Anda di halaman 1dari 54

1

DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

INVESTASI INFRASTRUKTUR
BIDANG PUPR
OLEH : SUBDIT SINKRONISASI DAN EVALUASI
2

OUTLINE
1 DAYA SAING INDONESIA

2 ISU STRATEGIS INVESTASI INFRASTRUKTUR

3 PELAKSANAAN KPBU

4 RAPERMEN PELAKSANAAN KPBU


3

1 DAYA SAING INDONESIA &


KEBUTUHAN PENDANAAN
4

EXISTING INDEX DAYA SAING

“…pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama


Indeks Daya Saing Global merupakan pilihan yang logis dan strategis dalam
Indonesia (GCI) meningkatkan
YEAR RANK daya saing Indonesia
sekaligus untuk mengejar ketertinggalan…”
2010 – 2011 44
2011 – 2012 46
INDEKS DAYA SAING INFRASTRUKTUR IN-
2012 – 2013 50 DONESIA
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018
2013 – 2014 38
52
2014 – 2015 34 56
2015 – 2016 37 61 60
62
2016 – 2017 41
2017 – 2018 36

76
78
82
(sumber: Global Competitiveness Index, WEF, 2017)
5

RPJMN 2015 - 2019

Penyediaan Infrastruktur
Infrastruktur Perkotaan
Pelayanan Dasar Mendukung Sektor Unggulan
Akses Air Minum Konektivitas Sektor
Membangun Angkutan Massal Berbasis Jalan ,
100% Unggulan Rel & Intermoda
Tol Laut + intermoda
Akses Sanitasi Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan
100% jalan perkotaan

Konsep Pengembangan Transportasi Perkotaan


Rasio Pertanian
Elektrifikasi
96.6%

Akses Avoid Shift Improve


Perumahan
Layak Huni Jaringan yang Peningkatan
Mendukung Peningkatan
Industri Pangsa Angkutan
Efisiensi Pemanfaatan
Aksesibilitas Pengolahan Umum
Perjalanan Teknologi
Perbatasan &
Tertinggal
Pembangunan TIK:
• Palapa Ring Mengembangkan
Keamananan dan Energi untuk
• Rencana pita lebar: E-government, E-pendidikan, E- transportasi
Keselamatan Transportasi
Kesehatan, E-commerce, E-logistik, E-pengadaan perkotaan yang
Transportasi Perkotaan
berkelanjutan
Jasa &
Pengendalian Pembangunan Energi 35 GW Pariwisata Mengembangkan infrastruktur perkotaan melalui
Banjir • Sasaran 1.200 kWh/Kap. di 2019 (saat ini Vietnam 1.300 pemanfaatan TIK untuk menuju kota cerdas
kWh/Kap, Malaysia 4.400 kWh/Kap.)

5
6

KERANGKA PENDANAAN INFRASTRUKTUR (2015 - 2019)


Meningkatkan Peranan yang Signifikan dari BUMN dan Swasta

Nilai Investasi
Investasi Publik
(Sumber)
rendah IRR tinggi
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
APBN+APBD: Special Commercial General Commercial
Kategorisasi Investasi Sosial KPBU
USD 148.2 Bn Investment Investment

(Rp. 1.978,6 Investasi yang tidak Investasi dengan imbal Investasi dengan imbal Investasi dengan

Total Nilai Tn) memiliki imbal balik hasil di bawah standar hasil memenuhi standar imbal hasil relatif
Definisi investasi secara kelayakan sehingga kelayakan investasi menarik sehingga
Investasi yang (41,3%) langsung dari obyek membutuhkan namun dipandang relatif peran Pemerintah
tersebut. pengurangan sebagian kurang menarik atau minim yaitu sebagai
dibutuhkan beban investasi melalui berisiko sehingga regulator dan
dalam BUMN: investasi sosial diperlukan intervensi promotor.
infrastruktur USD 79.8 Bn
Pemerintah. Pemerintah.

2015-2019: (Rp. 1.066,2 Tn)


• Jaminan Sosial • Bahan Baku Air Minum • Jalan Tol • Listrik
(22,2%)
USD 359.2 Bn Contoh • Jaminan • Transportasi Publik • Pelabuhans • Bandar Udara
Pendidikan Masal • Pipa Gas
(IDR 4,796.2 Tn)
Swasta: • Jaminan • Jalan Non-tol
Kesehatan • WTE
USD 131.1 Bn
APBN APBN + Dana Komersial Dana Komersial dengan Dana Komersial
(Rp. 1.751,5 Tn) Source of Dorongan Pemerintah Murni
(36,5%) Funding

Source: BAPPENAS Internal Analysis


Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)
*) 1 : Kalkulasi berdasarkan investasi infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjadi middle income country 2025.
Untuk Proyek-proyek IRR > 13 %
Sumber: Bappenas- JICA, 2014: Latar belakang studi untuk RPJMN 2015-2019,, Analisis Tim Kementerian PPN/Bappenas
7

PROYEKSI KEBUTUHAN PENDANAAN


INFRASTRUKTUR PUPR 2015 - 2019
REKAPITULASI KEBUTUHAN PENDANAAN INVESTASI INFRASTRUKTUR

KETERANGAN 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL


Target
pendanaan
Renstra PUPR
114.846 169.451 209.162 221.025 217.100 931.584 yang akan
2015–2019
dicapai

APBN PUPR 119.692 91.208 101.616 107.386 108.700 528.602 Prediksi


Ketersediaan

Gap
Pendanaan 4.846 -78.243 -107.546 -113.639 -108.400 -402.982 GAP yang
Renstra harus dipenuhi

Pemenuhan GAP Pembiayaan Alternatif


Non APBN/D GAP
Percepatan Pembangunan (Creative Financing) Pembiayaan
402.9T
Sumber: Data BPIW Kementerian PUPR, November 2017
8

2 ISU STRATEGIS DALAM


PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR
9

ISU STRATEGIS INVESTASI INFRASTRUKTUR

• Mengubah pola pikir pejabat publik, sektor swasta, dan pihak terkait dalam hal
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha sebagai pembiayaan kreatif
• Peningkatan kapasitas dan pengetahuan para pemangku kepentingan dalam
Stakeholders implementasi KPBU baik internal PUPR dan Pemerintah Daerah.

• Pembentukan kebijakan yang ramah investasi dan memungkinkan kerangka


peraturan lintas sektoral baik di pemerintah pusat dan daerah terutama dalam
kaitannya dengan Kementerian PUPR.
Regulatory • Belum sinkronnya aturan pemerintah pusat dengan daerah mengenai
penyelenggaraan KPBU.

• Kerjasama lintas organisasi dan koordinasi perlu ditingkatkan (pemerintah pusat


dan daerah, kementerian terkait dan lembaga, perusahaan swasta, dan investor).
Coordination

Sumber: World Economic Forum, 2017-2018


10

“Change Paradigm”
PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
5

APA, BAGAIMANA KONSEP KPBU ?

KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. (Pasal 1
angka 6, Perpres 38/2015)

• KPBU bukan merupakan pengalihan kewajiban


• KPBU bukan merupakan privatisasi barang publik
• KPBU bukan merupakan pinjaman (utang) 11
6

MANFAAT KPBU

KPBU
Transfer of
Knowledge Risk Sharing
Kerjasama Pemerintah dan Adanya alokasi
Melalui KPBU
Badan Usaha (KPBU) diharapkan ada risiko bagi kedua
merupakan kerjasama antara transfer belah pihak
(swasta &
Pemerintah dan Badan Usaha pengetahuan &
pemerintah) yang
teknologi dari
Dalam Penyediaan Infrastruktur pihak swasta Benefit juga akan
untuk kepentingan umum. meningkatkan
kepada
Pemerintah
Skema keatraktifan

KPBU mengacu pada spesifikasi Daerah. KPBU proyek.

yang ditetapkan oleh Menteri /


Kepala Lembaga / Kepala Potensi Investasi
Daerah / BUMN / BUMD yang Project Delivery
Keberhasilan suatu daerah
Target spesifik periode
sebagian atau seluruhnya konstruksi membuat pihak
menyelenggarakan KPBU
menggunakan sumberdaya dapat menjadi pintu
swasta menyelesaikan
masuk investasi bagi pihak
Badan Usaha. proyek sesuai kesepakatan
swasta lainnya.
sehingga terhindar dari
siklus anggaran
KPBU memperhatikan multiyears.
Pembagian Risiko antara para
pihak.

12
13

3
PELAKSANAAN KPBU
14

REGULASI KPBU

Perpres 38/2015 KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan


Permen PPN 4/2015 Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama


Permendagri 96/2016 Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur Di Daerah

PMK 190/2015 Pembayaran Ketersediaan Layanan

Perka LKPP 19/2015 Pengadaan KPBU


15

JENIS INFRASTRUKTUR YANG DAPAT DI KPBU-KAN


Sesuai dengan Perpres 38 Tahun 2015
16

PIHAK – PIHAK YANG TERLIBAT


Dalam Pelaksanaan KPBU

• PJPK : Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yaitu Menteri /


Kepala Lembaga / Kepala Daerah / BUMN/D sebagai
Investor penyelenggara infrastruktur sebagaimana peraturan
perundang-undangan
Koordinasi dengan (Ekuitas) • Badan Usaha: Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
instansi lain yang
terlibat Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan
Terbatas, badan hukum asing, atau koperasi
Ekuitas Deviden
Availability • Pihak lain:
Payment Pembayaran  Bappenas sbg perencana-
Jakons an nasional bertugas
BADAN Pemb.
Kontraktor pengkoordinasian, peru-
musan dan pelaksanaan
PJPK KPBU USAHA Konstruksi kebijakan, serta pemantau-
Hutang & Bunga
(SPV) Lembaga Keu an, evaluasi, dan pengen-
dalian perencanaan pem-
bangunan nasional di
Pelayanan Pembiayaan bidang KPBU
Infrastruktur User Pay
 Kementerian Keuangan sebagai penyelenggara keuangan negara
& penyedia fasilitas dukungan kelayakan proyek;
Dukungan  Kemeno Bidang Perekonomian sebagai fasilitator dalam
Pengguna pelaksanaan Debottlenecking
Pemerintah
(untuk (Publik)  Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagai badan yang
memastikan kredibilitas Investor / Badan Usaha dan pelaksanaan
meningkatkan
market sounding
kelayakan proyek
 LKPP sebagai probity dalam pelaksanaan tahap transaksi
KPBU)
 PT. PII Memberikan Penjaminan Pemerintah
17

TAHAPAN KPBU KEMENTERIAN PUPR


(Versi Rapermen Penyelenggaraan KPBU di Kementerian PUPR)
18

ALUR KERJA KPBU SECARA UMUM

PJPK sebagai Pelaksana Proyek

BKPM memastikan kelayakan investor dan


proses market sounding
LKPP bertindak sebagai
transaction probity
PT PII secara informal memberikan masukan PT PII melakukan proses
dalam penyusunan OBC dan FBC penjaminan pemerintah
Bappenas
PJPK – Bappenas menganggarkan
PPP Unit di Kemenkeu sebagai PJPK - BU
(Perencanaan) Dana OBC penyedia fasilitas PDF dan VGF
PPP Tahap
Agreement Konstruksi
PQ RfP Signing dan Operasi

Bid Financial
Identifikasi dan Studi Pendahuluan Penyusunan OBC Penyusunan FBC Award Close
usulan

Tahap Screening dan Seleksi Tahap Penyiapan Proyek Tahap Transaksi Tahap Pelaksanaan
Kemenko Perekonomian sebagai Fasilitator Debottlenecking
19

Mengapa Perlu Simpul KPBU?

Koordinasi & NSPK


Internal PUPR: Investasi
K M Ce
nter Unor
BPIW, Balitbang Sinkronisasi
Infrastruktur Sektor
Scre si PUPR
ening Sosialisa
& Pedoman
as Risk Verif
Bappen ent
ikasi Investasi K/L/D
dalam
Managem PPP
Screening rangka
Knowledge bundling
Kemenkeu
g Center
Fasilitasi Monitorin em
KPPIP RM Syst
PPP Gate Badan Usaha
Keeper (Unsolicited)
BKPM

PII Daerah
Promosi gan
Pendampin dalam h
a
SMI SDM konsult l
IT ansi
System
Fasilitasi Market
Donor Badan
Studi/lainnya sounding
Perba Web Usaha, calon
nka dalam rangka
NSPK bidder
n debottlenecking

Barang

Modal Biaya Loan


APBN
Operasional
Pegawai Layanan
20

Simpul KPBU
(Perpres 38/2015 dan Permen PPN 04/2015)

Dibentuk / Ditunjuk oleh: TUGAS: FUNGSI:


Menteri/ Kepala Lembaga / SIMPUL KPBU Menyiapkan perumusan Sebagai unit yang akan
Kepala Daerah kebijakan, sinkronisasi, melaksanakan tugas
koordinasi, pengawasan, berkaitan dengan KPBU
dan evaluasi dalam Kementerian/
pembangunan KPBU Lembaga/ Daerah
PERPRES 38,2015SIMPUL KPBU tersebut.
Pasal 44
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menunjuk
unit kerja di lingkungan Kementerian/Lembaga/
Daerah sebagai Simpul KPBU. Dlm melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
(2) Simpul KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 1. TIM KPBU dalam melaksanakan kegiatan
bertugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan, tahapan penyiapan & Transaksi
sinkronisasi, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi 2. Panitia Pengadaan dalam melaksanakan
pembangunan KPBU. kegiatan pengadaan Badan Penyiapan dan
KETENTUAN PENUTUP
Badan Usaha Pelaksana
Pasal 46
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat
mengatur tata cara pelaksanaan kerjasama
Dalam Peraturan Menteri PPN / Bappenas No 04
pemerintahdengan Badan Usaha Pelaksana sesuai Tahun 2015, mengenai Simpul KPBU diatur
dengan kewenangan masing-masing. dalam Pasal 41
21

Penunjukan Simpul KPBU di Kemen. PUPR


(Kepmen PUPR No. 691.2/KPTS/M/2018)
22

Konsepsi Kelembagaan KPBU Kemen. PUPR


(Ver. Rapermen Pelaksanaan KPBU di Kementerian PUPR)
23

Konsep Kelembagaan KPDBU (Daerah)


(Diadaptasi dari Ver. KPBU di Kementerian PUPR)

KEPALA DAERAH
PJPK
23
Balitbangda RESEARCH DINAS TEKNIS DAERAH Executing Unit

PLANNING /
BAPPEDA PROGRAMMING DINAS TEKNIS DAERAH :
1. Studi Pendahuluan (Identifikasi)
2. PRA FS (Feasible & Bankable)
3. Tanah & AMDAL
DJBK SIMPUL KPDBU
(SIMPUL KPBU)

K
o
n
t
r
a
k
Eksternal (Stakeholder Terkait)
BUMN/BUMD Air
BADAN Minum sebagai PJPK
(sesuai regulasi)
USAHA
24

Konsep Kelembagaan KPBU


(Perpres 38 /2015 dan Permen PPN 04/2015)

Menteri / Kepala Lembaga /


Kepala Daerah Simpul KPBU bertugas
melakukan perumusan
Keterangan : kebijakan dan / atau
Koordinasi PJPK sinkronisasi dan/ atau
Pembentukan koordinasi dan/atau
pengawasan, dan/atau
evaluasi terhadap kegiatan
KPBU

Simpul KPBU
Tim
Panitia Pengadaan
KPBU

Tim KPBU mempunyai peran dan tanggung jawab :


Panitia Pengadaan mempunyai peran dan
a. Melakukan kegiatan penyiapan kajian awal tanggung jawab untuk mempersiapkan
Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi melaksanakan proses Pengadaan Badan Usaha
Kelayakan setelah menyelesaikan Dokumen Prastudi
b. Memastikan Kegiatan tahap penyiapan dan Kelayakan, mulai dari proses prakualifikasi,
transaksi KPBU setelah penetapan Badan Usaha pengadaan, penyiapan dan pemasukan
Pelaksana hingga diperolehnya Pemenuhan penawaran, evaluasi dan penetapan pemenang,
Pembiayaan (Financial Close); dan serta finalisasi pengadaan dengan
c. Menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara ditandatanganinya perjanjian KPBU
berkala melalui simpul KPBU; dan
d. Melakukan koordinasi dengan simpul KPBU
dalam pelaksanaan tugasnya
25

PERCEPATAN PELAKSANAAN KPBU


DI DAERAH

PERATURAN KEBIJAKAN DAERAH


TURUNAN TENTANG KPBU TINDAK LANJUT
KPBU

• Komitmen dan
Dukungan Pemda
Pasal 44 ayat 1 / SKPD
PEMBENTUKAN
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
SIMPUL KPBU DI
membentuk nit kerja di lingkungan
Perpres 38/2015

DAERAH & Tata


Kemente3rian/Lembaga/Daerah sebagai • Penyesuaian
Kelola KPBU daerah
Simpul KPBU RPJMD & Renstra
• Penyusunan
PENYUSUNAN Program KPBU
Pasal 46 ayat 2 • Penyusunan
KEBIJAKAN
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat Anggaran Terkait
DAERAH
mengatur tata cara pelaksanaan kerjasama KPBU
PENDUKUNG
pemerintah dengan Badan Usaha Pelaksana • Identifikasi proyek2
PELAKSANAAN
sesuai dengan kewenangan masing-masing. infrastruktur
KPBU • Identifikasi potensi
pelaksanaan KPBU
di daerah
Peraturan terkait AP • Menyusun kajian2
1. PMK NO 190/2015 terkait KPBU
• Tim KPBU, Panitia
2. Permendagri 96/2016
Pengadaan KPBU
• dll
26

4
RAPERMEN PELAKSANAAN
KPBU
27

Urgensi Rapermen Penyelenggaraan KPBU

1. Latar Belakang dibentuknya SIMPUL KPBU di Kementerian PUPR


• Simpul KPBU dibentuk berdasarkan amanah Perpres 38/2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, pasal 44 “Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah menunjuk unit kerja di lingkungan Kementerian/Lembaga/Daerah sebagai Simpul KPBU”

Pasal 44, Perpres 38/2015 Kepmen PUPR 691.2/KPTS/M/2016

• Berdasarkan amanat tersebut diterbitkan Keputusan Menteri PUPR No. 691.2/KPTS/M/2016


tentang Penunjukan DJBK sebagai Simpul KPBU di Kementerian PUPR, sesuai diktum ketiga
Simpul KPBU mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, sinkronisasi, fasilitasi,
koordinasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan KPBU

2. Latar Belakang disusunnya Rapermen Penyelenggaraan KPBU di Kementerian


PUPR  yang merupakan Produk dari Simpul KPBU

Amanat Pasal 46 ayat 2 Perpres 38/2015 menyatakan bahwa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala


Daerah dapat mengatur tata cara pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan Badan
Usaha Pelaksana sesuai dengan kewenangan masing-masing.

3. Perlunya Disusun Berbagai Pedoman terkait KPBU  Penyusunan Pedoman


Berdasarkan analisa kebutuhan untuk penyelenggaraan KPBU Bidang PUPR
28

Perbandingan Peraturan Terkait KPBU

Aspek Permen PPN 4/2015 Rapermen PUPR


Cakupan Pengaturan K/L/D Kementerian PUPR
Jenis Infrastruktur 19 sektor infrastruktur, dan opsi Fokus infrastruktur PUPR, dengan perincian
proyek gabungan jenis disesuaikan dengan peraturan sektor,
serta opsi proyek gabungan (Ps. 5-6)

Kelembagaan KPBU PJPK, Simpul KPBU, Tim KPBU, dan Ditambahkan peranan Masing masing Unor
Tim Pengadaan di kementerian PUPR sesuai kesepakatan
internal PUPR (Ps. 7-11)

Tata Cara Penyelenggaraan Tahap Perencanaan , Penyiapan, 3 tahapan + Tahap Manajemen pelaksanaan
KPBU Transaksi perjanjian KPBU (Ps .12-41)

Prakarsa Badan Usaha Usulan, Tahap Penyiapan, Tahap Tahap Inisiasi, Penyiapan, Transaksi, dan
Transaksi Manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU,
lebih terstruktur (Ps.42-44)

Manajemen Risiko Tidak diatur Diatur (Ps.45)


Pemantauan dan Evaluasi Tidak diatur Diatur (Ps.46-47)
Penyusunan PraFS 2 jenis Kajian: OBC dan FBC Dapat dilaksanakan dengan 1 Dok Pra FS
sesuai kebutuhan (PS. 21-22)
29

Outline Rapermen Pelaksanaan KPBU PUPR

Rapermen KPBU Kementerian PUPR


TERDIRI ATAS 9 BAB DENGAN 49 PASAL
1. Ketentuan Umum
2. Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan melalui skema KPBU;
3. Kelembagaan KPBU;
4. Tata Cara Pelaksanaan KPBU ;
5. Prakarsa badan usaha;
6. Manajemen Risiko;
7. Pemantauan dan Evaluasi;
8. Ketentuan Peralihan; dan
9. Ketentuan Penutup.
Pasal 1 KETENTUAN UMUM

Penyelenggaraan Kerjasama Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat yang selanjutnya disebut Infrastruktur
Pemerintah Dengan Badan Usaha PUPR adalah Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan
Dalam Penyediaan Infrastruktur di sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini.
Kementerian Pekerjan Umum dan
Perumahan Rakyat yang selanjutnya
disebut Penyelenggaraan KPBU adalah Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya
kegiatan yang bertujuan membangun, disingkat PJPK adalah menteri, kepala lembaga, kepala
daerah, dan direksi Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan
memperluas dan/atau meningkatkan sistem Usaha Milik Daerah sebagai penyedia atau penyelenggara
fisik (teknik) dan non-fisik (kelembagaan, Infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
manajemen, keuangan, peran masyarakat,
dan hukum) dalam kesatuan yang utuh
untuk melaksanakan Penyediaan Badan Usaha Pelaksana KPBU yang selanjutnya disebut
Badan Usaha Pelaksana adalah Perseroan Terbatas yang
Infrastruktur kepada masyarakat menuju didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau ditunjuk
keadaan yang lebih baik langsung.

Dukungan Pemerintah adalah kontribusi fiskal dan/atau Jaminan Pemerintah adalah kompensasi finansial
bentuk lainnya yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga yang diberikan oleh menteri yang
dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara keuangan dan kekayaan negara kepada Badan
sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan Usaha Pelaksanan melalui skema pembagian risiko
perundang-undangan dalam rangka meningkatkan untuk Proyek Kerja Sama.
kelayakan finansial dan efektivitas KPBU. 6
30
Pasal 1 KETENTUAN UMUM

Unit Organisasi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang selanjutnya
disebut Unit Organisasi PUPR atau Unit Organisasi adalah setiap organisasi di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang secara masing-masing memiliki kewenangan terhadap
Infrastruktur PUPR berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Tim KPBU adalah tim yang Panitia Pengadaan adalah Unit Manajemen KPBU
dibentuk oleh PJPK untuk tim yang dibentuk PJPK, adalah unit yang dibentuk
membantu pengelolaan KPBU yang memiliki peran dan oleh PJPK untuk
pada tahap penyiapan dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
tahap transaksi KPBU mempersiapkan dan pada tahap manajemen
khususnya setelah penetapan melaksanakan proses pelaksanaan..
Badan Usaha Pelaksana pengadaan Badan Usaha
hingga diperolehnya Pelaksana pada tahap
pemenuhan pembiayaan transaksi.
(financial close), serta
berkoordinasi dengan Simpul
KPBU dalam pelaksanaannya.

Simpul KPBU adalah Unit Organisasi PUPR yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

31
Pasal 5-6 JENIS INFRASTRUKTUR YANG DAPAT DIKERJASAMAKAN
(INFRASTRUKTUR PUPR)

5.1

Sumber Air Minum


Jalan
Daya Air

Pengelolaan Pengelolaan Perumahan


Limbah Persampahan Rakyat
Domestik

5.2 Atau selain jenis 5.3


Mengajukan Menteri Mengajukan
infrastruktur
Kepada Menteri Kepada Bappenas
diatas

6 Infrastruktur 
Dapat Di-Bundling
Pasal 5(1) JENIS INFRASTRUKTUR YANG DAPAT DIKERJASAMAKAN
(INFRASTRUKTUR PUPR)
 Infrastruktur Jalan Nasional termasuk Jembatan Tol
 Infrastrutkur Sumber Daya Air antara lain:
a. prasarana penampung air beserta bangunan pelengkapnya, antara lain
waduk/bendungan dan bendung, saluran pembawa air baku; dan/atau
b. jaringan irigasi
 Infrastruktur Air Minum antara lain:
a. investasi pengembangan SPAM dan/atau pengelolaan SPAM terhadap unit air
baku;
b. investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN
atau BUMD yang bersangkutan; dan/atau
c. investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka
mengupayakan penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan
mekanisme kontrak berbasis kinerja.
 Infrastruktur Pengelolaan Sistem Air Limbah Domestik antara lain:
a. pengelolaan air limbah domestik terpusat; dan/atau
b. pengelolaan air limbah domestik setempat.
 Infrastruktur Sistem Pengelolaan Persampahan antara lain:
a. pengangkutan;
b. pengolahan; dan/atau
c. pemrosesan akhir sampah.
 Infrastruktur Perumahan antara lain:
a. rumah susun umum, 10
b. rumah susun khusus dan
c. rumah susun negara yang pemanfaatannya dengan cara sewa.
Pasal 7 - 11 KELEMBAGAAN KPBU 12
MENTERI PUPR
PJPK Pasal 11 (Tim KPBU &
Pasal 7-9 Panitia Pengadaan)
34
Balitbang NSPK Teknis SEKTOR (SDA, BM, CK &
PENYEDIAAN PERUMAHAN) Executing Unit

PLANNING / SEKTOR PUPR (SDA, BM, CK, & PENY. PERUMAHAN) :


BPIW PROGRAMMING 1. Studi Pendahuluan (Identifikasi)
2. PRA FS (Feasible & Bankable)
3. Tanah & AMDAL

DJBK SIMPUL KPBU EXCECUTING UNIT SUPPORTING UNIT


(Kepmen PUPR 691.2/2016) BPJT (PP 15/2005) BPPSPAM (Perpres 90/2016):
1.Pelaksana pengusahaan 1. Penilaian kinerja PDAM
2.Pengawasan terhadap 2. Fasilitaisi peningkatan
1. Penyiapan kebijakan,
pelaksanaan kontrak, kinerja PDAM
sinkronisasi, koordinasi,
konstruksi dan layanan 3. Memberikan rekomendasi
fasilitasi, pengawasan, dan
minimal oleh badan penyelenggaraan SPAM
evaluasi KPBU.
usaha kepada Pemerintah Pusat/
2. Center of knowledge
Daerah
3. Promosi investasi

Kontrak
Pasal 10 K
o BUMN/BUMD Air Minum
n

BADAN sebagai PJPK


tr
a
k
Eksternal (Stakeholder Terkait) (sesuai regulasi)
USAHA
Pasal 7 - 11 KELEMBAGAAN KPBU 13

PJPK 7.1

Ps. 7 - 9 Menteri bertindak sebagai PJPK sejak tahap Penyiapan KPBU

7.2
PJPK
INFRASTRUKTUR PUPR

Menteri PUPR Wewenang yang


didelegasikan 
Sebagian /
Dapat Mendelegasikan seluruhnya

Unit Organisasi
(Sesuai Tupoksinya)

BUMN dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam peraturan


perundang-undangan

Proyek Gabungan (Bundling) dapat melibatkan lebih dari 1 PJPK


Pasal 7 - 11 KELEMBAGAAN KPBU 14

Simpul KPBU 10.1


Ps. 10 Penyelenggaraan KPBU di Kementerian PUPR dibantu oleh Simpul

10.2
Simpul ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri PUPR

Menteri PUPR
Ditunjuk dan
ditetapkan
Simpul KPBU melalui SK
(UNOR Sesuai
Tupoksinya)

10.3
Tugas Simpul KPBU: penyiapan perumusan kebijakan, sinkronisasi,
fasilitasi, koordinasi, pengawasan dan evaluasi Penyelenggaraan KPBU

10.4
Fungsi Tambahan Simpul KPBU: Sebagai center of knowledge; Promosi
KPBU PUP; Memberi sosialisasi layanan informasi dan konsultasi
stakeholder; Fasilitasi BU yang minat unsolicited; Sebagai hub antar
instansi/lembaga
Pasal 7 - 11 KELEMBAGAAN KPBU 15
11.1

TIM KPBU Dalam Penyelenggaraan KPBU


& Panitia
Pengadaan PJPK
Ps. 11 Membentuk

Tim KPBU Panitia Pengadaan

11.2 11.3

Tim KPBU  untuk membantu Panitia Pengadaan  untuk


Penyelenggaraan KPBU pada tahap mempersiapkan dan melaksanakan
penyiapan dan tahap transaksi KPBU proses pengadaan Badan Usaha
Pelaksana pada tahap transaksi
KPBU

11.4

Tim KPBU
UNOR

Simpul
Koord. KPBU
Panitia Pengadaan
Hubungan antar Stakeholder KPBU PUPR 16

PUPR

Menteri
PUPR
• Usulan Proyek
dan Laporan
Progres KPBU
Pemerintah
Daerah
Kementerian/
Simpul KPBU
• Layanan Informasi Lembaga/
Kontrak • Layanan Konsultasi
• Rekomendasi KPBU
• Penyusunan • Koordinasi
• Layanan Informasi
Kebijakan
• Fasilitasi • Keterpaduan Program
Badan Usaha / • Koordinasi • Pendampingan dan
Investor • Monev Fasilitasi Pemda

UNOR
1. Tim KPBU
Kontrak 2. Panitia Pengadaan

Konsultasi Publik

Masyarakat
Pasal 12 - 41 TATA CARA PELAKSANAAN KPBU 18

Pasal 15-20 Pasal 21-28 Pasal 29-37 Pasal 38-41


Pasal 42 - Prakarsa Badan Usaha 30
44
Pasal 42 (1) Pasal 42 (2)
Badan Usaha dapat Prakarsa Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
memprakarsai KPBU sebagai berikut: (a.) usulan KPBU terintegrasi secara teknis dengan rencana teknis sektor yang
Penyediaan bersangkutan; (b.) layak secara ekonomi dan finansial; dan (c.) memiliki kemampuan keuangan
Infrastruktur PUPR. yang memadai untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.

Tahap Inisiasi Tahap Penyiapan

Tahapan –
Pasal 42 (3)
Usulan Badan Evaluasi Pra- Penyusunan FS Penetapan
Evaluasi FS
Pemrakarsa
Tahap Transaksi hingga
Usaha FS
Manjemen Pelaksanaan
Perjanjian KPBU
• LoI (Surat • Surat izin • Surat Pengantar • Hasil • Keputusan mengikuti proses yang
Kebutuhan Minat) pelaksanaan (termasuk usulan Evaluasi Menteri sama dengan Proyek
Dokumen • Pra-FS FS dalam kompensasi Tim KPBU (Selaku
KPBU Prakarsa
• Comp Profile jangka waktu pemrakarsa) PJPK) untuk
penetapan Pemerintah
• Laporan tertentu • FS
Keuangan • Draft Dokumen Pemrakarsa
Audit terakhir Lelang
• Draft Perjanjian Keterangan :
Kerjasama
• AMDAL Dilakukan
Pemeriintah

Dilakukan
Badan Usaha
Pasal 43 (evaluasi)
Pasal 45 Manajemen Risiko

Dalam menyelenggarakan setiap Pelaksanaan


tahapan KPBU sebagaimana Proyek KPBU Perencanaan
dimaksud dalam Pasal 12,
Pimpinan Unit Organisasi PUPR

Manajemen Risiko
Manajemen Risiko,
melakukan manajemen risiko
berkoordinasi dengan Simpul Penyiapan
KPBU.

Manajemen risiko Penyelenggaraan Transaksi


KPBU bertujuan untuk
memastikan keberlanjutan
Infrastruktur PUPR dan
Manajemen
meningkatkan kepercayaan para
Pelaksanaan
pemangku kepentingan dalam
Penyelenggaraan KPBU.

32
Pedoman Manajemen Risiko

Manajemen
Perencanaan Penyiapan Transaksi
Pelaksanaan
a. Risiko Ketidaksesuaian a. Risiko Lahan a. Risiko Lahan a. Risiko Ketidaksesuaian
Lokasi Lahan b. Risiko Perijinan b. Risiko Minat Badan Lokasi Lahan
b. Risiko Perencanaan c. Risiko Parameter Usaha b. Risiko Lingkungan
c. Risiko Desain Finansial c. Risiko Sponsor c. Risiko Penyelesaian
d. Risiko Mata Uang d. Risiko Struktur d. Risiko Ketidakpastian d. Risiko Kenaikan Biaya
e. Risiko Perubahan Finansial Pembiayaan e. Risiko Uji Operasi
Regulasi e. Risiko Teknologi e. Risiko kepastian Lokasi f. Risiko Tarif
f. Risiko Kahar f. Risiko Permintaan f. Risiko Perubahan g. Risiko Mata Uang
g. Dll. g. Risiko Konektivitas Regulasi h. Risiko Perubahan
h. Risiko Perubahan g. Risiko Negosiasi Regulasi
Regulasi h. Risiko Kahar i. Risiko Kahar
i. Risiko Kahar i. Dll. j. Dll.
j. Dll.

ANALISIS RISIKO

EVALUASI RISIKO

PENANGANAN RISIKO

33
Pasal 46-47 Monitoring & Evaluasi 35

Kegiatan pemantauan dan evaluasi Pelaksanaan


Penyelenggaraan KPBU Infrastruktur PUPR Proyek KPBU Perencanaan
bertujuan untuk:
a. mendapatkan informasi secara langsung

Monitoring & Evaluasi


mengenai perkembangan proses

Manajemen Risiko,
pelaksanaan Proyek KPBU;
b. mengidentifikasi dan menginventarisasi Penyiapan
permasalahan Penyelenggaraan KPBU
sebagai upaya pemecahan masalah; dan
c. mengevaluasi hasil Penyelenggaraan
KPBU khususnya berkaitan dengan
manfaat dan kinerja Penyelenggaraan
Transaksi
KPBU.

Manajemen
Pelaksanaan

Unit Organisasi PUPR memberikan Hasil dari pemantauan secara berkala


dukungan kepada Simpul KPBU dalam disampaikan oleh Simpul KPBU kepada:
proses pemantauan dan evaluasi, a. Menteri sebagai bahan pertimbangan
diantaranya dapat berupa penyampaian data pengambilan kebijakan.
informasi terkini dan akses ke lokasi Proyek b. Pimpinan Unit Organisasi PUPR sebagai
KPBU. bahan untuk proses perbaikan
organisasi secara terus menerus.
Pedoman Monitoring dan Evaluasi

Manajemen
Perencanaan Penyiapan Transaksi
Pelaksanaan
Solicited : Solicited : a. Dokumen Prastudi a. Financial Close
a. Kerangka Acuan Kerja a. Dokumen Awal Prastudi Kelayakan dan Dokumen b. Perjanjian Kerjasama
Proses Penyiapan Kelayakan; Pendukung Lainnya KPBU
b. Berita Acara Konsultasi b. Berita Acara Market c. Perjanjian Kerjasama
b. Dokumen Akhir Sounding
Publik KPBU, Dokumen Pra
Prastudi Kelayakan; c. Dokumen Penetapan
c. Dokumen Studi Konstruksi
c. Dokumen Perencanaan Lokasi
Pendahuluan d. Dokumen Konstruksi
d. Rencana KPBU Siap Pengadaan Tanah dan d. Dokumen Prakualifikasi e. Pernyataan Konstruksi
Ditawarkan Pemukiman Kembali, e. Dokumen Pengadaan dan
telah Selesai
dan Dokumen AMDAL/ Persetujuan Besaran
e. Kerangka Acuan f. Laporan Hasil Testing &
UKL-UPL dan Izin Dukungan Kelayakan (bila
Pengadaan Bahan Comissioning, dan Berita
diperlukan)
Penyiapan Lingkungan. f. Dokumen Perjanjian
Acara Kesepakatan Hasil
Unsolicited : Unsolicited : Kerjasama, Dokumen Testing & Comissioning.
f. Surat Pernyataan Maksud d. Dokumen hasil evaluasi Perjanjian Penjaminan (bila g. Dokumen Pengalihan
(letter of intent) atas Pra FS diperlukan), dan Dokumen Aset
g. Dokumen Prastudi e. Surat Izin Penyusunan Perjanjian Regres (bila h. penyampaian laporan
Kelayakan diperlukan) berkala
Studi Kelayakan dalam
h. Profil g. Perjanjian Penjaminan i. Permohonan
batas waktu tertentu
Perusahaan/Konsorsium, h. dokumen Surat Dukungan Pemeriksaan Aset KPBU
dan f. Surat Persetujuan Kelayakan (bila diperlukan), j. Berita Acara Serah Terima
i. Laporan Keuangan Kementerian PUPR Dokumen Perjanjian Aset
Perusahaan/Konsorsium g. Dll. Pinjaman, dan Izin
Audit Tahun Terakhir Lingkungan (sebelum
prakonstruksi).
i. Ijin Lingkungan
j. Perjanjian Kerjasama
KPBU
k. Financial Close
36
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2015 – 2019
Upaya dalam peningkatan peran dari BUMN dan sektor swasta dalam Pembangunan Infrastruktur melalui skema PINA

Anggaran Pemerintah : Non-Anggaran Pemerintah 4:6


APBN / APBD BUMN Partisipasi Swasta
(Rp 1.969,6 T) (Rp 1.058,7 T) (Rp 1.740,7 T)

41.3 % 22.2 % 36.5 %

Calculation based on infrastructure investment (required) to be a middle income country by 2025.


Sources: BAPPENAS- JICA, 2014: Background Study for RPJMN 2015-2019, Analyst team of Ministry of National Development Planning (BAPPENAS)
45
RPJMN: National Medium-Term Development Planning
LANDASAN HUKUM BAPPENAS DALAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Bappenas menyelenggarakan fungsi pendanaan, serta pemantauan,


evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan nasional
Peraturan Presiden
No. 20 Tahun 2016 Pasal 3
Bappenas mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan melaksanaan pencarian
tentang Badan Perencanaan
sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian
Pembangunan Nasional
dana untuk pembangunan bersama-sama instansi terkait
(Perubahan Atas
Peraturan Presiden
Bappenas melaksanakan pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam
No. 66 Tahun 2015)
Pasal 30 dan luar negeri serta pengembangan kerjasama pembangunan
internasional

Peraturan Pemerintah Kerangka Pendanaan dilakukan melalui pengintegrasian sumber


No. 17 Tahun 2017 Pasal 4 pendanaan, baik sumber pendanaan pemerintah maupun non-pemerintah
tentang Proses (PINA), yang dimanfaatkan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
nasional
Sinkronisasi
Perencanaan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dalam menyusun rancangan
Pasal 10 awal Rencana Kerja Pemerintah, juga mengintegrasikan sumber pendanaan
Penganggaran lainnya yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional.
46
Pembangunan Nasional 4
LANDASAN HUKUM BAPPENAS DALAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Peraturan Presiden Pasal 2


Proyek Strategis Nasional yang bersumber dari Non-Anggaran Pemerintah,
No. 58 Tahun 2017 Ayat 4
dikoordinasikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
tentang Percepatan (PPN)/Kepala BAPPENAS
Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional Dalam rangka koordinasi Proyek Strategis Nasional yang bersumber
Pasal 2 dari dana non-anggaran pemerintah, Kementerian PPN/BAPPENAS
(Perubahan Atas Peraturan Ayat 5 dapat mengusulkan perubahan Proyek Strategis Nasional yang
Presiden Nomor 3 Tahun bersumber dari non-anggaran Pemerintah kepada KPPIP
2016)

SK Menteri PPN/BAPPENAS
Menteri PPN/BAPPENAS membentuk Tim Fasilitasi Pemerintah untuk
No. Kep. 121/M.PPN/HK/11/2017
pelaksanaan kegiatan fasilitasi Pembiayaan Investasi Non-Anggaran
tentang Tim Fasilitasi Pemerintah untuk
Pemerintah (PINA)
Pembiayaan Investasi Non-Anggaran
Pemerintah

47
Fasilitasi Pembiayaan Diperlukan untuk Mendorong
DEFISINI DAN TUJUAN PINA Partisipasi Swasta dalam Pendanaan Proyek yang
Difasilitasi oleh Bappenas sesuai Perpres 58/2017

TUJUAN PINA
DEFINISI Mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional dengan
Pembiayaan Investasi Non 1 mengoptimalkan kontribusi Pemilik Proyek dan Penanam Modal
Anggaran Pemerintah (PINA) terhadap proyek-proyek pembangunan Indonesia
adalah:
• Mekanisme fasilitasi untuk
project financing; 2 Memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dalam negeri dan
• Untuk pendanaan proyek menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik
pembangunan;
• Memanfaatkan dana jangka
panjang yang bersumber dari Melakukan mobilisasi dan konsolidasi dana jangka panjang
non-anggaran pemerintah; 3 dengan meningkatkan kapasitas pembiayaan investasi melalui
• Pelaksanaannya didorong optimalisasi aset
dan difasilitasi dibawah
Kementerian
PPN/Bappenas. 4 Meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional;
7
FILOSOFI PINA

Equity
Direct
Pendanaan Instrument
Non-APBN Debt
atau
Reksa Dana
Hybrid
FINANCIAL
CLOSE
49
KOLABORASI PINA DAN KPBU DALAM PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

a
IRR 13% a
Skem Skem
PPP PINA

Investasi yang secara ekonomi Investasi dengan imbal hasil relatif


memungkinkan tetapi secara finansial menarik sehingga peran Pemerintah
kurang terlalu layak sehingga membutuhkan minim yaitu sebagai regulator dan
dukungan dan garansi dari Pemerintah promotor.
Special Commercial ❑ Jalan Tol;
Social Investment
❑ Jaminan Sosial; Investment ❑ Pelabuhan;
❑ Jaminan Pendidikan; ❑ Pembangkit Listrik;
❑ Jaminan Kesehatan. Public Private General Commercial
Partnership Investment ❑ Bandar Udara;
❑ SPAM; ❑ Kawasan Pariwisata
❑ Transportasi Massal;
Sumber Pendanaan:
Sumber Pendanaan: Dana Komersial dengan
Pemerindah (APBN+APBD) & dorongan Pemerintah
Dana Komersial

50
SKEMA PEMBIAYAAN ALTERNATIF DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

Pembiayaan Ekuitas Langsung Instrumen Investasi Ekuitas


Investor Membeli Instrumen Investasi Near-
Penyertaan langsung ekuitas ke
Equity
perusahaan infrastruktur
▪ Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT)
▪ Surat Berharga Perpetual
▪ Callable Preferred Stocks
▪ DINFRA
Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) ▪ BUMN Fund dan
Diperkenalkan pada 13 Agustus 2017 senilai Rp. 1 triliun
▪ instrumen lainnya yang mendekati ekuitas
untuk pembiayaan BIJB Kertajati

Surat Berharga Perpetual (SBP)


Diperkenalkan pada 17 April 2018 senilai Rp. 1 triliun
untuk pembiayaan PP Energy
Memperdalam
Potensi: BUMN Private Investment Fund Pasar Modal
Optimalisasi pengelolaan dana investasi BUMN sebagai
solusi dari keterbatasan dana untuk pembiayaan Infrastruktur
51
STRATEGI DAN INISIATIF KUNCI PINA

STRATEGI 1: FASILITASI INVESTASI


1. Melakukan seleksi, pemetaan dan penawaran untuk bentuk fasilitasi;
2. Mempertemukan secara rutin pemilik proyek dan investor potensial sesuai persetujuan masing-masing;
3. Mengadakan pertemuan bisnis rutin sebagai wadah pertukaran informasi antara investor dan pemilik proyek;
4. Memperbanyak mitra investor;
5. Menjaga hubungan komunikasi pemangku kepentingan.
STRATEGI 2: PEMETAAN PROYEK
1. Mempersiapkan profil proyek yang akan difasilitasi, sesuai standar PINA;
2. Memperbanyak pipeline proyek yang siap difasilitasi;
3. Memperbaharui data secara rutin melalui komunikasi intensif dengan pemilik proyek.

STRATEGI 3: MEMBANGUN EKOSISTEM


1. Inisiatif Strategic Communication;
2. Mendukung kebijakan yang pro-investasi (ramah investasi);
3. Melakukan sosialisasi kepada investor dan investee;
4. Melakukan kerjasama dengan K/L terkait dan lembaga internasional.
52
SKEMA KERJA PINA DALAM FASILITASI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Evaluasi FS (aspek legal, teknis, proyeksi


Pengajuan Letter of Intent (LOI) finansial, mitigasi resiko) berdasarkan
dan proposal kepada PINA “Readiness Project Criteria”
Proyek Strategis
Nasional/Proyek
Swasta Tertentu
Evaluasi dokumen profil
proyek dan bonafiditas
pemilik proyek
Penandatanganan MoU
antara PINA dan
FINANCIAL CLOSE
Pemilik Proyek
Konstruksi dan
Operasi
Matchmaking investor
dengan Proyek Terkait
(due diligence)

53
54

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai