Anda di halaman 1dari 15

RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM


PENYUSUNAN RPJMN 2020-2024
Direktur Pengairan dan Irigasi
Kementerian PPN/Bappenas

Hotel Ashley, Jakarta


3 Oktober 2018
KERANGKA INFRASTRUKTUR RPJMN 2020-2024
REPUBLIK
INDONESIA
Holistik, Integratif, Tematik, Spasial

Pengembangan Wilayah
Makroekonomi

Pelayanan Dasar (Termasuk Daerah 1. Pertumbuhan ekonomi


3 T) 2. Stok Infrastruktur
1. Air Baku 3. Perkiraan kebutuhan infrastruktur
2. Air Minum
3. Sanitasi Makroekonomi
4. Perumahan
5. Keselamatan Transportasi
6. Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur

Pusat Pertumbuhan (Konektivitas)


1. Sektor Pertanian – Waduk dan
Irigasi Funding + Financing
2. Sektor Industri – Pelabuhan,
Jalan, KA 1. Funding –Pengembalian Investasi
3. Sektor Jasa/Pariwisata – (Pemerintah, Swasta)
Bandara 2. Financing – Sumber Pembiayaan
Funding + (RM, PLN, SBSN, BUMN,
Pengembangan Financing Swasta)
Wilayah • Five Case Model
Perkotaan
(Dukungan Infrastruktur) • PPP (4 Pilar)
1. Pengembangan Kawasan
Perkotaan Berkelanjutan (Smart • PINA
City)
2. Transportasi

TIK, Energi dan Ketenagalistrikan

2
STRATEGI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR 2020-2024
REPUBLIK
INDONESIA

PEMERATAAN PUSAT PERTUMBUHAN URBAN


Penyediaan Pelayanan (3T) Infrastruktur Mendukung Sektor Unggulan Infrastruktur Perkotaan
Dasar (Smart City)

Akses Perumahan dan


Permukiman yang Layak Konektivitas Sektor Unggulan Smart Housing

dan Terjangkau
Smart Mobility
Tol Laut + Antarmoda
Pengelolaan Air Tanah, Air
Baku dan Air Minum
Pengembangan Wilayah / Pengembangan Wilayah / Pertanian Smart Environment
Berkelanjutan Pusat pertumbuhan
TOL LAUT Pusat pertumbuhan

Akses Sanitasi Aman Smart Disaster Management

Industri
Pengolahan Smart Economy
Keamanan dan Keselamatan
KTI / Daerah
Transportasi Kawasan Area Area Tertinggal
Terbangun Pelabuhan Pelabuhan

Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi Smart People


Ketahanan Kebencanaan Pengembangan Terpadu Wilayah Pesisir Jasa dan
Infrastruktur Aksesibilitas Daerah Tertinggal Pariwisata Smart Government

Energi, Ketenagalistrikan dan TIK


Pembangunan Energi dan Ketenagalistrikan • Restrukturisasi sektor Pembangunan TIK:
• Energy Equity : Rasio Elektrifikasi dan • Pemerataan infrastruktur dan akses TIK • Peningkatan kapasitas industri
ketenagalistrikan (redefinisi
Kualitasnya(SAIDI dan SAIFI) serta Bahan Bakar tupoksi PT PLN) • Pemanfaatan/utilisasi TIK di dunia TIK dalam negeri
untuk Memasak • Kebijakan harga dan subsidi usaha, • Peningkatan kapasitas SDM TIK
• Energy Security : Pembangunan Infrastruktur • Insentif daerah (bagi hasil dari • Pemanfaatan/utilisasi TIK pada bidang dan literasi digital masyarakat
Energi (Pembangkit litsrik, Smart Grid, Jaringan pembangunan infrastruktur pemerintahan dan layanan publik • Dukungan regulasi dan kebijakan
pipa gas, dan kilang) energi)
• Environmental Sustainibility : Pengembangan EBT
dan Efesiensi Energi

Pemanfaatan Teknologi dalam mendukung perkembangan infrastruktur, termasuk Infrastruktur Sumber Daya Air

3
KONDISI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR INDONESIA
REPUBLIK
INDONESIA
…Pengelolaan Sumber Daya Air Perwilayah…
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA …Konservasi Sungai…

ISU STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Lebih dari 50% Kualitas Air Sungai di IRBI (Indeks Resiko Bencana Indonesia)
RESTORASI
Indonesia Dalam Kondisi Tercemar River Health SUNGAI berkurang
Berat Parameters
Cemar Sedang 8% Inovasi dalam Mitigasi Banjir
Memenuhi - Cemar Berat 4% 1. Sistem pengendalian banjir melalui manajemen
Memenuhi - Cemar Sedang 1% Keragam
ruang, dan instrumen pembiayaan; locus
Memenuhi - Cemar Ringan 2% Habitat Kualitas Air Rezim program: New Bengawan Solo
an Hayati 2. Pertahanan terhadap banjir melalui
Cemar Sedang - Cemar Berat 20% Aliran
pengembangan kawasan pantai (locus program:
Cemar Ringan - Cemar Berat 7% New NCICD, Pesisir Jawa)
Cemar Ringan - Cemar 6% Rezim Aliran
Cemar Berat 52% Pengembalia
Peningkat Stormwater Management
Peningkat n Peningkatan Penyelesai
an
an Potensi Keseimbang Debit an Masalah
Pariwisata an
Kualitas
Andalan Banjir
Pengembangan Infrastruktur
Intake
Terjadi Tren Peningkatan Jumlah kejadian banjir di 92 Ekosistem
Kualitas Air
kota di Indonesia sejak 1999 s.d 2017 Perbaik
an Pengontrolan Polusi
Kualitas
Kesehat Pengolahan Limbah
an
Pengurang Restorasi Bantaran
Peningkatan Penurunan
an
Produksi Pangan Biaya
Investasi Pengangkutan Sampah dari Badan Sungai
Pengolahan
Storage
Habitat
Manajemen Bantaran
Perkuatan Bantaran

Penurunan Harga Rekonfigurasi Saluran


Air Baku
Keragaman Hayati
Manajemen Spesies

5
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA …Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur Banjir…

Isu Strategis Contoh Kebijakan

KERUGIAN AKIBAT BENCANA TERKAIT AIR CUKUP TINGGI KETAHAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR
TERHADAP BENCANA GEMPA
Kerugian % Dampak langsung
15 DAS KRITIS KETAHANAN
Kejadian Langsung GDP terhadap masyarakat
1 Asahan 9 Serayu
KEBENCANAAN
Tsunami di 165,708 Korban Jiwa,
Samudera Indian
2004
4.5 Miliar
USD
1.63
% 533,000 Jiwa
Terdampak
2

3
Siak

Musi
10

11
Brantas

Moyo
INFRASTRUKTUR
$1.0 68 Korban Jiwa,
Banjir Jakarta 2007 Miliar
USD
0.21
% 217,000 Jiwa
Terdampak
4 Way
Sekampung
12 Kapuas
1. Revitalisasi sungai;
$3.0 34 Korban Jiwa,
5 Citarum 13 Jeneberang 2. Penanganan lahan kritis di daerah
0.33
Banjir Jakarta 2013 Miliar
USD % 249,000 Jiwa
Terdampak 6 Ciliwung 14 Saddang hulu;
Banjir Skala $0.9 82 Korban Jiwa,
7 Cisadane 15 Limboto
3. Pengelolaan banjir perkotaan dan
Miliar 0.10
Nasional di Bulan
Januari 2014 USD % 413,000 Jiwa
Terdampak
8 Bengawan
Solo sistem drainase serta penyediaan room
(Ring of Fire Indonesia) for river;
PERUBAHAN DAERAH URBAN 2000 - 2030 4. Pembangunan flood control dan
Daerah Urban Tahun 2000 Daerah Urban Tahun 2030
coastal protection di lokasi
perekonomian tinggi;
5. Peningkatan kapasitas desain
pengendalian banjir menjadi 10 – 100
tahun;
6. Pengembangan standar dan
pelaksanaan konstruksi infrastruktur
Kecenderungan pertumbuhan area perkotaan Daerah resapan berkurang sesuai standar ketahanan terhadap
menyebabkan area permukiman kelas menengah dan dan kapasitas pengaliran POTENSI BANJIR
MENINGKAT
gempa (termasuk bangunan rumah).
bawah mendesak ke arah hulu DAS dan bantaran sungai sungai menurun
6
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA
…Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi…

Isu Strategis Contoh Kebijakan

Water Balance 2015 (AIR BAKU DAN PERKEMBANGAN LUASAN IRIGASI


IRIGASI) MODERNISASI
NEARLY IRIGASI
CRITICAL SURPLUS Luasan Irigasi di Indonesia (Juta Ha)
CRITICA 10.0 0.5270 0.4297 0.988
L CRITICAL SURPLUS 6432 3916 1. Konservasi di daerah tangkapan
5.0 6.7 7.2 7.1 8.133
5.0 air waduk-waduk terbangun
DEFICIT
- 1.4 2.8 3.5 4.5 2. Pengembangan irigasi di luar jawa
DEFICIT
Sumber: ICCSR, 2010
14 28 49 84 99 05 05- 10 10- 14 15- 19
Luas Irigasi Tercatat 09 Tambahan
14 19
Luas untuk mengantisipasi alih fungsi
52% produksi padi dihasilkan di Jawa (40% lahan lahan beririgasi di Pulau Jawa
sawah nasional)  deficit water balance 3. Penerapan modernisasi fokus di
lokasi prioritas dengan kompetisi
Penurunan Jumlah Hari Hujan air tinggi seperti P. Jawa
3 000.00 Peningkatan Coverage Layanan 4. Single Management Pengelolaan
2 000.00 Irigasi Waduk (%)
16 Daerah Irigasi
1 000.00 11 12.6
5. Pengembangan irigasi untuk
0.00 pertanian non-padi sebagai salah
2011 2012 2013 2014 2015
satu manfaat dari penerapan
Sumatera Jawa 2014 2018 2024
modernisasi irigasi
Pembangunan Waduk juga menambah potensi 6. Penguatan SDM dan kelembagaan
Sumatera, Jawa dan Sulawesi (83% lahan sawah peningkatan Indek Pertanaman menjadi minimal 2 
nasional; 87% produksi padi nasional) mengalami Petani dapat menanam padi minimal 2x setahun pengelola irigasi
penurunan jumlah hari hujan padahal coverage
irigasi waduk secara nasional hanya 12,6%.
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA
…Penyediaan Air Baku…

Isu Strategis Contoh Kebijakan dan Strategi

Kapasitas air baku masih jauh 1 Jumlah PDAM Potensi Kapasitas Air Baku dari Bendungan 1 Optimalisasi Bendungan untuk
berdasarkan Eksisting (m3/dt)
dari kebutuhan (329,66 m3/detik) NRW Akselerasi
Penyediaan Air Baku, diiringi
Kapasitas air baku saat ini 68,97 m3/dt dari dengan Penurunan NRW dan
target 118,6 m3/dt di tahun 2019.
Pemanfaatan Idle Capacity
Nilai NRW rata-rata nasional tahun 2015
adalah 33% dari target 20% (di tahun Bila air baku dari Bila air baku dari Bila target
2019). bendungan 29 bendungan pembangunan
eksisting baru 65 bendungan di
Idle capacity 6 m3/dt menuju Unit Produksi
dioptimalkan dimanfaatkan dan 2024 tercapai
Sumber data: dioptimalkan
Idle capacity WTP 36 m3/dt belum BPPSPAM, 2015
dimanfaatkan PDAM. 2014 2019 2024

2 Waduk/embung di 2
Penyediaan Air Baku di masing-masing pulau Tampungan Air di Provinsi
Indonesia Tidak Merata, Rainwater Harvesting Kepulauan dan Pulau Kecil
terutama di Provinsi Sumber data: ICCSR
pada infrastruktur publik Terluar
Kepulauan dan Pulau Kecil Bappenas, 2010 SWRO (Sea Water
Terluar Reverse Osmosis)
Tampungan Air untuk Aglomerasi Air
3 3 Baku Metropolitan
Aglomerasi Air Baku MAMMINASATA
(Jabodetabekpunjur, Bandung Raya,
Metropolitan MAMMINASATA Tingkat
Waduk Lepas Pantai Kartamantul, Gerbangkartasusila,
Makassar-Maros- cakupan air
Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat Sungguminasata-Takalar bersih (%) Kedungsepur, Sarbagita,
SWRO (Sea Water
66,5% kebutuhan air dipenuhi dari Tingkat cakupan air bersih Reverse Osmosis) Mamminasata)
air tanah sumur dangkal masih 38% (rata-rata) Terutama untuk metropolitan yang
termasuk defisit atau krisis air
(Pulau Jawa, Bali, dan Sulawesi)
ISU STRATEGIS DAN CONTOH KEBIJAKAN
REPUBLIK
INDONESIA …Bendungan dan PLTA…

Isu Strategi Arah Kebijakan


KEAMANAN DAN OPERASI BENDUNGAN 1 2 3 PENINGKATAN OPERASI-PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN
Lebih dari 50% bendungan di Indonesia Peningkatan Operasi- BENDUNGAN
Peningkatan Nilai Optimalisasi
merupakan bendungan tua (berusia > 20 tahun). Pemeliharaan dan 1. Optimalisasi operasi-pemeliharaan bendungan
1 Dari seluruh bendungan milik PUPR, baru 7% yang Keamanan Guna Infrastruktur Pembangunan 2. Peningkatan keamanan dan nilai indeks risiko ICOLD Bendungan serta
SDA Eksisting untuk Bendungan Multi- jumlah surat izin operasi bendungan.
memiliki izin operasi. Bendungan
PLTA/EBT purpose untuk PLTA
PENINGKATAN NILAI GUNA INFRASTRUKTUR SDA UNTUK
PEMANFAATAN INFRASTRUKTUR SDA UNTUK
PLTA / EBT
PLTA / EBT : 3. Peningkatan nilai manfaat dan kapasitas tampungan Bendungan
• Kapasitas terpasang PLTA (2016) masih 5,2% dari total
potensi PLTA dan penambahannya tidak signifikan dan 4 5
Eksisting multi-purpose untuk PLTA, irigasi, air baku, dan penahan
banjir.
lambat dibanding PLTU/GU.
Pengembangan Peningkatan 4. Pemanfaatan floating-solar pada Bendungan untuk PLTS.
2 • Potensi listrik dari Bendungan PU untuk PLTA hanya
0,40 GW (2019) dari Rencana Penambahan Kapasitas Wilayah KEK/KI Kapasitas Tampungan 5. Studi pemanfaatan potensi listrik di saluran irigasi.

PLTA 7,4 GW sampai tahun 2027 (RUPTL 2018-27). Berbasis PLTA Ideal
• Sekitar 39% bendungan di Indonesia merupakan
OPTIMALISASI PEMBANGUNAN BENDUNGAN
bendungan single purpose, dengan kegunaan MULTIPURPOSE UNTUK PLTA
didominasi oleh irigasi dan air baku (73%). 6. Dukungan penyelesaian Program 65 Bendungan Baru, dan Program
Kerjasama MoU PU-ESDM di RPJMN 2020-2024.
7. Peningkatan jumlah bendungan multi-purpose yang akan dinilai
KAPASITAS TAMPUNGAN IDEAL menggunakan HSAP untuk penilaian kesiapan proyek.
• Angka ideal tampungan bendungan 1.975 m3/kapita, 8. Percepatan PLTA Peaker dan PSP di Neraca Daya Sistem Jawa
masih memerlukan kajian dan pertimbangan lain Rasio 9. Rapid Assessment 55-131 Bendungan berpotensi PLTA berpotensi
Provinsi
mengenai kesesuaian penerapannya di Indonesia.
Elektrifikasi PLTA di 217 Bendungan Eksisting Hasil Kajian IFC tahun 2015
Papua 48,91%
Agar dapat mencapai angka ideal dalam kurun waktu Nusa Tenggara Timur (NTT) 58,99%
100 tahun, setiap 5 tahun Indonesia harus mampu Kalimantan Tengah 76,23% PENGEMBANGAN WILAYAH KEK/KI BERBASIS PLTA.
meningkatkan volume tampungan waduk sebesar 28 Kepulauan Riau 77,02% 76,23% 10. Large Scale Low Cost Hydropower for Industry (a.l PLTA di Kaltara)
3 •
miliar m3 Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Barat (NTB)
77,51%
80,39%
11. Pemanfaatan potensi International Grid dengan harga bersaing untuk
supply energi ke luar dan ke dalam negeri. Dan tindak lanjut border
Pengurangan volume waduk akibat sedimentasi
Sulawesi Tengah 83,77%
mencapai 31% (Pulau Jawa). Banyak bendungan Interconnection Indonesia-Malaysia di Kalimantan-Sumatera.
Sulawesi Barat 85,07%
dibangun di daerah dengan keadaan hulu DAS kurang Sumatera Selatan 86,36%
baik.
• Pemanfaatan bendungan tidak optimal bagi
pemerataan dan pertumbuhan. Layanan air untuk
daerah irigasi dari bendungan hanya mencapai 11%.

Sumber: Rencana Umum Energi Nasional 2017 dan Database Bendungan Besar PUPR 9
REPUBLIK
KEBUTUHAN INFORMASI GEOSPASIAL PENGELOLAAN SDA
INDONESIA

Perencanaan
Pengumpulan Data & Informasi (Termasuk
Data Pemetaan)

Data Informasi
Geospasial diperlukan
untuk mengidentifikasi Pelaksanaan
masalah dan Teknis
menetapkan lokasinya

6
PEMANFAATAN TEKNOLOGI GEOSPASIAL DALAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (1/2)

Dalam melakukan Pengelolaan Sumber Daya Air dibutuhkan


data dan Informasi sebagai baseline untuk pembuatan
kebijakan (seperti: kualitas serta kuantitas badan air)

Pemanfaatan teknologi geospasial dapat digunakan untuk


mendukung perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air
melalui updating data yang sudah ada

Pengembangan teknologi geospasial dapat mendukung analisis


kebijakan melalui melalui pendataan secara geospasial dengan
lingkup area yang lebih luas dalam waktu yang singkat

Sumber : Geospatial Technology for Water Resource Applications


PEMANFAATAN TEKNOLOGI GEOSPASIAL DALAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (2/2)

Analisis Erosi Pemetaan wetland, proteksi, restorasi


• Memperkirakan erosi dan konsentrasi senyawa
• Membuat pemetaan probabilitas pembuatan
radioaktif (Cs) dalam tanah
wetland
• Analisis akumulasi pengendapan sedimen dan erosi
• Identifikasi lokasi impoundment flood control untuk
• Prediksi lokasi konsentrasi aliran air tercemar dan
mengurangi runoff
erosi pada saluran drainase

Penyimpanan air untuk mengurangi erosi


Pemetaan wetland, proteksi, restorasi streambank dan meningkatkan kualitas air
• Mencari area depresi untuk potensi penyimpanan
• Membuat pemetaan probabilitas pembuatan air untuk mengurangi runoff, banjir, dan beban
wetland sedimen
• Identifikasi lokasi impoundment flood control untuk • Pembuatan water storage dan treatment plant
mengurangi runoff

Penentuan dan desain best management practice Kontrol banjir dan mapping

• Penentuan lokasi penyimpanan pupuk untuk


menghindari tantangan musiman • Pembuatan desain ring dike
• Prioritizing Restoration and Protection Projects, and • Pemetaan area tergenang
Targeting Best Management Practices

12
Integrasi data LIDAR untuk Sumber Daya Air
REPUBLIK
INDONESIA

Pemanfaatan Geospasial Manfaat Pennggunaan LIDAR dalam Pengelolaan Sumber


dalam mendukung informasi Daya Air
yang dibutuhkan dalam “High accuracy data and relatively short period of time
Perencanan needed for their processing and preparation”
“Usage of the speed and accuracy of result much greater”
Bentuk Topografi Sumber
Daya Air
Komposisi Senyawa Kimia di
Dalam Air
Besar Tampungan Air
Kedalaman Air
Besar Volume Air
Pengendapan Sedimen

13
PERSIAPAN TEKNOLOGI GEOSPASIAL DALAM
MENDUKUNG PERENCANAAN KEBIJAKAN
Kerja Sama Kem. PPN/Bappenas dengan Badan Informasi Geospasial (BIG)

Nota Kesepahaman antara Kementerian PPN/Bappenas dengan Badan Informasi Kendala Pengembangan SIG
Geospasial Nomor : 04/NKB/HK/M.PPN/2013 dan B-88/KA.BIG/RT/7/2013 tentang
Penyelenggaraan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Data, Informasi, dan di Bappenas
Infratruktur Geospasial Untuk Perencanaan Pembangunan Nasional
• Belum adanya peraturan
TUJUAN pelaksanaan pengembangan
Sistem Informasi Geografis
Tingkat Nasional Skala Bappenas (SIG)
• Membangun Koordinasi dan Pengembangan Sistem Informasi • Data dari berbagai sumber yang
Forum Komunikasi Informasi Geografis (SIG) di Bappenas untuk
Geospasial mendukung proses Perencanaan
ada masih belum mudah
• Mendorong program terkait Pembangunan Nasional, dalam diakses, dipertukarkan dan
penyelenggaraan informasi bentuk: digunakan bersama (sedang
geospasial • Pengembangan Simpul Jaringan dibenahi melalui kebijakan Satu
• Membangun model dinamika • Pembangunan sarana dan prasana Data dan Satu Peta)
spasial untuk mendukung infrastruktur informasi geospasial • Terbatasnya Sumber Daya
proses teknokratis penyusunan • Peningkatan kapasitas SDM
RPJMN informasi geospasial
Manusia (SDM) yang profesional
di bidang SIG

Persiapan yang telah dilakukan dalam pengembangan SIG di Bappenas


Pusdatin telah melaksanakan
beberapa pelatihan yang
Penyiapan Jaringan dikoordinasikan bersama BIG
Pengelolaan Data
Komunikasi dan Penguatan SDM antara lain :
Spasial
Data Center • Pengenalan aplikasi ArcGIS
• Pengenalan teknologi HPC
14
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai