1. Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa Erikson (1985) dalam Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak mudah untuk mengubahnya Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru untuk mengubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa, kalau ia sendiri yang ingin belajar hal baru, dia akan terdorong mengambil langkah untuk mencapai sesuatu yang baru itu. Pada tahap ini, orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, minat, dan permasalahan dengan orang lain. Pada masa ini, orang dewasa mempunyai cara-cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Cara-cara spesifik yang biasa mereka lakukan adalah terkait dengan pengetahuan, pengalaman, sikap, kemapanan, harga diri, dan aktualisasi dirinya. 2. Sikap Komunikasi pada orang Dewasa Berikut sikap-sikap psikologis spesifik pada orang dewasa terhadap komunikasinya. a. Orang dewasa/lansia melakukan komunikasi berdasarkan pengetahuan/pengalamannya sendiri. Sikap perawat: Menggunakan motivasi untuk mencari pengetahuan sendiri sesuai yang diinginkan. Tidak perlu mengajari, tetapi cukup memberikan b. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran. Sikap perawat: Gunakan perasaan dan pikiran orang dewasa/lansia sebagai kekuatan untuk merubah perilakunya. c. Komunikasi adalah hasil kerja sama antara manusia yang saling memberi pengalaman serta saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. Sikap perawat: Bekerja sama dengan orang dewasa/lansia untuk menyelesaikan masalah. Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut. 3. Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa dan Lansia a. Suasana hormat menghormati b. Suasana saling menghargai c. Suasana saling percaya d. Suasana saling terbuka 4. Teknik Komunikasi pada Orang Dewasa dan Penerapannya Berikut ini teknik komunikasi yang secara khusus yang harus Anda terapkan saat berkomunikasi dengan orang dewasa. a. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Dengan penyampaian langsung, klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan. Penggunaan telepon atau media komunikasi lain, misalnya tulisan akan dapat menimbulkan salah persepsi karena tidak ada feedback untuk mengevaluasi secara langsung. b. Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada yang mendominasi. Perawat jangan selalu mendominasi peran sehingga klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Teknik ini menekankan pada hubungan saling membantu a (helping-relationship). c. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung, maksudnya komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya salah persepsi. Hubungan dan komunikasi secara timbal balik ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien. d. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat dinamis. Selanjutnya, bagaimanakah strategi berkomunikasi dengan orang yang sudah lanjut usia? Bagaimakah perbedaan komunikasi pada orang dewasa dan lansia? a. Karakteristik lanjut usia Lanjut usia (lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang. Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia dikategorikan dalam tiga aspek yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN, 1998). WHO mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok yang meliputi middle age (usia pertengahan), yaitu kelompok usia 45-59 tahun, elderly, antara 60-74 tahun, usia antara 75-90 tahun, very old, lebih dari 90 tahun. Sementara itu, klasifikasi lansia berdasarkan kronologis usia meliputi young old: 60-75 tahun, middle old: 75-84 tahun, old-old: > 85 tahun. Untuk mempermudah memahami bagaimana melakukan pendekatan ataupun bagaimana strategi komunikasi pada lansia, perawat perlu tahu masalah dan penyakit yang sering dihadapi oleh lansia sebagai berikut : b. Perkembangan komunikasi pada lansia Berikut ini gejala-gejala penolakan lansia yang menyebabkan gagalnya komunikasi dengan lansia Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala, perkembangan, serta keterangan yang diberikan petugas kesehatan. Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga diterima keliru. Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya. Menolak nasihat-nasihat, misalnya istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama jika nasihat tersebut demi kenyamanan klien. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran dan penglihatan, kurang hati-hati, tema yang menetap, misal kepedulian terhadap kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut kehilangan kontrol, dan kematian). Faktor perawat meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidakpahaman perawat. Faktor lingkungan: lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan. d. Hambatan komunikasi pada lansia dan cara mengatasi Menjaga agar tingkat kebisingan minimum. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas. Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yangdapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dari lansia. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana. Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani. Berbicara pada tingkat pemahaman klien. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian. e. Pendekatan komunikasi terapeutik pada lansia Perawat dapat meningkatkan komunikasi pada klien lansia sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan komunikasi pada lansia sebagai berikut. 1) Buat suasana yang menyenangkan dan usahakan berhadapan langsung dengan klien, baik fisik maupun emosi. 2) Untuk memulai komunikasi berikan instruksi maupun informasi. Tips yang bisa dipertimbangkan sebagai berikut :
1) Beri waktu ekstra. Biasanya lansia menginginkan menerima informasi
lebih banyak dan lebih rinci dibanding klien yang lebih muda. Waktu ekstra diberikan mengingat ada beberapa lansia yang kemungkinan cara berkomunikasi kurang baik dan kurang fokus sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. 2) Hindari ketidakpedulian. Klien lansia ingin merasakan bahwa perawat menyediakan waktu yang berkualitas untuk klien. Enam puluh (60) detik pertama adalah waktu untuk menciptakan kesan pertama dengan penuh perhatian. 3) Duduk berhadapan dengan klien. Klien yang mengalami gangguan pendengaran akan membaca bibir untuk menerima informasi yang diberikan perawat. 4) Pelihara kontak mata. Kontak mata adalah penting pada komunikasi nonverbal. Sampaikan kepada klien bahwa perawat senang bertemu klien sehingga klien menaruh kepercayaan kepada perawat. Memelihara kontak mata merupakan hal positif dan dapat menciptakan suasana nyaman sehingga klien lebih terbuka menerima tambahan informasi. 5) Mendengarkan, kurangi kegagalan komunikasi dengan mendengarkan cerita pasien lansia. 6) Bicara pelan dengan jelas dan nyaring. 7) Gunakan kata-kata sederhana, pendek. dan singkat untuk memudahkan penerimaan klien lansia. 8) Fokuskan pada satu pembicaraan karena klien lansia tidak mampu memfokuskan pembicaraan pada banyak topik yang berbeda. 9) Beri catatan untuk instruksi yang rumit agar menghindari kebingungan klien. 10) Gunakan gambar atau tabel untuk mempermudah pemahaman. 11) Ringkas poin utama untuk memberikan penekanan pada topik utama pembicaraan. 12) Beri kesempatan pada lansia untuk bertanya. 13) Cari tempat yang tenang untuk mencegah kebingungan dan menciptakan suasana kondusif dalam komunikasi. 14) Gunakan sentuhan untuk memberikan kenyamanan pada lansia dan sebagai bentuk perhatian perawat kepada lansia. Di samping pendekatan di atas, keterampilan komunikasi yang penting dilakukan perawat pada saat komunikasi dengan lansia sebagai berikut. 1) Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan lama wawancara. 2) Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk merespons verbal. 3) Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya. 4) Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berpikir abstrak. 5) Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respons nonverbal, seperti kontak mata secara langsung, duduk, dan menyentuh pasien. 6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada. 7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian. 8. Perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi. 9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien. 10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin. 11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan. 12. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien. 13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara. Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan berdasarkan empat aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. f. Teknik komunikasi pada lansia 1) Teknik asertif 2) Responsif 3) Fokus 4) Suportif (dukungan) 5) Klarifikasi 6) Sabar dan ikhlas TERIMA KASIH