Anda di halaman 1dari 120

PENGOLAHAN AIR UNTUK MEMENUHI

SYARAT PENGGUNAANNYA

Tri Widjaja

1
INTRODUCTION

2
PENDAHULUAN

AIR Sumber kehidupan

SUMBER AIR Air Danau


Air Sungai
Air Tanah
Air Hujan
Air Laut

Air Sanitasi
PEMANFAATAN AIR Air Proses
Air Pendingin 3

Air Umpan Ketel/Boiler


PRINSIP PENGOLAHAN AIR

Air Sanitasi
UNIT Air Proses
Air Baku PENGOLAHAN Air Pendingin
AIR Air Umpan Boiler

4
TUJUAN PENGOLAHAN AIR

Memperoleh kualitas air yang sesuai dengan


peruntukannya

Sistem Pengolahan Air


Pengolahan Eksternal
Pengolahan yang dilakukan sebelum titik
penggunaan
Pengolahan Internal
Pengolahan yang dilakukan pada titik 5

penggunaan/dalam proses
METODA PENGOLAHAN AIR

Pengolahan Fisika
Memisahkan padatan kasar
Memisahkan padatan tersuspensi
Memisahkan minyak / lemak

Pengolahan Kimia
Pengendapan zat terlarut / tersuspensi dengan
penambahan bahan kimia (koagulan)
Menghilangkan zat-zat racun / bibit penyakit
6
Menghilangkan bau / rasa (dengan karbon aktif)
PROSES PENGOLAHAN AIR

Ukuran partikel, mm

1.E-05 1.E-04 1.E-03 1.E-02 1.E-01 1.E+00 1.E+01 1.E+02 1.E+03 1.E+04 1.E+05

Org. & anorg. Suspensi koloid Padatan tersuspensi dan


terlarut padatan mengambang

Presipitasi
Screening
Transfer gas

Sedimentasi/flotasi
Ion exchange

Reverse osmosis
Filtrasi/microstraining
Elektrodialisis
7
Koagulasi kimiawi
Adsopsi

Biological oxidation
TAHAPAN PENGOLAHAN AIR

Pre-treatment / Pengolahan Pendahuluan


Koagulasi - Flokulasi
Sedimentasi / Pengendapan
Filtrasi
Pelunakan / Softening
Penukar Ion (kation – Anion)

Tahapan proses yang digunakan / diterapkan


 tergantung pada kualitas air yang diharapkan
8
PROSES PENGOLAHAN AIR

Sumber Koagulasi -
Pre Treatment Sedimentasi
Air Flukalasi

Pelunakan/ Penampung
Demin Filtrasi
Softening air bersih

Air Umpan Kaporit/Cl2


Boiler Air Pendingin
Air Proses 9

Air Sanitasi
Bagan alir sistem pengolahan air industri
Air baku Koagulan & flokulan

Tangki penampung Flokulasi & koagulasi


filter
sludge

Cooling tower Air pedingin


Tangki air
Alat penukar bersih
panas

Blow down Air proses


Praheater
Limbah cair
Air
pembangkit
steam Cl2

10
Softener Air sanitasi

steam kondensat

Boiler Alat penukar panas


PRETREATMENT

11
PRE TREATMENT

Tujuan :
 Memisahkan bahan yang mengapung (mis.
Minyak, lemak, serat, dll.)

Proses pre-treatment meliputi :


Skimming
Screening
Preaerasi 12
PRE TREATMENT

a. Screening
 Untuk mengambil / memisahkan material
padat (mis. sampah)

13
PRE TREATMENT

b. Preaerasi
Aerasi pendahuluan / awal

Tujuan :
 Menghilangkan bau
 Meratakan suspensi / solid
 Menurunkan BOD / COD
 Meningkatkan efisiensi pengolahan
14
PRE TREATMENT

c. Skimming
Untuk mengambil / memisahkan bahan yang
mengapung

Ada 2 jenis skimmer :

Skimmier dengan baffle

Skimmer berdasarkan perbedaan elevasi inlet-outlet


15
PRE TREATMENT

Jenis Skimmer
Baffle
Material terapung
Inlet Inlet
outlet

outlet

(a) (b)
Skimmer dengan Skimmer dengan 16

baffle beda elevasi


PRE TREATMENT

c. Preaerasi
Prinsip :
 Aliran udara dapat meningkatkan proses / reaksi
biologis dan sekaligus bahan ringan yang dapat
naik ke permukaan (mudah dipindahkan)

Peralatan :
 Udara dari kompresor dialirkan lewat distributor
17
yang dipasang di dasar tangki
PRE TREATMENT

Sistem Preaerasi
Udara

Kompresor

18

Distributor
PRE TREATMENT

Pengendapan Awal
 Untuk air baku yang berasal dari sungai, biasanya
keruh, maka diperlukan proses pengendapan awal
dalam bak-bak penampung.

Peralatan :
 Dapat berupa saluran panjang (kanal)
 Bak penampung
19
 Saluran berbelok (beberapa unit)
Skema Pengolahan Air

20
KOAGULASI -
FLOKULASI

21
KOAGULASI – FLOKULASI

 Diutamakan untuk menghilangkan partikel solid yang sukar


mengendap, contohnya “koloid”
 Partikel koloid berukuran antara :
 10-7 - 10-4 cm atau 10 – 104 oA
 Untuk partikel yang terlarut diameter < 10 oA)
 Partikel koloid mempunyai luas permukaan relatif lebih besar
dibanding beratnya sehingga tidak mudah mengendap

22
KOAGULASI

 Peristiwa penambahan bahan kimia (koagulan) kedalam dispersi


koloid (partikel) sehingga terjadi destabilisasi partikel dan terbentuk
gaya tarik antar partikel  terbentuk flok (gumpalan).

Partikel + + +
+ Koagulan
- -
+ +
+
23

Gambar : Destabilisasi partikel


KOAGULASI (lanjutan..)

 Setelah terbentuk flok, maka terjadi penggabungan antar flok


dan membesar (gumpalan)yang mudah mengendap  Peristiwa
“flokulasi”
 Pada saat flokulasi ini sering ditambahkan koagulan bantu
(Coagulan aid), misal : polielektrolit yang berfungsi memberikan
jembatan/jaringan antar partikel  terbentuk flok yang relatif
besar dan mudah mengendap

24
SISTEM KOAGULASI-FLOKULASI-PENGENDAP

Koagulan Polielektrolit

Air
jernih
Suspensi
Koloid

Lumpur/
Bak Bak
sludge
Koagulator Flokulator Bak
Pengendap
Pengadukan Pengadukan
cepat ±100 rpm lambat ± 30 rpm Waktu ± 3-4 jam 25
selama ± 3 menit selama ± 15 menit
KOAGULAN

ALUMINIUM SULFAT/ALUM Al2(SO4)3.18H2O


 Pada suasana alkali :
 Al2(SO4)3.18H2O + 3 Ca(OH)2 3 CaSO4 + 2 Al(OH)3
 + 18 H2O
 Pada suasana asam : K (Al+3)(OH-)3 = 1,9 x 10-33

 Pada suasana basa  mudah terdisosiasi


Sedikit larut pada pH = 7 (netral)
 Flok alum : 
Bermuatan (+) pada pH < 7,6
 Bermuatan (-) pada pH > 8,2

 NORDEL E. : pH kerja optimum alum 5,5 – 6,8 26

 Kadar Al2O3 dalam alum ± 17 %


 Kelarutan pada 0 oC : 86,9 bag per 100 bag air
KOAGULAN

FERRI SULFAT (FERRIFLOE), Fe2(SO4)3

 pH kerja ferri sulfat : 3 – 13 (NORDEL E. )


 pH kerja optimum pada 3,5 – 5,5 dan pH > 9
 Korosif  perlu peralatan yang tahan asam
 Pada suasana alkalis :

 Fe+3 + 3 OH-  Fe(OH)3


(Fe+3)(OH-)3
 dengan hasil kali kelarutan : K = 10-36 27
KOAGULAN

SODIUM ALUMINAT, NaAlO2


 Koagulan ini baik dipakai bersama alum, dan dapat
menurunkan pemakaian alum sehingga menghilangkan
warna serta memberikan residual hardness yang lebih
rendah
KAPUR (LIME), sebagai CaO, atau Ca(OH)2
 Koagulan ini dapat bereaksi dalam air yang mengandung
CO2 dan terbentuk endapat CaCO3

 Tujuan penambahan koagulan ini untuk menghilangkan 28

suspended matter dan untuk pengaturan pH (menaikan pH)


KOAGULAN

CHLORINATED COPPERAS, FeCl3.Fe(SO4)3

Dibuat dengan mengalirkan Cl2 kedalam larutan FeSO4


(Copperas) dengan perbandingan :
Cl2 : FeSO4 = 1 : 7,8

Koagulan ini lebih efektif dan lebih korosif dibanding


copperas saja, serta tidak memerlukan alkalinitas yang
tinggi
29
KOAGULAN

CHLORINATED COPPERAS, FeCl3.Fe(SO4)3

Keuntungan :
 Menghasilkan flok yang kuat
 Flok mengendap sangat baik, sehingga mengurangi
beban filter
 pH koagulasi yang bail pada pH 6 – 9 dan pada pH 3,5
juga terjadi flok yang kompak dari hidrat ferric oxide
yang tidak larut dalam air yang alkalis
 Efektif untuk menghilangkan warna
30
KOAGULAN BANTU (COAGULAN AID)

 Untuk meningkatkan efisiensi proses koagulasi utama


 Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan sebagai
koagulan bantu :
 Lempung (clays  bentonit)
 Activated Silica
 Polyelektrolit
 Natrium Alginat
 Etc.. 31
KOAGULAN BANTU (COAGULAN AID)

Clay (Bentonit)
 Digunakan untuk pengolahan air yang berwarna

Activated
 Untuk pengolahan air yang keruh, berwarna, kandungan zat organik >>
& suspended matter >>
 Digunakan bersama Alum atau garam ferri dengan kondisi operasi pH 9

Polyelektrolit
 Senyawa polymer yang mempunyai gugus karboksil, amino atau
sulfonat
32
 Ada 3 tipe : Kationik, Anionik dan Non-Ionik
KOAGULAN BANTU (COAGULAN AID)

Polyelektrolit (lanjutan…)
 Polyelektrolit anionik dan non-ionik kurang efektif, namun untuk anionik
sangat efektif digunakan bersama alum dan garam ferri sebagai koagulan
utama
a. Polyelektrolit Kationik n+
CH2
CH CH CH2

CH2 + CH2
N
CH3 CH3 33
KOAGULAN BANTU (COAGULAN AID)

 b. Polyelektrolit non-ionik :

Polyakrilamida (PAM) Polyetilen Oksida


CH2 CH2
CH2 CH2 O
CH2 O n

NH2 n

 c. Polyelektrolit anionik : -n
CH2 CH2

Asam Polyaknilik (PAA) CH2 O 34

O- n
KOAGULAN BANTU (COAGULAN AID)

Faktor yang Berpengaruh pada Koagulasi - Flokulasi


 Macam / jenis koloid dalam air
 pH larutan
 Jenis & dosis koagulan yang ditambahkan
 Penambahan koagulan bantu
 Waktu operasi, pengadukan pada bak koagulasi-flokulasi
 Data jenis & dosis koagulan yang diperlukan : JAR TEST
 Data jenis muatan partikel koloid diperoleh dengan metode :
 Pergerakan Bidang Batas Elektroforesis (MOVING BOUNDARY
ELECTROPHORESIS METHOD)  Pipa U-BURTON 35
CONTOH PERHITUNGAN

a. Konsentrasi Al2(SO4)3
Larutan koagulan Al2(SO4)3 dengan rate 250 mg per detik diinjeksikan kedalam
saluran air mengalir dengan rate 5 liter per detik. Berapa ppm konsentrasi
Al2(SO4)3 dalam aliran air ?
Ppm : part per million (bagian per juta) ~ mg/liter
Rate air = 5 L/det
Rate Al2(SO4)3 = 250 mg/det
250 mg/det
ppm Al2(SO4)3 = = 50 mg/L
5 L/det
36

 Konsentrasi Al2(SO4)3 = 50 ppm


CONTOH PERHITUNGAN

b. Konsentrasi Al2(SO4)3
Koagulan Al2(SO4)3.18 H2O dengan rate 1000 mg per detik diinjeksikan kedalam
aliran air dengan rate 10 liter per detik. Berapa ppm konsentrasi Al2(SO4)3 dalam
aliran air ?

Berat molekul Al2(SO4)3 = 342


Berat molekul H2O = 18
Berat molekul Al2(SO4)3. 18 H2O = 666 mg/det

Berat Al2(SO4)3 dalam Al2(SO4)3.18 H2O = (342 /666)*1000


= 513,5 mg 37

Berat H2O dalam kristal alum = (1000 – 513,5)


= 486,5 mg (0,4865 g)
CONTOH PERHITUNGAN

b. Konsentrasi Al2(SO4)3 (lanjutan ….)


Bila densitas air 1 g/cm3, volume air dalam kristal alum :

Vair = 0,4865/1 = 0,4865 cm3 (4,865 x 10-4 L)

Rate air bersama kristal = 4,865 x 10-4 L/det

Rate air total = 10 L/det + 4,865 x 10-4 L/det ~ 10 L/det

Jadi Konsentrasi = 513,5 (mg/det)/10 (L/det)


38
= 51,35 mg/L (51,35 ppm)
CONTOH PERHITUNGAN

c. Kebutuhan larutan Al2(SO4)3


Aliran air dengan rate 1 L/menit memerlukan larutan alum sehingga konsentrasinya
dalam aliran air 60 ppm Al2(SO4)3. Larutan alum dibuat dengan melarutkan 100 g
Al2(SO4)3.17 H2O dalam 1 liter air. Berapa rate larutan alum yang harus ditambahkan ?
100 g Al2(SO4)3.17
1 Liter air H2O

? mL/det

Aliran air Aliran air keluar 39


masuk 1 L/det 60 ppm
1 L/det Al2(SO4)3.
CONTOH PERHITUNGAN

c. Kebutuhan larutan Al2(SO4)3 (lanjutan ….)

60 ppm Al2(SO4)3 = 60 mg/L Al2(SO4)3

Rate kebutuhan Al2(SO4)3 = 60 mg/L x 1 L/menit


= 60 mg/menit

Larutan alum dibuat dengan melarutkan 100 g Al2(SO4)3.17 H2O dalam 1 liter
air, maka dalam 1 liter air terdapat Al2(SO4)3 sebanyak :

BM Al2(SO4)3
X berat Al2(SO4)3.17 H2O 40
BM Al2(SO4)3.17 H2O
= (342/648)*100 g = 52,8 g
CONTOH PERHITUNGAN

c. Kebutuhan larutan Al2(SO4)3 (lanjutan ….)


Berat air dalam Al2(SO4)3.17 H2O = (100 – 52,8) = 47,2 g H2O

Volume air terdapat dalam kristal alum = 47,2 mL (0,0472 L)

Volume total air dalam larutan alum = 1 L + 0,0472 L = 1,0472 L

Konsentrasi dalam larutan alum = 52800 mg/1047,2 mL


= 50,42 mg/mL
Karena kebutuhan alum dalam aliran air diharapkan 60
mg/menit, rate aliran larutan alum yang diperlukan :
60 mg/menit 41
= 1,2 mL/menit
50,42 mg/mL
SEDIMENTATION

42
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

 Memisahkan padatan/solid bedasarkan gaya gravitasi


 Tahap pengendapan dapat dilakukan diawal proses pengolahan
air (Pengendapan Pendahuluan) dan setelah proses koagulasi-
flokulasi

 DASAR-DASAR PROSES PENGENDAPAN


 HUKUM NEWTON

4(ρp  ρ)g
 Kecepatan pengendapan (ut) : ut  Dp 43
3CDρ
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

HUKUM NEWTON (lanjutan …)


Dp2 (ρp  ρ)g
  Aliran laminer NRe < 1 (ut) : ut 
18

p : densitas partikel
 : densitas cairan
µ : viskositas larutan
g : percepatan gravitasi
Dp: diameter partikel
CD : koefisien hambatan (drag coefficient)  fungsi dari NRe 44
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

  Bilangan Reynold NRe didefinisikan :


ρ Dp v
NRe 

 : densitas partikel
v : densitas cairan
µ : viskositas larutan
Dp: diameter partikel

45
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

 Waktu Tinggal (Detention Time)


 Waktu yang diperlukan air untuk tinggal/tertahan dalam bak


pengendap yang didefinisikan :
tp
t
ut

tp : tinggi bak pengendap (kedalaman bak), m


ut : kecepatan pengendapan, m/detik
t : detention time, detik 46
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

 Conventional Settling Basin

 Berbentuk bak empat persegi panjang dengan dimensi ratio


panjang : lebar  3 : 1 sampai 8 : 1
 Tinggi bak efektif ± 3 – 4 m (untuk lumpur diberi tempat dengan
kedalaman 30 cm.
 Waktu pengendapan antara 3 – jam.
 Kecepatan aliran horizontal rata-rata < 0,4 m/menit
 Dasar bak dibuat miring dengan derajat kemiringan 1/200 s/d
47
1/300 kearah pengeluaran lumpur
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

 Conventional Settling Basin

inlet Outlet
(a) atas

inlet vd Outlet
ut
(b) samping 48

Endapan keluar
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

 Tube Settler

 Untuk penyempurnaan pengendapan maka air dilewatkan melalui


saluran/pipa pada posisi miring dengan kemiringan ± 60 ° dan panjang
saluran/pipa ± 80 cm.
 Tube settler merupakan alat pengendap yang banyak digunakan,
karena hasil pengendapannya yang baik dibandingkan bak pengenadap
biasa (konvensional)

49
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

Tube Settler

Tube settler
Air Kemiringan 60°
masuk

Air
Flokulator
keluar

50

Lumpur/
sludge
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

 Rapid Flow Treatment

 Merupakan alat pengolah secara cepat, unit koagulasi dan unit


pengendap menjadi satu unit yang kompak.
 Hasil pengolahannya kurang sempurna dan perlu penyempurnaan
pemisahan partikel kecil dalam alt penyaring (filter)
 Contoh : SOLID CONTACT CLARIFIER

51
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

SOLID CONTACT CLARIFIER

Koagulan Pengaduk

Effluent
(outlet) Influent
(inlet)

52

Discharge Drain
(lumpur) (Lumpur)
PENGENDAPAN (SEDIMENTATION)

53
FILTRATION

54
PENYARINGAN (FILTRATION)

 Cara pemisahan partikel solid dengan dari cairan dengan menggunakan


media penyaring (filter medium)
 Filter medium dapat berupa : kain, kasa halus, pasir
 Pasir, ijuk banyak digunakan sebagai media penyaring dalam pengolahan
air
 Sifat media penyaring :
 Stabil/inert
 Tidak mudah tererosi/terabrasi
 Ukuran seragan
 Filter pasir (sand filter) dioperasikan secara batch (tidak terus menerus).
Endapan tertahan dalam filter semakin banyak, rate filtrasi semakin
55
menurun. Secara berkala endapan harus dipisahkan dari filter dengan
pencucian.
56
PENYARINGAN (FILTRATION)

Media yang digunakan dapat campuran seperti pasir dengan karbon aktip
(dual), maupun tunggal (single) seperti hanya pasir atau karbon atau
medium terdiri dari campuran tiga atau lebih media (multi-medium)

Mono- Dual-
medium medium
Multi-
bed filter bed filter
medium bed
filter 57

Multi-medium
PENYARINGAN (FILTRATION)

SAND FILTER
Air keruh

Pasir ± 65 cm

Kerikil ± 20 cm
Koral ± 15 cm

Penahan/grid

58

Air jernih
PENYARINGAN (FILTRATION)

 Penahan : plat SS, keramik atau beton


 Koral : batuan keras, tahan lama, bentuk relatif bulat. Koral tidak boleh
berbentuk pipih, datar atau memanjang dan tidak boleh mengandung
tanah/lempung
 Kerikil : analog dengan koral, densitas 100 lbm/cft
 Pasir : Harus bersih, bebas dari kotoran
 Cara test : pasir dimasukan dalam larutan HCl 40 % selama 24 jam 
kehilangan berat tidak boleh > 5 %
59
PENYARINGAN (FILTRATION)

Pasir Halus

 Cocok digunakan sebagai media filter untuk ukuran partikel ± 0,4 mm


 Untuk pre treatment yang dilakukan dalam waktu singkat
 Cocok untuk penghilangan bakteri, turbidity semaksimal mungkin
 Waktu penyaringan cepat dan pemakaian air pencuci (wash water)
sedikit
 Untuk proses pengolahan yang berlanjut ke proses pelunakan air

60
PENYARINGAN (FILTRATION)

Pasir Kasar

 Cocok digunakan sebagai media filter untuk ukuran partikel ± 2,0 mm


 Pre treatment dapat diharapkan berlangsung dengan baik
 Air yang disaring tidak banyak tercemar
 Waktu penyaringan bisa lebih lama, tetapi pemakaian air pencuci
(wash water) lebih banyak

61
PENYARINGAN (FILTRATION)

Lapisan media pasir (silikat) Lapisan kerikil / gravel


- pasir kasar :  = 2,0 mm
bersifat juga sebagai support media di atasnya
air yang disaring tidak terlalu kotor
pratreatment sudah baik Harus : tidak mengandung tanah
rate fluida cukup tinggi sebaiknya bulat dan keras

- pasir halus :  = 0,4 mm


rate fluida tidak terlalu tinggi
pratreatment hanya singkat
diharapkan juga mampu memisah bakteri dan 62
turbiditi semaksimal mungkin
- Kerikil halus  = 5,0 mm
- Kerikil kasar  = 10,0 mm
- Gravel  = 20,0 mm

60 cm, pasir 65 cm, pasir

10 cm, 1,5 – 3 mm 10 cm 25 – 50 mm

7,5 cm 3 – 6,4 mm 5 cm 13 – 25 mm
5 cm 6,5 – 13 mm
5 cm 6,4 – 12,7 mm
7,5 cm 12,7 – 19 mm 10 cm 3 - 6,5 mm
7,5 cm 19 – 38 mm 5 cm 6,5 – 13 mm
5 cm 13 – 25 mm
15 cm 38 – 64 mm 13 cm 25 – 50 mm 63

Lapisan gravel asimetris Lapisan gravel simetris


(direkomendasikan)
Dari : G.M. Fair, J.C.Geyer “Water Purification”
Vent ke
atmosfer

Pasir atau 1- 2 ft
antracit
antracit
10 in pasir Selama operasi
2 – 3 ft 1-2 ft pasir sistem drain
terbuka ke udara
Penampung
udara
Conventional mono- Conventional dual- 
medium downflow medium downflow
Pulsed-bed filter
Grid utk menjaga
pasir jangan terikut aliran Traveling-bridge Washwater
backwash through

influent

4-8 ft Washwater
Antracit 6-10 ft Pasir Backwash pump
hood Pasir

11 in Efflluent 64

Conventional mono-medium Individual


Deep-bed upflow sand cell
deep-bed downflow
PENYARINGAN (FILTRATION)

 Gravity Roughing filter (open


filter, slow sand filter, atmospheric
filter ) Air masuk

Media yang digunakan dapat mono


maupun multi-medium. Pasir Air pecuci keluar
Umumnya digunakan untuk air Gravel Air tersaring keluar
dengan kekeruhan tidak tinggi
dengan laju aliran 2 – 4 gpm per ft2
Air pencuci masuk
luas permukaan filter.
Pencucian dilakukan secara
priodek, biasanya setelah head loss
8 – 12 ft dengan laju air pencuci
65
(backwashing) : 20 gpm per ft2
Pressure filter ( rapid sand filter )

tertutup
terbuka
Air
masuk

Air masuk
1

3
Air
4 tersaring
5
1. Pasir halus
Air cucian 2. Pasir kasar Air cucian
3. Gravel 66
4. Lantai filter
5. Strainer
Vertical pressure filter Horizontal pressure filter
PENYARINGAN (FILTRATION)

Dibanding open filter, untuk pressure filter area yang dibutuhkan tidak begitu besar.

Pressure filter bekerja dalam range 5 – 10 gpm/ft2

Media penyaring yang digunakan dapat bervariasi, dari media halus hingga kasar
searah dengan arah aliran.

Untuk laju aliran lebih tinggi lagi digunakan Ultra-High-rate filter.

Tinggi media penyaring sekitar 7 ft

Down flow filter : filtration rate 15 – 20 gpm/ft2


67

Upflow filter : filtration rate 6 0 10 gpm/ft 2


PENYARINGAN (FILTRATION)

distributor
Grid agar
media tidak Effluent
terikut air

Air pencuci

Air
Udara untuk cucian
backwashing

nozzle
Influent
nozzle
effluent Air cucian 68

Influent
Air pencuci

Down flow ultra-high-rate filter Upflow ultra-high-rate filter


Polishing Filter

Digunakan untuk pemisahan submicro-meter partikel (kurang dari 1 micron)


- Tipe Precoat filter, memerlukan filter aid untuk melapis porous septum, baik
untuk bentuk leaf-type maupun bentuk tubular.
- Pada tipe tubular, cleaning dilakukan dengan menekankan udara.
- Air bertekanan dilalukan pada media, filter cake pada permukaan coat dipisah
dengan cara di blast dan dialirkan ke drain.
- Tipe cartridge filter digunakan untuk memisah partikel 1 – 75 mikro-meter.
- Elemen sebagai media filter dapat diganti setelah jenuh.
69
PENYARINGAN (FILTRATION)

udara
udara

udara

70

Penyaringan Pencucian

Precoat – type filter Cartridge filter


Karakteristik dari filter medium

Tipe Tipe Tipe Bahan Tinggi Arah


operasi filter medium medium bed, in aliran

Semikontinyu Konvensioan Single pasir, antracit 30 ke bawah


Semkontinyu Konvensional Dual Pasir dan antracit 36 ke bawah
Semikontinyu Konvensional Multi pasir,antracit 36 ke bawah
dan garnet
Semikontinyu Deep bed Single pasir, antracit 48 – 72 ke bawah
Semikontinyu Deep bed Single pasir 48 – 72 ke atas
(up)
Semikontinyu Pilsed-bed Single pasir 11 ke bawah

Kontinyu Deep-bed Single pasir 48 – 72 ke atas


(up) 71

Kontinyu Traveling-bed Single pasir 11 ke bawah


Kontinyu Traveling-bed Dual pasir 16 ke bawah
Sumber : Metcalf & Eddy
Laju aliran untuk backwash agar filter bed terfluidisasi

Laju minimum yg dibutuhkan


agar terfluidisasi
Tipe filter Diameter
gal / ft2.min ft/min

Single medium (pasir) 2 mm 44 - 48 6 - 6,5


Dual-medium (antracit+pasir) *) 20 - 30 2,5 - 4
Tri-medium (antracit,pasir,garnet) **) 20 - 30 2,5 - 4

*) lihat tabel sebelumnya


**) lihat tabel sebelumnya
gal/ft2.min x 0,04075 = m3/m. min 72

ft/min x 0,3048 = m/min


PENYARINGAN (FILTRATION)

 Note

 Proses penyaringan secara batch dan setiap batch (perioda)


berlangsung selama 8 jam.
 Proses dilanjutkan dengan dengan fase pencucian (washing)
selama ± 5 menit (sistem back washing)
 Untuk kapasitas besar, lama penyaringan dapat mencapai 24
jam dan periode back wash selama 10 – 15 menit
73
SOFTENING

74
PROSES PELUNAKAN AIR (SOFTENING)

Menghilangkan kesadahan/ hardness air sebelum digunakan untuk umpan boiler, proses atau air
pendingin

Air yang mengandung garam-garam


Air sadah karbonat, sulfat, khlorida, nitrat
dari :
- Kalsium, Ca
- Magnesium, Mg
larut dalam air
Menimbulkan kerak, korosi dan over 75
heating pada alat penukar panas (HE)/
Kesadahan
boiler  dapat mengganggu kinerja alat
Jenis kesadahan

Kesadahan Sementara (bicarbonate hardness)

Disebabkan oleh kandungan garam bikarbonat (HCO3-)


yang berasal :

CaCO3 + CO2 + H2O Ca(HCO3)2

Cara menghilangkan Pemanasan

Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O


76
Kesadahan Tetap (non-carbonate hardness)
Disebabkan oleh kandungan garam-garam :
 Sulfat, CaSO4
 Khlorida, CaCl2 Larut dalam air
 Karbonat, MgCO3

Cara menghilangkan dengan penambahan Soda Ash, Na2CO3

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4


77

Satuan kesadahan  ppm (part per million/satu per juta) ~ mg/L


PROSES PELUNAKAN AIR

Ada 2 proses pelunakan air :

a. External Softening
Dilakukan diluar sistem
penggunaan (ex. siklus
boiler, siklus air pendingin)

Ada 3 proses softening :

1. Cold Process Softening


2. Hot Process Softening 78

3. Penukar Ion (Ion Exchange)


PROSES PELUNAKAN AIR

b. External Softening
Dilakukan didalam sistem
penggunaan, terutama
pada siklus boiler

1. Cold Process Softening :


Dilakukan penambahan bahan kimia tanpa pemanasan

Lime-Soda Softening
 Bahan kimia yang ditambahkan :
79
 Lime (Ca(OH)2
 Soda (Na2CO3)
PROSES PELUNAKAN AIR

Lime berfungsi :
 Menghilangkan gas karbon dioksida, CO2
Reaksi :
2 CO2 + Ca(OH)2 Ca(HCO3)2
 Menurunkan kadar kalsium bikarbonat
Reaksi :
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2 CaCO3 + H2O
 Menurunkan kadar garam magnesium
Reaksi :
MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaSO4 80

MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl2


PROSES PELUNAKAN AIR

Soda berfungsi :
 Menghilangkan garam kalsium non-karbonat : Ca-bikarbonat; Mg-non
karbonat, dsb
 Kebutuhan Na2CO3 ditentukan berdasarkan "total non-carbonate
hardness"
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4

CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2 NaCl

 Hasil pelunakan tergantung pada kelarutan Mg(OH) 2 dan CaCO2  81

dipengaruhi oleh temperatur dan pH


PROSES PELUNAKAN AIR

 Untuk penurunan alkalinitas yang tinggi, sebelum proses softening perlu ditambahkan H 2SO4 atau

 
H3PO4
Pengendapan kalsium pada pH 9,7
 Penghilangan Mg dan Silika pada pH 10,1

Reaksi :
3 Ca(HCO3)2 + 6 NaOH  3 CaCO3 + 3 Na2CO3 + 6 H2O

3 CaCO3 + 2 Na3PO4  Ca3(PO4)2 + 3 Na2CO3

Mg(HCO3)2 + 4 NaOH  Mg(OH)2 + 2 Na2CO3 + 2 H2O


82
Ca(HCO3)2 + H3PO4  CaHPO4 + 2 CO2 + 2 H2O
PROSES PELUNAKAN AIR


Soda
 berfungsi
CO2 yang: terbentuk dihilangkan dengan aerasi dan dilanjutkan
dengan pengendapan CaHPO4 dengan penambahan soda (NaOH)
Reaksi :
3 CaHPO4 + 3 NaOH  Ca3(PO4)2 + 3 Na2PO4 + 3 H2O

3 CaCO3 + 2 Na3PO4  Ca3(PO4)2 + 3 Na2CO3


 Penghilangan non-carbonat :

3 CaSO4 + 2 Na3PO4  Ca3(PO4)2 + 3 Na2SO4

MgCl + 2 NaOH  Ma(OH)2 + 2 NaCl


83

 Waktu tinggal (Retention time) ± 4,5 jam


PROSES PELUNAKAN AIR

Soda berfungsi :

 Kelarutan CaCO <<< pada pH ~ 9,4


 3

 Kelarutan Mg(OH) <<< pada pH ~ 9,5 – 10,5


 2

 Reaksi : Ca(HCO ) + Ca(OH) berlangsung baik pada


 3 2 2

suhu 60 - 70 °C  Ca(HCO3)2 menjadi CaCO3

 Kesadahan dapat diturunkan sampai ± 35 ppm CaCO


 3

84

Catatan :
Cold Lime Softening dapat menurunkan kesadahan air
sampai 50 – 70 ppm
PROSES PELUNAKAN AIR

2. Hot Process Softening :


Sangat efektif untuk menurunkan kesadahan air
a) Hot Process Lime-Soda Softening
Efektif untuk menghilangkan silika untuk BFW (air yang diolah hardness-nya sudah rendah)
Pengurangan hardness hanya sampai 10 – 30 ppm

b) Hot Process Phosphate Softening

Dilakukan dengan penambahan di/tri sodium phosfat

Suhu operasi : 100 °C (212 °F)


85
Penurunan hardness dapai mencapai "Zerro Hardness"

Aplikasi pada BFW untuk boiler tekanan tinggi


HOT PROCESS SOFTENING (Type Mixes Steam)

Direct contact
Vent condenser
Inlet control Vent
Steam inlet
Overflow

Wash-water return
Treated-water outlet
Wash water to filter
Raw water inlet
Sludge
meter
timer
To boiler
Sludge
blowoff 86

Chemical feed To waste Wash Filter


pump
ION EXCHANGE

87
PENUKAR ION (ION EXCHANGE)

Tujuan : Pelunakan air

a) Sodium Zeolit Softening

 Untuk menghilangkan ion Ca/Mg


 Zeolit softening juga disebut Na-Cycle
 Zeolit : Sodium Aluminium Silikat
Selain zeoilit : Solfonated Coal, Phenolic Resin,
Polystyrene Resine 88
PENUKAR ION (ION EXCHANGE)

Proses pertukaran ion :


Ca2+ + Na2Z  CaZ + 2 Na+
Regenerasi :
CaZ + 2 NaCl  Na2Z + CaCl2
 Penukar ion type sulfonated coal dapat menurunkan hardness air sampai
mencapai ± 15 ppm
 Polystyrene resin, hardness air dapat mencapai 8 ppm
(dengan 1 kali cycle tambahan, dapat diperoleh hardness sampai 2 ppm)
89
 Tidak bisa digunakan untuk air keruh
PENUKAR ION (ION EXCHANGE)

b. Resin Penukar Ion


Proses :
Ca Ca
SO4 + 2 R-Na  R2 + Na2SO4
Mg Mg

Regenerasi :
Ca Ca
R2 + 2 NaCl  2 R-Na + Cl2
Mg Mg
Keuntungan Ion Exchange dibanding lime soda process :
 Biaya operasi penukaran ion lebih murah 90

 Kualitas air hasil pelunakan konstan  tidak tergantung raw water


PENUKAR ION (ION EXCHANGE)

Karakteristik/ sifat resin penukar ion :


 Betuk : butitan
 Ukuran butiran : 0,3 – 1,2 mm (basah)
 Kerapatan : 800 – 900 gram/liter resin basah
 Daya penukaran : sampai 90 gr CaCO3/ liter resin
 Kapasitas total : 4,75 meq/gram resin kering
 Jumlah regenerant : sampai 300 gr NaCl/liter resin
 Konsentrasi regenerant : 8 – 10 %
91
 Kebutuhan air pencuci : 4 – 7 liter air/liter resin
PENUKAR ION (ION EXCHANGE)

Wash watercollector

Ion
exchange Pressure
unit water

Exchange
material
Backwash
Inlet outlet

Meter Ejector

Backwash inlet Rinse


outlet
92
Outlet
Regenerant
Supporting bed tank
To waste
DEMINERALISATIO
N

93
PROSES DEMINERALISASI

Tujuan : Menghilangkan bahan mineral (kation maupun


anion) yang keberadaannya dalam air dapat
mengganggu operasional boiler/ketel
Penukar Kation :

R-H + MZ  RM + HZ
Regenerasi :

R-M H2SO4 MSO4 94


+  2 R.SO3H +
(R.SO3)2Ca HCl CaSO4
PROSES DEMINERALISASI

Penukar Anion :
R-OH + HZ  R-Z + H2O
Regenerasi :
(R4N)2SO4 + NaOH  2 R4N-OH + Na2SO4
Atau
R-Z + NaOH  R-OH + NaZ
Jenis kation dan anion yang dapat dipertukarkan :
Kalsium Magnesium Bikarbonet Karbonat
Kation : Natrium Anion :
Kalium Sulfat Khlorida 95
Besi Mangan Nitrat Silikat
Aluminium
DEMINERALISASI

Air vent
Water inlet
Wash water
collector and
inlet distributor

Caustic for
Mixed bed anion exchange
ion exchanger
shell
Interface collector
and distributor

96

Air for
mixing Treated water
outlet
DEMINERALIZER (Regeneration of Mixed bed)

1 In service 2 Backwash 3 Cation regeneration

4 Anion regeneratio 5 Rinse 6 Drain

97

7 Air mix 8 Refill


9 Rinse
DEGASIFIKASI DAN
AERASI

98
PROSES DEGASIFIKASI DAN AERASI

Proses Degasifikasi

Tujuan :
Menghilangkan gas-gas terlarut dalam
air (seperti CO2 & gas-gas berbau)

Prinsip proses :
Mengalirkan udara berlawanan arah
(countercurrent) dengan aliran air
99
DEGASIFIKASI

Water inlet

Blower

Water seal

100

To pump
Proses Deaerasi

Tujuan :
Menghilangkan oksigen terlarut (utama) dan
gas-gas terlarut lainnya
Prinsip proses :

 Air dimasukkan ke dalam tangki deaerasi


 Tangki divakumkan dengan "steam jet ejector"
 Kondisi vakum, oksigen terdegasifikasi keluar dari air, 101

sehingga air bebas dari oksigen


DEARASI

Air and vapor Steam inlet


take off Cooling water
Inlet
distributor

Steam jet

Drains
Float
cage
Air and stream
discharge

102
Hot well

Inlet-level To pump
control
Kandungan Impuritis Dalam Air

Fungsi air di Indonesia umumnya sangat komplek


Sehingga kualitas air permukaan cukup sulit untuk memenuhi baku mutu yang
diinginkan sesuai dengan fungsinya
Polusi dari industri dan domestik merupakan sumber terbesar masuknya kotoran yang
tidak diinginkan pada air permukaan.
Seperti, impurities dalam air yang digunakan di industri dapat menyebabkan :
terbentuknya deposit, korosi pada metal, busa pada
sistem pembangkit steam, fouling mikrobiologi dan
kerusakan kayu di sistem pendingin air.

103
Hal ini akan menurunkan perpindahan panas, menurunkan kualitas produk, kerusakan pada
metal, kayu atau bahan konstruksi yang digunakan untuk menyimpan maupun transport.
Kandungan Impuritis dalam Air

Jenis “kotoran” pada air yang tidak diinginkan, dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Bahan organik dan anorganik terlarut
2. Gas terlarut, seperti SO2 dan CO2
3. Turbidity (kekeruhan)
4. Warna
5. rasa dan Bau
6. Mokroorganisme

Seberapa jauh kadar “pengotor” dapat ditoleransi, tergantung dari fungsi dari air
104
tersebut, seperti untuk bahan baku air minum, air pendingin dan air umpan boiler di
industri
Kandungan Impuritis dalam Air

Kotoran pada air alamiah (natural) :


Insolubles (bahan tidak terlarut)
Dinyatakan sebagai kekeruhan” atau turbidity
Sediment-partikel kasar yang dapat mengendap karena perbedaan berat
jenisnya
Pada air tanah  0 mg/l
Sungai : sekitar 60.000 mg/l
Untuk air minum maksimum 10 ppm
Calcium dan Magnesium (Ca dan Mg)
- Elemen ini di air dinyatakan sebagai “kesadahan”
105
- Dalam bentuk bikarbonat, sulfat, khlorida, nitrat
- Menyebabkan deposit (kerak)
- unit sebagai ppm CaCO3
Kandungan Impuritis dalam Air

Besi, Mangan dan Silika


•Effek sama dengan kesadahan (hardness) seperti penggunaan
sabun menjadi lebih banyak
•Silika dalam air di alam sekitar 1 – 100 ppm
•Iron (besi) di air hingga 15 ppm
•Ferrous bikarbonat membentuk kerak
•0.05 ppm menyebabkan gangguan pada industri
•kertas

- Di industri kertas, Manganese, Mn, membentuk deposit dan


106
noda hitam. 0.2 ppm Mn sudah mampu membentuk kerak
pada sistem perpipaan
Kandungan Impuritis dalam Air

Gas-gas terlarut
- oksigen, nitrogen, CO2 dan H2S
- Nitrogen merupakan inert, oksigen penyebab
korosif pada Fe, Zn, brass dan metal lainnya.
- CO2 bebas pada air tanah hingga 50 ppm
- H2S menyebabkan air berbau
Kontaminan
- dari limbah industri, domestik, pertanian, dll
Warna
- dalam unit warna skala PtCo 107

- berasal dari limbah industri, dari tanaman


Dampak Impuritis dalam Air terhadap Pembangkit Steam

Pengaruh dari kotoran pada air pada sistem pembangkit steam antara lain :
Parameter Rumus Sumber Effek yg terjadi Cara
pengolahan
Suspended solid Drainase, indust Priming ,foaming,kerak Pengendapan
Silika SiO2 Deposit mineral Kerak Ion exchange
Kalsium karbonat CaCO3 Deposit mineral Kerak Softening
Kalsium bikarbonat Ca(HCO3)2 Deposit mineral Kerak Softening
Kalsium sulfat CaSO4 Deposit mineral Kerak, korosi Softening
Kalsium khlorida CaCl2 Deposit mineral Kerak Softening
Magnesium karbonat MgCO3 Deposit mineral Kerak Softening
Magnesium bikarbonat Mg(HCO3)2 Deposit mineral Kerak Softening
Magnesium khlorida MgCl2 Deposit mineral Kerak, korosi Softening
Asam bebas HCl, H2SO4 Industrial waste Korosi Netralisasi
Sodium khlorida NaCl Sewage, deposit Korosi pada kondisi tertentu Demineralisasi,
mineral Priming, foaming evaporasi
Sodium karbonat Na2CO3 Deposit mineral Priming, foaming Evaporasi
Sodium bikarbonat NaHCO3 Deposit mineral Korosi Evaporasi
Asam karbonik H2CO3 Atmosfer, deposit Deaeration
mineral Korosi 108
Oksigen O2 Atmosfer Korosi, priming, foaming De aeration
Grease dan minyak Industrial waste Korosi, priming, foaming Filtrasi
Bahan organik Domestic and Coagulation
industrial waste f iltrasi,
evaporasi
Problem yang umum disebabkan kotoran pada air (Drew )
A B C D E F G H

Uniform corrosion x x x x x x x x
Localized corrosion x x x x x x x x
Stress corrosion - - - - x x - -
Dezincification corrosion x - x x - - x x
Ammonia attack of brass - - x x - - - -
Dissimilar metal corrosion x x x x - - x x
Chloride attack of stainless s x - x - - - x -
Caustic attack - - - - - x - -
Hydrogen damage - - - - - x - -
Inorganic deposit x x x x x x x x
Microbiological fouling x - x x - - x -
Deterioration of cooling tower
tumber - - x - - - - - 109
Carry over - - - - x x - -

A : Once through cooling water systems, B : Closed circulating cooling water systems, C : Open circulating cooling water
systems , D : Air conditioning systems, E : Low pressure steam generating systems , F : High pressure steam generating
systems, G : Process water , H : Potable water
Karakteristik spesifik dari air permukaan yang dapat digunakan
sebagai sumber untuk air industri

Boiler makeup water Cooling water

0 – 1500 700 – 5000 once makeup once makeup


psig psig through recycle through recycle

Silica SiO2 150 150 50 150 25 25


Aluminium , Al 3 3 3 3 - -
Iron Fe 80 80 14 80 1,0 1.0
Manganese, Mn 10 10 2,5 10 0.02 0.02
Copper Cu - - - - - -
Calcium Ca - - 500 500 1200 1200
Magnesium Mg - - - - - -
Sodium + potassium (Na+K) - - - - - -
Ammonia , NH3 - - - - - -
Bicarbonat, HCO3 600 600 600 600 180 180 110
Sulfat , SO4 1400 1400 680 681 2700 2700
Chloride, Cl 19000 19000 600 500 22000 22000
Flouride, F - - - - - -
Lanjutan :

Boiler makeup water Cooling water

0 – 1500 700 – 5000 once makeup once makeup


psig psig through recycle through recycle

Nitrate, NO3 - - 30 30 - -
Phosphate, PO4 - 50 4 4 5 5
Dissolved solid 35.000 35.000 1.000 1.000 35.000 35.000
Suspended solid 15.000 15.000 1.500 15.000 250 250
Hardness (CaCO3) 5.000 5.000 850 850 7.000 7.000
Alkalinity (CaCO3) 500 500 500 500 150 150
Acidity (CaCO3) 1.000 1.000 0 200 0 0
pH (unit) - - 5 – 8,9 3,5-9,1 5 – 8.4 5 – 8.4
Color (unit) 1.200 1.200 - 1.200 - -
Organic (methylene blue active 2 10 1.3 1,3 - 1.3
substance)
CCl4 extract 100 * 100
100 100 * - 200
COD (O2) 100
100 500 - 111
Hydrogen sulfide, H2S - 4 4
- - -
Temperatur oF 120 100 120
120 120 100

Sumber : J.W.Clark, “Water Supply”


* no floating oil
Process Water

Textile Lumber Pulp & Chemical Petroleum Metal


industry Industry Paper Industry Industry Industry

Silica SiO2 - - 50 - 50 -
Aluminium , Al - - - - - -
Iron Fe 0.3 - 2.6 5 15 -
Manganese, Mn 1.0 - - 3 - -
Copper Cu 0.5 - - - - -
Calcium Ca - - - 200 220 -
Magnesium Mg - - - 100 85 -
Sodium + potassium (Na+K) - - - - 230 -
Ammonia , NH3 - - - - - -
Bicarbonat, HCO3 - - - 600 480 -
Sulfat , SO4 - - - 850 570 -
Chloride, Cl - - 200 500 1600 500
Flouride, F - - - - 1,2 - 112
Nitrate, NO3 - - - - 8 -
Phosphate, PO4 - - - - - -
Dissolved solid 150 - 1.080 2.500 3.500 1500
Process Water

Textile Lumber Pulp & Chemical Petroleum Metal


industry Industry Paper Industry Industry Industry

Suspended solid 1.000 - - 10.000 5000 3.000


Hardness (CaCO3) 120 - 485 1.000 900 1.000
Alkalinity (CaCO3) - - - 500 - 200
Acidity (CaCO3) - - - - - 75
pH (unit) 6–8 5-9 4,6 – 9,4 5,5 – 9 6–9 3–9
Color (unit) - - 360 500 25 -
Organic (methylene blue active - - - - - -
substance)
CCl4 extract - - - - - 30

COD (O2) - - - - - -

Hydrogen sulfide, H2S - - - - - -


Temperatur oF - - 95 - - 100

113
Sumber : John Clark “Water Supply and Pollution Control”
Kebutuhan Air untuk Industri

Untuk industri, air dibutuhkan untuk


- air proses (process water)
- pembangkit steam (steam generation)
- air pendingin (cooling water)
- air sanitasi (domestik)

Dengan persyaratan kualitas sesuai dengan kegunaannya

114
Kebutuhan Air untuk Industri

Sebagai air pendingin, air digunakan karena mempunyai sifat :


 tidak terurai
 mudah diatur dan dikerjakan
 dapat menyerap kalor yang tinggi per satuan volume
 tidak mudah mengembang atau menyusut di dalam
batasan perubahan suhu pendinginan
 relatip mudah didapat dan lebih murah dari bahan lain

Air yang digunakan disyaratkan agar :


 tidak membentuk deposit 115

 tidak bersifat korosif


Kebutuhan Air untuk Industri

Sebagai air pembangkit steam


 kesadahan mendekati nol, bebas dari silikat
 oksigen terlarut serendah mungkin
 tidak membentuk kerak & korosif
Sebagai air proses
 untuk industri kertas , harus bebas Fe
 industri fermentasi, bebas mikroorganisme
 industri food & minuman , bebas colliform
 kesadahan rendah
 dll tergantung jenis industrinya 116

Sebagai air sanitasi


 memenuhi persyaratan Kep. Menkes No. 416 th 1990
Kualitas Air Pendingin

Contoh kualitas air untuk air pendingin (60oF)

Total hardness sbg mg/l CaCO3 250


Ca sbg mg/l CaCO3 195
Mg sbg mg/l CaCO3 55
Total alkaliniti, sbg mg/l CaCO3 120
Khlorida sbg mg/l Cl 90
Sulfat sbg mg/l SO4 40
Silika sbg mg/l SiO2 10
pH 6,8
117
Total dissolved solid mg/l 700
Residual khlorine, mg/l Cl2 0.5
Kebutuhan Air untuk Industri

Untuk memenuhi persyarakat kualitas, dibutuhkan


pengolahan lanjut dari air baku (air permukaan, danau
maupun air tanah)

1. Pengolahan awal
(flokulasi & koagulasi)
2. Pengolahan air pendingin
3. Pengolahan air pembangkit steam
4. Pengolahan air proses 118

5. Pengolahan air sanitasi


Bagan alir sistem pengolahan air industri
Air baku Koagulan & flokulan

Tangki penampung Flokulasi & koagulasi


filter
sludge

Cooling tower Air pedingin


Tangki air
Alat penukar bersih
panas

Blow down Air proses


Praheater
Limbah cair
Air
pembangkit
steam Cl2

119
Softener Air sanitasi

steam kondensat

Boiler Alat penukar panas


TERIMA

KASIH

120

Anda mungkin juga menyukai