Tugas Asuhan Neonatus Risiko Tinggi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ASUHAN NEONATUS

RISIKO TINGGI

Oleh
Kelompok 4

Dewi Purnama Sari NIM 11194862111243


Hanggari Shinta Dewi NIM 11194862111246
Heny Novarita NIM 11194862111248
Normukhlisa NIM 11194862111255
Yuly Safa’ati NIM 11194862111262
Neontaus dengan Ibu Kecanduan Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif

1. Narkoba
● Menurut UU No.22 Tahun 1997 Narkotika adalah zat/obat yang berasal
dari tumbuhan dan bukan tumbuhan, baik yang sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan bisa
menimbulkan ketergantungan.
● Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
● Narkotika Golongan I: Adalah narkotika yang paling berbahaya. Karena
daya adiktifnya paling tinggi. Golongan ini digunakan unutk penelitian
dan ilmu pengetahuan. Contohnya adalah Heroin, ganja, kokain, morfin,
dan opium.
● Narkotika Golongan II: Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah:
Benzetidin, petidin dan betametadol.
● Narkotika Golongan III: Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
yang ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya
2. Psikotropika
● Psikotropika adalah zat/obat, alamiah atau sintetis
dan bukan narkotika yang berkhasiat proaktif 3. Zat Adiktif
dengan pengaruh yang selektif dalam susunan saraf ● Zat Adiktif adalah zat atau bahan lainnya
pusat, yang mengakibatkan perubahan khas dalam yang bukan narkotika/psikotropika yang
aktivitas mental serta perilaku.
● Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu mempunyai pengaruh pada kerja otak dan
: bisa menimbulkan ketergantungan, seperti
● Psikotropika Golongan I: Merupakan psikotropika misalnya :
dengan daya adiktif yang paling kuat, belum
diketahui manfaat untuk mengobati dan sedang
● Rokok, Kelompok alkohol serta minuman
diteliti manfaatnya. Contohnya: LSD, MDMA, lainnya yang terdapat kandungan enthyl
STP, dan Ekstasi. etanol, inhalen atau sniffing (bahan pelarut)
● Psikotropika Golongan II: Merupakan psikotropika
dengan daya adiktif kuat dan juga berguna untuk
dalam bentuk zat organik (karbon), yang
pengobatan serta penelitian. Contohnya adalah: menimbulkan efek yang sama dengan yang
Metamfetamin, amfetamin, dan mekualon. dihasilkan oleh minuman beralkohol atau
● Psikotropika Golongan III: Merupakan
obat anastesik, jika aromanya dihisap maka
psikotropika dengan daya adiktif sedang dan juga
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. akan memabukkan serta menimbulkan
Contohnya adalah: Lumiball, Fleenitrazepam, dan ketagihan.
buprenorsina. ● Thinner atau zat lainnya, penghapus cair
● Psikotropika Golongan IV: Merupakan
psikotropika yang mempunyai daya adiktif ringan seperti lem kayu, dan aseton, cat, bensin
dan juga bermanfaat untuk pengobatan dan yang apabila dihirup akan membuat mabuk
penelitian. Contohnya adalah: Nitrazepam (BK, (Alifia, 2008).
modadon, dumolid) dan diazepam
Efek Narkoba terhadap bayi

● Efek narkoba pada bayi dalam kandungan tak bisa


disepelekan. Penggunaan narkoba oleh ibu hamil
berpotensi besar menimbulkan berbagai dampak buruk
bagi janin, mulai dari berat badan bayi rendah, gangguan
perkembangan bayi, hingga kematian pada ibu dan janin.
Saat mengandung, setiap zat yang masuk ke dalam tubuh
ibu hamil akan mengalir melalui plasenta dan tali pusat
menuju ke bayi.
● Berbagai Efek Narkoba pada Bayi yang Dikandung , meski
kadarnya sedikit, bayi dapat merasakan efek negatif
narkoba jika ibu hamil mengonsumsi obat-obatan
terlarang. Efek ini bisa menyakiti bayi sejak ia masih di
dalam kandungan hingga lahir.
Komplikasi
1. Heroin 2. Kokain
● Mengonsumsi heroin selama kehamilan bisa
menimbulkan bahaya serius kepada bayi.
● Bayi dari ibu yang menggunakan
Salah satunya adalah terhambatnya kokain selama hamil berisiko tinggi
pertumbuhan bayi dalam kandungan. lahir secara prematur dan memiliki
Perkembangan otak bayi juga berisiko
terganggu. Keguguran, melahirkan bayi
berat badan lahir, lingkar kepala, dan
secara prematur dan lahir mati panjang badan yang lebih rendah.
● Heroin termasuk ke dalam salah satu obat Selain itu, penggunaan kokain selama
terlarang yang bisa ikut dikonsumsi janin
hamil juga bisa meningkatkan risiko
melalui plasenta. Karena sifatnya yang
adiktif, bayi dalam kandungan juga bisa keguguran yang terjadi secara
menjadi ketergantungan terhadap obat ini mendadak.
dan mengalami gejala putus obat. Kondisi ● Saat dia tumbuh dewasa, kondisi fisik
ini dikenal dengan neonatal abstinence
syndrome (NAS). dan mentalnya berisiko terganggu. Dia
● Gejala NAS pada bayi yang baru lahir antara juga berpotensi memiliki IQ yang
lain tangisan berlebihan, demam, kejang, rendah. Hal tersebut bisa berdampak
pertambahan berat badan yang lambat, diare,
dan muntah. Kondisi ini juga dapat pada masa depannya.
menyebabkan kematian pada bayi.
3. Mariyuana 5. Metamfetamin
● Mariyuana atau ganja merupakan salah satu ● Penggunaan metamfetamin atau sabu-sabu
obat terlarang yang paling umum. Meski
selama kehamilan juga banyak
banyak orang yang mengira ganja aman
untuk digunakan, ada banyak penelitian menyebabkan dampak buruk terhadap janin.
yang mendukung bahwa penggunaan obat Di antaranya adalah meningkatkan risiko
ini saat hamil menyebabkan berat badan terjadinya kelahiran prematur, solusio
bayi lahir rendah dan kelahiran prematur. plasenta, keguguran, berat badan bayi lahir
● Selain itu, sebuah peneltian juga melaporkan rendah, serta kelainan jantung dan otak bayi.
bahwa beberapa bayi yang lahir dari ibu
hamil pengguna ganja memiliki gangguan
6. PCP & LSD
perkembangan sistem saraf, yang ditandai
● Menggunakan narkoba jenis halusinogen
dengan gangguan penglihatan, tangisan
yang bernada tinggi, serta tubuh yang seperti PCP & LSD saat hamil bisa
gemetar. meningkatkan risiko ibu hamil menyakiti
dirinya sendiri sehingga menyakiti bayinya
4. Metadon juga. Selain itu, halusinogen juga bisa
● Metadon sebenarnya adalah pereda nyeri membuat bayi lahir dengan berat badan
golongan opioid, tapi tetap bisa
rendah, kelainan kongenital, dan kerusakan
menyebabkan ketergantungan. Meski
efeknya tidak sebesar opioid seperti heroin, otak.
obat ini juga dapat menyebabkan bayi baru
lahir mengalami gejala putus obat, seperti
diare, kram perut, luka-luka pada kulit, dan
menangis tanpa henti.
Petalaksanaan Neonatus dengan NAS
● Penatalaksanaan neonatus dengan NAS (Neonatal abstinence syndrome ) perlu dilakukan dengan
pencegahan. Untuk pencegahan, ibu-ibu yang teridentifikasi berisiko tinggi menyalahgunakan zat
perlu mendapatkan skrining, intervensi, dan penanganan. Konfirmasi Neonatal abstinence
syndrome (NAS) pada bayi bisa dilakukan dengan pemeriksaan urin atau mekonium untuk
mengidentifikasi zat penyebabnya
● .Manajemen nonfarmakologis meliputi berbagai upaya suportif untuk menenangkan bayi (terapi
musik dan pijat bayi), mengurangi stimulasi, dan pemberian makan lebih sering dengan formula
kalori tinggi.
● Manajemen farmakologis diberikan apabila :
● Skor Finnegan masih tinggi. Skor Finnegan terdiri dari 3 komponen penilaian, yaitu gangguan
sistem saraf pusat, gangguan metabolik/vasomotor/respirasi, dan gangguan gastrointestinal. Skor
dinilai setiap 2 -4 jam. Indikasi farmakoterapi jika terdapat skor ≥ 8 sebanyak tiga kali berturut-
turut, atau skor ≥ 12 sebanyak 2 kali berturut-turut.
● Muncul tanda kegawatdaruratan seperti kejang, atau timbul dehidrasi akibat muntah atau diare.
● Bayi dengan NAS membutuhkan monitoring perkembangan dan perilaku. Monitoring mencakup
pemberian makan, berat badan, dan pola tidur Skoring dengan instrumen Finnegan scoring
system bisa menjadi panduan untuk memulai, monitoring, dan mengakhiri tatalaksana NAS. Bila
bayi telah mempunyai pola tidur yang baik, asupan nutrisi yang cukup, berat badan meningkat, dan
skor Finnegan stabil dengan intervensi minimal, maka bayi bisa dipulangkan.
Neonatus dengan Ibu Penderita Penyakit Infeksi (Herpes)

● Infeksi Herpes simplex virus (HSV) pada neonatus merupakan infeksi HSV
pada bayi baru lahir sampai dengan 28 hari postpartum. Infeksi HSV neonatus
sebagian besar disebabkan oleh Herpes Simplex Virus tipe 2 (HSV-2) hanya
sebagian kecil disebabkan oleh HSV-1. Ibu dengan herpes genitalis primer
episode pertama mempunyai derajat penularan yang paling besar, sedangkan
ibu dengan herpes genitalis rekuren mempunyai derajat penularan yang lebih
rendah
Diagnosis

● Herpes neonatus memiliki gambaran yang bervariasi dan


mungkin menyerupai kondisi infeksi pada neonatus yang
lain. Dokter anak yang merawat harus mempertimbangkan
infeksi HSV pada neonatus sebagai diagnosa banding pada
bayi lahir yang memiliki riwayat letargi, iritabilitas,
demam atau hipotermia dan vesikel kulit dengan atau tanpa
gejala neurologi. Diagnsosis berdasarkan kecurigaan klinis
yang tinggi terutama ibu dengan riwayat herpes genital.
Hal ini harusnya dipertimbangkan ketika kultur bakteri
negatif dalam 48 jam. Pemberian terapi spesifik dini
mencegah kematian dan meminimalkan kerusakan saraf.
Penatalaksanaan
Pencegahan

Seluruh bayi baru lahir yang Jika ditemui Ibu dengan herpes
dicurigai atau terdiagnosis genital maka pencegahan yang
dapat dilakukan adalah
herpes neonatus harus
segera mulai mendapatkan 1. Persalinan section caesaria
obat antivirus yang aman 2. Terapi supresif antivirus
dan efektif. 3. Vaksin HSV
4. Pencegahan infeksi selama
kehamilan
5. Pencegahan infeksi postnatal
Neonatus dengan Omphalitis

● Omphalitis didefinisikan sebagai infeksi


umbilikus, khususnya tali pusat, pada bayi baru
lahir. Hal ini terutama mempengaruhi neonatus,
di antaranya kombinasi dari tunggul tali pusat
dan penurunan kekebalan yang ditemukan saat
infeksi.
Komplikasi
Faktor Risiko

1. Penanganan tali pusat yang tidak Omphalitis dapat


pantas (misalnya aplikasi budaya menyebar ke vena
seperti pemberian oli mesin, kotoran porta dan
sapi, bedak bubuk, atau minyak sawit menyebabkan
pada tali pusat). berbagai macam
2. Infeksi sekunder: komplikasi akut
• Ketuban pecah dini yang memerlukan
• Ibu dengan infeksi intervensi medis
• Proses kelahiran yang tidak steril serta bedah.
• Prematuritas
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada omphalitis yaitu:
1. Farmakologi
● Antibiotik: ampiclox, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang dikombinasi dengan gentamycin.
● Untuk bakteri anaerob, dapat diberikan antibiotik berupa metronidazole.
● Terapi diberikan selama 10-14 hari.
● Untuk omphalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat diberikan terapi antibiotik jangka pendek selama
7 hari.
2. Nonfarmakologi
● Penatalaksanaan omphalitis berdasarkan klasifikasi:
● Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
● Cara penanganannya :
■ Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya
kuman dari tangan.
■ Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain
kassa yang bersih.
■ Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon
2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat.
■ Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas
melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
● Infeksi tali pusat berat atau meluas
● Cara penanganannya :
○ Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi.
○ Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit
dan selaput lendir.
○ Cari tanda-tanda sepsis.
● Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Kasus 1

Seorang bbl gemetaran di tempat tidur Rumah Sakit,kaki


kecilnya berkedut"tak terkendali & mengepalkan tangannya
juga terengah-engah seperti kejang,usia bayi baru beberapa
Minggu,bayi mungil tersebut menderita akibat apa :

A.Tetanus neonatorum
B. Kejang
C. Aspiksia neonatorum
D. Penghentian obat Psikotropika

Jawaban : D
Kasus 2

Jika pada bayi baru lahir terdapat ada nanah atau benjolan berisi
cairan di dekat tali pusat bayi,atau ada kemerahan di sekitar tali
pusat,yang akan menjadi gelap saat infeksi tali pusat berlanjut,gejala
lainnya bisa saja seperti adanya pembengkakan pada perut,keluarnya
cairan berbau busuk dari daerah yang terinfeksi,demam,pendarahan
di sekitar tali pusat,bayi rewel,terlihat lesu,aktivitas menurun,di
sebut tanda dan gejala:

A.miningitis
B.Omphalitis
C.Distensi perut
D.ikterus neonatorum
Jawaban : B
Terimakasih……

Anda mungkin juga menyukai