615 1
Ind.
a
ADMINISTRASI FARMASI
Jilid III ( untuk kelas III )
Cetakan Pertama
Disusun Berdasarkan
Kurikulum SMF 2001
KHUSUS DIPERGUNAKAN
UNTUK SEKOLAH MENENGAH
FARMASI
Departemen Kesehatan RI
Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pusdiknakes
2004
ADMINISTRASI FARMASI
Jilid III ( untuk kelas
III ) Cetakan Pertama
Tim Penyusun :
1. Thomas Joko Nugroho, S.Pd.
2. Soemanto, BBA
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan petunjukNya, bahwa buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi
telah dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini dikarenakan telah berlakunya
kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.
Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir
oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah
melibatkan seluruh unsur SMF Se Indonesia.
Kita harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa peserta didik, guru / tenaga
pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, untuk
nantinya akan diabdikan dalam pelayanan masyarakat di bidang farmasi khususnya dan
dibidang kesehatan umumnya.
Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran
perbaikan dan kritik dari semua pembaca.
ii
PENGANTAR DARI SEKBER
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Pengantar Dari Sekber iii
Daftar Isi iv
BAB I :
ADMINISTRASI
A. Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya (GFK) 1
PERGUDANGAN
B. Pengelolaan Obat di Puskesmas
FARMASI 12
C. Administrasi Perbekalan Farmasi di Apotik 20
iv
BAB I
PENGELOLAAN ADMINISTRASI PERGUDANGAN FARMASI
Kepala Gudang
Farmasi Kab./Kodya
7. Dokumen – dokumen / Formulir yang harus ada di Gudang Farmasi saat terjadi
pengelolaan obat di Dati II sebagai berikut :
a) Dokumen pada saat perencanaan pengadaan obat.
Formulir I : Kartu kompilasi pemakaian obat
Formulir II : Data 10 Penyakit terbesar
2
Formulir III : Lembar kerja perencanaan pengadaan obat
Formulir IV : Penyesuaian rencana pengadaan obat (untuk semua sumber
anggaran)
b) Dokumen pada saat pengadaan barang.
Formulir V : Berita acara pemeriksaan penerimaan obat
Formulir Va : Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat
Formulir VI : Buku harian penerimaan obat
Formulir VII : Formulir realisasi pengadaan obat
3
ii. Penyiapan dan pengumpulam data :
- Mengkompilasikan data pemakaian obat dari seluruh unit pelayanan
kesehatan / Puskesmas dari LPLPOB
- Menyusun data 10 penyakit terbesar
- Menyiapkan data pencacahan obat pada akhir tahun anggaran untuk tingkat
GFK dan Puskesmas
- Menyiapkan data tentang obat yang akan diterima pada tahun berjalan
- Menyiapkan daftar harga setiap jenis obat (digunakan harga patokan obat
inpres tahun lalu)
a= b+c+d–e–f
Contoh soal :
Andaikan perencanaan dibuat tanggal 1 Januari 2003 dan waktu tunggu
= 6 bulan serta rata – rata pemakaian obat tiap bulan x.
Umpama stok awal 8 x, maka dapat dihitung :
Rencana penerimaan obatperiode berjalan = 3x
Rata – rata kebutuhan obat tiap bulan = 300 capsul @
Rp. 1.000
b = 1
/1 s/d 1/4 = 3 bulan =
3x c = 20,4
d = 6x
e = 8x
f = 3x
Maka a = b+c+d–e–f
= 3x+4
20,4 x + 6 x + 8 x + 3 x
= 40,4 x
= 40,4 x X 300 X Rp. 1.000
= Rp. 12.120.000
Jadi, rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang Rp. 12.120.000
iii. Penyesuaian rancangan belanja obat dengan anggaran obat total yang tersedia
di Dati II. Kegiatan yang dilakukan :
(1) Melakukan analisis ABC – VEN
Analisa ABC (pareto) adalah pengklasifikasian obat berdasarkan jumlah
penyerapan dana, yang terdiri dari :
- Klasifikasi A menyerap dana sampai 70 %
- Klasifikasi B menyerap dana sampai 20 %
- Klasifikasi C menyerap dana sampai 10 %
Dalam pengisian tabel analisa pareto (ABC), penandaan obat klasifikasi A
adalah berdasarkan prosentase akumulatif lebih kecil atau sampai
mencapai 70 %. Sedangkan obat dengan klasifikasi B dengan prosentase
akumulatif mencapai lebih besar dari 70 % sampai mencapai 90 %. Dan
obat dengan klasifikasi C prosentase akumulatif melebihi 90 % hingga
100 %.
VEN adalah metoda pengklasifikasian obat berdasarkan tiga golongan,
yaitu :
V = Very Essential
E = Essential
N = Non Essential
(b) Pengadaan
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di unit
pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya obat dengan
jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta
dapat diperoleh pada saat diperlukan. Langkah – langkah dalam pengadaan barang :
(1) Pemilihan metode pengadaan
(2) Pemilihan pemasok
(3) Pemantauan status pesanan
(4) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
(5) Penerimaan dan pemeriksaan obat Metoda
pengadaan obat ada 4 macam, yaitu :
Pelelangan umum
Pelelangan terbatas
5
Pemilihan langsung
Pembelian / pengadaan langsung Kegiatan
penerimaan dan pemeriksaan obat :
Penyusunan rencana pemasukan obat
Penerimaan obat
Pemeriksaan mutu obat
Pengisian berita acara pemeriksaan dan
penerimaan obat
Pencatatan harian penerimaan obat
Pengisian formulir realisasi pengadaan
obat
(c) Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan meyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat – obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan baik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan obat :
(1) Memelihara mutu obat
(2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
(3) Menjaga kelangsungan persediaan
(4) Memudahkan pencarian dan pengawasan
(d) Distribusi
7
Kegiatan Distribusi :
Kegiatan Distribusi Rutin, mencakup distribusi untuk kebutuhan pelayanan
umum diunit pelayanan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Perencanaan distribusi.
2) Penetapan frekwensi pengiriman obat.
3) Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah pengiriman obat.
Kegiatan Distribusi Khusus, mencakup distribusi obat program dan perbekalan
kesehatan (untuk pelaksanaan program kesehatan yang telah ditetapkan)
8
- kualitas atau kondisi obat
- isi kemasan dan kekuatan sediaan
- kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat.
7. Tiap pengeluaran obat dari Gudang Farmasi harus segera dicatat pada kartu
stok dan kartu stok induk obat serta Buku Harian Pengeluaran Obat.
Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan obat ini telah diuraikan pada
masing-masing aspek pengelolaan obat. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas
kegiatan pencatatan dan pelaporan obat yang perlu dilakukan oleh GFK.
1. Pencatatan dan Pengolahan Data Untuk Mendukung Perencanaan Pengadaan
Obat.
a. Kartu Rencana Distribusi.
b. Perhitungan tingkat kecukupan obat per UPK.
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana distribusi akan
dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dalam gudang penyimpanan
Gudang Farmasi.
Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat. Tingkat
kecukupan dihitung dari sisa stok obat di Gudang Farmasi dibagi dengan total
kebutuhan stok optimum obat Unit Pelayanan Kesehatan.
Jika tingkat kecukupan obat semakin menurun maka petugas Gudang Farmasi
dapat mempergunakan catatan pada Kartu Realisasi Pengadaan Obat untuk
memberikan umpan balik kepada sumber dana obat agar mempercepat
pengadaan obat yang alokasinya telah disetujui.
Jika ternyata semua pengadaan telah dilakukan, maka petugas Gudang Farmasi
harus segera menyesuaikan stok optimum obat bersangkutan untuk seluruh
UPK.
Tingkat kecukupan sisa stok obat di Gudang Farmasi dalam mendukung
rencana distribusi harus selalu dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Tingkat II setempat.
9
Laporan yang perlu disusun GFK terdiri dari :
Laporan Mutasi Obat.
Laporan Kegiatan Distribusi.
Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran.
Laporan Tahunan / Profile Pengelolaan Obat Dati II.
(f) Penggunaan
Penggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak dipisahkan dengan
fungsi pengelolaan obat lainnya, yaitu perencanaan, pengadaan dan pendistribusian
obat. Aspek penggunaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya
diletakkan dalam konteks dukungan terhadap kerasionalan peresepan, meliputi hal-
hal sebagai berikut :
Pengendalian kecukupan suplai.
Jaminan mutu obat.
Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas.
Penerapan pedoman pengobatan yang telah ditetapkan.
2. Distribusi obat.
Pendistribusian obat secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu akan
sangat membantu upaya peningkatan secara rasional dimana peresepan obat
dapat di laksanakan berdasarkan pada kebutuhan, tidak didasarkan pada obat
yang tersedia.
11
(g) Penghapusan Obat
Penghapusan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pembebasan obat-obatan
milik/kekayaan Negara dari tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Cara-cara Penghapusan :
Bupati/Walikota KDH Tk.II mengeluarkan Surat Keputusan Penghapusan Obat.
Dalam Surat Keputusan ini ditentukan cara penghapusan yaitu dengan jalan
Pemusnahan Obat.
Penghapusan dengan cara Pemusnahan.
1. Kepala Dinas Kesehatan Dati II, membentuk Panitia Pemusnahan, dengan
tugas-tugas antara lain :
Menentukan cara-cara pemusnahan dengan memperhatikan ketentuan
yang berlaku di bidang AMDAL.
Menyiapkan obat-obatan yang akan dimusnahkan.
Menyiapkan pelaksanaan pemusnahan, sesuai dengan tata cara yang
disetujui.
Membuat Berita Acara Pemusnahan.
Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada Bupati / Walikota
KDH Tingkat II setempat.
12
3. Tugas dan wewenang
a) Kepala Puskesmas
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan obat dan
pencatatan pelaporan di Puskesmas.
Mengawasi dan membina pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan
pelaporan
Mengajukan permintaan obat kepada Kadinkes Dati II / Ka GFK setempat.
Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kadinkes Dati II
setempat
Melaporkan semua obat yang hilang, rusak, daluarsa dan obat yang tidak
dibutuhkan kepada Kadinkes Dati II / GFK setempat.
Mengembalikan obat – obatan yang tidak dibutuhkan, rusak dan daluarsa
kepada Kadinkes Tk II / GFK.
13
d) Petugas Kamar Suntik
Menyimpan, memelihara dan membuat catatan obat yang digunakan maupun
yang diterimanya dalam bentuk Buku Catatan Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat.
Setiap awal bulan (atau jika stok hampir habis) mempersiapkan data pemakaian
obat dan melaporkan serta mengajukan permintaan obat kepada Kepala
Puskesmas / Petugas Kamar Obat.
Menyimpan obat yang ada di Kamar Suntik dengan baik / pada tempat yang
sesuai.
Menyerahkan kembali obat rusak / daluarsa kepada Kepala Puskesmas /
Petugas Kamar Obat.
4. Kartu Stok
a) Fungsi Kartu Stok
Sebagai sumber informasi tentang mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau daluarsa)
Sebagai sumber data untuk menyusun LPLPO ( Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat )
Sebagai dokumen negara yang harus disimpan dan dipelihara secara tertib
selama 10 tahun.
Puskesmas : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kab/Kodya : ……………………….
b) Fungsi LPL.PO
Laporan pemakaian obat bulanan
Lembar permintaan obat
Laporan kunjungan resep
Dokumen bukti pengeluaran obat / sumber informasi
Dokumen bukt penerimaan obat / sumber informasi
Sumber informasi untuk perencanaan
Sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat
Sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan (hasil pengolahan
LPLPO)
Sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalammenyampaikan laporan
pemakaian obat
Format LPLPO
LAPORAN PEMAKAIAN dan LEMBAR PERMINTAAN OBAT PUSKESMAS
PUSKESMAS : ...............
KECAMATAN : ............... PELAPORAN BULAN / PERIODE : ............ DOKUMEN NO : ..............
KODYA : ............... PERMINTAAN BULAN / PERIODE : ............. GFK : ...............
PUSKESMAS : ...............
No. Nama Obat Satuan Stok Peneri- Perse- Pema- Sisa Stok
Awal maan diaan kaian Stok Opt.
1 PHB A Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Air Raksa Btl
Dental use
2 Aminofilin inj. Amp
24mg/ml–10 ml
3 Aminofilin Tab
Tablet 10 mg
4 Amitriptilin Tab
HCl tabb. Salut
25 mg
5 Amoksisilin Kaps
Kaps. 250 mg
6 Amoksisilin dry Btl
Syr. 125mg/5ml
7 Ampisilina Kapl
Kaplet 500 mg
8 Ampisilina dry Btl
Syr. 125 mg/ml
9 Antalgin Tab
Tabl. 500 mg
10 Antasida Tab
DOEN
tabl.
kombina
si
Jumlah kunjungan resep Umum PHB Jumlah
Bayar Tidak Bayar
e). Manfaat :
Untuk pengisian format LPLPO Sub Unit PK.
17
d). Contoh Format Laporan Obat Rusak dan atau Daluarsa.
Laporan Obat Rusak / Daluarsa
( ……………… ) ( ………………)
bulan (4)
( ……………………… ) ( ……………………. )
18
g). Lampiran Daftar Obat Hilang
Lokasi : ( a ) ……………….
Tanggal : ( b ) ………………
Dinkes Dati II
/ GFK
LPLPO
Puskesmas
(Gudang Obat)
LPLPO LPLPO
= jalur pelaporan
= jalur distribusi obat
19
10. Pengawasan Obat di Puskesmas
a). Tugas Pengawasan
Salah satu tugas dan wewenang Kepala Puskesmas wajib melaksanakan
pengawasan melekat terhadap obat – obatan yang diterima, disimpan dan
didistribusikan dan yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b). Maksud dan tujuan pengawasan
Mencegah secara dini terjadinya penyimpangan atau ketidak cocokan antara
obat yang diterima, disimpan dan dikeluarkan di Puskesmas dengan dokumen
pendukungnya tanpa menunggu pelaksanaan stok opname pada akhir bulan atau
akhir tahun.
c. Informasi yang diperoleh dari pengawasan di Puskesmas
Kepastian bahwa seluruh obat baik jenis maupun jumlahnya yang diterima dari
gudang farmasi kabupaten dan yang dikeluarkan ke Sub Unit telah tercatat pada
kartu stok.
Kepastian bahwa penyimpanan obat di gudang Puskesmas sesuai dengan tata
cara / aturan penyimpanan obat serta secara fisik jumlahnya sama dengan
jumlah pada kartu stok.
d) Ruang lingkup pengawasan obat di Puskesmas
Kegiatan penerimaan dan penyimpanan obat
Distribusi dan penyerahan obat
Penggunaan obat – obatan akhir Sub Unit 4 PK
3. Pengelolaan Apotik
Pengelolaan apotik dibidang pelayanan kefarmasian meliputi :
(a) Pembuatan, pengolahan, paracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
(b) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan kesehatan
dibidang farmasi lainnya.
(c) Informasi mengenai perbekalan kesehatan dibidang farmasi
4. Perbekalan Farmasi
Perbekalan farmasi yang disalurkan oleh apotik meliputi :
(a) Obat
(b) Bahan Obat
(c) Obat asli Indonesia
(d) Bahan obat asli Indonesia
(e) Alat kesehatan
(f) Kosmetika, dll
20
5. Aliran Barang Masuk
a) Prosedur pembelian
(1) Tahap persiapan
Perencanan dan penentuan perbekalan farmasi yang akan dibeli baik nama
barang dan banyaknya berdasarkan buku defecta yang berasal dari data
penjualan bebas, bagian peracikan maupun kartu stok yang ada digudang.
Dokumen yang diperlukan adalah daftar kebutuhan obat yang harus dibeli.
Mencari dan menemukan penyalur masing – masing obat yang dilengkapi
nama, alamat, nomor telepon penyalur ; daftar harga obat masing – masing
penyalur ; penentuan waktu dan frekuensi pembelian
Mengadakan perundingan dengan beberapa penyalur untuk merundingkan
persyaratan jenis, mutu barang yang diperlukan ; persyaratan harga dan
potongan – potongan yang diperoleh ; persyaratan pengiriman barang ;
persyaratan waktu pembayaran.
(2) Tahap pemesanan :
Disiapkan surat pemesanan barang rangkap tiga untuk dikirim kepada penyalur,
gudang dan arsip pembelian.
(3) Tahap penerimaan :
Barang yang diterima harus diperiksa oleh petugas gudang bila perlu disaksikan
oleh petugas pembelian dengan melakukan pemeriksaan sbb :
Mencocokkan surat pengiriman barang, faktur dengan surat pemesanan
barang
Mencocokkan surat pengiriman barang dan faktur dengan barang – barang
yang nyata – nyata dikirim, baik terhadap nama barang, kemasan, jumlah
serta pemeriksaan terhadap kadaluarsa
(4) Tahap penyimpanan barang :
Petugas gudang mencatat seluruh penerimaan barang hari itu dalam buku
harian penerimaan barang
Mencatat semua surat pengiriman barang ke kartu stok
Menyimpan barang sesuai dengan jenis dan sifat barang
Barang tertentu disimpan di tempat terpisah, misalnya :
- Narkotika, disimpan di lemari terkunci
- Serum, vaksin di lemari pendingin
-Bahan yang mudah terbakar di tempat tersendiri
(5) Pencatatan dokumen / faktur pembelian barang
Mengumpulkan faktur / bon pembelian barang
Mencatat dalam jurnal pembelian untuk semua
faktur atau pembelian kredit
Mencatat dalam jurnal pengeluaran kas, untuk semua pembelian barang
secara kontan
Membuat posting ke buku besar pembantu dan buku besar umum
6. Aliran Barang Keluar
Prosedur penjualan :
a) Penjualan obat bebas, alkes dan lain - lain :
(1) Setiap pembelian obat bebas diberikan tanda bukti transaksi penjualan
berupa bon atau kwitansi penjualan rangkap 3 dan diberi nomor, tanggal,
nama barang, banyak harga satuan dan jumlah.
(2) Bukti transaksi tersebut digunakan untuk membayar pada kasir sejumlah
bon / kwitansi. Tembusan 1 dipegang sbagai arsip kasir setelah diberi
stempel lunas.
(3) Asli dan tembusan 2 diserahlan kepada pelayan apotik untuk pengambilan
barang; setelah tembusan 2 dan asli diberi tanda barang telah diambil.
Tembusan 2 sebagai arsip pelayan apotik yang menyerahkan barang.
21
(4) Bon yanga sli dan obat – obat bebas diserahkan kepada pasien.
22
BAB II
INVENTORY CONTROL (PENGENDALIAN PERSEDIAAN)
3. Kebutuhan perbulan
Pembelian berdasarkan kebutuhan perbulan diartikan pengadaan barang sebesar
harga pokok, atau Cost Of Goods Sold ( C.G.S )
Contohnya :
Misalnya omzet rata – rata perbulan = Rp. 100.000.000,-
Laba bruto rata – rata dipungut 23% dari omzet
Maka harga pokoknya = 77% x Rp. 100.000.000 atau =
Rp. 77.000.000,-
Jenis keseimbangan :
Pengadaan barang berdasarkan 2 jenis keseimbangan, yaitu :
4. Keseimbangan secara total adalah : keseimbangan antara seluruh permintaan
dengan seluruh persediaan atau antara seluruh pembelian dengan seluruh
penjualan secara proporsional.
Misalnya : omzet perbulan 100 juta, laba bruto yang dipungut = 25%
Maka harga pokok = 75% = Rp. 75 juta
Jadi jumlah pembelian supaya seimbang dengan penjulana ( omzet )
= Rp. 75 juta
c. Perbandingan omzet = 75 : 20 : 5
= 15 : 4 : 1
Jumlah obat dengan resep dokter yang harus dibeli bulan berikutnya adalah :
15
x 82.348.484,85 = Rp. 61.761.363,64
20
Jumlah obat dengan resep dokter dari rumah sakit yang harus dibeli bulan berikutnya
adalah :
4
x 82.348.484,85 = Rp. 16.469.696,97
20
24
Jumlah obat dengan penjualan bebas yang harus dibeli bulan berikutnya adalah :
1
x 82.348.484,85 = Rp.4.117.424,243
20
2. Waktu
Waktu pemesanan barang adalah pada saat persediaan berada pada keadaan
Re Order Point. Re Order Point adalah saat / titik pemesanan kembali, yakni bila
persediaan barang pada kondisi Buffer Stock. Buffer Stock adalah jumlah
persediaan yang harus ada dalam gudang untuk menjaga jangan sampai kehabisan
barang selama terjadi pemesanan barang.
Lead Time atau waktu tunggu yaitu waktu yang diperlukan mulai saat pemesanan
barang sampai barang datang.
3. Lokasi
(a) Lokasi persediaan barang
Di ruang racikan
Di ruang gudang
Pemesanan mulai dilaksanakan bila digudang sudah habis dengan catatan di
ruang racikan cukup tersedia selama pemesanan kembali.
(b) Lokasi Apotik :
Apotik berada di kota besar
Apotik berada di luar kota
Apotik berada di luar kota yang tanggung letak / lokasi aporik terhadap
supplier sangat mempengaruhi waktu tunggu ( Lead Time )
25
Gambar : Pesanan / pembelian sebesar kebutuhan 4 minggu :
V4 V M VM
= posisi persediaan
V3
VM = Volume maksimal pembelian
V2 R R R = Re Order point
V1 Safety stock
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
26
BAB III
KEPEMIMPINAN
A. Defenisi Kepemimpinan
Menurut James AF. Stoner, kepemimpinan managerial dapat didefinisikan sebagai
suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan – kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari
definisi tersebut :
1. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan
mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin.
2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang
diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi
para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan – kegiatan pemimpin
secara langsung.
3. Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,
pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan
tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
1. Pendekatan Kesifatan
Pendekatan kesifatan memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat –
sifat yang tampak. Pada teoritis kesifatan adalah kelompok pertama yang bermaksud
menjelaskan tentang aspek kepemimpinan. Mereka percaya, bahwa para pemimpin
memiliki ciri – ciri atau sifat – sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin
para pengikutnya.
Berbagai studi pembandingan sifat – sifat pemimpin dan bukan pemimpin, sering
menemukan bahwa pemimpin cenderung lebih tinggi, mempunyai tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi, lebih ramah dan lebih percaya diri dari pada yang lain dan mempunyai
kebutuhan akan kekuasaan lebih besar. Tetapi kombinasi sifat – sifat tertentu, akan
membedakan antara pemimpin atau calon pemimpin dari pengikut belum pernah
ditemukan. Sehingga timbul anggapan para peneliti sifat – sifat kepemimpinan, bahwa
pemimpin dilahirkan, bukan dibuat, atau seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak
membawa sifat – sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin.
Sifat – sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan yang effektif
menurut Edwin Ghiselli :
Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (Supervisory Ability)
atau pelaksanaan fungsi – fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan
dan pengawasan pekerjaan orang lain.
Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup percarian tanggung
jawab dan keinginan sukses
Kederdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir
27
Ketegasan (Decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan –
keputusan dan memecahkan masalah – masalah dengan cakap dan tepat
Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan
untuk menghadapi masalah
Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara – cara baru
atau inovasi
28
(b) Gaya – gaya kepemimpinan
Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan, yaitu :
Gaya dengan orientasi tugas (task oriented )
Manager berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara
tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang
diinginkannya. Manager dengan gaya kepemimpinan ini lebih
memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan
pertumbuhan karyawan.
Gaya dengan orientasi karyawan
Manager berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan
dibanding mengawasi mereka . Mereka mendorong para anggota kelompok
untuk melaksanakan tugas – tugas dengan memberikan kesempatan
bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan
suasana persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan
menghormati dengan para anggota kelompok.
29
Kisi – kisi manajerial dari Blake dan Mounton
Kisi – kisi manajerial (Managerial grid) yang dikembangkan oleh Robert Blake
dan Jane Monton juga berkenan dengan orientasi manajer pada tugas (produksi) dan
karyawan (orang) serta kombinasi antara kedua ekstrim.
Gambar :
Menunjukkan suatu kisi – kisi atau jaringan dengan sumbu horizontal perhatian
terhadap produksi dan sumber vertikal perhatian terhadap karyawan.
Manager 1.9 :
Mempergunakan kepemimpinan santai, serba mengizinkan, dengan tekanan pada
pemeliharaan keuangan dan kepuasan karyawan. Manajer tipe ini cenderung
menghindari ketegangan dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan perhatian
terhadap karyawan yang tinggi tetapi perhatian terhadap produksi rendah.
Manager 5.5 :
30
Disebut gaya Middle of the road management atau Organization Man
Management. Memperhatikan baik terhadap kepuasan karyawan maupun
terhadap produksi. Kadang manajer tipe ini menggunakan pendekatan tawar
menawar implisit untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Manager 9.1 :
Digambarkan sebagai seorang otokrat, pemegang tugas yang keras, dengan
berbagai karakteristik pengawasan tertutup. Management tugas atau otoriter ini
perhatiannya terhadap produksi dan effisiensi tinggi tetapi rendah perhatiannya
terhadap karyawan.
Manager 9.9 :
Percaya bahwa saling memahami dan menyetujui tentang apa tujuan – tujuan
organisasi dan cara – cara pencapaiannya adalah inti pengarahan kerja.
Manajement team atau Demokratik ini memberikan perhatian penuh baik pada
produksi maupun semangat kerja dan kepuasan karyawan, melalui penggunaan pendekatan
partisipatif atau team dalam pelaksanaan pekerjaan.
Blake dan Mounton mengemukakan bahwa gaya manajemen 9.9 adalah tipe
perilaku kepemimpinan yang paling effektif. Pendekatan ini dalam hampir semua situasi,
akan menghasilkan peningkatan prestasi, tingkat absensi dan perputaran karyawan rendah,
dan kepuasan kerja karyawan tinggi. Kisi – kisi manajerial dari Blake dan Mounton
digunakan secara meluas sebagai peralatan latihan.
Kesimpulan yang dapat dibuat, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya
kepemimpinan yang paling tepat tergantung kepada beberapa variabel yang saling
berhubungan seprti ditunjukkan pembahasan berikut.
31
Tidak mau menerima kritk, saran dan pendapat orang lain
Terlalu tergantung pada kekuasaan yang dimilikinya ( kekuasaan formal
karena ia telah diangkat sebagai pimpinan )
Dalam menggerakan kerabat kerjanya sering mempergunakan unsur paksaaan
dan hukuman
32
Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia
Selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik – kritik dari
bawahannya
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan
Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas – luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibanding dan
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang lalu
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Kemampuan dan
kualitas pemimpin
33
3. Kekuatan – kekuatan situasi adalah :
(a) Tipe organisasi
(b) Effektifitas kelompok
(c) Desakan waktu
(d) Sifat masalah itu sendiri
Konsep Tannen Bawm dan Selmit merupakan rangkaian kesatuan seperti ditunjukkan
gambar sbb :
Kepemimpinan Kepemimpinan
Terpusat pada terpusat pada
Pemimpin bawahan
Penggunaan wewenang
Oleh manajer
Daerah Kebebasan
Bagi bawahan
1 2 3 4 5 6 7
34
BAB IV
PERHITUNGAN HARGA POKOK
Persediaan Awal xx
Pembelian = xxxx
Retur pembelian = x (-)
= xxx
Pot.Pembelian & pengur.harga = x (-)
= xx
Beban angkut pembelian = x (+)
Pembelian bersih = xxx xxx (+)
Barang tersedia untuk dijual xxxxx
Persediaan akhir x
Harga Pokok (-)
xxxx
Contoh Soal :
Diketahui data persediaan barang PT. ABC sbb :
Persediaan awal = Rp. 2.000.000
Pembelian = Rp. 4.000.000
Retur pembelian = Rp. 1.000.000
Potongan pembelian dan pengurangan harga = Rp. 500.000
Beban angkut pembelian = Rp. 750.000
Persediaan akhir = Rp. 1.000.000
Hitung harga pokok penjualan barang tersebut !
Jawab .................
35
Jawab :
Persediaan awal Rp. 2.000.000
Pembelian Rp. 4.000.000
Retur pem & pengurangan.harga Rp. 500.000 (-)
Rp. 3.500.000
Beban angkut pembelian Rp. 750.000 (+)
Pembelian bersih Rp. 4.250.000 Rp. 4.250.000 (+)
Barang tersedia untuk dijual Rp. 6.250.000
Persediaan akhir Rp. 1.000.000 (-)
Rabat % = Rp.........… -
= Rp.........…
Komisi % = Rp.........…
+
Catatan :
½ kg keatas dibulatkan menjadi 1 kg
Kurang dari ½ kg, hilangkan
½ rupiah ke atas dibulatkan menjadi 1 rupiah
kurang dari ½ rupiah, hilangkan
36
2) Keterangan Istilah – Istilah Dalam Nota / Faktur Pembelian dan Nota / Faktur
Penjualan
(a) Potongan berat meliputi :
Tara ekstra atau tara istimewa, potongan terhadap pembungkus (kemasan)
khusus, biasanya dinyatakan dalam % ttara = pembungkus
Tara atau pembungkus dapat dinyatakan dalam %
Refaksi, potongan yang diperhitungkan terhadap kemungkinan menyusutnya
baran, dinyatakan dalam %
Potongan lainnya secara khusus adalah yang sering disebutkan dalam
satuan Kg.
(b) Bruto atau Berat kotor adalah berat barang beserta pembungkus / kemasannya.
Netto atau Berat bersi adalah berat barang setelah dikurangi potongan – potongan
berat.
Ketiga biaya (1, 2, 3) dalam faktur pembelian ditambahkan, sedang dalam faktur
penjualan dikurangkan.
38
Contoh soal dan jawab Nota / Faktur Penjualan Barang Dagangan
Seorang saudagar kopra di Ujung Pandang menyuruh komisioner di Surabaya untuk
menjualkan 2,186 Kg Simplisia dengan ketentuan sbb : Tara 2%, Tara istimewa 1%,
Rabat 3%, Pot. Tunai 1%, ongkos angkutan dan bongkar muat sebesar Rp. 225.000,00.
Komisi dan kurtasi yang diperhitungkan 4% dan 1%. Susunlah faktur penjualan dengan
harga netto Rp. 2.000,00 per Kg.
Jawab :
Berat kotor = 2.186 Kg
Tara ist. 1% = 22 Kg (-)
= 2.164 Kg
Tara 2% = 43 Kg (-)
Berat bersih = 2.121 Kg x Rp. 2.000,00 = Rp. 4.242.000,00
Rabat 3% = Rp. 127.000,00 (-)
= Rp. 4.114.740,00
Potongan tunai 1 ½% = Rp.
41.147,40 (-)
= Rp. 4.073.592,60
Ongkos – ongkos :
Komisi 4% = Rp. 162.943,70
Kurtasi 1% 41.147,40 (+)
Harga penjualan
Ongk. Angkut = Rp. 225.000,00bersih = Rp. 348.901,10 (-)
= Rp. 3.689.501,50
Contoh :
1. Tanggal 3/3 2003 Apotik Jaya Abadi membeli Kalpicillin Kaplet 500mg 1 (satu) dos
@ Rp. 85.000. dari PT. Prima Medika dengan Harga Netto Apotik (HNA). Bila laba
yang diinginkan apotik = 30% dari harga pokok, hitunglah harga jualnya !
Jawab :
Diketahui : HNA = Rp. 85.000
Laba = 30 %
Perhitungan : Harga jual = HNA + Laba
= 85.000 + ( 0,3 x 85.000 )
= 85.000 + 25.500
= Rp. 110.500,00
2. Tanggal 5/3 2003 Apotik Jaya Abadi membeli separtai obat – obatan dengan harga
Rp. 2.000.000,00 ( HNA ) PPN 10% = Rp. 200.000,00 maka jumlah yang dibayar
apotik kepada PT. Sumber Makmur = Rp. 2.200.000,00. Bila apotik mempunyai
kebijaksanaan laba 331/3% dari harga pokok, maka harga jualnya ?
39
Jawab :
Harga jual = HNA + PPN Laba
= 2.000.000,00 + 200.000,00 + ( 331/3 % x 2.200.000 )
= 2.200.000,00 + 733.333,00
= 2.933.333,00
Atau
Contoh -1:
5/5 2003 dibeli Pehacort tablet sebanyak 1 fls (500 Tab.) seharga Rp. 210.000,00 (HET)
dari PT.Bhakti Wira Husada dengan potongan penjualan 331/3%. Hitunglah
harga pokok penjualan !
Jawab :
Harga Jual Tertinggi = Rp. 210.000,00
Lab / Potongan Penjualan = 33 1/3 = Rp. 70.000,00 (-)
Harga Pokok Penjualan = Rp. 140.000,00
Contoh-2 :
7/5 2003 dibeli Bartolium Kapsul 1 fls (50 kapsul) dengan harga Rp. 81.000 (HET)
dengan PPN 10% (Rp. 8100,00) dengan potongan 33 1/3%. Maka harga
pokok penjualan sbb :
HET = Rp. 81.000,00
Potongan Penjualan = 33 1/3% = Rp. 27.000,00 (-)
Harga Netto Apotik = Rp. 54.000,00
Pajak ( PPN 10% ) = Rp. 5.400,00 (+)
Harga Pokok Penjualan = Rp. 59.400,00
Jadi :
41
hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena
memproduksi ketiga jenis produk tersebut.
Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan
semen, pupuk urea, gula) maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam
hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory
overhead costs).
Dalam hubungannya dengan departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih
dari satu departeme. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit
Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen – departemen lain dalam perusahaan,
baik untuk penerangan, maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang
mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari
alokasi biaya Departemen Pembangkit Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung
departemen.
Biaya tidak langsung, ialah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak langsung
membebani hasil produksi, misal :
pemakaian listrik
biaya pemeliharaan mesin - mesin
biaya penyusutan mesin dan gedung pabrik
gaji teknisi mesin - mesin
biaya administrasi dan lainnya di pabrik tsb.
42
Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Produk serta Harga Jual.
Contoh-1
Dalam memproduksi 1000 botol sirup antihistaminika dikeluarkan biaya – biaya sbb :
Biaya langsung
- Bahan Utama Rp. 472.000,00
- Bahan Pembantu Rp. 128.000,000
Rp. 600.000,00
- Upah Mesin
80 Jam x Rp. 2.000 Rp. 160.000,00
- Upah Karyawan
80 Jam x Rp. 1.200 Rp. 96.000,00
Rp. 256.000,00 +
Jumlah biaya langsung Rp. 856.000,00
Contoh – 2 :
Sebuah perusahaan farmasi membuat obat – obatan dalam suatu proses produksi
membutuhkan biaya – biaya :
- Bahan utama = Rp. 520.000,00
- Bahan penolong = Rp. 342.000,00
- Upah mesin dan karyawan = Rp. 441.000,00
- Biaya tidak langsung diperhitungkan 30 % dari biaya langsung
- Biaya umum satu bulan = Rp. 1.204.200,00
43
Proses produksi berlangsung selama 15 hari. Barang yang dihasilkan dikemas 3 kemasan
dengan perbandingan 2 : 3 : 5, yang masing – masing berjumlah 1.000 kesatuan per unit
Hitunglah harga pokok barang untuk tiap – tiap kemasan.
Jawab :
Biaya langsung :
Bahan utama …………………………………………………..Rp. 520.000,00
Bahan penolong ……………………………………………….Rp. 342.000,00
Upah mesin dan karyawan …………………………………….Rp. 441.000,00 (+)
Jumlah biaya langsung
Rp. 1.303.000,00
Biaya tidak langsung :
0,5 x 1.0.900,00 ……………………………………………….Rp. 390.900,00
(+)
Jumlah harga pokok produksi
Rp. 1.693.900,00
45
BAB V
MENGHITUNG NILAI PERSEDIAAN AKHIR
Contoh soal :
Data – data suatu perusahaan diketahui sebagai berikut :
Barang kelompok A. Persediaan tgl. 1/1 sebanyak 500 unit @ Rp. 100,00
Barang kelompok B. Pembelian tgl 3/1 sebanyak 800 unit @ Rp. 200,00
Barang kelompok C. Pembelian tgl 12/1 sebanyak 900 unit @ Rp. 300,00
Barang kelompok D. Pembelian tgl 18/1 sebanyak 1000 unit @ Rp. 400,00
Barang kelompok E. Pembelian tgl 25/1 sebanyak 500 unit @ Rp. 500,00
Jika diketahui pada tgl. 31/1 setelah dilakukan inventarisasi secara fisik / nyata, masih
terdapat persediaan sebanyak 1000 – Unit yang terdiri dari barang kelompok B = 400 unit,
barang kelompok D = 400 unit dan barang kelompok E = 200 unit. Berapakah harga / nilai
persediaan barang tersebut ?
Jawab :
Barang kelompok B = 400 unit = 400 x Rp. 200,00 = Rp. 80.000,00
Barang kelompok D = 400 unit = 400 x Rp. 400,00 = Rp. 160.000,00
Barang kelompok E = 200 unit = 200 x Rp. 500,00 = Rp. 100.000,00
Jumlah 1000 unit Rp. 340.000,00
46
2. Metode rata – rata sederhana
Harga pokok rata – rata per unit dengan metode rata – rata sederhana sama dengan
Total Harga per unit masing – masing kelompok dibagi dengan jumlah kelompok.
Σ harga per unit masing - masing
HP Rata – rata per unit =
Σ kelompok
Nilai persediaan akhir ( NPA ) sama dengan sisa persediaan akhir dikalikan dengan
banyak.
Harga rata – rata :
NPA = Banyak persediaan akhir x HP rata – rata per unit metode sederhana
Contoh soal :
Sama dengan soal No. 1 pada soal metode Tanda Pengenal Khusus
Jawab :
Jadi harga pokok rata – rata per unit :
Kelompok A harga pokok per unit = Rp. 100,00
Kelompok B harga pokok per unit = Rp. 200,00
Kelompok C harga pokok per unit = Rp. 300,00
Kelompok D harga pokok per unit = Rp. 400,00
Kelompok E harga pokok per unit = Rp. 500,00
5 kelompok = Rp. 1.500,00
Contoh soal :
Sama dengan soal No. 1 pada soal metode Tanda Pengenal Khusus
Jawab :
Barang kelompok A tgl. 1/1 sebanyak 500 unit
500 x Rp. 100,00 = Rp. 50.000,00
Barang kelompok B tgl. 3/1 sebanyak 800 unit
800 x Rp. 200,00 = Rp. 160.000,00
Barang kelompok C tgl. 12/1 sebanyak 900 unit
900 x Rp. Rp. 300,00 = Rp. 270.000,00
Barang kelompok D tgl. 18/1 sebanyak 1000 unit = Rp. 400.000,00
Barang kelompok E tgl . 25/1 sebanyak 500 unit
500 x Rp. 500,00 = Rp. 250.000,00
sebanyak 3700 unit = Rp. 1.130.000,00
47
Maka harga pokok rata – rata per unit = Rp. 1.130.000,00 : 3.700
= Rp. 305.4054054 = Rp. 305,41
Jumlah harga / nilai persediaan akhir untuk 1000 unit = 1000 x Rp. 305,41
= Rp. 305.410,00
4. Metode First In – First Out ( FIFO ) = Masuk pertama keluar / dijual pertama
( MPKP ) Secara fisik.
Prinsip metode FIFO :
Barang ayng dibeli pertama dijual pertama
Nilai persediaan akhir dihitung secara mundur dari barang yang dibeli paling akhir.
Slogan metode FIFO : “ Ingat beras ingat Cosmos “ atau “ Beli awal masak awal “
Cara perhitungan :
Nilai persediaan akhir dihitung mundur dari barang yang dibeli paling akhir
Bila jumlah persediaan akhir masih bersisa dari hasil pengurangan dengan barang
yang dibeli paling akhir maka dihitung lagi dari barang yang dibeli dari nomor dua
( 2 ) terakhir dan seterusnya.
5. Metode Last in, First out ( LIFO ) masuk paling akhir, keluar / dijual paling awal /
pertama secara fisik.
Slogan metode LIFO : Ingat beras ingat gentong atau Yang dibeli akhir dimasak awal
Prinsip metode LIFO :
Barang yang dibeli terakhir dijual lebih awal
Nilai persediaan akhir dihitung secara maju mulai dari barang yang dibeli paling
awal.
Cara perhitungan :
Nilai persediaan akhir dihitung secara maju mulai dari barang yang dibeli paling
awal.
Bila jumlah persediaan akhir masih bersisa setelah dikurangi dengan barang yang
dibeli paling awal maka dihitung lagi dari barang yang dibeli dari nomor dua paling
awal dan seterusnya.
Contoh soal sama dengan soal LIFO :
Jawab :
Nilai persediaan akhir sbb :
Jumlah unit persediaan akhir = 1000 unit
Pembelian 1/1 = 500 unit @ Rp. 100,00 = Rp. 50.000,00
Pembelian 3/1 = 500 unit @ Rp. 200,00 = Rp. 100.000,00 (+)
48
Nilai persediaan akhir = Rp. 150.000,00
Jawab ..............
Jawab :
Cara I : Perhitungan Perpetual FIFO / MKP ( nilai dalam ratusan rupiah )
Tgl B.UNITPEMASUKAN
HP/UNIT
/ PEMBELIAN PENGELUARAN / PENJUALAN PERSEDIAAN / SALDO / SISA
JUMLAH B.UNIT HP UNIT JUMLAH B.UNIT HP UNIT JUMLAH
1/1 600 1 600
3/1 800 2 1600 800 2 1600
1400 2200
8/1 600 1 600 400 2 800
400 2 800
400 2 800
12/1 600 3 1800 600 3 1800
1000 2600
400 2 800
600 3 1800
18/1 900 4 1800 900 4 3600
1900 6200
20/1 400 2 800
600 3 1800 400 4 1600
500 4 2000
25/1 500 5 2500 400 4 1600
25/1 500 5 2500 500 5 2500
900 4100
Jumlah unit saldo akhir = 900 unit
Nilai saldo akhir = Rp.
410.000,00
FIFO cara lainnya :
Keterangan b.unit hp.unit Jumlah
1/1 Pers.Awal 600 100 Rp. 60.000,00
3/1 Pembelian 800 200 Rp. 160.000,00
1400 Rp. 220.000,00
8/1 Penjualan 600 100
Rp. 140.000,00
400 200
49
400 Rp. 80.000,00
12/1 Pembelian 600 300 Rp. 180.000,00
1000 Rp. 260.000,00
18/1 Pembelian 900 400 Rp. 360.000,00
1900 Rp. 620.000,00
20/1 Penjualan 400 200
600 300 Rp. 460.000,00
500 400
400 Rp. 160.000,00
25/1 Pembelian 500 500 Rp. 250.000,00
900 Rp. 410.000,00
Contoh :
Penjualan tgl. 8/1 = 1000 unit, barang yang dijual berasal dari :
Pembelian tgl. 1/1 = 600 unit @ Rp. 100
Pembelian tgl. 3/1 = 400 unit @ Rp. 200,00
Penjualan tgl. 20/1 = 1500 unit, barang yang dijual berasal dari :
Pembelian tgl. 3/1 = 400 unit @ Rp. 200,00
Pembelian tgl. 12/1 = 600 unit @ Rp. 300,00
Pembelian tgl. 18/1 = 500 unit @ Rp. 400,00
Contoh soal metode LIFO secara perpetual sama dengan soal metode FIFO secara
perpetual.
Jawab :
Perhitungan Pembelian
perpetual/ Pemasukan Penjualan
LIFO = NIKE (dalam / Pengeluaran
ratusan rupiah) Sisa / Saldo / Persediaan
Tgl B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah
(Masuk / pembelian terakhir keluar / dijual pertama / paling awal)
1/1 600 1 600
600 1 600
3/1 800 2 1600 800 2 1600
1400 2200
8/1 800 2 1600 400 1 400
200 50 1 200
400 1 400
12/1 600 3 1800 600 3 1800
1000 2200
400 1 400
600 3 1800
18/1 900 4 3600 900 4 3600
1900 5800
900 4 3600 400 1 400
20/1 600 3 1800
400 1 400
25/1 500 5 2000 500 5 2500
900 2900
Jumlah unit persediaan akhir = 900 unit
Nilai persediaan akhir Rp. 290.000,00
Pembelian tgl. 3/1 = 800 unit (-) @ Rp. 200 = Rp. ……………
Pembelian tgl. 1/1 = 200 unit @ Rp. 100 = Rp. ……………
Penjualan tgl. 20/1 = 1500 unit
Diambil dari :
Pembelian tgl.
Pembelian tgl 18/1
12/1 =
= 900unit
600 unit (-) @ Rp.
@ Rp. 400
300 =
= Rp.
Rp. ……………
……………
Penyelesaian secara lainnya (LIFO) :
Tgl Keterangan B. Unit HP. Unit Jumlah
1/1 Pers. awal 600 Rp. 100.00 Rp. 660.000
3/1 Pembelian 800 Rp. 200.00 Rp. 160.000
1400 Rp. 220.000
- 800
8/1 Penjualan 1000 Rp. 200.00 Rp. 180.000
- 200 Rp. 100.00
400 Rp. 40.000
12/1 Pembelian 600 Rp. 300.00 Rp. 180.000
1000 Rp. 220.000
18/1 Pembelian 900 Rp. 400.00 Rp. 360.000
1900 Rp. 580.000
- 900 Rp. 400.00 Rp. 540.000
20/1 Penjualan 1500
- 600 Rp. 300.00
400 Rp. 40.000
25/1 Pembelian 500 Rp. 500.00 Rp. 250.000
900 Rp. 290.000
51
Contoh Soal : sama dengan soal pada soal metode FIFO secara perpetual
Jawab :
Perhitungan Perpetual Rata – Rata Tertimbang / Bergerak (nilai ratusan
rupiah) Pembelian / Pemasukan Penjualan / Pengeluaran Sisa / Saldo / Persediaan
Tgl B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah
Rp. 2.200,00
Maka harga pokok rata – rata per unit = Rp. 2.200,00 : 1.400 = Rp. 1,5714
Penjualan tgl. 8/1 sebanyak 1000 unit harga pokoknya / unit = Rp. 1.5714
Harga pokok tersedia 1000 x Rp.
= Rp. 1.5714 = Rp. 1.571,40
2.200,00
Selisihpokok
Harga harga yang
pokokterjual
yang tersedia dengan
= Rp. harga(-)pokok yang terjual.
1.571,40
Rp. 628,60
Maka harga pokok / unit dari sisa barang = Rp. 628,60 : 400 = Rp. 1,5715
Pembelian barang tgl. 12/1 sebanyak 600 unit @ Rp. 300 =
600 x Rp. 3,00 = Rp. 1.800,00 Sisa
tgl. 8/1 400 unit @ Rp. 1.5715 = 400 x Rp. 1,5715 = Rp. 628,60 (+)
1
000 unit
Rp. 2.428,60
Barang yang tersedia tgl. 18/1 = 1000 unit @ Rp. 2,4286 = Rp. 2.428,60
Maka900harga
unit pokok
@ rata=–Rp.
rata3.600,00
/ unit dari(+)
sisa
barang : Rp. 2.428,60 : 1000 = Rp.Rp. 2,4286 Pembelian
4,00 1900 unit barang tgl.
Rp.8/1 – 900 unit @ Rp.
6.028,60
4,00
Maka=harga
900 xpokok
Rp. 4,00
rata=–Rp.
rata3.600,00
/ unit = Rp. 6.028,600 : 1900 = Rp. 3,1729
Penjualan barang tgl. 20/1 1500 unit harga pokok / unit Rp. 3,1729
1500 x Rp. 3,1729 = Rp. 4.759,35
Sisa barang = 1990 unit – 1500 unit = 400 unit
Selisih harganya = Rp. 6.028,60 – Rp. 4.759,35 = Rp. 1.269,25
Harga pokok rata – rata / unit = Rp. 1.269,25 : 400 = Rp. 3,1731
Persediaan barang / saldo / selisih sampai dengan akhir tgl. 25/1 :
Sisa barang tgl. 20/1 = 400 unit @ Rp. 3,1731 = Rp. 1.269,25
Pembelian akhir tgl. 20/1 1500 unit @ Rp. 5,00 = Rp. 2.500,00
Jumlah persediaan / saldo 900 unit Rp. 3.769,25
52
Penjualan tgl. 18/1 1000 unit @ Rp. 157,15 = Rp. 157.140,00 hp. Rata – rata
Rp. 62.860,00 Rp. 62.860,00
400 unit
400
= Rp. 157,15
Pembelian tgl. 12/1 500 unit @ Rp. 300,00 = Rp. 18.000,00 hp.rata – rata
Contoh menetapkan persediaan akhir memakai metode rata – rata terendah antara Harga
Pokok Pembelian dan Harga Pasaran dilakukan sebagai berikut :
a. Untuk setiap jenis barang / individu / masing – masing unit
b. Untuk masing – masing kelompok
c. Jumlah seluruh persediaan
54
D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai Terendah
Dalam metode ini persediaan akhir dihitung dengan cara menentukan nilai
terendah antara harga pembelian dan harga pasaran.
Penyelesaian Harga Terendah Antara Harga Pokok dan Harga Pasaran Per
Kelompok
Kelompok Bahan B. Unit H. Pokok Harga Pasaran
Baku
I A 6000 6000 x 0,20 = 1200 6000 x 0,15 = Rp. 900
Rp.
Bahan Baku B 5000 500 x 0,10 = 500 5000 x 0,09 = Rp. 450
Rp.
C 3000 3000 x 0,30 = Rp. 900 3000 x 0,40 = Rp. 1200
Penyelesaian Harga Terendah Antara Harga Poko dan Harga Pasaran Secara Keseluruhan
Kelompok Bahan Baku B. Unit H. Pokok Harga Pasaran
I A 6000 6000 x 0,20 = Rp. 1200 6000 x 0,15 = Rp. 900
B 5000 500 x 0,10 = Rp. 500 5000 x 0,09 = Rp. 450
C 3000 3000 x 0,30 = Rp. 900 3000 x 0,40 = Rp. 1200
D 8000 8000 x 0,10 = Rp. 800 8000 x 0,08 = Rp. 640
E 9000 9000 x 0,05 = Rp. 450 9000 x 0,10 = Rp. 900
F 5000 5000 x 3,30 = Rp. 1500 5000 x 0,25 = Rp 1250
G 3000 3000 x 0,40 = Rp. 1200 3000 x 0,50 = Rp 1500
Rp. 6550 Rp. 6840
Maka jumlah Persediaan dan harga terendah adalah menurut harga pokok = Rp.
6.550,00
Penyelesaian Harga Terendah antara harga pokok dengan harga pasaran, persatuan,
perkelompok dan secara keseluruhan. ( Nilai dinyatakan dalam ribuan rupiah ) adalah
sebagai berikut :
55
Jumlah
HP./ H. Psr / Tiap jenis nilai terendah antar harga pokok dan harga pasaran
Kelompok Jenis Jumlah Unit Unit H. Pokok H.Psr. Jenis Kel Pers.
Keseluruhan
56