫‪ - 6‬أسماء بنت عميس الخثعمية‪ ،‬أم يحيى وعوف‪ ،‬وأم محمد بن أبي بكر‪.‬‬
‫‪ -7‬أم حبيب الصهباء التغلبية 'سبيّة' سباها خالد في الردة‪ ،‬فاشتراها علي‪ ،‬وهي أم عمر األكبر ورقية‪.‬‬
‫‪ - 8‬أمامة بنت أبي العاص (أمها زينب بنت الرسول صلى اهلل عليه وسلم) أم محمد األوسط‪.‬‬
‫‪ -9‬أم سعد بنت عروة بن مسعود الثقفي‪ ،‬أم الحسن ورملة الكبرى‪.‬‬
‫باقي العشرة المبشرين بالجنة‬
‫طلحة بن عبيد اهلل تزوج تسع نساء‬ ‫•‬
‫الزبير بن العوام تزوج ست نساء‬ ‫•‬
‫عبد الرحمن بن عوف تزوج عشرين امرأة‬ ‫•‬
‫سعد بن أبي وقاص تزوج إحدى عشرة امرأة‬ ‫•‬
‫سعيد بن زيد بن عمرو بن نفيل‪ .‬خلف واحد وثالثين ولدا منهم ثالثة عشر ذكرا والباقي‬ ‫•‬
‫إناث‪ .‬ولم يذكر المحب الطبري عدد زوجاته‪.‬‬
‫‪Sahabat Wanita yg Menikah Lebih dr Sekali‬‬

‫المخمسات‬
‫‪ -1‬عاتكة بنت زيد بن عمرو بن نفيل (ابنة عم عم"ر بن الخطاب) تزوجت مرات من كل من‪:‬‬
‫عبد اهلل بن أبي بكر‬
‫عمر بن الخطاب‬
‫طلحة بن عبيد اهلل (أحد المبشرين بالجنة)‬
‫محمد بن أبي بكر‬
‫عمرو بن العاص‬
‫‪ -2‬أسماء بنت عميس الخثعمية تزوجت خمس مرات من كل من‪:‬‬
‫حمزة بن عبد المطلب‬
‫شداد بن الهاد‬
‫جعفر الطيار بن أبي طالب‬
‫أبو بكر الصديق‬
‫علي بن أبي طالب‬
‫المربعات‬
‫‪ -1‬أم كلثوم بنت عتبة بن أبي معيط تزوجت أربع مرات من كل من‪:‬‬
‫زيد بن حارثة‬
‫الزبير بن العوام (أحد المبشرين بالجنة)‬
‫عبد الرحمن بن عوف (أحد المبشرين بالجنة)‬
‫عمرو بن العاص‬
‫‪ -2‬سهلة بنت سهيل بن عمرو‬
‫أبو حذيفة بن عتبة‬
‫عبد اهلل بن األسود بن مالك‬
‫الشماخ بن سعيد بن قائف‬
‫ّ‬
‫عبد الرحمن بن عوف‬
‫الم"ثلثات‬
‫‪ -1‬أم كلثوم بنت علي بن أبي طالب تزوجت ثالث مرات من كل من‪:‬‬
‫عمر بن الخطاب‬
‫عون بن جعفر الطيار بن أبي طالب‬
‫أخاه محمدا‬
‫‪ -2‬أم أسحق بنت طلحة بن عبيد اهلل تزوجت ثالث مرات من كل من‪:‬‬
‫الحسن بن علي بن أبي طالب‬
‫الحسين بن علي بن أبي طالب‬
‫محمد بن عبيد اهلل بن عبد الرحمن بن أبي بكر الصديق‬
‫‪Konsep Adil‬‬
‫‪Konsep Adil‬‬

‫‪Mayoritas Ulama‬‬ ‫‪Imam al-Dlahhak‬‬

‫‪1.‬‬ ‫‪Qismah‬‬ ‫‪1.‬‬ ‫‪Kecenderungan‬‬


‫‪2.‬‬ ‫‪Nafkah‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Cinta‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Kiswah‬‬ ‫‪3.‬‬ ‫‪Jimak‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Maskanah‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Kehidupan‬‬

‫صتُ ْم‬ ‫ر‬‫ح‬ ‫و‬‫ل‬


‫َ‬‫و‬ ‫ولَن تَست ِطيعوا أَ ْن َتع ِدلُوا بين النِّس ِ‬
‫اء‬
‫ْ َْ َ َ َ ْ َ َ ْ‬ ‫َ ْ َْ ُ‬
‫اء‬‫ج‬ ‫ى‪،‬‬‫ر‬ ‫خ‬ ‫ُ‬ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬‫َ‬‫ل‬‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ ‫اه‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ِ‬‫إِل‬ ‫يل‬ ‫ِ‬
‫م‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ت لَهُ ْام َرأَتَ َ ُ ْ َ ُ َ َ‬
‫ان‬ ‫َم ْن َكانَ ْ‬
‫َْ َ َ‬
‫َح َد ِش َّق ْي ِه َساقِطًا أ َْو َمائِاًل‬ ‫أ‬ ‫ر‬‫ُّ‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫يوم ال ِْقيام ِ‬
‫ة‬
‫َْ َ َ َ َ ُ َ‬
Ketentuan Poligami dlm Hk. Positif
Ketentuan Poligami

UUP KHI

Ps. 3-5 Ps. 55-59

Pasal 3
(2) Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih
dari seorang apabila dikendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana
tersebut dalam pasal 3 ayat (2) UU ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke
Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada
suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:
a. istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya sebagai isteri;
b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Ketentuan KHI

Pasal 56
(1) Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin
dari PA.
(2) Pengajuan permohonan Izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan
menurut pada tata cara sebagaimana diatur dalam Bab.VIII PP No.9 Tahun
1975.
(3) Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat
tanpa izin dari PA, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Pasal 57
PA hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih
dari seorang apabila :
a. isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri;
b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan;
c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Syarat Poligami
Syarat Poligami

UUP KHI

Ps. 5 Ps. 55-59

Pasal 5
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) UU ini harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka.
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
Syarat Poligami dlm KHI
Syarat Poligami

Syarat Utama Syarat Tambahan

Adil terhadap UUP Ps. 55


Istri-istri & Anak

Pasal 5
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) UU ini harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka.
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
Pasal 59
Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan
permohonan izin untuk beristeri lebih dari satu orang
berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur dalam pasal 55
ayat (2) dan 57, Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang
pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar isteri yang
bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap
penetapan ini, isteri atau suami dapat mengajukan banding
atau kasasi.
Kawin Mutah
Makna Kawin Mutah

Etimologi Terminologi

Bersuka-suka
Sunniy Syi’iy Imamiyah

Akad perkawinan yg Akad perkawinan


dibatasi waktu, dengan mahar utk
dengan menggunakan waktu tertentu.
lafazhTamattu’. Disebut pula Nikah
Munqathi

Dalam praktiknya, di Syi`ah Imamiyah kawin


mutah itu tanpa ada wali maupun saksi
Ketentuan Kawin Mutah di Syiah
Tidak membutuhkan wali & saksi

Batasan waktu disebutkan dalam akad

)‫ و"م""تعتك‬،‫ و"أ"ن"كحتك‬،‫َّع بِ" " " " ِكَي ْوًما أَْو َش" " " ْه" ًرا (ز"و"ج"تك‬
‫ت‬ ‫م‬َ"
‫ت‬ َ
"
‫أ‬ ‫َن‬
ْ"
‫أ‬ ‫ى‬‫ل‬
َ "‫ع‬
َ ‫ا‬‫ذ‬َ "‫ك‬َ ِ ‫أ" ُْع ِط‬
‫يك‬
Contoh akad: َ َ
Tidak ada talak, perkawinan selesai dengan habisnya waktu

Tidak ada kewajiban nafkah

Tidak saling mewarisi antar suami-istri

Jika lahir anak, maka nasabnya & warisnya tetap ke ibu bapaknya

Dibolehkan ada syarat untuk intim di waktu-waktu tertentu

Masa idahnya 2 kali haid, atau 45 hari

Tidak ada batasan jumlah utk kawin mutah


Hukum Kawin Mutah
Hukumnya

Mayoritas Ibn `Abbas, `Atha,


Ulama, Syi`ah Thawus, Ibn Jurayz,
Jaydiyah Syi`ah Imamiyah

Haram dan Boleh


batal akadnya

Pangkal masalahnya adalah perbedaan penafsiran


terhadap QS. Al-Nisa, 24:
ِ ِ
ً‫ضة‬
َ ‫ي‬ِ
‫ر‬ ‫ف‬
َ ‫ن‬
َّ ‫ه‬‫ور‬‫ُج‬
‫أ‬
َُ ُ ُ‫ن‬
َّ ‫وه‬ُ‫ت‬ ‫آ‬‫ف‬
َ ‫ن‬
َّ ُ ِ‫استَ ْمَت ْعتُ ْم ب‬
‫ه‬‫ن‬ْ ‫م‬ ‫ه‬ ْ ‫فَ َما‬
‫‪Argumen Pendapat‬‬
‫‪Alasan yg melarang:‬‬
‫ول اللَّ ِه ‪1.‬‬
‫ال َر ُس ُ‬ ‫ت لَ ُك ْم ِفي ‪ :‬قَ َ‬ ‫ت أ َِذنْ ُ‬
‫َّاس إِنِّي قَ ْد ُك ْن ُ‬
‫ُ‬ ‫يَا أ َُّي َها الن‬
‫ك إِلَى َي ْوِم ال ِْقيَ َام ِة‪،‬‬
‫ِّس ِاء‪َ ،‬وإِ َّن اللَّهَ قَ ْد َح َّرَم ذَلِ َ‬
‫َ َ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫م‬‫االستِمت ِاع ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬
‫(صحيح مسلم)‬
‫ول اللَّ ِه ‪2.‬‬
‫ال َر ُس ُ‬ ‫اح َوالطَّالَ ُق َوال ِْع َّدةُ ‪ :‬قَ َ‬
‫َح َّرَم أ َْو َه َد َم ال ُْم ْت َعةَ النِّ َك ُ‬
‫اث (صحيح ابن حبان)‬ ‫َوال ِْم َير ُ‬

‫‪Alasan yg membolehkan:‬‬
‫‪1. Lafazhnya Istamta`, bukan Nikah‬‬
‫‪2. Dari lafazh Ujur, berarti ini akad Ijarah‬‬
‫صي؟ َفَن َهانَا ‪ُ ‬كنَّا َنغْ ُزو َم َع النَّبِ ِّي ‪3.‬‬ ‫ولَْيس معنَا نِساء‪َ ،‬ف ُقلْنَا‪ :‬أَالَ نَ ْختَ ِ‬
‫َ َ ََ َ ٌ‬
‫ب‬ ‫الم ْرأَةَ بِالث َّْو ِ‬ ‫ج‬ ‫و‬‫َّ‬‫ز‬ ‫ت‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ك‪َ ،‬فر َّخص لَنا بع َد ذَلِ‬ ‫َ‬ ‫َعن ذَلِ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ َ َ‬ ‫ْ‬
‫‪4. Terdapat izin mutah dlm bbrp perang‬‬
Jawaban bagi yg Membolehkan
1. Lafazh istamta`tum, maknanya adalah “nikah”,
karena di ayat sebelum & sesudahnya
berbicara ttg nikah.
2. Izin mutah dlm bbrp perang karena unsur
darurat.
3. Mnrt I. Bayhaqiy & Abu `Awwanah, Ibn `Abbas
& Ibn Jurayj menarik kembali pendapatnya.
4. Banyak hadis sahih yg maknanya sama
mengharamkan nikah mutah:
‫اح ال ُْم ْت َع ِة‬
ِ ‫ َن َهى َع ْن نِ َك‬ ‫َن النَّبِ َّي‬ َّ ‫ أ‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫الربِي ِع بْ ِن َس ْب َرَة‬
َّ ‫ َع ِن‬o
)‫(صحيح مسلم‬
‫ َو َع ْن‬،‫اح ال ُْم ْت َع ِة َي ْوَم َخ ْيَب َر‬
ِ ‫ َن َهى َع ْن نِ َك‬ ‫َن النَّبِ َّي‬َّ ‫ أ‬،‫ َع ْن َع ِل ٍّي‬o
)‫ (صحيح مسلم‬.‫ْح ُم ِر األَ ْهلِيَّ ِة‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ِ ‫لُح‬
‫وم‬
ُ ُ
Konsekuensi Kawin Mutah mnrt Sunniy

1. Akad Nikah dihukumi batal


2. Tidak wajib dijatuhi had, meski tahu
kefasidannya, asalkan ada wali & saksi.
3. Tidak boleh mengikuti pendapat tersebut
4. Mahar wajib dibayar dgn mahar mitsil
5. Dapat menimbulkan nasab
6. Ada masa idah
7. Jika akad tanpa wali & saksi, maka wajib dijatuhi
had, tidak ada mahar & nasab
("‫ب " " " "ع""ده‬ ‫"ثبت" ""لمه"ر و""ال م"ا‬
"‫"ب" ""لحد ل " ""م ي " " ا‬
"‫)ح"يثو"ج ا‬
‫‪Faktor Utama Batalnya Akad‬‬

‫قاله ع ش‪ .‬ومحل عدم صحة التأقيت إذا وقع في صلب العقد‪ ،‬أما‬
‫إذا توافقا عليه قبل وتركاه فيه فإنه ال يضر‪ ،‬لكن ينبغي كراهته‬
‫(البجيرمي على الخطيب‪)/4136 ,‬‬
‫من تزوج امرأة بنية أن يطلقها إذا مضى سنة ال يكون متعة‬
‫(شرح المجلة لألتاسي‪)2/415 ,‬‬
‫ج‬ ‫و‬ ‫الز‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ض‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫و‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫َم‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ك فِي الْع ْق ِد لِلْمرأ َِة أَو ولِ‬ ‫ض ُّر بيا ُن ذَلِ‬ ‫ِ‬
‫َّ‬
‫َْ ْ َ َ َ ْ ََ ْ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َوال ُْم َ َ‬
‫فِي َن ْف ِس ِه أَ ْن َيَت َزَّو َج َها َما َد َام ِفي َه ِذ ِه الَْب ْل َد ِة أ َْو ُم َّد َة َسنَ ٍة ثُ َّم ُي َفا ِرُق َها‬
‫ك (حاشية الصاوي‪)2/387 ,‬‬ ‫ت ال َْم ْرأَةُ ِم ْن َحالِ ِه ذَلِ َ‬
‫ض ُّر‪َ ،‬ولَ ْو فَ ِه َم ْ‬ ‫فَاَل يَ ُ‬
Nikah `Urfiy
Nikah `Urfiy

Nikah `Urfiy

Akad Sesuatu yg diketahui


Perkawinan oleh umum, dan biasa
dilakukan dlm
kehidupan

Akad perkawinan yg telah memenuhi syarat dan rukun,


namun tidak tercatat resmi dlm administrasi negara,
meskipun memiliki dokumen perkawinan di bawah tangan

Berarti, Nikah `Urfiy sama dengan Nikah Syar`iy,


juga sama dengan Nikah Sirri dalam konteks
Indonesia (bukan Nikah Sirri mnrt Fiqh)
Nikah Sirri
Nikah Sirri

Konteks Konteks
Indonesia Fiqh

Perkawinan yang
memenuhi syarat Nikah Tanpa Nikah ada Saksi
dan rukun, tapi tidak Saksi tapi dirahasiakan
tercatat
Mayoritas Malikiyah: Mayoritas Malikiyah:
ulama: Sah asal ulama: Tidak Sah
Tidak Sah diumumkan Sah

Nikah Tanpa
Wali & Saksi

Disepakati
tidak sah
Historisitas Pencatatan Perkawinan
Dari zaman awal Islam (masa Nabi Saw., dan
Sahabat), tidak ditemukan bukti adanya pencatatan
perkawinan.
Hanya ada pencatatan tentang perjanjian
muamalah, seperti hutang-piutang, perdamaian, dll.
(QS. Al-Baqarah , 282)

Baru kemudian setelahnya, saat banyak suami yg


menunda pembayaran mahar dalam tempo lama,
mulai muncul pencatatan waktu akad perkawinan.
Gunanya sebagai pengingat waktu jatuh tempo
mahar yg pembayarannya diakhirkan.

Meski orientasi awal pencatatan adalah untuk


persoalan pembayaran mahar, namun banyak
manfaat lain, terutama memori tarikh perkawinan yg
otomatis terkait dengan berbagai aktifitas
muamalah, sampai persoalan anak.
Penekanan Pencatatan Perkawinan
Pemerintah dapat menekankan wajibnya
pencatatan perkawinan demi kemaslahatan
masyarakat, serta dapat menjatuhkan sanksi bagi
pelanggarnya.
Namun hal tersebut hanya sebagai kewajiban
administrasi saja, yang tidak berpengaruh terhadap
keabsahan sebuah perkawinan.

‫ "الشرط القانوني ليس شرط صحة وال‬:‫علي حسب اهلل‬


‫ ألن المشرع الوضعي ليس له أن ينشأ حكما‬,‫نفاذ وال لزوم‬
‫ بل هو شرط يترتب‬,‫شرعيا دينيا يحل حراما أو يحرم حالال‬
"‫عليه أثر قانوني فال دخل له في الحكم الشرعي الديني‬
)78 ,‫(الزواج في الشريعة اإلسالمية‬
Nikah Misyar
Nikah Misyar

Nikah Misyar

Akad Sering/banyak
Perkawinan Bepergian

Beberapa definisi Nikah Misyar


Syaikh Yusuf al-Qaradlawi: Perkawinan yg intensitas
kebersamaannya sangat kurang.
Ahmad Tamimi: Khusus di Saudi Arabia, perkawinan yg
mana kunjungan suami kpd istrinya terbatas di siang
hari.
Secara umum, adalah perkawinan yg memenuhi syarat &
rukun, namun terdapat aspek tanazul (pengurungan) dari
pihak istri atas sebagian hak-haknya.
Hukum Nikah Misyar

Pendapat Ulama

Membolehkan tp Mengharamkan, Abstain


Makruh tdk menerimanya
Ibn `Utsaymin
Yusuf al-Qaradlawi Nashiruddin al-
Wahbah al-Zuhayli Albaniy
Syaikh Syuraym Umar Sulaiman al-
Asyqar
,‫هذا الزواج يحقق األحصان‬
‫لكنه ال يحقق السكن‬
Hukum Melepaskan Hak

،‫ب بِال ُْمطَالَبَ ِة‬ ِ ‫وق اآْل َد ِميِّين ي‬


‫ج‬ ِ ‫َن الْ َقسم ِمن ح ُق‬ َّ ‫ا ْعلَ ْم أ‬
ُ َ َ ُ ْ َ ْ
،‫الش ْف َع ِة‬
ُّ ‫ضةُ َعلَى َت ْركِ ِه َك‬ ُ ‫ َواَل يَ ُج‬،‫ط بِال َْع ْف ِو‬
َ ‫وز ال ُْم َع َار‬ ُ ‫َويَ ْس ُق‬
‫وز ِهبَتُ ُه‬
ُ ‫َويَ ُج‬
(570\9 ,‫)ا " ""لحاويا " ""لكبير‬
Jika pelepasan hak nafkah atau hak qismah dijadikan
syarat dalam akad, maka akad nikah dihukumi sah, dan
syarat tsb dihukumi batal.
Tetapi jika yg dijadikan syarat adalah sesuatu yg
bertentangan dgn maksud nikah (jimak, keabadian, dll),
maka akadnya dihukumi batal.

Anda mungkin juga menyukai