Anda di halaman 1dari 15

Monogami,Poligami,

Homoseksual,
Lesbiyan
Dosen Pengampu : Dr. Arief Hidayat
Affendi, M. Ag

Kelompok : 5
- Eka Aliya Nur’aini (200911012)
- Puja Adzka Nisa (200911019)
1. Pengertian Monogami

secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu


“monos” yang berarti satu dan “gamos” yang
berarti perkawinan. Jadi, monogami adalah suatu
sistem perkawinan dimana seorang laki-laki hanya
menikahi satu isteri saja. Pernikahan jenis inilah
yang paling banyak menuai kesuksesan
(kebahagiaan) dan ketentraman hidup. Pernikahan
jenis ini juga dapat melahirkan perasaan cinta dan
keikhlasan (kesetiaan). Monogami adalah konsep
kesetaraan dalam berpasangan, yaitu ‘satu lawan
satu’.
2. Pengertian Poligami Kata-kata “Poligami” terdiri dari kata ”poli” dan “gami”. Secara
etimologis, poli artinya banyak, gami artinya istri. Jadi, poligami itu
artinya beristri banyak. Secara terminologis berarti seorang laki-laki
mempunyai lebih dari satu istri. Dalam istilah lainya ialah seorang
lakilaki beristri lebih dari seorang, tetapi dibatasi paling banyak
empat orang. Dalam bahasa Arab, poligami disebut Ta’addud al
Zawjat (‫ الزوجات تعدد‬.) Asal perkataan Ta’addada (‫( تعدد‬berarti
bilangan, manakala perkataan al Zawjat (‫ )الزوجات‬diambil dari
perkataan al zawjat (‫ )الزوجة‬yang berarti Isteri. Dua perkataan
tersebut apabila digabungkan membawa arti isteri yang banyak atau
berbilang. Maka dengan demikian, poligami dapat dimaksudkan
sebagai menikahi perempuan lebih dari pada seorang yaitu lawan
dari perkataan monogami yang berarti menikah dengan seorang
wanita saja dan merupakan berlawanan dengan perkataan poliandri
yaitu bersuami dengan lebih dari seorang dalam satu masa. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa poligami adalah
system perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini
beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.
3. Dasar Hukum Islam Monogami & Poligami
Al-Qur’an Hadis
‫ » َم ْن كانت له امرأتان فَ َما َل إلى إحْ دا ُهما‬:‫ قال‬-‫ﷺ‬- ‫ عن النبي‬،‫عن أبي هريرة‬
‫ب ۖ َو َﻻ ت َأ ْ ُكلُ ْٓوا ا َ ْم َوالَ ُه ْم ا ِٰلٓى‬ َ ‫َو ٰاتُوا ْاليَ ٰتمٰ ٓى ا َ ْم َوالَ ُه ْم َو َﻻ تَتَبَ ﱠدلُوا ْال َخبِي‬
‫ْث بِ ﱠ‬
ِ ّ‫الط ِي‬ ‫يوم القيام ِة و ِشقﱡهُ َماِئ ٌل‬
َ ‫»جاء‬.
Dari Abu hurairah ra. dari nabi saw bersabda: Siapa yang
‫اَ ْم َوا ِل ُك ْم ۗ اِنﱠهٗ َكانَ ُح ْوبًا َكبِي ًْرا‬ beristri dua orang lalu ia cenderung kepada salah seorang
‫سا ٓ ِء َم ۡث ٰنى‬َ ّ‫اب لَـ ُك ۡم ِ ّمنَ ال ِن‬ َ ‫ط‬ َ ‫ط ۡوا فِى ۡاليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِك ُح ۡوا َما‬ ُ ‫َوا ِۡن ِخ ۡفت ُ ۡم ا َ ﱠﻻ ت ُ ۡق ِس‬ diantara keduanya (tidak adil) maka Ia datang di hari kiamat
‫اح َدة ً اَ ۡو َما َملَـ َك ۡت ا َ ۡي َمانُ ُك ۡمؕ ٰذ لِكَ ا َ ۡد ٰنٓى‬ ِ ‫ث َو ُر ٰب َع ۚ فَا ِۡن ِخ ۡفت ُ ۡم ا َ ﱠﻻ ت َعۡ ِدلُ ۡوا فَ َو‬ َ ‫َوث ُ ٰل‬ dengan badan miring (HR. Abu dawud Tirmidzi dan Ibnu
‫اَ ﱠﻻ تَعُ ۡولُ ۡوا‬ Hibban).

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah ‫عن عبد هلﻼ ابن أيب مليكة أن املسور بن خمرمة حدثه أنه مسع رسول هلﻼ‬
dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang ‫صلى هلﻼ عليه وسلم على املنرب يقول‬: ‫ان بين هشام بن املغرية استأذنوا أن‬
baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan ‫ينكحوا ابنتهم من علي ابن أيب طالب فال أذن هلم مث ال أذن هلم مث ال أذن‬
harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan
‫ فامنا ابنيت بضعة‬,‫هلم اال ان يريد ابن أيب طالب أن يطلق ابنيت وينكح ابنتهم‬
menukar dan memakan) itu adalah dosa yang
besar. Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu ‫ رواه مسلم‬.‫ يريبين ما أراهبا ويؤذيين ما آذاها‬,‫مين‬
berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta
(bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali
perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau bin Abi Talib ra. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan,
empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu aku tidak akan mengizinkan, dan aku tidak akan
berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba mengizinkan kecualiAli bin Abi Thalib menceraikan putriku
sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu ,kupersilahkan ia mengawini putri mereka .Ketahuilah,
lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim. (QS. An- putriku itu bagian dari diriku apa yang menyakiti hatinya
Nisa: 2- 3). adalah menyakitiku juga. (HR. Muslim)
4. Dasar Hukum Negara Monogami & Poligami

Undang Undang Tahun 1974

Dalam UU No. 1 Th. 1974 pasal 3 ayat (2) dijelaskan


bahwa seorang suami diperbolehkan beristeri lebih dari
seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan dan mendapat izin dari pengadilan.
Adapun alasanalasan yang dijadikan pedoman oleh
pengadilan untuk memberi izin poligami ditegaskan
pada pasal 4 ayat (2), yaitu:
1) Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai
isteri;
2)Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan; dan
3) Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
5. Dampak Antropologi Sosial dan Psikologi
dari Poligami
Dalam pengertian antropologi sosial, poligami disebut Berikut adalah dampak psikologis akibat praktik poligami:
sebagai praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami Psikologis pada isteri: perasaan bersalah dan menyalahkan diri
atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang sendiri atas tindakan suaminya melakukan poligami, yang
bersangkutan). dikarenakan ketidak mampuan dan kegagalannya dalam
Hal itu dilakukan karena adanya faktor pendorong yang menjalankan kewajibannya sebagai isteri memenuhi segala
dijadikan sebagai alasan bagi masyarakat melakukan kebutuhan suami Psikologis pada anak: Merasa kurangnya kasih
poligami, beberapa diantaranya: Isteri mengalami sakit sayang, perhatian dan pegangan hidup dari orang tuanya
yang keras sehingga tidak bisa memenuhi kewajiban sehingga mereka tidak memiliki sandaran hidup mereka. Hal itu
kepada suami, mandul, tidak setia, atau tidak berlaku dapat menyebabkan kerenggangan hubungan antara anak
baik dan melihat sepele pada suami. Suami yang dengan orang tua terutama ayah. Selain itu juga dapat
memiliki tingkat seks yang tinggi sehingga tidak cukup mengakibatkan kemerosotan moral pada anak, akibat
dengan seorang isteri, adanya keinginan memiliki kurangnya perhatian dan kasih sanyang pada mereka. Adanya
keturunan yang banyak dan adanya perasaan saling rasa benci anak terhadap ayahnya, karena merasa ibu yang
mencintai antara suami dengan perempuan lain. disayanginya telah dikhianati dan disakiti. Serta perasaan
Sehingga meminta pada isteri untuk menikahinya. dikucilkan karena adanya keluarga baru yang menyebabkan
Penyebab yang bersifat sosial, misalnya ada krisis yang berkurangnya kasih ayah padanya. Bahkan juga bisa
menimpah umat sehingga memerlukan banyak laki-laki, menyebabkan tumbuhnya perasaan ketidakadilan terhadapnya,
krisis yang menyebabkan bertambahnya wanita sehingga menyebabkan tumbuhnya rasa bencei kepada orang
dibanding laki-laki. Penyebab yang berupa kejadian tua. Timbulnya ketidakpercayaan anak terhadap keluarganya,
dan sifatnya pribadi yang menimpa keluarga seseorang, orang tua dan juga saudara-saudaranya. Terjadinya keluarga
misalnya seorang mempunyai kerabat yang menjanda yang tidak harmonis dan tidak bahagia. Hal itu dapat
dengan membawa tanggungan anak yang banyak. menyebabkan suatu keluarga menjadi berantakan. Meskipun
keluarga tersebut tidak mengalami perceraian, namun pasti
adanya konflik dan menimbulkan efek negatif.
6. Pengertian Homoseksual dan Lesbian

1) Pengertian homoseksual

Homoseksual (gay) di dalam agama Islam


disebut dengan istilah “al-liwath” (‫( اللواط‬yang
berarti orang yang melakukan perbuatan seperti
perbuatan kaum Nabi Luth, yang pelakunya
disebut “al-luthiyyu” (‫ اللوطي‬,(yang berarti laki-
laki yang melakukan hubungan seksual dengan
laki-laki.
2) Pengertian Lesbian

Istilah lesbian di dalam agama Islam disebut


dengan “al-sihaq” (‫ ) ق ا ح س ل ا‬yang berarti
perempuan yang melakukan hubungan seksual
dengan sesama perempuan.
7. Hukum Penyimpangan Seksual
Menurut Islam
Q.S al-A‟raf ayat (7) : 80 dan 81 sebagai berikut :
‫شه َْوةً ِم ْن‬
َ ‫الر َجا َل‬ َ ‫احشَةَ َما‬
ّ ِ َ‫( إِنﱠ ُك ْم َلتَأْت ُون‬80) َ‫سبَقَ ُك ْم بِ َها ِم ْن أ َ َح ٍد ِمنَ ا ْلعَا َل ِمين‬ ِ َ‫طا إِ ْذ قَا َل ِلقَ ْو ِم ِه أَتَأْت ُونَ ا ْلف‬
ً ‫َولُو‬
81) َ‫س ِرفُون‬ ْ ‫اء بَ ْل أ َ ْنت ُ ْم قَ ْو ٌم ُم‬
ِ ‫س‬َ ّ‫ُون ال ِن‬
ِ ‫)د‬
Artinya: “Dan (kami juga telah mengutus) Luth ketika dia berkata kepada
mereka: “mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)”. Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas”.

Q.S al-Syu‟ara‟ (26) : ayat 165 dan 166 sebagai berikut:


ۙ َ‫اَتَأْت ُْونَ الذﱡك َْرانَ ِمنَ ا ْل ٰعلَ ِم ْين‬
Artinya : “Luth berkata kepada kaumnya): Mengapa kamu mendatangi
(menggauli jenis laki-laki) di antara manusia” (QS. al-Syuara‟:165)
َ‫اج ُك ۗ ْم بَ ْل ا َ ْنت ُ ْم قَ ْو ٌم ٰعد ُْون‬ َ َ‫َوتَذَ ُر ْونَ َما َخل‬
ِ ‫ق لَ ُك ْم َربﱡ ُك ْم ِّم ْن اَ ْز َو‬
Artinya: “Dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu
untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (QS. al-
Syuara‟:166).
Ulama fikih sepakat mengharamkan homoseks selain
berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, juga berdasarkan kaidah
fiqhiyah yang mengatakan :
َ َ‫األصلَىفَاالبضاعَالتحرميَحىتَيدل‬
‫دليﻺباحتو‬
Artinya : “Hubungan seks pada dasarnya adalah haram,
sehingga ada dalil (sebab-sebab yang jelas dan yakin tanpa
keraguan) yang menghalalkannya, yakni adanya akad nikah”.
Begitu pula ulama fikih sepakat mengharamkan perbuatan
lesbian.

Berdasarkan Hadis Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim


dari Abi Said.
‫ال َينظر َالرجل َإىل َعورة َالرجل َوال َاملرأة َإىل َعورة َاملرأة َوال َيغضى َالرجل َإى َل‬
ّ ‫إىﻼملرأةَىفَالثوبَالواحد‬
َ َ‫الثوب◌َ الواحدَوالَتغضَاملراة‬
َ َ‫اارجلَىف‬4
Artinya: “Janganlah pria melihat aurat pria lain dan janganlah
wanita melihat aurat wanita lain dan janganlah bersentuhan
pria dengan pria lain di bawah sehelai selimut/kain, dan
janganlah pula wanita bersentuhan dengan wanita lain di
bawah sehelai selimut/kain”.
Allah memurkai tingkah laku laki-laki yang mempunyai sifat
keperempuanan dan sebaliknya, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw sebagai berikut :
Artinya : Rasululah bersabda: “Allah tidak melihat seorang
laki-laki yang mendatangi laki-laki (melakukan hubungan sex
dengan sesamanya) dan mendatangi (menggauli) isteri melalui
dubur).” (HR. al Tirmidzi).
8. Dampak Penyimpangan Seksual (Homoseks dan
Lesbian)
1. Terjangkit HIV/AIDS
2. Sifilis
3. Gonorrhea
4. Herpes Genital
5. Uretritis
6. Hepatitis B

Selain dampak secara kesehatan, homoseksual juga berdampak pada kehidupan sosial, politik,
ekonomi, sosiologis, psikologis bahkan juga secara keagamaan. misalnya.
Pertama, suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat pelaku homoseksual, maka akan menimbulkan
hilangnya keberkahan dan rasa aman, karena tersebarnya kerusakan di masyarakat.
Kedua, berdasarkan pesan Al-Qur‟an, bahwa suatu tindakan dosa akan mendatangkan musibah dan
azab bagi pelakuknya di suatu negeri. Jika itu telah terjadi maka azab itu tidak hanya menimpa kaum
yang berdosa saja tetapi juga mengenai pada mereka yang beriman.
Ketiga, dikhawatirkan juga munculnya wabah penyakit akibat perilaku seks menyimpang secara luas
di masyarakat, penyakit-penyakit tersebut bisa menulari siapa saja bahkan kepada seseorang yang
tidak tersangkut sema sekali dengan tindakan menyimpang tersebut.
Keempat, tindakan homoseksual bisa merusak moral dan akhlak, memicu memunculkan goncangan
jiwa dan kelamahan sel-sel syaraf karena pelaku homoseksual hanya mengedapankan pelampiasan
terhadap hawa nafsu saja.
Kesimpulan

Poligami adalah perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang istri dalam
waktu yang bersamaan. Lawan dari poligami adalah monogami. Ada dua ayat pokok
yang dapat dijadikan acuan dilakukannya poligami, yakni QS. al-Nisa’ (4): 3 dan QS.
al-Nisa’ (4): 129. Poligami sudah berjalan seiring perjalanan sejarah umat manusia,
sehingga poligami bukanlah suatu trend baru yang muncul tiba-tiba saja. Para ulama
berbeda pendapat mengenai ketentuan dan hukum poligami. Di antara mereka ada
yang menyetujui poligami dengan persyaratan yang agak longgar dan ada yang
mempersyaratkannya dengan ketat. Di antara mereka juga ada yang melarang
poligami, kecuali karena terpaksa (sebagai rukhshah) dalam kondisi-kondisi tertentu.
Yang pasti hukum Islam tidak melarang poligami secara mutlak (haram) dan juga
tidak menganjurkan secara mutlak (wajib). Hukum Islam mengatur masalah poligami
bagi orang-orang yang memang memenuhi syarat untuk melakukannya. Pelaksanaan
poligami, menurut hukum Islam, harus didasari oleh terpenuhinya keadilan dan
kemaslahatan di antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Namun,
kenyataannya banyak praktik poligami yang tidak mengindahkan ketentuan hukum
Islam tersebut, sehingga masih jauh dari yang diharapkan.
Kesimpulan

Homoseks & Lesbian dipandang dari segi Islam merupakan tindakan


yang dilaknat Allah SWT dan pernah terjadi jaman Nabi Luth as. Bahkan
dalam al-Qur'an difirmankan sebagai perbuatan yang melampaui batas
dan akan diazab dengan azab yang sangat pedih baik di dunia maupun di
akhirat.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai