Anda di halaman 1dari 21

Tax planning PPH Badan

LUTHFI AUVA NAJIB-B.241.19.00


NURUL KHAMIM-B.241.19.00
RESHMA HELVIRA- B.241.19.0024
RENITA GUSTI RAMADANI-B.241.19.0025
VIRGINIA ARUMDHANI A.P- B.241.19.0029
Laba fiskal dan komersial

• Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan standar-standar


yang telah ditetapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
bersifat netral atau tidak memihak
• Laporan keuangan fiskal merupakan informasi akuntansi yang
dibuat untuk kepentingan perpajakan, penyajiannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku beserta aturan pelaksanaannya. Laporan keuangan fiskal
adalah laporan yang dibuat untuk kepentingan perpajakan yang
mengacu pada semua peraturan perpajakan
Laporan keuangan fiskal mencakup:

• Neraca fiskal
• Perhitungan laba rugi dan perubahan laba ditahan
• Penjelasan laporan keuangan fiskal
• Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal
• Ikhtisar kewajiban pajak
Perbedaan Laporan Fiskal dan Komersial

1 Pendapatan atau Penghasilan


2 Beban atau Biaya
3 Metode Perhitungan Persediaan
4 Metode Penyusutan
Pendapatan atau Penghasilan
• Pada akuntansi atau komersial, pendapatan (revenue) dan penghasilan
(income) adalah hal yang berbeda, tetapi keduanya masuk dalam laporan
keuangan, sedangkan di dalam akuntansi pajak atau fiskal pendapatan
adalah penghasilan

• Pajak merinci penghasilan kedalam tiga kategori, yaitu; penghasilan


yang merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan pajak final
dan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan

• Perbedaan laba dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal di


mana pada akuntansi fiskal terdapat penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak yang artinya penghasilan tersebut tidak
menyebabkan kenaikan laba fiskal
Beban atau Biaya

• Perbedaanya terletak pada adanya man faat ekonomi di masa


mendatang untuk biaya. Pada akuntansi pajak beban didefinisikan
sebagai biaya untuk menagih, memperoleh, dan memelihara
penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan
penghasilan
• Akan tetapi, tidak semua biaya dapat diakui sebagai pengurang pada
laporan keuangan fiskal, meskipun biaya tersebut digunakan untuk
operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pada akuntansi fiskal biaya
dikelompokan menjadi dua, yaitu biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto (deductible expense) dan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense)
Metode Perhitungan Persediaan

• Metode perhitungan persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan


(SAK) ada tiga, yaitu rumus biaya masuk pertama-keluar pertama
( First In First Out), rata-rata tertimbang (Weigth Average Cost
Method) dan masuk terakhir keluar pertama (Last In First Out-LIFO)
(SAK 14, 2017).
• Namun, undang-undang pajak penghasilan Indonesia, perhitungan
metode persediaan hanya dibolehkan menggunakan dua metode, yaitu
metode rata-rata atau dengan metode FIFO. Metode LIFO tidak
diperbolehkan pada akuntansi fiskal hal ini dikarenakan perhitungan
dengan metode LIFO membuat nilai pajak terutang menjadi lebih kecil
Metode Penyusutan

Menurut (IAI,2007) akuntansi Sedangkan pada akuntansi fiskal dengan


menentukan umur aktiva berdasarkan merujuk ketentuan perpajakan hanya
umur sebenarnya walaupun penentuan menetapkan dua metode penyusutan yang
umur tersebut tidak terlepas dari harus dilaksanakan wajib pajak
tafsiran judgement. Akuntansi berdasarkan pasal UU No. 36 tahun 2008
komersial memiliki beberapa metode pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu
• metode garis lurus
penyusutan yaitu: • metode saldo menurun
• Metode garis lurus atau straight line
yang dilaksanakan secara konsisten,
method
kemudian aktiva (harta berwujud)
• Metode Saldo Menurun atau dikelompokkan berdasarkan jenis harta
diminishing balance method dan masa manfaat. Adapun rinciannya
• Metode Jumlah Unit atau sum of the tertuang pada peraturan menteri
unit method keuangan No. 96/PMK.03/2009
Pengertian Koreksi Fiskal

• Koreksi fiskal adalah aktivitas pembetulan pencatatan keuangan


yang akan dilaporkan ke dirjen pajak dan selainnya. Biasanya,
revisi ini dilakukan, jika draft laporan tidak sesuai dengan format
yang menjadi standar pajak.
• Pengertian lainnya adalah, koreksi fiskal merupakan tindakan
penyesuaian draft keuangan wajib pajak dengan standar
perpajakan sebelum biaya pajak disetorkan. 
Penyebab Terjadinya Koreksi Fiskal

1. Beda Waktu
Koreksi terjadi manakala terdapat beda waktu masuknya penghasilan yang
dicatat di cash basis untuk periode lama. Contohnya lebih dari satu tahun.
Penyebabnya bermacam-macam. Bisa karena lambatnya penagihan piutang,
bisa pula karena terjadinya penyusutan laba.
2. Beda Tetap
Beda tetap maksudnya adalah ditemukannya transaksi perusahaan yang
sejatinya tidak menjadi standar wajib pajak. Contohnya adalah penghasilan
dari sumbangan dan semacamnya. Jika ini dipaksakan masuk ke dalam draft,
tentu akan terjadi perbedaan di pajak. Sehingga koreksi perlu dilakukan.
Jenis Koreksi Fiskal

• Pada umumnya, terdapat dua jenis koreksi fiskal, yaitu koreksi


positif dan koreksi negatif. Koreksi positif ialah, perbaikan yang
dilakukan pada catatan penghasilan dan biaya yang berefek pada
kenaikan jumlah biaya wajib pajak.

• Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah perbaikan yang dilakukan


justru hasilnya mengurangi jumlah biaya pajak. Sehingga beban
pajak menjadi lebih ringan.
Contoh Koreksi Fiskal Negatif

• Contoh koreksi fiskal negatif adalah terjadinya selisih penyusutan


yang disebut “amortisasi komersial”. Namun, syaratnya
penyusutan tersebut harus dibawah nominal amortisasi fiskal.
Untuk penghitungannya sendiri menggunakan sistem saldo, baik
tegak lurus maupun naik turun.
Contoh Koreksi Fiskal Positif

Contoh fiskal positif diantaranya adalah pembagian laba atau


penghasilan. Apapun labelnya, setiap penghasilan pasti kena wajib pajak.
Untuk lebih jelas, berikut beberapa list contoh fiskal positif, yaitu:
1. Sanksi administrasi berupa denda
2. Biaya untuk kepentingan pribadi wajib pajak
3. Imbalan pekerjaan yang diberikan dalam bentuk natural
4. Harta hibah dan sumbangan
5. Premi asuransi kesehatan dwiguna
6. asuransi bea siswa
PENGERTIAN PEMBEBANAN BIAYA

• Pembebanan biaya adalah penentuan biaya yang akan dikonsumsi


oleh objek biaya, ada tiga metode pembebanan biaya yaitu
Penelusuran langsung (direct tracing), Penelusuran pemicu (Driver
tracing) dan Alokasi (allocation).
METODE PEMBEBANAN BIAYA

• PENELUSURAN LANGSUNG :
Penelusuran langsung adalah proses indentifikasi dan pembebanan biaya pada
obyek biaya yang secara spesifik atau fisik berhubungan dengan obyek biaya.
Sebagai contoh Departemen pemasaran adalah obyek biaya. Gaji  Sales
Supervisor merupakan biaya yang dapat diamati secara fisik. Contoh lain, produk
adalah obyek biaya. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk
membuat produk tersebut merupakan biaya yang dapat diamati dan diidentifikasi
secara fisik. Oleh karenanya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
dapat dikenakan secara langsung pada produk. Idealnya semua biaya harus bisa
dikenakan secara langsung pada obyek biaya dengan menggunakan metode
penelusuran langsung. Akan tetapi, yang terjadi sering tidak mungkin untuk
dapat secara fisik mengamati jumlah pasti sumber daya yang dikonsumsi
PENELUSURAN PENDORONG

• Sehubungan dengan kenyataan bahwa tidak semua biaya dapat


diamati secara fisik pada obyek biaya, maka untuk mengamati dan
mengukur konsumsi sumber daya dari obyek biaya digunakan
pendekatan pertimbangan sebab akibat atau disebut pendorong/
penggerak. Pendorong/ penggerak adalah faktor yang menyebabkan
perubahan pada penggunaan kegiatan, biaya dan pendapatan.
Penelusuran pendorong/ penggerak adalah penggunaan pendorong/
penggerak untuk membebankan biaya-biaya pada obyek biaya.
Meskipun kurang tepat dibandingkan penelusuran langsung, namun
bila hubungan sebab akibat logis maka tingkat keakuratan yang tinggi
dapat diharapkan.
ALOKASI BIAYA

• Biaya tidak langsung tidak dapat ditelusuri ke obyek biaya karena tidak ada
hubungan penyebab antara biaya dan obyek biaya. Pembebanan biaya tidak langsung
ke obyek biaya disebut Alokasi Biaya. Karena tidak ada hubungan penyebab antara
biaya dan obyek biaya maka pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan hubungan
dekat atau beberapa asumsi. Misalnya biaya penerangan untuk dua produk pisang
goreng dan tempe goreng. Untuk melhat hubungan penyebab jelas sulit maka untuk
mengalokasikan biaya dilakukan dengan proporsi terhadap penggunaan jam tenaga
kerja langsung yang digunakan untuk setiap produk.. Pengalokasian biaya tidak
langsung yang dilakukan secara acak akan mengurangi keakuratan secara
keseluruhan dari pembebanan biaya. Yang terbaik mungkin hanya mebebankan biaya
tidak langsung yang dapat ditelusuri pada obyek biaya. Namun untuk kepentingan
pelaporan eksternal alokasi biaya tidak langsung pada obyek biaya perlu dilakukan.
Tarif PPH Badan

• Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif
Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbatas,
tarif PPh badan diturunkan.
• Selama ini tarif PPh Badan normal adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak.

• Melalui beleid baru ini, tarif PPh Badan turun secara bertahapm yakni:
• 22% berlaku pada 2020 dan 2021
• 20% mulai berlaku pada 2022

• Lebih rendah 3% untuk Perusahaan Terbuka (Tbk), menjadi:


• 19% pada 2020 dan 2022
• 17% mulai pada 2023
• Tapi penurunan tarif PPh Badan lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk
ini ada syaratnya, yaitu:
1. Saham dikuasai setidaknya 300 pihak.
2. Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya diizinkan
menguasai saham di bawah 5% dari keseluruhan saham yang
diperdagangkan dan disetor penuh.
3. Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib
dipenuhi dalam kurun waktu paling sedikit 183 hari kalender selama
jangka waktu 1 tahun pajak.
4. Membuat laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Contoh perhitungan PPH Badan Bruto hingga Rp.50 M

Penghasilan Bruto Tarif Pajak


Kurang dari Rp4,8 miliar 50% x *22% x Penghasilan Kena Pajak
Lebih dari Rp4.8 miliar s/d Rp50 Miliar [(50%x25%) x Penghasilan Kena Pajak yang
Memperoleh Fasilitas] + (25% x Penghasilan
Kena Pajak Tidak Memperoleh Fasilitas
Lebih dari 50 M akan dihitung berdasarkan ketentuan umum
atau tanpa fasilitas pengurangan tarif.

*22% tarif PPh Badan yang berlaku di 2021


Contoh Perhitungan Pajak Badan

• Pada tahun 2021, PT UHUY memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp10 Miliar.
• sebelum mengetahui Pajak yang harus dibayar PT UHUY, maka harus mengetahui
terlebih dulu Penghasilan Kena Pajak dari PT UHUY
• Maka, pajak yang harus dibayar adalah:
• 50% x 22% x Rp5 miliar = Rp550 juta.
• Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2021, PT UHUY telah
menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak
PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta.
• Maka, pajak penghasilan terutang PT AAA adalah:
• Rp550 juta – Rp50 juta – Rp100 juta = Rp350 juta.
• Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT UHUY ke kas negara atas
penghasilan Badan Usaha di tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai