Anda di halaman 1dari 52

AKUNTANSI MANAJEMEN

KELOMPOK 5
BAB 5
PENGGUNAAN Agus Sufianto (16506356)
INFORMASI
AKUNTANSI Royson Guntoro (16506521)
DIFERENSIAL
DALAM Vivian Floretta (16506560)

PERENCANAAN LABA
Yongky (16506572)
JANGKA PENDEK

Kelas : D
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai
dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan
kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Ukuran yang sering kali dipakai untuk
menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalah laba yang
diperoleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh 3 faktor : Volume
produk yang dijual, harga jual produk, dan biaya.

Analisis hubungan biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis)


merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga
jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu
manajemen dalam perencanaan jangka pendek.

Pembahasan akan diawali dengan gambaran proses perencanaan


laba jangka pendek, berbagai parameter yang bermanfaat untuk
perencanaan laba jangka pendek : impas, margin of safety, shut-
down point, dan degree of operating leverage. Kemudian baru
dilanjutkan dengan pembahasan mengenai analisis biaya-volume-
laba sebagai alat untuk perencanaan laba jangka pendek.
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
• Perencaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses
penyusunan anggaran. Dalam proses perencanaan laba jangka pendek
tersebut, manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial yang
terdiri dari informasi pendapatan diferensial dan informasi biaya
diferensial, untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume
penjualan, harga jual, dan biaya terhadap laba perusahaan. Analisis
impas dan analisis biaya-volume-laba merupakan teknik yang
menggunakan informasi akuntansi dieferensial untuk membantu
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
• Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan laba-
rugi yang disusun dengan metode variabel costing sangat membantu
manajemen puncak dalam mempertimbangkan berbagai usulan
kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Hal ini dikarenakan
pengambilan keputusan jangka pendek umumnya menyangkut atau
mengakibatkan penambahan atau pengurangan volume kegiatan, maka
informasi biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan akan sangat
membantu manajemen.
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK

Dari laporan laba rugi yang disusun menurut variabel


costing, manajemen dapat memperoleh berbagai
parameter, yaitu:
1. Impas (Break-even)
2. Margin of safety
3. Shut-down point
4. Degree of operating leverage
5. Laba kontribusi per unit
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan 1. IMPAS (BREAK EVEN)
Tahun Anggaran 2011
Parameter untuk
Jumlah (Rp) % mengukur berapa
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 pendapatan minimum
Biaya Variabel 300.000.000 60 yang harus dicapai dalam
Laba Kontribusi 200.000.000 40 tahun anggaran yang
Biaya Tetap 150.000.000 30 akan datang, agar
LABA BERSIH 50.000.000 10 perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Rumus BEP (Rupiah):
BEP = FC BEP = 150jt =Rp 375.000.000,-
1 – (VC/Sales) 1 – (300jt/500jt)
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan 1. IMPAS (BREAK EVEN)
Tahun Anggaran 2011
Parameter untuk
Jumlah (Rp) % mengukur berapa
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 pendapatan minimum
Biaya Variabel 300.000.000 60 yang harus dicapai dalam
Laba Kontribusi 200.000.000 40 tahun anggaran yang
Biaya Tetap 150.000.000 30 akan datang, agar
LABA BERSIH 50.000.000 10 perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Artinya: Dari target pendapatan penjualan (revenues) yang
direncanakan sebesar Rp 500.000.000,- dalam tahun anggaran
tersebut, minimum perusahaan harus dapat menjual Rp 375.000.000,-
agar perusahaan tidak menderita kerugian.
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 2011 2. MARGIN OF SAFETY
Jumlah (Rp) % Parameter untuk mengukur
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 berapa jumlah maksimum
penurunan target
Biaya Variabel 300.000.000 60 pendapatan penjualan
Laba Kontribusi 200.000.000 40 boleh terjadi, agar
Biaya Tetap 150.000.000 30 penurunan tersebut tidak
LABA BERSIH 50.000.000 10 mengakibatkan perusahaan
menderita kerugian.

Margin of Safety = Penjualan yang dianggarkan – Penjualan titik impas


Margin of Safety Ratio = (Penjualan yang dianggarkan – Penjualan titik impas)
Penjualan yang dianggarkan
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 2011 2. MARGIN OF SAFETY
Jumlah (Rp) % Parameter untuk mengukur
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 berapa jumlah maksimum
penurunan target
Biaya Variabel 300.000.000 60 pendapatan penjualan
Laba Kontribusi 200.000.000 40 boleh terjadi, agar
Biaya Tetap 150.000.000 30 penurunan tersebut tidak
LABA BERSIH 50.000.000 10 mengakibatkan perusahaan
menderita kerugian.

Margin of Safety = 500.000.000 – 375.000.000 = Rp 125.000.000,-


Margin of Safety Ratio = (500.000.0000 – 375.000.000) x 100% = 25%
500.000.000
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 2011 2. MARGIN OF SAFETY
Jumlah (Rp) % Parameter untuk mengukur
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 berapa jumlah maksimum
penurunan target
Biaya Variabel 300.000.000 60 pendapatan penjualan
Laba Kontribusi 200.000.000 40 boleh terjadi, agar
Biaya Tetap 150.000.000 30 penurunan tersebut tidak
LABA BERSIH 50.000.000 10 mengakibatkan perusahaan
menderita kerugian.

Artinya jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang


tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp
125.000.000,- . Atau dengan kata lain penurunan target pendapatan
penjualan sedikit diatas 25% saja telah menyebabkan perusahaan
menderita kerugian.
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX 3. SHUT-DOWN POINT
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Parameter untuk mengukur
Tahun Anggaran 2011 pada pendapatan
Jumlah (Rp) % penjualan berapa, usaha
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 perusahaan secara
ekonomis tidak pantas
Biaya Variabel 300.000.000 60
untuk dilanjutkan lagi
Laba Kontribusi 200.000.000 40 (artinya pendapatan
Biaya Tetap 150.000.000 30 penjualan tidak cukup
LABA BERSIH 50.000.000 10 untuk menutup biaya
tunainya).
SHUT DOWN POINT = Biaya tetap tunai = Biaya tetap tunai (dari soal)
Rasio kontribusi margin 1- (VC/Sales)
= 100jt = 250 jt
1- (300jt/500jt)
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX 3. SHUT-DOWN POINT
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Parameter untuk mengukur
Tahun Anggaran 2011 pada pendapatan
Jumlah (Rp) % penjualan berapa, usaha
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100 perusahaan secara
ekonomis tidak pantas
Biaya Variabel 300.000.000 60
untuk dilanjutkan lagi
Laba Kontribusi 200.000.000 40 (artinya pendapatan
Biaya Tetap 150.000.000 30 penjualan tidak cukup
LABA BERSIH 50.000.000 10 untuk menutup biaya
tunainya).

Artinya dibawah pendapatan penjualan Rp 250.000.000,- , usaha


perusahaan tersebut secara ekonomis tidak pantas untuk dilanjutkan,
karena pendapatan penjualan dibawah jumlah tersebut akan
mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 2011
4. DEGREE OF OPERATING
Jumlah (Rp) %
LEVERAGE
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100
Parameter yang
Biaya Variabel 300.000.000 60 menunjukkan persentase
Laba Kontribusi 200.000.000 40 perubahan laba bersih
Biaya Tetap 150.000.000 30 sebagai dampak terjadinya
LABA BERSIH 50.000.000 10 sekian persen perubahan
pendapatan penjualan.

DOL = Laba Kontribusi = 200.000.000 = 4 kali


Laba Bersih 50.000.000
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Contoh 1
PT. XX
Laporan laba rugi yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 2011
4. DEGREE OF OPERATING
Jumlah (Rp) %
LEVERAGE
Pendapatan Penjualan 500.000.000 100
Parameter yang
Biaya Variabel 300.000.000 60 menunjukkan persentase
Laba Kontribusi 200.000.000 40 perubahan laba bersih
Biaya Tetap 150.000.000 30 sebagai dampak terjadinya
LABA BERSIH 50.000.000 10 sekian persen perubahan
pendapatan penjualan.

Artinya setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan


4% (4 x 1%) kenaikan laba bersih. Misalnya jika suatu usulan kegiatan
diharapkan akan menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%, maka
dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan diharapkan akan
mengalami kenaikan 20% (4 x 5%).
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
5. LABA KONTRIBUSI PER UNIT
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
5. LABA KONTRIBUSI PER UNIT
Dari informasi laba kontribusi per unit pada tabel sebelumnya, seolah-
olah produk C yang menghasilkan laba kontribusi per unit sebesar Rp
2.000,- merupakan produk yang memiliki kemampuan tertinggi untuk
memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan untuk
menghasilkan laba.

Namun kemampuan produk dalam menutup biaya tetap dan


menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar laba kontribusi per unit,
namun diukur dari laba kontribusi per unit yang dihubungkan dengan
pemanfaatan sumber daya yang langka.
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
5. LABA KONTRIBUSI PER UNIT

Pada gambar diatas ternyata produk A yang menduduki peringkat


pertama dalam kemampuan memanfaatkan sumber daya yang langka
(jam mesin) untuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba.
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
PERHITUNGAN IMPAS DENGAN PENDEKATAN TEKNIK PERSAMAAN
Rumus BEP (Kuantitas) = Biaya Tetap
Harga jual per satuan – Biaya variabel per satuan

Rumus BEP (Rupiah) = Biaya Tetap


1 - Biaya Variabel per satuan
Harga Jual per satuan

Marginal Income Ratio atau


Contribution Margin Ratio
(Rasio Kontribusi Margin)
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
Pembahasan Contoh 3 (PT. Eliona)
Impas (Rupiah) = Biaya Tetap
1 - Biaya Variabel per satuan
Harga Jual per satuan
= 77.400.000 = Rp 103.200.000,-
1 - (43.000.000/172.000.000)

Impas (Kuantitas) = Biaya Tetap


Harga jual per satuan – Biaya variabel per satuan
= 77.400.000 = 600 kg
172.000 – 43.000
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
Pembahasan Contoh 3
Manajemen puncak membutuhkan informasi pada volume penjualan
berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran
20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp 90.000.000,-.
Perencanaan volume penjualan ini dapat dihitung dengan rumus:
Volume Penjualan = Biaya Tetap + Laba yang diinginkan
Contribution Margin Ratio

Volume Penjualan (Kuantitas) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1297 kg


172.000 – 43.000
Atau:
Volume Penjualan (Rupiah)= 77.400.000 + 90.000.000 = Rp223.200.000,-
75%
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
PERHITUNGAN IMPAS DENGAN PENDEKATAN GRAFIS

Angka Rupiah dalam Ribuan


Volume Pendapatan Biaya
Penjualan Penjualan Variabel Biaya Tetap Total Biaya Laba (Rugi)

x cx bx a a + bx cx – (a + bx)
1000 172.000 43.000 77.400 120.400 51.600
800 137.600 34.400 77.400 111.800 25.800
600 103.200 25.800 77.400 103.200 0
400 68.800 17.200 77.400 94.600 (25.800)
200 34.400 8.600 77.400 86.000 (51.600)
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
PERHITUNGAN IMPAS DENGAN PENDEKATAN GRAFIS
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
Alternatif Lain Grafik Impas
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
Grafik Impas (Rinci)
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
Grafik Impas Perusahaan dengan Struktur Biaya yang Sebagian Besar
Berupa Biaya Tetap
Usaha pokok manajemen
perusahaan yang biaya tetapnya
tinggi (misalnya hotel, bioskop,
perusahaan telepon) adalah
memaksimumkan pendapatan,
caranya dengan memberikan
potongan tarif pada masa
liburan. Selama tarif tersebut
masih menghasilkan laba
kontribusi, maka tindakan
tersebut masih menguntungkan
karena akan menambah
kontribusi ntuk menutup biaya
tetap.
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
Grafik Impas Perusahaan dengan Struktur Biaya yang Sebagian Besar
Berupa Biaya Variabel
Dalam perusahaan yang biaya
tetapnya relatif rendah (sebagian
besar biaya variabel), impas
biasanya akan tercapai pada tingkat
volume penjualan yang relatif
rendah, seperti bentuk grafik
disamping. Contohnya seperti
perusahaan makanan, yang
sebagian besar biayanya terdiri dari
biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Usaha pokok manajemen
pada perusahaan yang biaya
tetapnya relatif rendah adalah
memperbaiki hubungan antara
biaya dan harga jual agar titik
impas dapat diturunkan, sehingga
daerah laba menjadi luas.
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
IMPAS DALAM LINGKUNGAN MANUFAKTUR MAJU
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai
dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya
proporsi biaya overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinkan
perusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan
semakin besarnya proporsi biaya overhead pabrik yang tidak berkaitan dengan
unit porduk yang diproduksi (non-unit related overhead costs). Setiap produk
yang diproduksi mengkonsumsi non-unit related overhead costs dengan
proporsi yang berbeda-beda.

FACILITY SUSTAINING ACTIVITY COSTS

PRODUCT SUSTAINING ACTIVITY COSTS NON- UNIT RELATED COSTS

BATCH-RELATED ACTIVITY COSTS

UNIT-LEVEL ACTIVITY COSTS UNIT RELATED COSTS


REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
IMPAS DALAM LINGKUNGAN MANUFAKTUR MAJU

Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity based costing


terletak pada unsur biaya variabel yang digunakan dalam perhitungan
impas. Perhitungan impas tradisional menentukan biaya variabel
berdasarkan perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan unit
level activities saja. Di lain pihak, karena proporsi non unit related
activities (seperti batch related activities, product sustaining activities,
dan facility sustaining activities) menjadi signifikan dalam lingkungan
manufaktur maju dan setiap produk mengkonsumsi berbagai tipe
aktivitas tersebut dengan proporsi yang berbeda-beda, maka variabilitas
biaya dalam activity based costing tidak hanya dihubungkan dengan unit-
level activities saja, namun juga dengan batch related activities, product
sustaining activities, dan facility sustaining activities.
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
IMPAS DALAM LINGKUNGAN MANUFAKTUR MAJU

IMPAS DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL


IMPAS = Biaya Tetap
Harga jual per unit – Biaya Variabel per Unit
Pada pendekatan konvensional, biaya tetap tidak dirinci menurut
hubungannya dengan aktivitas.

IMPAS DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY-BASED COSTING


Impas = facility sustaining activities + product sustaining activities +
batch related activities
Harga jual per unit – Unit level activity costs per unit
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
IMPAS
IMPAS DALAM LINGKUNGAN MANUFAKTUR MAJU
Dengan memecah pembilang formula impas berdasarkan hubunga biaya
dengan aktivitas, sebenarnya tidak semua biaya yang semula digolongkan ke
dalam biaya tetap menurut pendekatan konvensional, berperilaku tetap.
Product sustaining activity costs dan batch related activity costs yang tidak
berubah secara proporsional dengan perubahan unit level activity digolongkan
dalam pendekatan konvensional sebagai biaya tetap.namun dalam pendekatan
activity based costing, product sustaining activity costs dan batch related
activity costs merupakan biaya variabel,yang berubah sebanding dengan
perubahan aktivitas yang bersangkutan dengan biaya tersebut. Oleh karena itu,
jika suatu kebijakan menyebabkan perubahan dalam product sustaining activity
costs dan batch related activity costs, pendekatan ABC mampu mencerminkan
akibat perubahan biaya tersebut terhadap perhitungan impas. Karena
pendekatan konvensional tidak membedakan biaya menurut aktivitas, maka
pendekatan perhitungan impas tersebut tidak mampu mencerminkan dampak
perubahan product sustaining activity costs dan batch related activity costs
terhadap impas.
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
MARGIN OF SAFETY
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila
dihubungkan dengan marginal income ratio (profit –volume ratio):
Laba = Profit-Volume Ratio x Margin of Safety ratio

Laba = Laba Kontribusi x Margin of Safety


Pendapatan Penjualan Pendapatan Penjualan

Margin of Safety Ratio (M/S Ratio) dapat pula dihitung dengan rumus:
M/S Ratio = Profit Ratio
Profit-volume ratio
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
MARGIN OF SAFETY
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
MARGIN OF SAFETY
GRAFIK LABA SATUAN (UNIT PROFIT GRAPH)
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
TITIK PENUTUPAN USAHA (SHUT-DOWN POINT)
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai
Contribution Margin Ratio

GRAFIK IMPAS YANG


MENUNJUKKAN TITIK
PENUTUPAN USAHA:
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
TITIK PENUTUPAN USAHA (SHUT-DOWN POINT)

Degree of operating leverage = Laba Kontribusi


Laba Bersih
Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui
dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan perubahan
pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.

= 129.000.000
51.600.000
= 2,5 kali
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
TITIK PENUTUPAN USAHA (SHUT-DOWN POINT)
Degree of operating leverage menjadi semakin tinggi jika perusahaan
beroperasi di sekitar keadaan impas. Jika misalnya PT. Eliona tersebut
beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan laba
rugi dan degree of operating leverage sebagai berikut:
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
TITIK PENUTUPAN USAHA (SHUT-DOWN POINT)
Pada tingkat penjualan disekitar impas tersebut setiap perubahan yang kecil
saja pada pendapatan penjualan akan berakibat besar terhadap laba bersih.
Jika misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada
tingkat penjualan Rp 108.360.000,- tersebut, maka laba bersih akan
mengalami penurunan sebesar 42% (21 x 2%).
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
ANGGAPAN YANG MENDASARI ANALISIS IMPAS
Impas = Biaya Tetap Maka harus disadari bahwa:
Contribution margin ratio

1. Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan


pada contribution margin ratio dan impas.
2. Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada
contribution margin ratio dan impas.
3. Angka laba kontribusi hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya
variabel dan harga jual.
4. Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada
impas tetapi tidak mempengaruhi laba kontribusi.
5. Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada
arah yang sama akan menyebabkan perubahn tajam terhadap impas.
REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
ANGGAPAN YANG MENDASARI ANALISIS IMPAS
Secara rinci anggapan (asumsi) yang mendasari analisis impas adalah:
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang
diramalkan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
8. Mungkin diantara anggapan-anggapan diatas, anggapan yang paling
pokok adalah : bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang
mempengaruhi biaya.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
• Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum
yang harus dicapai suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Dari
analisis tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak
menderita kerugian. Analisis impas merupakan salah satu bentuk
analisis biaya-volume-laba karena untuk mengetahui impas maupun
margin of safety perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara
biaya, volume dan laba.

• Jika dalam analisis impas titik berat analisis diletakkan pada


penaksiran tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama
dengan nol, maka dalam analisis biaya-volume-laba ini titik berat
analisis diletakkan pada sampai seberapa besar perubahan-
perubahan biaya, volume dan harga jual berdampak terhadap laba
perusahaan.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Untuk memudahkan analisis dampak perubahan biaya, volume
dan harga jual terhadap laba, dapat dibuat grafik laba dan
volume (profit-volume graph).

Pembuatan grafik ini dilakukan sebagai berikut :


1. Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi
dengan garis penjualan yang dibuat mendatar. Sumbu tegak
menunjukkan jumlah laba atau rugi pada berbagai tingkat
volume penjualan.
2. Kemudian ditarik garis laba-rugi yang menghubungkan titik-
titik rugi atau laba pada berbagai volume penjualan. Kerugian
terbesar adalah sebesar biaya tetap, yang terjadi pada
volume penjualan sama dengan nol.
3. Titik pertemuan garis laba-rugi dengan garis penjualan
menunjukkan titik impas.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Contoh 9
Atas dasar data pada Contoh 3
(PT. Ellona) dapat dibuat grafik
laba dan volume, seperti
disajikan pada Gambar 5.25.
Garis laba-rugi pada grafik dan
volume tersebut dapat
menunjukkan berapa jumlah
rugi dan laba berbagai tingkat
volume penjualan (misalnya
pada volume penjualan
sebesar Rp 34.400.000
kerugian yang dialami
perusahaan sebesar Rp
51.600.000 dan pada volume
penjualan sebesar Rp
172.000.000 laba yang
diperoleh sebesar Rp
51.600.000).
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Manfaat Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba bagi Manajemen
• Hubungan antara biaya, volume, dan laba dipengaruhi oleh lima faktor
atau suatu kombinasi faktor-faktor berikut ini : (1) harga jual per satuan,
(2) volume penjualan, (3) komposisi produk yang dijual, (4) biaya variabel
per satuan, dan (5) total biaya tetap. Agar perencanaan laba perusahaan
dapat efektif, manajemen harus dapat memperkirakan dampak perubahan
masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih, impas, dan return of
investment perusahaan.
• Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi
tersebut dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam
menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perancanaan laba
jangka pendek. Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan
pengaruh kegiatan atau usaha-usaha yang akan dilaksanakan dan
pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba, sehingga manajemen
dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Dampak Perubahaan Harga Jual Produk terhadap Hubungan Biaya-
Volume-Laba
Suatu perubahan dalam harga jual produk kemungkinan akan berdampak
terhadap kuantitas produk yang dijual, laba dan impas.
Contoh 10
Dari data dalam Contoh 3 (PT. Eliona) misalkan manajemen ingin
mengetahui pengaruh beberapa usul manajer pemasaran terhadap laba
tahun 20X1. Ususl tersebut adalah berhubungan dengan penetapan
kebijakan harga jual produk. Menurut perkiraan manajer pemasaran, jika
harga jual produk dinaikkan 25% diperkirakan volume penjualan tahun
20X1 turun 30% sedangkan jika harga jual produk diturunkan 10%,
volume penjualan tahun 20X1 diperkirakan naik 30%.
Akibat masing-masing alternative tersebut terhadap laba yang
dianggarkan tahun 20X1 dapat dilihat dalam laporan laba-rugi projeksian
pada gambar berikut.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Dampak Perubahaan Harga Jual Produk terhadap Hubungan Biaya- Volume-Laba

Catatan
Dalam contoh ini dianggap
biaya variabel per satuan
tidak berubah, meskipun
kenyataan beberapa jenis
biaya variabel seperti komisi
penjualan, potongan
penjualan, biasanya
dipengaruhi oleh perubahan
harga jual.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Dampak Perubahan Komposisi Produk yang Dijual terhadap Hubungan Biaya-Volume-
Laba
Perusahaan yang menjual lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai
kesempatan untuk menaikkan laba kontribusi dan menuruk=nkan titik impas dengan cara
memperbaiki komposisi produk yang dijual, yaitu menaikkan proporsi penjualan produk
yang menghasilkan contribution margin ratio yang tertinggi.
Contoh 10
PT El Sari menjual tiga macam produk A, B, dan C. Harga jual, biaya variabel, dan laba
kontribusi per satuan, serta total biaya tetap disajikan pada gambar dibawah ini.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Dampak Perubahan Komposisi Produk yang Dijual terhadap Hubungan Biaya-Volume-
Laba
Perhitungan laba bersih dan impas pada berbagai komposisi produk yang terjaul disajikan
pada gambar dibawah ini:
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Dampak Perubahan Komposisi Produk yang Dijual terhadap Hubungan Biaya-Volume-Laba

Data pada tabel diatas


tersebut disajikan dalam
grafik laba dan volume
pada gambar disamping ini.
Dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa jika
komposisi produk yang
dijual diperbaiki, maka laba
kontribusi dan laba bersih
akan naik dan titik impas
akan turun.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba untuk Setiap Produk dalam
Perusahaan yang Memproduksi dan Menjual Lebih dari Satu Macam
Produk
Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu
macam produk, manajemen tidak hanya menghadapi masalah mencari
komposisi produk uang dijual yang menghasilkan laba maksimum, namun
juga memerlukan informasi kontribusi masing-masing produk dalam
menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Contoh 11
Misalkan pada Contoh 10 PT El Sari menjual tiga macam produk dengan
komposisi sebagai berikut: produk A = 10.000 unit; produk B = 15.000
unit; produk C = 10.000 unit. Perhitungan laba kontribusi untuk masing-
masing produk disajikan pada gambar berikut:
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba untuk Setiap Produk dalam Perusahaan
yang Memproduksi dan Menjual Lebih dari Satu Macam Produk
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba untuk Setiap Produk dalam Perusahaan yang
Memproduksi dan Menjual Lebih dari Satu Macam Produk
Adapun grafik Laba dan Volume
untuk tiap Jenis produk secara
Individual yaitu seperti gambar
disamping.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai