Okupasi
Okupasi
Oleh :
Priscilia Dwi Utari, S. Ked (H1AP19013)
Gerhana Sukma Hendra, S. Ked (H1AP21007)
Nabella Alfatihah Putri Suparto, S. Ked (H1AP21013)
Suryanita Ilham, S. Ked (H1AP21019)
Pembimbing:
dr. Mona Friska
dr. Eko Rahmi N, M.Si.
drg. Fitri Tiarsari A
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
Berkas Pasien
Mendesain pakaian - - - Otot, sendi dan tulang jari- Keja yang monoton Gangguan muskuloskletal, -
jari tangan yang digunakan stress
berulang-ulang
Menjahit pakaian - - - Otot, sendi dan tulang jari- Kerja yang monoton Gangguan muskuloskletal, Tertusuk jarum jahit
jari tangan yang digunakan stress
berulang-ulang dengan
waktu yang lama.
Menyetrika Suhu panas - - Otot, sendi dan tulang jari- Kerja yang monoton Gangguan muskuloskletal, Luka bakar pada kulit
jari tangan yang digunakan stress yang terjadi jika terkena
berulang-ulang setrika panas
Hubungan pekerjaan Pasien mengeluh nyeri pada pergelangan tangan sampai ke
dengan penyakit yang ujung-ujung jari yaitu ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Keluhan
dialami
ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu namun dirasakan makin
memberat 2 minggu terakhir. Pasien juga merasakan kesemutan
dan terkadang mengalami kelemahan dalam menggunakan
tangannya terutama pada pergelangan tangan. Kesemutan dan
rasa nyeri dirasakan bertambah saat malam hari dan setelah
selesai menjahit. Rasa kesemutan akan berkurang saat pasien
Content Here
mengibas-ngibaskan tangannya. Pasien didiagnosis oleh dokter
dengan Carpal Tunnel Syndrome. CTS yang berhubungan
Content Here
dengan pekerjaan meliputi kegiatan yang membutuhkan
kekuatan, penggunaan berulang atau lama pada tangan dan
Content Here
pergelangan tangan seperti pada pekerjaan menjahit. Tn.R telah
10 tahun bekerja sebagai penjahit dengan durasi kerja tiap
harinya sekitar 12 jam mulai dari mendesain pakaian,
memotong kain, menjahit dan menyetrika pakaian.
Body Discomfort Map
VVV
VVV VVV VVV
XXX
XXX XXX XXX
Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja dapat mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh pekerja dengan memberti tanda/mengarsir
bagian- bagian sesuai dengan gangguan muskulo skeletal yang dirasakan pekerja
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan :165 cm Berat Badan : 60 Kg
Bentuk Badan : atletikus Lingkar Perut : 88 cm
Status Gizi : berat badan ideal (IMT =
22)
Torniquet
Wrist extension Phalen’s
test (+/+)
test (+/+) test (+/+)
Resume Kelainan Yang
Didapat
• Tn. R mengeluh nyeri, kesemutan dan • Pada periksanaan
terkadang kelemahan pada kedua kekuatan otot, dan test
tangannya sejak 6 bulan yang lalu dan sensibilitas tidak terdapat
memberat 2 minggu terakhir. Keluhan adanya kelainan. Pada test
dirasakan terutama pada malam hari dan nyeri didapatkan :
setelah selesai menjahit. Keluhan membaik • Flick’s sign : (+/+)
dengan mengibas-ngibaskan tangannya.
• Pasien adalah pekerja tukang jahit yang • Thenar wasting: (-/-)
telah bekerja selama 10 tahun dengan • Wrist extension test: (+/+)
durasi kerja tiap harinya sekitar 12 jam.
• Phalen’s test : (+/+)
Selama selain bekerja menjahit, pasien juga
mengerjakan semua pekerjaan rumah • Torniquet test : (+/+)
tangga sendiri. Pada pemeriksaan fisik
• Tinels’s sign : (+/+)
didapatkan tekanan darah 120/90 mmHg,
IMT normal, pemeriksaan thoraks, jantung • Pressure test : (+/+)
dan abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik tanda vital dan status
generalis dalam batas normal.
Pemeriksaan Rencana pemeriksaan :
Penunjang Rontgen wrist joint dextra AP/Lateral
USG wrist joint dextra
Content Here
Atralgia
Diagnosis Diferensial Degenerative arthritis pada tangan dan wrist joint
Content Here
• Tatalaksana
• Farmakologi:
• Natrium Diclofenak tab 50 mg 2x1
• Vitamin B kompleks tab 2x1
• Non-farmakologi:
• Kompres dengan air dingin , Istirahatkan pergelangan tangan, Mengurangi
durasi kerja , Penggunaan wrist support, Melakukan peregangan setelah
bekerja, Memperhatikan posisi ergonomik, Tidur dengan posisi tangan
tetap lurus , Makan makanan yang bergizi , olahraga teratur , Fisioterapi,
Jika dalam 2 minggu lagi keadaan masih tidak membaik dan muncul tanda-
tanda atrofi, segera konsul bedah ortho.
DIAGNOSI
S OKUPASI
Diagnosis Klinis: Carpal Tunnel Syndrome
Dasar Diagnosis:
• Anamnesis: Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Suka Merindu
dengan keluhan nyeri dan kesemutan pada kedua telapak tangan
1
sampai ke ujung ujung jari yaitu ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
Keluhan ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu namun dirasakan
makin memberat 2 minggu terakhir. Pasien juga merasakan
kelemahan dalam menggunakan tangannya, terutama pada
pergelangan tangannya. Kesemutan dan rasa nyeri dirasakan
bertambah saat malam hari dan setelah selesai menjahit. Rasa
Diagnosis kesemutan akan berkurang saat pasien mengibas-ngibaskan
tangannya. Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di
Okupasi pergelangan tangan. Riwayat kelemahan anggota gerak disangkal.
Riwayat trauma ataupun patah tulang yang mengenai daerah
pergelangan tangan disangkal .
• Pemeriksaan Fisik :
• Tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada
periksanaan kekuatan otot, dan test sensibilitas tidak terdapat
adanya kelainan. Flick’s sign : (+/+), Thenar wasting:
(-/-), Wrist extension test : (+/+), Phalen’s test: (+/+), Torniquet
test : (+/+), Tinels’s sign : (+/+), Pressure test : (+/+)
2
• Pajanan di tempat kerja:
Diagnosis • ) Fisik: -
Okupasi • 2) Kimia:
• 3) Biologi:
• 4) Ergonomi: Penggunaan tangan yang
berulang dan lama pada saat menjahit.
• 5) Psikososial: Kerja yang monoton
Hub. Pajanan & Dx.Klinis (EBM)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penekanan saraf medianus pada pergelangan
tangan yang menimbulkan rasa nyeri, paresthesia, numbness, dan kelemahan sepanjang
perjalan saraf medianus1 . Neuropati ini disebabkan oleh terperangkapnya saraf medianus
pada area carpal tunnel, yang dibatasi oleh tulang-tulang carpal dan juga transverse carpal
ligament. Di area carpal tunnel terjadi peningkatan tekanan sehingga terjadi penurunan
fungsi saraf medianus pada tingkatan tersebut 2 . Keluhan yang timbul berupa kesemutan
pada jari jari tangan I sampai setengah jari IV bagian telapak tangan, numbness, nyeri, dan
kelemahan otot. CTS terjadi karena menyempitnya ruang tunnel atau kelemahan pada
saraf medianus. Pekerjaan yang berulang-ulang atau repetition merupakan faktor terbesar
yang memicu terjadinya CTS.
3
Hub. Pajanan & Dx.Klinis (EBM)
Sebuah survei yang dilakukan pada pekerja sebagai penjahit selama ≥ 4 jam per hari
meningkatkan resiko gejala Carpal Tunnel Syndrome. Berdasarkan suatu penelitian, risiko CTS
meningkat 5-8 kali lipat ketika gerakan pergelangan tangan yang dilakukan pada saat bekerja ≥20
jam/minggu. Bukti paling kuat tentang kekuatan dan pengulangan gerakan pada pergelangan yang
dilakukan oleh Silverstein et al , yang meneliti para pekerja dari 7 industri yang berbeda.
Pekerjaan berulang (fleksi dan ekstensi tangan-pergelangan tangan) didefinisikan oleh waktu
siklus <30 detik atau > 50% dari waktu siklus kerja melibatkan kegiatan yang sama meningkatkan
resiko 2,7 kali menderita CTS.5
Kejadian CTS meningkat setelah masa kerja 30 tahun dan kejadian CTS tertinggi terjadi pada
masa kerja 30-39 tahun (31,8%).6 Pada penelitian gambaran faktor pekerjaan dengan kejadian
CTS pada pengrajin batu tatakan di Desa Lemang Kec. Tante Riaja Kab. Barru tahun 2015
menunjukkan responden dengan CTS sebanyak 20 dari total 57 responden dalam keadaan bekerja
dengan gerakan berulang berisiko, sementara terdapat 22 responden yang mengalami Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) dan berisiko melakukan pekerjaan menggenggam atau menjepit. Gerakan
berulang dengan frekuensi ≥ 30 kali dalam satu menit yang dilakukan setiap hari dapat
meninggkatkan tendinitis yang menjadi penyebab kompresi saraf dan menimbulkan CTS. 7
3
Hub. Pajanan & Dx.Klinis (EBM)
• Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa pekerjaan dengan penggunaan
pergelangan tangan dengan tekanan yang tinggi dan pengulangan yang banyak lebih
beresiko sebesar 5,6% terjadinya CTS dibandingkan pada pekerjaan yang tekanan dan
pengulangan rendah hanya 0,6%3. Posisi tangan yang salah juga memicu tejadinya
CTS, supinasi penuh 900 dan fleksi metacarpophalangeal (MCP) lebih beresiko
dibandingkan dengan posisi sendi 45 pronasi dan 45 fleksi MCP. Hal ini terjadi karena
perubahan tendon yang mempengaruhi peningkatan volume tekanan carpal tunnel.
Faktor tempat kerja bekerja dengan alat getar atau pada jalur perakitan yang
memerlukan pelenturan pergelangan tangan yang lama atau berulang dapat
menimbulkan tekanan berbahaya pada saraf median atau memperburuk kerusakan saraf
yang ada, terutama jika pekerjaan dilakukan di lingkungan yang dingin.
3
Apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis?
4
Masa kerja : pasien sudah ± 10 tahun ini bekerja sebagai Penjahit
Jumlah jam terpajan perhari : 12 jam perhari, senin – minggu.
Pemakaian APD : Pasien tidak pernah menggunakan APD.
Pada BRIEF Survey didapatkan hasil posisi tangan kanan dan kiri risiko tinggi, bahu
kanan dan kiri risiko rendah, leher risiko sedang dan punggung risiko tinggi sehingga
berisiko menimbulkan keluhan muskuloskeletal. Kesimpulan: pajanan cukup
menimbulkan keluhan pasien.
5 Faktor Individu
Tn. R. laki-laki 47 tahun, status gizi baik, saat bekerja tidak memperhatikan
aspek ergonomi dan pasien merasakan gejalanya sejak 6 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit lain yang berhubungan dengan gejala pasien (-).
Pola aktivitas fisik: Pasien jarang berolahraga, jarang melakukan peregangan
sebelum dan seusai bekerja.
Faktor Lain
6
Tn. R juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri. Pasien mencuci pakaian
dengan cara manual.
7 Diagnosis
Dari hasil langkah-langkah diagnosis okupasi yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
Carpal Tunnel Syndrome yang dialami oleh pasien akibat faktor ergonomis
seperti otot, sendi dan tulang jari-jari tangan yang digunakan berulang-ulang
dengan waktu yang lama merupakan penyakit akibat kerja.
KATEGORI KESEHATAN
1 Kesehatan baik (sehat untuk bekerja = physical fitness)
2 Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan (sehat untuk bekerja dengan
catatan)
Gerakan
Latihan
Dilakukan lima kali per hari dengan 5 - 10 pengulangan
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan pendekatan 7 langkah diagnosis okupasi kasus Tn. R sebagai tukang jahit
dapat disimpulkan sebagai Carpal Tunnel Syndrome akibat PAK. Bahaya potensial
yang terdapat pada pekerja tukang jahit yaitu ergonomi dengan penggunaan tangan
yang berulang dan lama serta posisi duduk yang salah dan lama
SARAN
1. Pasien harus rutin memeriksakan kesehatannya ke Pelayanan Kesehatan
2. Pasien melakukan pemeriksaan penunjang.
3. Hindarkan pembebanan yang berlebih pada pergelangan tangan.
4. Melakukan latihan untuk mengurangi nyeri pada pergelangan tangan.
5. Mendesain kembali lingkungan kerja yang ergonomis, seperti membuat kursi
dengan sandaran dan bantalan, menggunakan meja jahit yang sejajar dengan tinggi
kursi jahit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chung, KC., Claphman, PJ., dan Ono, S. 2010. Optimal Management Of Carpal Tunnel Syndrome.
International Journal of General Medicine. Vol 3. Page 255–261.
2. Ibrahim, I., Goddard, N., Khan, WS., dan Smitham, P. 2012. Carpal Tunnel Syndrome: A Review of The
Recent Literature. The Open Orthopaedics Journal. Vol 6. Page 69-76.
3. Aroori, S dan Spence, RAJ. 2008. Carpal Tunnel Syndrome. The Ulster Medical Society. Vol 77. Page 1-17.
4. Bahrami, MH., Rayegani, SM., Fereidouni, M., dan Baghbani M. 2005. Prevalence and Severity of Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) During Pregnancy. Electromyogr Clin Neurophysiol. Vol 45. Page 123-125.
5. Palmer, K.T.2011. Carpal Tunnel Syndrome (CTS): The role of occupational factors. United Kingdom. Best
Pract Res Clin Rheumatol 25(1)
6. Occupational Health Clinic for Ontario Workers Inc. 2016. Carpal Tunnel Syndrome Prevention Through
Intervention
7. Bahrudin M. Putra RL. Sultana dan Alief HF. 2016. Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian CTS pada
Pekerja Pemetik Daun The. Universitas Muhamadiyah Malang 12(1)
Lampiran