Anda di halaman 1dari 25

TINEA KAPITIS

Pembimbing:
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp. KK

Oleh:
Anisia Ayunda Putri, S.Ked
712018009
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
NON
DERMATOFITOSIS

SUPERFISIAL  Tinea kapitis  anak-anak dengan usia


dominan antara 3 sampai 7 tahun, dewasa.
 Prevalensi  RSCM pada tahun 2005-2010
DERMATOFITOSIS didapatkan prevalensi 0,53%, golongan
usia < 14 tahun (73,91%).
MIKOSIS  Indonesia  negara beriklim tropis,
memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi,
 mendukung pertumbuhan jamur.

PROFUNDA
MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan referat ini adalah sebagai berikut.
1.Diharapkan dokter muda dapat memahami setiap kasus tinea kapitis
2.Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukan diskusi mengenai materi
tinea kapitis
3.Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang didapat
mengenai kasus mikosis superfisial selama menjalani kepaniteraan klinik dan
seterusnya.
MANFAAT
Manfaat Teoritis
1.Bagi Institusi
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan
sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu penyakit kulit dan
kelamin terutama mengenai tinea kapitis
2.Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan karya
ilmiah selanjutnya

Manfaat Praktis
Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari referat ini dalam Kegiatan Kepaniteraan klinik Senior
(KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tinea Kapitis atau ring worm of the scalp merupakan infeksi pada rambut dan kulit kepala yang
disebabkan oleh infeksi dari spesies dermatofita yang menyerang terutama pada masa pra-remaja.

ETIOLOGI
Tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu
1.Trichophyton,
2.Microsporum, dan
3.Epidermophyton, yang dikelompokkan dalam kelas Deuteromycetes.
EPIDEMIOLOGI FAKTOR PREDISPOSISI

• Pada anak-anak, anak pria lebih • Personal hygiene


banyak daripada anak • Lingkungan yang kotor dan lembap
perempuan • Status sosial ekonomi
• Jarang pada dewasa, tetapi • Kontak dengan binatang berbulu
sering dijumpai pada lanjut usia
KLASIFIKASI

Bentuk Bentuk
ectothrix endothrix
Perlekatan pada
Keratinosit

Penetrasi dermatofit
PATOGENESIS melewati dan diantara sel

Respon Imun
Pejamu
GEJALA KLINIS
Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas
Di klinik, tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu:
1.Gray patch ring worm
2.Black dot ring worm
3.Kerion
Gray patch ring worm

•Genus Microsporum
•Papul merah kecil di sekitar rambut
•Gatal, warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa
rasa nyeri.
•Alopesia setempat
•Lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan
Black dot ring worm

•Tipe seborrhoic like


•Tersering disebabkan T. tonsurans dan T. Violaceum
•Rambut mudah patah tepat pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.
•Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan
gambaran yang khas yaitu “black dot”.
Kerion

•Reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa edema


yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang
padat disekitarnya
•Tersering disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum
Gypseum
•Alopesia yang menetap
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Seboroik
2. Psoriasis
3. Alopesia Areata
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan KOH 20% : hifa panjang dan atau artrospora
- Kultur dengan agar Sabouraud
- Lampu Wood : fluoresensi kehijauan
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
1. Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab
2. Mencegah penularan
Farmakologi

Terapi topikal
•Rambut dicucui dengan sampo antimikotik seperti selenium sulfide 1% 2-
4x perminggu atau,
•ketokonazol 2% 2 hari sekali selama 2-4 minggu
•Krim derivate imidazole 1-2% dalam krim (ketokonazol 2%) dapat
menyembuhkan.
Terapi oral
1. Griseofulvin
Dosis yang dapat diberikan untuk anak-anak 10-25 mg / kgBB dan untuk dewasa 0,5-1 g single dose,
selama 4 minggu

2. Terbinafin
Berat badan < 20 kg diberikan 62,5 mg / hari
Berat badan 20-40 kg dapat diberikan 125 mg/hari
Berat badan > 40 kg dapat diberi 250 mg/hari selama 2-4 minggu

3. Itrakonazol
Dewasa : 2 x 100-200 mg selama 2-4 minggu
Anak-anak : 5 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
Terapi oral

4. Flukonazol

5. Ketokonazol
Dewasa : 200 mg / hari untuk dewasa selama 7 – 14 hari
Anak-anak : 5-10 mg / kgBB/hari untuk anak-anak

6. Antihistamin
dapat mengurangi keluhan dan dapat mencegah distribusi spora melalui garukan
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Tinea Kapitis atau ring worm of the scalp merupakan infeksi pada rambut dan
kulit kepala yang disebabkan oleh infeksi dari spesies dermatofita.
2. Klasifikasi tinea kapitis terbagi menjadi infeksi ekstrotrik dan endotrik.
3. Patoogenesis dari tinea kapitis terdiri atas 3 tahapan yaitu perlekatan pada
keratinosit, penetrasi melewati sel dan pembentukan respon penjamu.
4. Gambaran gejala klinis dari tinea kapitis terbagi atas gray patch ring worm, black
dot ring worm, dan kerion.
5. Penatalaksanaan tinea kapitis terdiri dari terapi topikal serta terapi oral.
6. Prognosis tinea kapitis secara quo ad vitam, fungsionam, dan sanationam adalah
bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanto, chris, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-4. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta Indonesia. 2014.
2. Djuanda, A., dkk. Dermatomikosis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7.Jakarta. Balai Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal 109-16. 2016.
3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Indonesia. 2014.
4. Andina, dkk. Tinea Kapitis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUSPN DR Cipto Mangunkusumo Jakarta Periode Tahun 2005-2010. Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
5. Kurniati dan Cita Rosita. Etiopatogenesis Dermatofitosis. SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Indonesia. 2008.
6. Nurelly. Tinea Capitis. RS Ibnu Sina Departemen Kulit dan Kelamin. FK Universitas Muslim Indonesia. 2020.
7. Robin Graham-Brown, Tony Burns. Dermatologi. Edisi 8. Penerbit Erlangga. Jakarta Indonesia. 2005
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis. Indonesia. 2017.
9. L.C. Fuller et al. British Association of Dermatologists Guidelines for the Management of Tinea Capitis. British Journal of Dermatology. 2014.
10. Syarif, Amir, dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta Indonesia. 2012.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai