Kelompok II :
Yulanda Roring 821417068
Tiansi permatahati eda 821417154
Wawan Miyodu.
PENDAHULUAN
Scanning electron microscopy (SEM) (TM 3000 Tabletop Microscope- Hitachi), alat uji
differential scanning calorimetry (DSC) (Rigaku 8230), melting point apparatus (Stuart
Melting Point SMP10), hotplate magnetic stirrer (IKA C-MAG HS 7), timbangan digital
CP- 502), software design expert versi 9.0.6.2 (Trial version), ayakan no.80, mortir dan
stemper.
BAHAN
Pada penelitian ini glibenklamid, PEG 6000 dan PVP K-30 dicampur dan
selama kurang lebih 24 jam. Hasil dispersi padat kering digerus dan diayak
hingga didapat serbuk dispersi padat lalu disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat
PENGUJIAN DISOLUSI
disolusi yang berisi 900 mL media dapar fosfat pH 7,4 dengan suhu
larutan sampel dilakukan pada menit ke-0,15, 30, 45, 60, 75, 90 dan
Hal tersebut dapat diartikan bahwa semaki besar kedua faktor dapat memberikan
efek peningkatan persen pelepasan dispersi padat namun, pada interaksi kedua
faktor tersebut menghasilkan efek negatif yang dapat diartikan jika terjadi
peningkatan konsentrasi kedua fakto secara terus menerus akan menghasilkan efek
penurunan terhadap respon persen pelepasan dispersi padat glibenklamid.
KESIMPULAN
Uji Kelarutan
GL murni dan kokristal 1:1, 1:2 dan 2:1 ditimbang equivalen,
kemudian dimasukan ke dalam vial yang berisi 10 ml pelarut,
disimpan pada waterbath shaker dengan kecepatan 250 rpm
(putaran per menit) dan dikondisikan pada suhu kamar
(25±0,5oC). Pelarut yang digunakan adalah air, setelah 24 jam
sampel disaring. Filtrat dianalisis dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang glibenklamid dalam pelarut.
Konsentrasi glibenklamid yang terlarut ditentukan dengan
persamaandari kurva kalibrasi glibenklamid
METODE
Uji Disolusi
Uji dilakukan terhadap GL dan hasil kokristal 1:1,
1:2 dan 2:1 menggunakan alat disolusi tipe II
dengan kecepatan pengadukan 75 rpm dengan
volume 900 mL. Media disolusi yang digunakan
adalah buffer fosfat pH 8. Sampel diukur setiap 5
menit hingga 60 menit dan dianalisis secara
spektrofotometri UV-Vis (Budiman et al., 2016).
HASIL
Uji Kelarutan
Pada hasil uji kelarutan kokristal pada perbandingan (1:1) dan (1:2) meningkat
lebih tinggi dari glibenklamid standar, terutama pada kokristal GL-PZ (1:2)
memiliki tingkat kelarutan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil uji termal
dimana peningkatan entalpi peleburan dan penurunan titik lebur pada kokristal
GL-PZ (1:2) dapat meningkatkan kelarutan.
Sedangkan pada kokristal GL-PZ (2:1) menghasilkan kelarutan yang masih
rendah sama dengan glibenklamid murni, hal ini sesuai dengan hasil
difraktogram yang dihasilkan yaitu tidak terbentuknya fasa kristalin baru
sehingga bentuknya masih sama dengan glibenklamid murni, maka akan
menghasilkan kelarutan yang rendah.
HASIL
Uji Disolusi
Berdasarkan hasil uji disolusi terjadi peningkatan laju disolusi pada semua
perbandingan.
HASIL
Persentase tertinggi glibenklamid terlarut dari masing-masing
sampel hingga menit ke 60 adalah pada kokristal GL-PZ (1:1)
dan (1:2) sebesar 39,75 %. Hal ini saling berkorelasi dengan
penurunan titik lebur dan peningkatan entalpi peleburuan pada
kokristal GL-PZ (1:2) dapat meningkatkan laju disolusi.