Anda di halaman 1dari 76

PEMBERIAN OBAT

Dyna Apriany,S.Kp.,
MKep
DEFINISI
• Obat  suatu substansi/bahan yang
digunakan untuk mendiagnosa,
menyembuhkan, mengatasi,
membebaskan atau mencegah penyakit.
• Farmakologi  ilmu yang mempelajari
respon makhluk hidup terhadap
pemberian obat/zat kimia.
PEMBAGIAN BIDANG
FARMAKOLOGI
• Farmakodinamik  merupakan ilmu yang
mempelajari efek fisiologis, biokimia dan
mekanisme obat.
• Farmakoteurapeutik  merupakan
cabang farmakologi yang mempelajari
penggunaan obat
• Farmakokinetik  Ilmu yang mempelajari
‘nasib’ obat dalam tubuh (Apa yang
dialami obat dalam tubuh)
• Farmakognosa  merupakan ilmu yang
membahas sejarah, produksi,
perdagangan, pemilihan, identifikasi,
preservasi obat yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan binatang.
NAMA & TIPE MEDIKASI
1. The chemical name : nama yg berasal dr susunan
zat kimianya : Asam asetilsalisilat : aspirin
2.  The generic name : nama pertama dari pabrik yang
sudah mendapat lisensi dan belum diterima secara
resmi : Aspirin
3.  The official name : nama dibawah suatu lisensi
publikasi yang resmi The united states
pharmacopenia
4. The trade / brand name : nama yang keluar sesuai
dengan perusahaan /pabrik simbol R
Hidrochlorothiazid-----Esidrix
DRUG STANDARS

• @ Purity - kemurnian
• @ Potency- konsentrasi
• @ Bioavailability- keseimbangan ilmu,
pabrik reaksi
• @ Efficiacy- efektif
• @ Safety - aman
Kerja obat
• Initially : 100%
After
• o       8 hrs : 50%
• o       16 hrs : 25%
• o       24 hrs : 12,5%
• o       32 hrs : 6,25%
BAHAN PEMBUAT OBAT
 Obat yang diperoleh dari binatang
 berasal dari kelenjar binatang (misal :
hormon tiroid, insulin dan hormon seksual) dan
beberapa dibuat dari kerang, tulang, lilin lebah,
bisa ular dll
 Obat dari bahan tumbuhan
 Semua bagian tumbuhan dapat digunakan
sebagai obat misalnya : akar (digitalis,
sarsaparila), rizhoma (aspidium) daun
(belladona, peppermint), bunga, buah, biji
 Obat dari bahan Mineral
 contoh : magnesium sulfat dan
alumunium
Obat dari bahan sintetis
 kortikosteroid, tranquilizer, kemoterapi,
energizer psikis
Penggunaan obat-obatan secara
tradisional di Indonesia diatur dalam
UU. RI. No. 23 tahun 1992 Pasal 47
tentang kesehatan, dimana pengobatan
tradisional dipandang sebagai salah satu
upaya pengobatan atau pengobatan cara
lain yang tetap dibina, diawasi,
ditingkatkan dan dikembangkan.
MEKANISME KERJA OBAT
 Absorbsi  proses perpindahan obat
dari pintu masuk memasuki sirkulasi
cairan tubuh, kecuali obat yang diberikan
secara intravena yang menyebabkan
obat langsung masuk ke sirkulasi darah.
Absorbsi dipengaruhi oleh rute
pemberian obat, daya larut obat, kondisi
di tempat absorpsi
 Distribusi  proses obat diangkut ke
area tubuh, dimana obat diharapkan
bereaksi atau disimpan dalam tubuh.
Area tubuh yang mempunyai banyak
pembuluh darah misalnya hati, ginjal dan
otak dapat dicapai oleh obat lebih cepat
dibandingkan dengan area yang sedikit
mendapat suplai darah misalnya kulit
dan otot dan Distribusi dipengaruhi
perfusi dan permeabilitas kapiler
terhadap molekul obat.
 Biotransformasi, yaitu proses dimana
obat diubah menjadi bentuk kurang aktif.
Proses ini disebut dengan detoxifikasi
yang biasanya terjadi di hati (liver)
Dari proses biotransformasi akan
dihasilkan dua bahan metabolit yaitu
metabolit aktif yang mempunyai aksi
farmakologis dan metabolit non-aktif
yang tidak mempunyai aksi farmakologis.
 Ekskresi, yaitu proses dimana obat
dikeluarkan dari tubuh
Sebagian besar ekskresi berlangsung
melalui ginjal dalam bentuk urine. Dapat
juga melalui paru-paru misal obat
anesthesi, melalui feses, keringat, air mata
dan saliva
Macam – macam obat dengan efek terapi

• Palliatife : mengurangi gejala


• Kurative : mengobati
• Supportife : menaikkan
• Substitutif : menggantikan
• Kemoterapi : mematikan/menghambat
• Restorative : meningkatkan fungsi tubuh
FAKTOR-FAKTOR YG
MEMPENGARUHI DAYA KERJA
OBAT
 Usia
 Pada orang usia lanjut dan bayi sangat
responsif terhadap obat
 Orang usia lanjut dapat terjadi perubahan
terhadap respon obat karena adanya
gangguan liver atau kardiovaskuler
 Bayi sangat responsif terhadap obat karena
mekanisme metabolik dan ekskresi yang
belum sempurna akibat liver dan ginjal yang
belum matang
 Massa Tubuh
 Berkaitan dengan jumlah obat yang
diberikan
 Dosis harus disesuaikan dengan massa
tubuh, sehingga semakin besar
ukuran/massa tubuh semakin besar pula
dosis yang diberikan
 Jenis Kelamin
 Pria biasanya mempunyai postur tubuh lebih
besar daripada wanita, jikalau diberikan obat
dalam dosis yang sama maka pria akan
lebih lambat dalam melakukan
metabolisme/reaksi obat
 Tubuh pria lebih banyak mengandung air,
sedangkan wanita lebih banyak lemak,
sehingga obat-obatan akan lebih cepat
tergantung dari kemampuan obat tersebut
dalam bereaksi terhadap air dan lemak
 Lingkungan
 Pejanan pada panas dan dingin dapat
mempengaruhi respons terhadap obat.
 Lingkungan fisik misalnya cahaya dapat
merusak obat, juga pada lingkungan tinggi
menyebabkan pembuluh darah perifer
melebar (vasodilatasi) sehingga dapat
meningkatkan daya kerja vasodilator
pada cuaca panas dosis vasodilator perlu
dikurangi karena suhu yang tinggi
meningkatkan efek obat. Cuaca dingin
cenderung meningkatkan vasokonstriksi
sehingga dosis vasodilator perlu ditambah
 Waktu Pemberian
Waktu pemberian obat oral berpengaruh
terhadap daya kerja obat
Absorbsi obat akan lebih cepat bila diberikan
saat perut dalam keadaan kosong
obat yang dapat menyebabkan iritasi lambung
akan lebih aman bila diberikan pada perut
yang berisi makanan
 Penyakit
 Kondisi penyakit merupakan dasar dalam
menentukan jenis obat dan dosis yang
diberikan
 Obat dapat bereaksi secara efektif pada
keadaan sakit. (Misal parasetamol akan
lebih efektif diberikan pada orang demam
sehingga suhu tubuh menjadi turun, tetapi
pada orang yang suhu tubuhnya normal,
tidak akan bekerja secara efektif)
 Faktor Genetik
 Faktor ini secara genetik menentukan
sistem metabolisme tubuh dan ketahanan
seseorang terhadap obat (alergi)
 Faktor genetik menentukan apakah enzim
yang terbentuk secara alami ada u/
membantu penguraian obat
 Faktor Psikologis
 Berkaitan dengan keefektifitasan obat
 Orang yang mempercayai obat yang mereka
gunakan dapat mengatasi masalahnya akan
menghasilkan efek yang lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak
mempercayainya
 Sikap seseorang terhadap obat berakar dari
pengalaman sebelumnya atau pengaruh
keluarga.
 Penggunaan vitamin, laksatif, aspirin 
membuat banyak orang merasa dapat
mengontrol kesehatannya
 Diet
 Vitamin K (yg terkandung dlm sayuran hijau
berdaun) nutrien yang melawan efek
warfarin natrium (Coumadin)  sehingga
mengurangi efeknya pada mekanisme
pembekuan darah
 Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin
yg larut lemak
 Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika
mengkonsumsi obat yang menurunkan efek
nutrisi
PEMBERIAN OBAT
Dalam pemberian obat perlu
diperhatikan beberapa hal, seperti
• Komponen obat
• Nama Obat
• Dosis Obat
• Rute Pemberian
• Tanda Tangan
TIPE PERMINTAAN
(ORDERS)
 Standing Order
 Merupakan salah satu pemberian untuk beberapa
hari atau ketika pemberian yang lain dihentikan
 Standing order mempunyai batas waktu
 Dilaksanakan sampai dokter menggantinya dengan
instruksi baru atau sampai jumlah hari obat yang
diresepkan berlalu
 standing order harus di kaji ulang dan ditulis ulang
dengan tenggang waktu yang spesifik atau mereka
dapat menghentikan secara otomatis.
 PRN Orders
 PRN orders merupakan pemberian obat
yang tidak diindikasikan dalam waktu
tertentu
 hal ini dijadikan petunjuk dalam pemberian
obat sehingga pemberiannya dapat
diberikan sesuai dengan kebutuhan
 Obat nyeri, mual dan laxative biasanya
diberikan secara prn
 Ketika obat diberikan  perawat mencatat
pengkajian yg telah dilakukan dan mencatat
waktu obat yang diberikan
 Perawat harus mengevaluasi secara
berkala keefektifan obat dan mencatat
temuan di tempat yang seharusnya
 Mis : morfin sulfat 2 mg SC setiap 3-4 jam
PRN u/ nyeri insisi
 One-Time Order/Instruksi Tunggal
 Merupakan obat yang diberikan hanya
sekali
 Biasanya berlaku pada obat praoperasi atau
obat yang diberikan sebelum pemeriksaan
diagnostik (valium 10 mg Po pada pukul
09.00)
 Stat Order
 Suatu dosis tunggal obat diberikan segera
dan hanya sekali  untuk situasi darurat
ketika kondisi klien tiba-tiba berubah
 Telephone, Verbal and Fax Orders
 Pemberian obat diberikan secara telephone,
verbal dan fax.
PEMBERIAN OBAT SECARA
AMAN
1. Keakuratan menginterpretasi
resep
2. Keakuratan penghitungan dosis
Dalam penjelasannya setiap dosis obat
dinyatakan berdasarkan berat (mikrogram-
mg-gram), volume (ml-tetes) atau unit
(International Unit-USP Unit)
 Dosis Terapeutik  dosis yang
mempunyai efek yang diharapkan yang
merupakan alasan suatu obat diberikan
 Dosis Minimal : dosis paling kecil yang
masih memberi efek medis
 Dosis Maksimal : dosis paling besar yang
masih memberi efek medis
 Dosis Optimal : dosis yang cukup tepat
untuk memberi efek medis
 Efek samping (Side Effect) merupakan
efek yang tidak diharapkan
 Dosis Toksis  merupakan dosis yang
menimbulkan keracunan. Keracunan
dapat disebabkan karena overdosis obat,
menelan obat luar atau obat menumpuk
dalam darah akibat gangguan
metabolisme dan ekskresi
 Dosis Letal  merupakan dosis yang
dapat menyebabkan kematian
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN
OBAT

• Peran dalam mendukung efektivitas obat


• Peran dalam observasi efek samping dan
alergi efek
• Peran dalam menyimpan, menyiapkan
dan administrasi obat
• Peran dalam pendidikan kesehatan
tentang obat
Usaha menurunkan kesalahan

• 1. Double check
• 2. Meningkatkan keterampilan
• 3. Standar prosedur (SOP)
• 4. Pencatatan dan pelaporan
HAK PASIEN TERKAIT DENGAN
PENGOBATAN

• Mengetahui nama, tujuan, kerja obat, efek


• Menolak
• Mendapat penjelasan yangbenar tentang
sifat terapi obat
• Tidak menerima obat yang tidak perlu
Definisi Dosis Obat
Rentangan jumlah obat yang
diberikan kepada penderita dewasa
untuk satu kali pemberian dalam
jangka waktu tertentu, untuk
mendapatkan efek terapeutik yang
diinginkan dalam satuan berat (gram,
miligram, mikogram) atau satuan isi
volum (mililiter, liter).
Faktor yang mempengaruhi
Dosis Obat
1.Faktor OBAT

2. Faktor PENDERITA

3. Waktu dan Cara pemberian obat


Faktor OBAT
• Sifat Fisik : daya larut obat,
kristal/amorf
• Sifat Kimia : asam-basa, garam, ester,
pH,

• Toksisitas Obat: dosis suatu obat


berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
Faktor Penderita
• Umur
• Berat badan
• Sex
• Ras
• Tolerance
• Obesitas
• Sensitivitas individual
• Kondisi patofisiologi
Waktu & Cara Pemberian
Obat
• Time and Route of Administration
Waktu Pemberian Obat
• Waktu pemberian obat dapat mempengaruhi
absorpsi obat: aktivitas obat dipengaruhi oleh
makanan sehingga respon obat dapat berkurang
atau meningkat.
• Kelompok obat absorpsinya terhambat oleh
makanan: Penicillin, Tetracyclin, Digoxin,
Acetaminopen, Aspririn.
• Waktu pemberian obat yang tepat untuk meminum
obat tersebut adalah 1 jam sebelum makan atau 2
jam sesudah makan
• Obat-obat absorpsinya meningkat bersama
makanan (makanan berlemak):
Spironolacton, Griseofulvin, Vitamin ADEK
 pemberiannya setelah makan.
• Obat memerlukan interval waktu tertentu
sehingga interaksinya dapat dihindari 
berikan jeda 2 jam.
Lincomycin dengan Kaolin Pectin
Penicillin dengan Chlorampenicol
• Obat melalui rectal waktu pemberian obat
setelah defikasi.
Prinsip 6 Benar Dalam
Pemberian Obat
 Benar pasein  Identifikasi pasien yang
benar
 Benar Obat  Pilih obat yang benar
 Benar Dosis  Berikan dengan dosis yang
benar
 Benar Waktu Berikan obat pada waktu
yang benar
 Benar Cara/Rute Berikan obat dengan
jalan/cara (rute) yang benar
 Benar Dokumentasi
JENIS BENTUK OBAT
 Obat oral
 Kapsul : dalam bentuk cair, bubuk atau
minyak dengan dibungkus gelatin
 Kaplet : Bentuk dosis padat seperti kapsul
dan bersalut sehingga mudah ditelan
 Elixir : Larutan manis berbau harum dari
alkohol yang dipakai untuk
campuran/penghantar obat
 Emulsion :suspensi dengan campuran
minyak
 Enteric Coated(tablet): obat diabsorpsi
lebih baik di intestin dibandingkan di
lambung, dimana obat mungkin akan
dapat mengiritasi lambung , bentuk
bundar dan pipih
 Lozenge(tablet isap): obat dalam bentuk
datar, padat/oval yang lumat
sewaktu ditaruh di mulut & mengandung
citarasa gula
 Powder : obat yang ditumbuk halus
 Suspensi : obat dalam bentuk cair, dimana
sebelum diberikan harus dikocok dahulu
karena terpisah antara cairan dan bubuknya.
Larutan : preparat cairan yang digunakan per
oral, perenteral atau secara eksternal dapat
juga dimasukan kedalam organ atau rongga
tubuh
Supositoria : bentuk padat dicampur dengan
gelatin dan dibentuk dalam bentuk peluru u/
dimasukan ke dalam rongga tubuh (rektum &
vagina), meleleh saat mencapai suhu
tubuh,melepas obat untuk diabsorbsi
 Syrup : obat yang terbagi dalam gula
dan air/obat manis
 Tablet : obat bubuk yang dipadatkan
dalam bentuk lempengan atau lonjong
 Tincture : larutan air atau alkohol yang
mengandung obat, terbuat dari tumbuh-
tumbuhan.
 Pil : bentuk padat berisi satu atau lebih
obat, dibentuk ke dlm bentuk tetesan , lonjong
atau bujur
Tincture
 Obat Topikal
 Krim : semi padat digunakan di
kulit
 Gel/Jelly : obat semi padat yang
jernih dan tembus cahaya yang mencair
sewaktu dioleskan di kulit
 Liniment : Cairan berminyak digunakan
di kulit
 Lotion : Cairan emoli yang jernih
dipakai di kulit
 Ointment : obat yang terdiri dari
minyak dengan bentuk semi padat untuk
penggunaan eksternal
Liniment

Ointment
 Pasta : obat dalam bentuk seperti
ointment tetapi lebih tebal dan lengket
Transdermal Patch : obat dalam
bentuk patch (tambalan) yang diberikan di
kulit
RUTE PEMBERIAN OBAT
 Pemberian Obat Per Oral
 Merupakan cara yang paling mudah, murah,
aman dan nyaman bagi pasien
 Berbagai bentuk obat dapat diberikan
secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup,
kapsul atau puyer
 Untuk membantu absorbsi, pemberian obat
peroral dapat disertai pemberian air
setengah gelas atau cairan yang lain
 Kelemahan pemberian obat peroral adalah
pada aksinya yang lambat sehingga cara ini
tidak dapat dipakai pada keadaan gawat
Obat yang diberikan peroral biasanya
membutuhkan waktu 30 – 45 menit sebelum
diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai
setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam
Rasa dan bau obat yang tidak enak sering
juga mengganggu pasien.
Klien umumnya lebih memilih rute oral
 Pemberian Secara Sublingual
 Pemberian dengan cara ini yaitu obat
diletakkan di bawah lidah, kemudian larut
dan mudah diabsorpsi
 Dengan cara ini aksi obat lebih cepat yaitu
setelah hancur di bawah lidah maka obat
akan segera mengalami absorbsi ke dalam
pembuluh darah
 Klien tidak boleh minum sampai seluruh
obat larut
 Obat yang sering diberikan dengan cara ini
yaitu Nitrogliserin yaitu obat vasodilator
yang mempunyai efek vasodilatasi
pembuluh darah
 Obat ini sering digunakan pada klien dengan
nyeri dada akibat angina pektoris
 Pemberian Secara Bukal
 Dilakukan dengan menempatkan obat
padat di membran mukosa pipi sampai
obat larut
 Klien diajarkan u/ menempatkan dosis obat
secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya
mukosa tidak iritasi
 Klien diperingatkan u/ tidak
mengunyah/menelan obat atau minum air
bersama obat.
Obat bukal beraksi secara lokal pada mukosa
atau secara sistemik ketika obat ditelan dalam
saliva
 Pemberian Obat Secara Parenteral
 Intra Muskular (IM)
 pemberian obat melalui injeksi pada otot dengan
sudut 90°
 Lokasi tubuh yang sering digunakan pada injeksi
intramuskuler antara lain : deltoid, dorso gluteal,
ventrogluteal, vastus lateralis
 Intra Vena (IV)
 obat dimasukkan ke dalam vena sehingga obat
langsung masuk sistem sirkulasi yang
menyebabkan obat dapat beraksi lebih cepat
dibanding dengan cara enteral atau parenteral
yang lain yang memerlukan waktu absorbsi.
 Jalur vena biasanya digunakan khususnya untuk
tujuan agar obat yang diberikan dapat beraksi
dengan cepat misalnya pada situasi gawat
 Intra Kutan (IC) / Intra dermal (ID)
 Injeksi intra kutan atau intra dermal merupakan
injeksi yang ditusukkan pada lapisan dermis atau
dibawah epidermis/permukaan kulit dengan sudut
injeksi 15 – 30°
 Injeksi ini dilakukan secara terbatas, karena hanya
sejumlah kecil obat yang dapat dimasukkan
 Cara ini lazim digunakan untuk test tuberkulin dan
test alergi.
 Sub Kutan (SC)
 Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area
dibawah kulit dengan sudut 45° yaitu pada jaringan
konektif atau lemak dibawah kulit
 Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area
injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan atas
bagian luar, paha bagian depan
 Area lain yang dapat digunakan adalah perut, area
skapula, ventrogluteal dan dorsogluteal
 Jenis obat yang lazim diberikan adalah vaksin,
obat-obat preoperasi, narkotik, insulin dan heparin.
 Epidural
Obat diberikan didalam ruang epidural via
kateter yg telah dipasang oleh perawat
anestesi atau ahli anestesi
Teknik pemberian obat paling sering
digunakan untuk memberikan analgesik
pascaoperasi
Dapat diberikan dalam bentuk bolus atau
melalui infus kontinu
Epidural
 Intra Tecal
 pemberian obat-obatan dengan melalui
tulang belakang (vertebra).
 Biasanya digunakan untuk
mengetahui/mendiagnosa meningitis,
pemberian obat untuk meningitis dan obat
bius
 Pemberian intra tekal berhubungan dengan
pemberian obat jangka panjang melalui
kateter yang dipasang melalui pembedahan
 Intra Seosa
Memasukan obat langsung ke dalam
sumsum tulang biasanya tulang tibia
Paling sering digunakan pada bayi dan
todler yang akses pembuluh darahnya
buruk
Digunakan pada kondisi kedaruratan dan
akses IV tidak mungkin dilakukan
 Intra Peritoneal
Obat diberikan kedalam rongga peritoneum
Intra seosa
Intra Peritoneal
 obat diabsorpsi kedalam sirkulasi
 Biasanya diberikan pada kemoterapi dan
antibiotik
 Dialisis peritoneum juga diberikan dengan
cara ini
 Intra Pleura
 Obat dimasukkan melalui injeksi/selang
dada ke dalam dinding dada dan langsung ke
dalam ruang pleura
Paling sering digunakan untuk kemoterapi
U/ membantu mengatasi efusi pleura
persisten
Intra Pleura
 Intra arteri
 Obat dimasukkan langsung kedalam
arteri
 Infus intraarteri dilakukan pada klien yang
didalam arterinya terdapat bekuan
Intra Arteri
 Pemberian Obat Topikal
 Obat yang diberikan melalui kulit dan
membran mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek lokal
 Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-
kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
 Pemberian cairan langsung (mis : meminta
klien u/ berkumur, mengusap tenggorok)
 Insersi obat ke dalam rongga tubuh (mis :
menempatkan supositoria pada
rektum/vagina atau menginsersi paket obat
ke dalam vagina)
 Instilasi  pemasukan lambat cairan
kedalam rongga tubuh  mis :
memasukan tetes telinga, tetes hidung,
dan memasukkan cairan kedalam
kandung kemih dan rektum
 Irigasi  mencuci bersih rongga tubuh 
mis : membilas mata, telinga, vagina,
kandung kemih atau rektum dengan obat
cair.
 Penyemprotan (mis : memasukkan obat
kedalam hidung dan tenggorok)
 Pemberian Obat Secara Inhalasi
 Inhalasi nasal
 Obat diinhalasi melalui hidung menggunakan
sebuah alat yang menghantar obat  berupa
semprotan
 fenilefrin  menghasilkan efek lokal 
vasokonstriksi
Obat lain yang diberikan dengan cara ini 
anestesi lokal, steroid dan oksigen
 Inhalasi Oral
 paling sering digunakan u/ menghantar obat ke
sel target atau organisme ke parenkim paru
 obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang
di tangan klien
Obat yang diberikan menggunakan inhaler
yang di pegang di tangan disebar melalui
sebuah semprot aerosol, uap atau bubuk
yang masuk ke saluran udara di paru
Metered Dose Inhalers (MDI)  memfasilitasi
pengantaran obat ke parenkim paru
Obat untuk mengatasi infeksi paru
(Pneumocystis carinii)  diberikan dalam
bentuk obat yang dinebulisasi.

Anda mungkin juga menyukai