Anda di halaman 1dari 51

PENGGUNAAN

AKUNTANSI
DIFFERENSIAL
DALAM
PERENCANAAN
.

LABA JANGKA
PENDEK
Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu
perusahaan adalah laba yang diperoleh.
Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : volume produk yang dijual, harga jual produk, dan
biaya.
L
A
Volume
Biaya Produksi B
Harga Volume
A
Jual Penjualan
Perencanaan Laba Jangka Pendek
Dipengaruhi oleh pendapatan (volume penjualan X harga jual), biaya
variabel dan biaya tetap.
Dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunan anggaran.
Dalam prosesnya, manajemen memerlukan informasi akuntansi
differensial yang terdiri dari informasi pendapatan differensial dan
informasi biaya differensial, untuk mempertimbangkan dampak
perubahan volume penjualan, harga jual, dan biaya terhadap laba.
Karena pengambilan keputusan jangka pendek umumnya menyangkut atau
mengakibatkan penambahan atau pengurangan volume kegiatan, maka
informasi biaya yg dipisahkan menurut perilakunya dlm hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan akan sangat membantu manajemen.

Dalam proses anggaran induk perusahaan, laporan laba rugi metode variabel
costing sangat membantu manajemen puncak dalam mempertimbangkan
usulan kegiatan yg diajukan manajemen menengah.
Berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka
pendek terdiri dari :
1. Impas ( Break-even Point)
2. Margin of Safety
3. Shut-down Point (Titik Penutupan Usaha)
4. Degree of Operating Leverage
5. Laba/Margin Kontribusi per Unit
Contoh : Dept. Anggaran PT.A menyajikan projected income statement
untuk tahun anggaran yg akan datang sbb :
PT.A
Laporan Laba Rugi Proyeksi
Tahun Anggaran xxyy
Jumlah %
Pendapatan penjualan Rp. 500.000.000 100%
Biaya variabel (VC) ( 300.000.000) 60%
Laba Kontribusi (CM) 200.000.000 40% (CMR)
Biaya tetap (FC) ( 150.000.000) 30%
Laba Bersih 50.000.000 10%
Impas (Break Even Point)
Adalah informasi yg dapat digunakan manajemen untuk memperoleh
gambaran batas bawah pendapatan yg harus dicapai agar dalam tahun
anggaran yg akan datang perusahaan tidak mengalami kerugian.
BEP=FC : CMR CMR = CM : SALES
Berdasarkan contoh 1 di atas, BEP adalah sebesar :
Rp. 150.000.000 : 40 % = Rp. 375.000.000
Artinya bahwa dari target penjualan yang direncanakan sebesar Rp.
500.000.000 dalam tahun yg dianggarkan, minimum penjualan yg harus
dilakukan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 375.000.000 agar perusahaan
tidak merugi
Margin Of Safety
Merupakan informasi berapa jml maksimum penurunan target/proyeksi
pendapatan penjualan boleh terjadi atau kelebihan penjualan yang
dianggarkan/proyeksi di atas volume penjualan impas(BEP), agar
penurunan tsb tidak mengakibatkan perusahaan menjadi rugi.
Menunjukkan tingkat resiko mendapatkan kerugian jika terjadi kenaikan titik
impas akibat suatu kondisi

MOS = Pendapatan yg dianggarkan – BEP


MOS Ratio = MOS : Pendapatan yg dianggarkan
Margin Of Safety
Dari contoh soal di atas, maka:
MOS = Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000
= Rp. 125.000.000 atau MOS Ratio
MOS Ratio = 25 % = 125.000.000 : 500.000.000

Semakin besar MOS, semakin besar kesempatan perusahaan untuk


menghasilkan laba, dan sebaliknya.
MOS Ratio sebesar 25 %, maka, apabila ada penurunan target pendapatan
penjualan sedikit saja di atas 25% akan dapat menyebabkan perusahaan
merugi.
Shut down point
Merupakan informasi pada tingkat pendapatan penjualan berapa, operasi
perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan lagi.
Suatu usaha dinyatakan tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika
pendapatan penjualannya tidak cukup menutupi biaya tunainya.

Shut-down Point = Biaya Tetap Tunai


CMR
Shut down point
Misalkan, dari contoh 1, bahwa dari biaya tetap perusahaan Rp. 150.000.000,
Rp. 100.000.000nya merupakan biaya tunai. Maka shut down pointnya
adalah Rp. 100.000.000 : 40% = Rp. 250.000.000
Hal ini berarti bahwa di bawah pendapatan penjualan Rp. 250.000.000, usaha
perusahaan tersebut secara ekonomis tidak pantas untuk dilanjutkan,
karena pendapatan penjualan di bawah jml tsb akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
Degree of Operating Leverage
Menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya
sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Misalnya manajer
pemasaran mengajukan usulan untuk memberikan hadiah kepada para
pembeli produk perusahaan dengan harapan terjadi kenaikan pendapatan
penjualan sebesar 10 %, maka top manajemen ingin cepat mengetahui
dampak kenaikan pendapatan penjualan tersebut terhadap laba bersih.
DOL = Laba (Margin) Kontribusi
Laba Bersih
Degree of Operating Leverage
Dari contoh 1 tsb, DOL dpt dihitung :
DOL = Rp. 200.000.000 : Rp. 50.000.000
=4x
Artinya setiap 10% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 40%
(4x 10%) kenaikan laba bersih
Laporan laba rugi proyeksian dalam contoh tadi, merupakan bagian dari
master budget perusahaan, yang biasanya disajikan oleh Departemen
Anggaran dalam rapat penyusunan anggaran. Dalam rapat anggaran ini top
manajemen mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dari middle
manajemen, dan usulan ini biasanya berpengaruh terhadap perubahan
pendapatan penjualan dan biaya.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi tsb, teknik analisis biaya-volume-laba
(cost-volume-profit analysis) dapat memberikan bantuan bagi manajemen
dalam mempertimbangkan dampak terhadap laba bersih setiap usulan
kegiatan yg diajukan
Laba Kontribusi Per unit
Merupakan kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel. Informasi
laba kontribusi memberikan gambaran jumlah yg tersedia untuk menutup biaya
tetap untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba kontribusi, semakin besar
kesempatan yg diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba
Laba kontribusi per unit merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume
penjualan. Dalam perusahaan yg menghasilkan lebih dari 1 macam produk, jika
informasi laba kontribusi per unit ini dihubungkan dgn penggunaan sumber
daya yg langka, manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai
produk untuk menghasilkan laba, dan informasi ini menjadikan dasar bagi
manajemen dalam memilih produk yg dapat memberikan laba tertinggi dalam
memanfaatkan sumber daya yg langka
Contoh Laba per Kontribusi
A B C Total
Volume Penjualan 500 300 200 1.000
Pendapatan penjualan Rp. 700.000 Rp. 800.000 Rp. 1.000.000 Rp. 2.500.000
Biaya variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000
Laba kontribusi 400.000 300.000 400.000 1.100.000
Biaya tetap 800.000
Laba bersih 300.000
Laba kontribusi / unit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100
Rekayasa Parameter untuk Perencanaan Laba Jangka
Pendek
1. Break event point
Titik impas (break event point) adalah titik di mana total pendapatan sama
dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol.
Atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya
tetap saja.
Analisis impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan
minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum
memperoleh laba.
Ada dua cara untuk menentukan impas :

a. pendekatan teknik persamaan,


Y = cx – bx – a
Laba (Y) adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan
biaya
Pendapatan penjualan ( cx ) adalah harga jual persatuan (c) dikali jumlah
produk yang dijual ( x )
Biaya terdiri atas :
1. biaya variabel persatuan ( b ) dikali dengan jumlah produk yang
dijual ( x )
2. Biaya Tetap ( a )
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk laporan laba rugi
metode variable costing, persamaan tersebut berbentuk sebagai
berikut :

Pendapatan penjualan cx
Biaya variable bx _
Laba kontribusi (Contribution Margin) cx - bx
Biaya tetap a_
Laba bersih Y
BEP terjadi jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya,
sehingga laba (y) = Nol
0  cx  bx  a
cx  bx  a
a  cx  bx
Pendapatan Penjualan = Biaya
Biaya Tetap = Margin/Laba Kontribusi
BEP ( Unit) =
a
x 
cb
Biaya Tetap
x 
Harga Jual persatuan  Biaya Variabel persatuan
BEP (rupiah) penjualan dicari dengan mengalikan rumus sebelumnya dengan
harga jual per satuan ( c ) :
 a 
cx   c
 cb 

Contribution Margin (CM)  cx  bx

cx - bx
Contribution Margin Ratio (CMR) 
cx
cx bx
 
cx cx
b
 1
c
Sehingga BEP (Rupiah)
a
x 
b
1
Atau : c

Biaya Tetap
x 
CMR
Atau :

Biaya Tetap
x
Biaya Variabel
1-
Pendapatan Penjualan
Contoh 1
Azalea comp. memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun yang akan
datang, pengawas telah menyusun proyeksi laporan laba rugi sebagai berikut :
Penjualan ( 1000 unit @ $400) $ 400.000
Biaya variabel 325.000 _
Margin kontribusi 75.000
Biaya tetap 45.000 _
Laba operasi 30.000
Dari Laporan L/R di atas kita ketahui bahwa harganya adalah $ 400 /unit dan biaya
variable perunit adalah $ 325.000/ 1000 unit = $ 325.
Biaya tetap $ 45.000.
Maka titik impas dalam satuan unit dan satuan uang adalah sebagai berikut :
45000 45.000
x  x 
400  325 325
1
x  600 Unit 400
x  Rp. 240.000
Dengan demikian Azalea comp. harus menjual 600 pemotong rumput untuk sekedar
menutupi semua beban tetap dan variable.

Penjualan (600 unit @ $ 400) $ 240.000


Biaya variable (600 unit @ $ 325) 195.000 _
Margin kontribusi 45.000
Biaya tetap 45.000 _
Laba operasi 0
b. Pendekatan grafis.
Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan
antara biaya variable dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu
mereka memahami dengan cepat dampak kenaikan atau penurunan
penjualan terhadap titik impas.
Dua dasar grafik yang penting, grafik laba - volume dan grafik biaya-
volume-laba.
• Grafik Biaya –Volume – Laba

Grafik biaya-volume-laba menggambarkan hubungan antara biaya,


volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci perlu
dibuat grafik dengan dua garis terpisah : garis total pendapatan dan garis
total biaya.
Kedua garis ini diperoleh dengan persamaan :

Pendapatan = harga x unit

Total biaya = ( biaya variable perunit x unit ) + biaya tetap


Contoh 2 :

ATS comp. memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan harga sebagai
berikut :
Total biaya tetap (FC) $ 100
Biaya variable/unit (VC) 5
Harga jual /unit 10
Dengan menggunakan data tersebut, laba operasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Laba operasi = ($ 10 x unit) – ($ 5 x unit ) – $ 100
= ( $ 5 x unit ) – $ 100
Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu
horizontal dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertical.
Dua titik diperlukan untuk menggambarkan suatu persamaan linier. Kedua titik yang sering
dipilih adalah titik-titik yang menggambarkan volume penjualan nol dan laba nol.
Dengan menggunakan contoh ATS comp., persamaan pendapatan dan
biayanya adalah sebagai berikut :
Pendapatan = $ 10 x unit
Total biaya = ( $ 5 x unit ) + $ 100
Keterangan :
Sumbu vertical diukur dalam satuan mata uang dan sumbu horizontal
dalam unit yang terjual.
Untuk persamaan pendapatan, dengan jumlah unit sebesar 0
menghasilkan pendapatan $ 0, dan jumlah unit 20 menghasilkan
pendapatan $ 200, sehingga persamaan pendapatannya adalah (0,$0)
dan (20, $200)
Untuk persamaan biaya, unit yang terjual sebanyak 0 dan 20
menghasilkan titik-titik ( 0,$100 ) dan ( 20, $ 200 )
Jika garis total pendapatan berada dibawah garis total biaya,
maka muncul daerah rugi. Namun jika garis total pendapatan
berada di atas garis total biaya, maka muncul daerah laba.

Titik di mana garis total pendapatan dan total biaya


berpotongan adalah titik impas. Untuk mencapai titik impas
ATS comp. harus menjual 20 unit dan dengan total
pendapatan sebesar $ 200.
grafik tersebut dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) ATS pada setiap
tingkat aktivitas penjualan. Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan
penjualan 40 unit dapat dibaca melalui grafik dengan :
• Membuat garis vertical dari sumbu horizontal ke garis laba
• Membuat garis horizontal dari garis laba ke sumbu vertical.
• Seperti terlihat dalam grafik, laba dari penjualan 40 unit adalah $ 100.
 Perhatikan bahwa garis total pendapatan dimulai pada
titik 0 dan meningkat dengan kemiringan yang sama
dengan harga jual per unit (kemiringan sebesar 10).

 Garis total biaya memotong sumbu vertical pada


sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan
meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya
variable per unit (kemiringan sebesar 5).
 Grafik laba-volume
Menggambarkan secara visual hubungan antara laba dan volume
penjualan. Grafik laba –volume merupakan grafik dari persamaan laba :

Laba =
Operasi
(Harga x Unit)
- (Biaya Variabel x Unit) - Biaya Tetap

Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variable terikat dan unit merupakan variable
bebas.
Biasanya nilai variable bebas diukur pada sumbu horizontal dan nilai variable terikat
pada sumbu vertical.
Jika unit yang terjual adalah nol, maka ATS mengalami rugi operasi sebesar $
100 atau laba -$100, karena itu titik yang menggambarkan volume
penjualan nol adalah ( 0,-$100), artinya jika tidak ada penjualan ,
perusahaan mengalami kerugian sebesar total biaya tetap.

Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual adalah 20. Dengan
demikian titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah (20, $0)
CVP ANALYSIS
Analisis biaya-volume-laba menyediakan suatu cara untuk menentukan berapa unit yang
harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba operasi dapat
dinyatakan dalam :
a. jumlah uang atau
b. persentase pendapatan penjualan.

Laba operasi = Pendapatan penjualan – biaya variable – biaya tetap

Laba operasi = (Harga X jumlah unit terjual) – (Biaya variable X jml unit/unit terjual)
– total biaya tetap
CVP ANALYSIS
Berdasarkan data soal-soal sebelumnya :
Soal 3: (jumlah uang )
Anggaplah Azalea comp. ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000. Berapa mesin
pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil tersebut ? Buktikan dengan
menggunakan Lap. Laba/Rugi
Soal 4 : (prosentase pendapatan penjualan )
Misalkan untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15% dari pendapatan penjualan.
Berapa mesin pemotong rumput yang harus dijual Azalea comp untuk mencapai hasil
tersebut? Buktikan juga dengan Laporan Laba/Ruginya
Soal 5 : (Laba operasi dan pajak)
Azalea comp. ingin memperoleh laba bersih sebesar $ 48.750 dan tariff pajaknya adalah
35%. Berapakah target laba sebelum pajak yang harus diperoleh ?
Soal 3: (jumlah uang )
$ 60.000 = ( $ 400 x Unit ) – ($ 325 x unit ) - $ 45.000
$ 105.000 = $ 75 x unit
Unit = 1.400

Atau jika menggunakan persamaan dasar impas, hanya perlu untuk menambahkan
target laba sebesar $ 60.000 pada biaya tetap :

Unit = $ 45.000 + $ 60.000


$ 400 - $ 325
Unit = $ 105.000 : $ 75
Unit = 1.400

Azalea comp. harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba
operasi sebesar $ 60.000.
Azalea comp. harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk
menghasilkan laba operasi sebesar $ 60.000. Laporan laba rugi
berikut membuktikan hasil ini :
Penjualan ( 1.400 unit @ $ 400) $ 560.000
Biaya variable 455.000-
Margin kontribusi 105.000
Biaya tetap 45.000-
Laba operasi 60.000
Soal 4 : (prosentase pendapatan penjualan )

Pendapatan penjualan = harga x kuantitas yang terjual


Target laba operasi = ( 15% harga ) x kuantitas

0,15 ( $ 400) (unit) = ( $ 400 x unit) – ( $ 325 x unit) - $ 45.000


$ 60 x unit = ( $ 400 x unit) – ( $ 325 x unit) - $ 45.000
$ 60 x unit = ( $ 75 x unit ) - $ 45.000
$ 15 x unit = $ 45.000
Unit = 3.000

Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini :


Penjualan ( 3.000 unit @ $ 400) $ 1.200.000
Biaya variable 975.000
Margin kontribusi 225.000
Biaya tetap 45.000-
Laba operasi 180.000
Soal 5 :

Laba bersih = Laba operasi – pajak penghasilan


= Laba operasi – ( tarif pajak x laba operasi)
= Laba operasi ( 1 – tarif pajak)
Laba operasi = Laba bersih / (1 – tarif pajak )

Untuk mengkonversi target laba setelah pajak menjadi target laba sebelum pajak
adalah :
$ 48.750 = Laba operasi – ( 0,35 x laba operasi)
$ 48.750 = 0,65 ( laba operasi)
Laba operasi = $ 75.000
Dengan kata lain , jika tarif pajak adalah 35%, maka Azalea comp. harus
menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $ 48.750
setelah pajak penghasilan. Dengan hasil tersebut kita dapat menghitung jumlah
unit yang harus dijual.
Unit = ( $ 45.000 + $ 75.000 )
$ 75
Unit = $ 120.000 : $ 75
Unit = 1.600

Penjualan ( 1.600 unit @ $ 400) $ 640.000


Biaya variable 520.000-
Margin kontribusi 120.000
Biaya tetap 45.000-
Laba operasi 75.000
Pajak penghasilan (tarif 35%) 26.250-
Laba bersih 48.750
2. Margin Of Safety
MOS adalah unit yang terjual atau diharapkan untuk terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan
yang melebihi volume impas atau selisih antara volume
penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas.
MOS = Total penjualan actual – penjualan titik impas
Sebagai contoh, jika volume impas Azalea comp. (contoh 1)
adalah 600 unit dan saat ini menjual 1000 unit, maka MOS nya
adalah 400 ( 1000 unit – 600 unit )
MOS dapat juga dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Jika pendapatan impas adalah $
240.000 dan pendapatan saat ini adalah $ 400.000, maka MOSnya adalah $ 160.000.
Angka MOS memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan
boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi.
MOS dapat juga disajikan dalam persentase. Persentase ini diperoleh :

% MOS = MOS dalam satuan moneter


Total penjualan actual

% MOS = 160.000 = 40%


400.000
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan saat ini tidak dapat
tercapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar $ 160.000 atau 40%
nya, agar perusahaan tidak menderita rugi.
3. Shut Down Point
Dalam pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan
pembedaan antara biaya keluar dari saku (out of pocket cost) dengan
biaya terbenam (sunk cost yaitu pengeluaran yang dilakukan pada
masa lalu, yang manfaatnya masih dinikmati sampai sekarang.
Misalnya biaya depresiasi, amortisasi, deplesi).
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh
tidak dapat menutup biaya tunainya.
Titik penutupan usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Shut down point = B Biaya tetap tunai______
Contribution margin ratio
Apabila pada contoh 1, biaya tetap sebesar $ 24.000
tersebut terdiri dari biaya keluar dari kantong sebesar $
15.000 dan biaya terbenam sebesar $ 9000, maka titik
penutupan usaha :
SDP = $ 15.000
18,75%*
= $ 80.000

* CMR =(75.000/400.000) = 18,75%


4. Degree of Operating Leverage
memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan Parameter ini manajemen akan
mengetahui dengan cepat dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan
perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan :

Degree of Operating Ratio = Laba kontribusi


Laba bersih
Contoh :
Dari laporan laba rugi di contoh 1 :
Penjualan ( 1000 unit @ $400) $ 400.000
Biaya variable 325.000-
Margin kontribusi 75.000
Biaya tetap 45.000-
Laba operasi 35.000

DOL = 75.000 = 2,14 kali


35.000
Jika tingkat operating leverage Azalea comp. 2,14 pada tingkat
penjualan $ 400.000, artinya laba bersih akan meningkat 2,14 kali
lipat dari tingkat kenaikan penjualan. Misalkan Divisi pemasaran
mengusulkan promosi produk yang diperkirakan akan menaikan
volume penjualan sebesar 25%, manajemen dapat dengan cepat
memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 53,5% ( 2,14 x 25% ).
5. Margin Kontribusi Perunit
 Margin kontribusi per Unit merupakan perbedaan harga jual perunit dan
kos variabel perunit.

 Margin kontribusi bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek


sekaligus digunakan untuk menutup kos tetap.
Contribution Margin Per Unit
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variable. Pada impas, margin
kontribusi sama dengan biaya tetap. Atau kita dapat menggunakan persamaan dasar impas :

Impas (unit) = Biaya tetap________


Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan contoh Azalea comp. (contoh 1) di atas, kita dapat menghitung margin kontribusi
per unit dengan cara :
Margin kontribusi per unit = Total margin kontribusi / unit yang terjual
$ 75 = $ 75.000 / 1000
Margin kontribusi per unit = Harga – Biaya variable per unit
$ 75 = $ 400 - $ 325
Untuk menghitung jumlah unit impas, dapat digunakan persamaan dasar impas :
X= $ 45.000 = 600
$ 400 - $ 325

Anda mungkin juga menyukai