Pengembangan Wilayah
Makroekonomi
2
STRATEGI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR 2020-2024
REPUBLIK
INDONESIA
dan Terjangkau
Smart Mobility
Tol Laut + Antarmoda
Pengelolaan Air Tanah, Air
Baku dan Air Minum
Pengembangan Wilayah / Pengembangan Wilayah / Pertanian Smart Environment
Berkelanjutan Pusat pertumbuhan
TOL LAUT Pusat pertumbuhan
Industri
Pengolahan Smart Economy
Keamanan dan Keselamatan
KTI / Daerah
Transportasi Kawasan Area Area Tertinggal
Terbangun Pelabuhan Pelabuhan
Pemanfaatan Teknologi dalam mendukung perkembangan infrastruktur, termasuk Infrastruktur Sumber Daya Air
3
KONDISI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR INDONESIA
REPUBLIK
INDONESIA
…Pengelolaan Sumber Daya Air Perwilayah…
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA …Konservasi Sungai…
Lebih dari 50% Kualitas Air Sungai di IRBI (Indeks Resiko Bencana Indonesia)
RESTORASI
Indonesia Dalam Kondisi Tercemar River Health SUNGAI berkurang
Berat Parameters
Cemar Sedang 8% Inovasi dalam Mitigasi Banjir
Memenuhi - Cemar Berat 4% 1. Sistem pengendalian banjir melalui manajemen
Memenuhi - Cemar Sedang 1% Keragam
ruang, dan instrumen pembiayaan; locus
Memenuhi - Cemar Ringan 2% Habitat Kualitas Air Rezim program: New Bengawan Solo
an Hayati 2. Pertahanan terhadap banjir melalui
Cemar Sedang - Cemar Berat 20% Aliran
pengembangan kawasan pantai (locus program:
Cemar Ringan - Cemar Berat 7% New NCICD, Pesisir Jawa)
Cemar Ringan - Cemar 6% Rezim Aliran
Cemar Berat 52% Pengembalia
Peningkat Stormwater Management
Peningkat n Peningkatan Penyelesai
an
an Potensi Keseimbang Debit an Masalah
Pariwisata an
Kualitas
Andalan Banjir
Pengembangan Infrastruktur
Intake
Terjadi Tren Peningkatan Jumlah kejadian banjir di 92 Ekosistem
Kualitas Air
kota di Indonesia sejak 1999 s.d 2017 Perbaik
an Pengontrolan Polusi
Kualitas
Kesehat Pengolahan Limbah
an
Pengurang Restorasi Bantaran
Peningkatan Penurunan
an
Produksi Pangan Biaya
Investasi Pengangkutan Sampah dari Badan Sungai
Pengolahan
Storage
Habitat
Manajemen Bantaran
Perkuatan Bantaran
5
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA …Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur Banjir…
KERUGIAN AKIBAT BENCANA TERKAIT AIR CUKUP TINGGI KETAHAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR
TERHADAP BENCANA GEMPA
Kerugian % Dampak langsung
15 DAS KRITIS KETAHANAN
Kejadian Langsung GDP terhadap masyarakat
1 Asahan 9 Serayu
KEBENCANAAN
Tsunami di 165,708 Korban Jiwa,
Samudera Indian
2004
4.5 Miliar
USD
1.63
% 533,000 Jiwa
Terdampak
2
3
Siak
Musi
10
11
Brantas
Moyo
INFRASTRUKTUR
$1.0 68 Korban Jiwa,
Banjir Jakarta 2007 Miliar
USD
0.21
% 217,000 Jiwa
Terdampak
4 Way
Sekampung
12 Kapuas
1. Revitalisasi sungai;
$3.0 34 Korban Jiwa,
5 Citarum 13 Jeneberang 2. Penanganan lahan kritis di daerah
0.33
Banjir Jakarta 2013 Miliar
USD % 249,000 Jiwa
Terdampak 6 Ciliwung 14 Saddang hulu;
Banjir Skala $0.9 82 Korban Jiwa,
7 Cisadane 15 Limboto
3. Pengelolaan banjir perkotaan dan
Miliar 0.10
Nasional di Bulan
Januari 2014 USD % 413,000 Jiwa
Terdampak
8 Bengawan
Solo sistem drainase serta penyediaan room
(Ring of Fire Indonesia) for river;
PERUBAHAN DAERAH URBAN 2000 - 2030 4. Pembangunan flood control dan
Daerah Urban Tahun 2000 Daerah Urban Tahun 2030
coastal protection di lokasi
perekonomian tinggi;
5. Peningkatan kapasitas desain
pengendalian banjir menjadi 10 – 100
tahun;
6. Pengembangan standar dan
pelaksanaan konstruksi infrastruktur
Kecenderungan pertumbuhan area perkotaan Daerah resapan berkurang sesuai standar ketahanan terhadap
menyebabkan area permukiman kelas menengah dan dan kapasitas pengaliran POTENSI BANJIR
MENINGKAT
gempa (termasuk bangunan rumah).
bawah mendesak ke arah hulu DAS dan bantaran sungai sungai menurun
6
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA
…Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi…
Kapasitas air baku masih jauh 1 Jumlah PDAM Potensi Kapasitas Air Baku dari Bendungan 1 Optimalisasi Bendungan untuk
berdasarkan Eksisting (m3/dt)
dari kebutuhan (329,66 m3/detik) NRW Akselerasi
Penyediaan Air Baku, diiringi
Kapasitas air baku saat ini 68,97 m3/dt dari dengan Penurunan NRW dan
target 118,6 m3/dt di tahun 2019.
Pemanfaatan Idle Capacity
Nilai NRW rata-rata nasional tahun 2015
adalah 33% dari target 20% (di tahun Bila air baku dari Bila air baku dari Bila target
2019). bendungan 29 bendungan pembangunan
eksisting baru 65 bendungan di
Idle capacity 6 m3/dt menuju Unit Produksi
dioptimalkan dimanfaatkan dan 2024 tercapai
Sumber data: dioptimalkan
Idle capacity WTP 36 m3/dt belum BPPSPAM, 2015
dimanfaatkan PDAM. 2014 2019 2024
2 Waduk/embung di 2
Penyediaan Air Baku di masing-masing pulau Tampungan Air di Provinsi
Indonesia Tidak Merata, Rainwater Harvesting Kepulauan dan Pulau Kecil
terutama di Provinsi Sumber data: ICCSR
pada infrastruktur publik Terluar
Kepulauan dan Pulau Kecil Bappenas, 2010 SWRO (Sea Water
Terluar Reverse Osmosis)
Tampungan Air untuk Aglomerasi Air
3 3 Baku Metropolitan
Aglomerasi Air Baku MAMMINASATA
(Jabodetabekpunjur, Bandung Raya,
Metropolitan MAMMINASATA Tingkat
Waduk Lepas Pantai Kartamantul, Gerbangkartasusila,
Makassar-Maros- cakupan air
Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat Sungguminasata-Takalar bersih (%) Kedungsepur, Sarbagita,
SWRO (Sea Water
66,5% kebutuhan air dipenuhi dari Tingkat cakupan air bersih Reverse Osmosis) Mamminasata)
air tanah sumur dangkal masih 38% (rata-rata) Terutama untuk metropolitan yang
termasuk defisit atau krisis air
(Pulau Jawa, Bali, dan Sulawesi)
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA …Bendungan dan PLTA…
PLTA 7,4 GW sampai tahun 2027 (RUPTL 2018-27). Berbasis PLTA Ideal
• Sekitar 39% bendungan di Indonesia merupakan
OPTIMALISASI PEMBANGUNAN BENDUNGAN
bendungan single purpose, dengan kegunaan MULTIPURPOSE UNTUK PLTA
didominasi oleh irigasi dan air baku (73%). 6. Dukungan penyelesaian Program 65 Bendungan Baru, dan Program
Kerjasama MoU PU-ESDM di RPJMN 2020-2024.
7. Peningkatan jumlah bendungan multi-purpose yang akan dinilai
KAPASITAS TAMPUNGAN IDEAL menggunakan HSAP untuk penilaian kesiapan proyek.
• Angka ideal tampungan bendungan 1.975 m3/kapita, 8. Percepatan PLTA Peaker dan PSP di Neraca Daya Sistem Jawa
masih memerlukan kajian dan pertimbangan lain Rasio 9. Rapid Assessment 55-131 Bendungan berpotensi PLTA berpotensi
Provinsi
mengenai kesesuaian penerapannya di Indonesia.
Elektrifikasi PLTA di 217 Bendungan Eksisting Hasil Kajian IFC tahun 2015
Papua 48,91%
Agar dapat mencapai angka ideal dalam kurun waktu Nusa Tenggara Timur (NTT) 58,99%
100 tahun, setiap 5 tahun Indonesia harus mampu Kalimantan Tengah 76,23% PENGEMBANGAN WILAYAH KEK/KI BERBASIS PLTA.
meningkatkan volume tampungan waduk sebesar 28 Kepulauan Riau 77,02% 76,23% 10. Large Scale Low Cost Hydropower for Industry (a.l PLTA di Kaltara)
3 •
miliar m3 Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Barat (NTB)
77,51%
80,39%
11. Pemanfaatan potensi International Grid dengan harga bersaing untuk
supply energi ke luar dan ke dalam negeri. Dan tindak lanjut border
Pengurangan volume waduk akibat sedimentasi
Sulawesi Tengah 83,77%
mencapai 31% (Pulau Jawa). Banyak bendungan Interconnection Indonesia-Malaysia di Kalimantan-Sumatera.
Sulawesi Barat 85,07%
dibangun di daerah dengan keadaan hulu DAS kurang Sumatera Selatan 86,36%
baik.
• Pemanfaatan bendungan tidak optimal bagi
pemerataan dan pertumbuhan. Layanan air untuk
daerah irigasi dari bendungan hanya mencapai 11%.
Sumber: Rencana Umum Energi Nasional 2017 dan Database Bendungan Besar PUPR 9
REPUBLIK
KEBUTUHAN INFORMASI GEOSPASIAL PENGELOLAAN SDA
INDONESIA
Perencanaan
Pengumpulan Data & Informasi (Termasuk
Data Pemetaan)
Data Informasi
Geospasial diperlukan
untuk mengidentifikasi Pelaksanaan
masalah dan Teknis
menetapkan lokasinya
6
PEMANFAATAN TEKNOLOGI GEOSPASIAL DALAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (1/2)
Penentuan dan desain best management practice Kontrol banjir dan mapping
12
Integrasi data LIDAR untuk Sumber Daya Air
REPUBLIK
INDONESIA
13
PERSIAPAN TEKNOLOGI GEOSPASIAL DALAM
MENDUKUNG PERENCANAAN KEBIJAKAN
Kerja Sama Kem. PPN/Bappenas dengan Badan Informasi Geospasial (BIG)
Nota Kesepahaman antara Kementerian PPN/Bappenas dengan Badan Informasi Kendala Pengembangan SIG
Geospasial Nomor : 04/NKB/HK/M.PPN/2013 dan B-88/KA.BIG/RT/7/2013 tentang
Penyelenggaraan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Data, Informasi, dan di Bappenas
Infratruktur Geospasial Untuk Perencanaan Pembangunan Nasional
• Belum adanya peraturan
TUJUAN pelaksanaan pengembangan
Sistem Informasi Geografis
Tingkat Nasional Skala Bappenas (SIG)
• Membangun Koordinasi dan Pengembangan Sistem Informasi • Data dari berbagai sumber yang
Forum Komunikasi Informasi Geografis (SIG) di Bappenas untuk
Geospasial mendukung proses Perencanaan
ada masih belum mudah
• Mendorong program terkait Pembangunan Nasional, dalam diakses, dipertukarkan dan
penyelenggaraan informasi bentuk: digunakan bersama (sedang
geospasial • Pengembangan Simpul Jaringan dibenahi melalui kebijakan Satu
• Membangun model dinamika • Pembangunan sarana dan prasana Data dan Satu Peta)
spasial untuk mendukung infrastruktur informasi geospasial • Terbatasnya Sumber Daya
proses teknokratis penyusunan • Peningkatan kapasitas SDM
RPJMN informasi geospasial
Manusia (SDM) yang profesional
di bidang SIG